Você está na página 1de 42

BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Persalinan 2.1.

1 Pengertian Persalinan cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lahir atau melalui jalan lahir atau melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 1998 : 157). 2.1.1.2 Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Bagian Obgyn FKU Padjadjaran, 1983 : 221). 2.1.1.3 Persalinan adalah proses dimana bayi, placenta dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai dengan penyulit (APN, 2004 : 2 2). 2.1.1.4 Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan (Bobak; dkk, 2004 : 245). 2.1.1.5 Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan lahir (Sarwono, 2000 : 100). 2.1.1.6 Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan lahir kemudian berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) 2.1.1.1 Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah

2.1.2

Jenis Persalinan Adalah bila spontan ini berlangsung dengan kekuatan ibunya sendiri dan melalui jalan lahir.

2.1.2.1 Persalinan Spontan

2.1.2.2 Persalinan Buatan Adalah bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps/dilakukan operasi sectio caesarea. 2.1.2.3 Persalinan Anjuran Adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan misalnya pemberian pitocin dan prostaglandin (Sarwono Prawirohardjo, 2005 : 180). 2.1.3 Teori-Teori Persalinan Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan, teori-taori tersebut adalah : 2.1.3.1 Teori Penurunan Kadar Hormon Progesteron Progesteron merupakan hormon penting untuk mempertahankan kehamilan. Progesteron berfungsi menurunkan kontraktilitas dengan cara meningkatkan potensi membran istirahat pada sel miometrium sehingga menstabilkan Ca membran dan kontraksi berkurang, uterus rileks dan tenang. Pada akhir kehamilan terjadi penurunan kadar progesteron yang mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus karena sintesa prostaglandin di chorioamnion. 2.1.3.2 Teori Rangsangan Estrogen Estrogen menyebabkan iritability miometrium, mungkin karena peningkatan konsentrasi actin-myocin dan adenosin tripospat (ATP). Selain itu, estrogen memungkinkan sintesa prostaglandin pada decidua dan selaput ketuban sehingga menyebabkan kontraksi uterus (miometrium).

Estrogen Sintesa Prostaglandin Peningkatan konsentrasi Actin, myosin, ATP Kontraksi miometrium 2.1.3.3 Teori Rangsangan Oksitosin Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim. Sehingga terjadi Broxton Hiks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas sehingga persalinan dapat dimulai. 2.1.3.4 Teori Keregangan Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. 2.1.3.5 Teori Fetal Cortisol Akhir kehamilan, grandula fetus mensekresi hormon dan androgen dengan kjadar meningkat yang merangsang placenta yang meningkatkan sekresi estrogen dan eralxin yang menyebabkan iritability miometrium dan sintesa prostaglandin sehingga uterus berkontraksi. Fetus mempunyai peran penting dalam melalui persalinan. Fetus yang anenchepalus, kehamilan sering lebih lama dari biasanya. 2.1.3.6 Teori Fetal Membran Teori fetal membran phospholipid-arachnoid acid prostaglandin. Meningkatnya hormon estrogen menyebabkan terjadinya esterified yang menghasilan arachnoid acid, arachnoid acid bekerja untuk pembentukan prostaglandin yang mengakibatkan kontraksi miometrium.

2.1.3.7 Teori Placenta Sudah Tua Pada umur kehamilan 40 minggu mengakibatkan sirkulasi pada placenta menurun segera terjadi degenerasi trofoblast maka akan terjadi penurunan produksi hormon atau mungkin menghasilkan hormon baru maka dimulailah persalinan. 2.1.3.8 Teori Tekanan Cerviks Fetus yang berpresentasi baik dapat merangsang akhiran syaraf sehingga serviks menjadi lunak dan terjadi dilatasi internum yang mengakibatkan SAR (Segmen Atas Rahim) dan SBR (Segmen Bawah Rahim) bekerja berlawanan sehingga terjadi kontraksi dan retraksi. 2.1.4 Tanda-Tanda Persalinan Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat : 2.1.4.1 Terjadi Lightening Menjelang minggu ke-36, tanda primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan : kontraksi Broxton Hiks, ketegangan dinding perut, ketengan ligamentum notundum, gaya berat janin dimana kepala ke arah bawah. Masuknya bayi ke pintu atas panggul menyebabkan ibu merasakan : 1. Ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang 2. Sesak dibagian bawah 3. Terjadinya kesulitan saat berjalan 4. Sering kencing (follaksuria) 2.1.4.2 Terjadinya His Permulaan Makin tua kehamilan, pengeluaran estrogen dan progesteron makin berkurang sehingga eksitosin dapat menimlukan kontraksi yang lebih sering, sebagai his palsu. Sifat his palsu, antara lain : 1. Rasa nyeri ringan dibagian bawah 2. Datangnya tidak teratur

3. Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda 4. Durasinya pendek 5. Tidak bertambah bila beraktivitas 2.1.5 Tanda-Tanda Timbulnya Persalinan (Inpartu) Tanda-tanda inpartu : 2.1.5.1 Terjadinya His Persalinan His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba menimbulkan rasa nyeri diperut serta dapat menimbulkan pembukaan serviks kontraksi rahim dimulai pada 2 face maker yang letaknya didekat cornu uteri. His yang menimbulkan pembukaan serviks dengan kecepatan tertentu disebut his efektif. His efektif mempunyai sifat : adanya dominan kontraksi uterus pada fundus uteri (fundal dominance), kondisi berlangsung secara syncron dan harmonis, adanya intensitas kontraksi yang maksimal diantara dua kontraksi, irama teratur dan frekuensi yang kian sering, lama his berkisar 45 60 detik. Pengaruh his sehingga dapat menimbulkan : terhadap desakan daerah (meningkat), terhadap janin (penurunan), terhadap korpus uteri (dinding menjadi tebal), terhadap itsmus uterus (teregang dan menipis), terhadap kanalis servikalis (effacement dan pembukaan). 2.1.5.2 Keluarnya lendir bercampur darah pervaginam (show) Lendir berasal dari pembukaan yang menyebabkan lepasnya lendir berasal dari kanalis servikalis. Sedangkan pengeluaran darah disebabkan robeknya pembuluh darah waktu serviks membuka. 2.1.5.3 Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya 2.1.5.4 Dilatasi dan effacement 1. Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur-angsur akibat pengaruh his.

2. Effacement adalah pendataran atau pemendekan kanalis servikalis yang semua panjang 1 2 cm menjadi hilang sama sekali, sehingga tinggal hanya ostium yang tipois seperti kertas. 2.1.6 Fase-Fase Persalinan Partus dibagi menjadi 4 fase atau kala, yaitu : 2.1.6.1 Kala I Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan (Manuaba, 1988 : 165). Proses pembukaan serviks sebagai akibat his dibagi menjadi 2 fase, yaitu : 1. Fase laten Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm 2. Fase aktif, dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu : 1) 2) 3) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali. Dalam menjadi 4 cm berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm waktu 2 jam pembukaan dari 9 ncm menjadi lengkap Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi demikian, tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek. Mekanisme pembukaan serviks berbeda antara primi dan multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, baru kemudian ostium uteri

eksternum membuka. Pada primigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama. Kala I selesai apabila pembukaan serviks telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam (Sarwono, 2002 : 183). 2.1.6.2 Kala II Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran. Gejala utama dari kala II adalah : 1. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi 50 sampai 100 detik 2. Menjelang akhir I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak 3. Ketuban pecah pada pembukaan mendeteksi lengkap diikuti keinginan mengejan, karena tertekannya fleksus frankenhauser 4. Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi : kepala membuka pintu, subocciput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka serta kepala seluruhnya. 5. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada punggung 6. Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan jalan : 1) Kepala dipegang pada osocciput dan dibawah dagu, ditarik cunam kebawah untuk melahirkan bahu belakang 2) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi 3) Bayi lahir diikuti oleh air ketuban

7. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam (Manuaba, 1998 : 165 166). 2.1.6.3 Kala III Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan placentanya pada lapisan Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya placenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda : 1. Uterus menjadi budar 2. Uterus terdorong keatas karena placenta dilepas ke segmen bawah rahim 3. Tali pusat bertambah panjang 4. Terjadi perdarahan Melahirkan placenta dilakukan dengan dorongan ringan secara erede pada fundus uteri. Biasanya placenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir (Manuaba, 1988 : 166). 2.1.6.4 Kala IV Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena pendarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah : 1. Tingkat kesadaran penderita 2. Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi dan pernafasan 3. Kontraksi uterus 4. Terjadi perdarahan (Manuaba, 1998 : 166) 2.1.7 Mekanisme Persalinan Mekanisme persalinan adalah putaran dan penyesuaian lain yang terjadi pada proses kelahiran manusia. Tujuh gerakan kondisi presentasi puncak kepala pada mekanisme persalinan adalah engagement, descent (penurunan), fleksi,

putar paksi dalam, ekstensu, putar paksi luar, dan akhirnya kelahiran melalui ekspulsi. 2.1.7.1 Engagement Kepala dikatakan telah menancap (engager) pada pintu atas panggul apabila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul. Pada nulipara, hal ini terjadi sebelum persalinan aktif dimulai karena otot-otot abdomen masih tegang sehingga bagian presentasi terdorong kedalam panggul. Pada multipara yang otot-otot abdomennya lebih kendur kepala seringkali tetap dapat digerakkan diatas permukaan panggul sampai persalinan dimulai. 2.1.7.2 Descent (penurunan) Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul. Penurunan terjadi akibat : tekanan cairan ketuban, tekanan langsung oleh fundus uteri, kontraksi diafragma dan otot perut, serta melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus. Synaitismus dan Asynaitismus 1. Synaitismus Sucura sagitalis terdapat ditengah-tengah jalan lahir tepat antara symphisis dan promotorium. Os perietal depan dan belakang sama tinggi. 2. Asynaitismus Sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis atau agak ke belakang mendekati promotorium 1) Asynaitismus posterior; sutura sagitalis mendekati symphisis. Os parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan. 2) Asynaitismus anterior; sutura sagitalis mendekati promotorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang. 2.1.7.3 Fleksi Dengan majunya kepala bisanya juga fleksi bertambah hingga ubunubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari

bertambahnya fleksi ialah ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir, yaitu diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm). Fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir atas panggul, cerviks, dinding panggul atau dasar panggul. 2.1.7.4 Putaran Paksi Dalam Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symphisis. Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul. Sebab-sebab putaran paksi dalam : 1. Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari kepala. 2. Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah depan atas dimana terdapat niatus genitalis antara muskulus levator ani kiri dan kanan 3. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul adalah diameter antero posterior. 2.1.7.5 Ekstensi Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai didasar panggul, terjadilah ekstensi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan atas sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesak ke bawah dan satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya keatas. Resuitantenya adalah kekuatan ke arah depan atas. Setelah subocciput tertahan pada pinggir bawah symphisis maka yang dapat maju karena kekuatan tersebut diatas bagian yang berhadapan dengan

subocciput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubunubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. 2.1.7.6 Putar Paksi Luar Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi. Selanjutnya putaran diteruskan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadicum sefihak. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul. 2.1.7.7 Ekspulsi Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah symphisis dan menjadi hypomochlion untuk melahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir. 2.1.8 Faktor-Faktor Penting Dalam Persalinan 1. Besarnya anak 1) 2) Untuk mengetahui apakah anak bisa melewati jalan lahir tanpa Untuk mengetahui terjadi cephal pelvic dispropotion (CPD) penyulit atau tidak 2. Presentasi Dipakai untuk menetukan bagian janin yang ada dibawah rahim yang dijumpai pada palpasi/pemeriksaan dalam, misalnya presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu dan lain-lain. 3. Posisi

2.1.8.1 Passenger (Janin)

Istilah-istilah yang sering dipakai : Ki Ka UUB UUK Dep Bel : Kiri : Kanan : Ubun-ubun besar : Ubun-ubun kecil : Depan : Belakang D S Ba Mel Dh : Dagu : Sakrum : Bahu : Melintang : Dahi

2.1.8.2 Passengeway (Jalan Lahir) 1. Bentuk ukuran panggul Caldwell- Moloy mengemukakan 4 bentuk panggul : 1) Ginekoid Panggul ideal, bulat 45% 2) Android Panggul pria, segitiga 15% 3) Antropoid Agak lonjong, seperti telur 35% 4) Platipoid Picak menyerupai arah muka belakang 5% 2. Ukuran Panggul 1) Ukuran pintu atas panggul (PAP) Ukuran PAP yang utama adalah conjugata vera yang dapat diukur secara tidak langsung. Dengan pemeriksaan dalam dapat diukur panjang konjugata sehingga konjugata vera = CD-1,5 cm Pada panggul normal promontorium teraba, bila ukuran CV diatas 10 cm dianggap panggul dalam batas normal. 2) Ukuran panggul tengah Ditentukan dengan mengukur distantia interspinarum 3) Ukuran pintu bawah panggul Ditentukan dengan mengukur jarak teberosis iskium dari atas

3. Peregangan SBR (Segmen Bawah Rahim)

4. Pembukaan serviks Besarnya pembukaan ditentukan dengan cara memerperkirakan diameter serviks yang terbuka dengan jari-jari telunjuk. 5. Kemampuan meregang vagina dan introitus 2.1.8.3 Power (Kekuatan) 1. Kontraksi Uterus Kontraksi uterus disebabkan karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat : 1) Kontraksi simetris 2) Fundus dominan 3) Diikuti relaksasi Pada waktu kontraksi otot-otot rahim sehingga menguncap sehingga tebal dan lebih pendek. Cavum uteri menjadi kecil mendorong janin dan kantung amnion ke arah SBR dan serviks. 2. Tenaga Meneran Pada saat kontraksi uterus dimulai ibu diminta menarik nafas dalam, nafas ditahan, kemudian segera mengejar ke arah bawah (rectum) persis BAB. Kekuatan meneran mendorong janin ke arah bawah dan menimbulkan keregangan yang bersifat pasif. Kekuatan his dan refleks mengejan makin mendorong bagian terendah sehingga terjadilah pembukaan pintu dengan crowning dan penipisan perineum, selanjutnya kekuatan refleks mengejan dan his menyebabkan ekspulsi kepala sebagian berturut-tururt lahir UUB, dahi, muka, kepala dan seluruh badan. 3. Kontraksi Muyskulus Levator Ani 2.1.8.4 Psikis Perubahan psikis yang terjadi pada ibu bersalin

1. Kecemasan Kecemasan mengakibatkan peningkatan hormon stres (stres related hormone) yang terdiri dari : endophrin Adenocortikotropin Cortisol Epinephrin Hormon-hormon tersebut mempengaruhi otot-otot halus uterus yang dapat mengakibatkan penurunan kontraksi uterus sehingga menimbulkan distocia 2. Ketakutan Ketakutan . Kegelisahan dan respon endokrin akan mengakibatkan : 1) Retensi Na 2) Ekskresi K 3) Penurunan glukosa Sehingga dapat mempengaruhi sekresiu epinephrin dan dapat menghambat aktivitas myometrium. 2.1.8.5 Penolong (Bidan) Peran penolong adalah memantau dengan seksama dan memberikan dukungan serta kenyamanan pada ibu baik dari segi emosi/perasaan maupun fisik. Asuhan yang dapat dilakukan bidan : 1. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi Dimasukkan sebagai bagian dari persalinan bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau orang-orang yang memberi dukungan bagi ibu. 1) Asuhan yang dapat diberikan pada Kala I : (1) Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan akan mempengaruhi otot-otot halus uterus sehingga kontraksi menurun

a. Berilah dukungan dan yakinkan dirinya b. Berilah informasi mengenai proses kemajuan persalinannya c. Dengankan keluhannya dan cobalah untuk lebih senditif terhadap perasaannya (2) Jika ibu tersebut tampak gelisah, dukungan/asuhan yang a. Lakukan perubahan posisi b. Posisi sesuai dengan keinginan, tetapi jika ibu ditempat tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring ke kiri c. Sarankan ia untuk berjalan d. Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat atau menggosok punggungnya e. Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan kesanggupannya f. Ajarkan kepada ibu teknik bernafas g. Jika diperlukan, berikan petidin 1 mg/kg BB (tetapi jangan melebihi 100 mg) I.M atau I.V secara perlahan atau morfin 0,1 mg/kg BB I.M atau tramadol 50 mg per oral atau 100 mg supositoria atau metamizol 500 mg per oral (3) (4) (5) (6) Menjaga hak privasi ibu dalam persalinan Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar Ibu bersalin bisanya merasa panas, atasi dengan cara: a. Gunakan kipas angin atau AC b. Menggunakan kipas biasa c. Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya (Saifuddin AB, 2002 : N-8) dapat diberikan

terjadi serta prosedur yang akan dilakukan dan hasil pemeriksaan kemaluannya setelah BAK/BAB

(7) (8) (9)

Berikan cukup minum untuk mencegah dehidrasi Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin Pemantauan pada kala I Fase Laten Setiap 4 jam Setiap 4 jam Setiap 1 jam Setiap 1 jam Setiap 4 jam Setiap 4 jam Setiap 30-60 menit Fase Aktif Setiap 4 jam Setiap 2 jam Setiap 30 menit Setiap 30 menit Setiap 4 jam Setiap 4 jam Setiap 30-60 menit (Saifuddin AB, 2002 : N-9)

Parameter Tekanan darah Suhu badan DJJ Kontraksi Pembukaan serviks Penurunan Nadi

2) Asuhan yang dapat diberikan pada Kala II (1) a. b. (2) a. b. (3) (4) a. b. c. d. (5) Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu : Mendampingi agar ibu merasa nyaman Menawarkan minum, mengipasi, memijat Menjaga kebersihan diri Agar terhindar dari infeksi Jika ada darah, lendir atau cairan ketuban segera Memberi dukungan mental untuk mengurangi kecemasan Mengatur posisi ibu. Dalam membimbing mengedan dapat Jongkok Menungging Tidur miring Setengah duduk Menjaga kandung kemih tetap kosong

dibersihkan

dipilih posisi berikut :

(6)

Memberikan cukup minum = memberi tenaga dan

mencegah dehidrasi (Saifuddin, AB, 2002 : N-15) 3) Asuhan yang dapat diberikan pada Kala III a. b. (PTT) c. d. Melakukan PTT hanya selama uterus berkontraksi Begitu plasenta terasa lepas, mengeluarkan Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus Melakukan penegangan Tali Pusat Terkendali berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta.

dengan menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat mendeteksi plasenta, mengeluarkan plasenta dengan gerakkan ke bawah dan ke atas sesuai dengan jalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban. e. f. pertama g. Memeriksa wanita tersebut secara seksama dan jahit semua robekan pada serviks atau vagina atau perbaiki episiotomi (Saifuddin AB, 2002 N-19). 4) Asuhan yang dapat diberikan pada Kala IV a. Memeriksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, melakukan masase uterus sampai menjadi keras. Melakukan masase undus agar menimbulkan Memberikan oksitosin 10 unit IM dosis kedua, kontraksi segera setelah plasenta dan selaputnya dikelarkan dalam jarak waktu 15 menit dari pemberian oksitosin dosis

b.

Memeriksa tekanan darah, nadi, kantung kemih

dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua c. dehidrasi d. e. f. g. h. i. a) b) 2. kontraksi Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi (Saifuddin, AB, Pemeriksaan Dalam 2002, M-21) Sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I persalinan dan setelah selaput ketuban pecah. Gambaran temuan yang ada partograf. Pemeriksaan dalam dilakukan atas indikasi : 1) masih tinggi 2) 3) 3. Kalau kita mengharapkan pembukaan lengkap Kalau ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan Partograf Kalau ketuban pecah sedangkan bagian depan Membersihkan perineum ibu dan mengenakan Membiarkan ibu untuk istirahat setelah ia bekerja Membiarkan bayi berada pada ibu untuk pakaian ibu yang bersih dan kering keras melahirkan bayinya meningkatkan hubungan bayi dengan ibunya Membantu ibu menyusui bayinya dengan benar Memastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3 Mengajari ibu atau anggota keluarga tentang : Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan Menganjurkan ibu untuk minum demi mencegah

jam pasca persalinan

Dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan serta sebagai catatan/rekam medik Intervensi dilaksanakan jika benar-benar dibutuhkan Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif) Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut : 1) Denyut Jantung Janin (DJJ) Catat setiap 1 jam 2) Air Ketuban a. U = Selaput utuh b. J = Selaput pecah air ketuban jernih c. M = Air ketuban bercampur mekonium d. D = Air ketuban bernoda darah e. K = Tidak ada cairan ketuban / kering (Saifuddin, AB, 2002 : 12) 3) Perubahan bentuk kepala janin (molding/molase) a. b. c. d. 0 1 2 3 = Sutura terpisah = Sutura yang tepat/bersesuaian = Sutura tumpang tindih tapi tidak diperbaiki = Sutura tumpang tindih tapi tidak dapat diperbaiki

4) Pembukaan serviks Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (X) 5) Penurunan bagian terbawah satu prsentasi Mengacu pada bagian kepala (dibagi lima bagian) 6) Waktu Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima 7) Jam Catat jam sesungguhnya

8) Kontraksi Banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap kontraksi dalam hitungan detik 9) Oksitosin Jika memakai oksitosin, catatlah banyak oksitosin per volume cairan infus dalam tetes per menit 10) Obat Catat semua obat lain yang diberikan

11) Nadi Catat setiap 30 60 menit Ditandai dengansebuah titik besar () 12) Tekanan darah Catat setiap 4 jam dan ditandai dengan anak panah 13) Suhu badan Setiap 2 jam 14) Protein, aseton dan volume urin Catat setiap kali ibu berkemih 4. Melahirkan Kepala Bayi 1) Meminta ibu mengedan atau memberikan sedikit dorongan saat kepala bayi lahir 2) Meletakkan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi terlalu cepat 3) Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika diperlukan 4) Mengusap muka bayi untuk membersihkan dari kotoran lendir atau darah 5) Memeriksa tali pusat : a. Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat longgar, tali pusat diselipkan melalui kepala bayi (Saifuddin, AB, 2002 : N-12)

b.

Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, tali pusat diklem pada

dua tempat kemudian digunting diantara kedua klem tersebut, sambil melindungi leher bayi 5. Melahirkan bahu dan anggota seluruhnya 1) Membiarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya 2) Mempercepat kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi 3) Melakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu depan 4) Melakukan tarikan lembut ke atas untuk melahirkan bahu belakang 5) Menyelipkan satu tangan ke bahu dan lengan lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya 6) Meletakkan bayi tersebut di atas perut ibunya 7) Secara menyeluruh, mengeringkan bayi, membersihkan matanya, dan menilai pernafasan bayi 8) Mengklem dan memotong tali pusat 9) Memastikan bahwa bayi tetap hangat dengan membungkus bayi dengan kain halus dan kering, tutup dengan selimut, dan memastikan kepala bayi terlindung dengan baik untuk menghindari hilangnya panas tubuh serta memiliki kontak kulit dengan kulit dada si ibu (Saifuddin, AB, 2002 : N-17) 6. Manajemen aktif Kala III Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi setidaktidaknya dua jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu stabil. Selama 24 jam pertama setelah persalinan fundus harus sering diperiksa dan masase sampai tonus baik. Ibu atau keluarga dapat diajarkan melakukan hal ini. Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi harus segera diselimuti dan bayi dikeringkan. Dijaga kehangatannya untuk mencegah hipotermi. Obat-obatan esensial bahan dan perlengkapan harus disediakan oleh penolong (Sarwono, P, 2005 : 194-2001).

2.1.9

Perlengkapan, Bahan-bahan dan Obat-obatan Esesnsial Untuk Asuhan Persalinan

2.1.9.1 Perlengkapan Asuhan Persalinan Adapun benda-benda yang harus tersedia pada setiap kelahiran, bendabenda tersebut dalam keadaan berfungsi baik, bersih, desinfeksi tingkat tinggi atau steril atau sebagaimana mestinya, yaitu : 1. berisi : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 2. 3. 4. 5. 6. 2 klem kelly atau 2 klem kocher Gunting tali pusat Benang tali pusat atau klem plastik Kateter nelaton Gunting episiotomi Alat pemecah selaput ketuban atau klem kocher Kasa atau kain kecil Gulungan kapas basah (menggunakan air DTT) Dua pasang sarung tangan DTT atau steril Tabung suntik 2 atau 8 ml dengan IM sekali pakai Kateter penghisap DeLee (penghisap lendir) atau bola karet Empat kain bersih Tiga handuk atau kain mengeringkan dan menyeliputi bayi Partus set (di dalam wadah steril stenis yang tetutup), yang

penghisap yang baru dan kering

2.1.9.2 Bahan-bahan yang Diperlukan dalam Asuhan Persalinan 1. Partograf (halaman depan dan belakang) 2. Catatan kemajuan persalinan 3. Kertas kosong atau formulis rujukan 4. Pena 5. Termometer 6. Pita pengukur

7. Pinnards, fetoskop atau doppler 8. Jam yang mempunyai jarum detik 9. Stestoskop 10. Tensimeter 11. Sarung tangan pemeriksaan bersih (5 pasang) 12. Sarung tangan DTT atau steril (5 pasang) 13. Larutan clorin 14. Perlengkapan pelindung pribadi 15. Sabun cuci tangan 16. Sikat kuku dan gunting kuku 17. Celemek plastik 18. Kantong plastik 19. Lembar plastik untuk alas tempat tidur ibu saat persalinan 20. Air bersih dan mengalir 21. Dua wadah (untuk larutan klorin 0,5% dan air DTT) 2.1.9.3 Perlengkapan Resusitasi Bayi Baru Lahir 1. Balon resusitasi dan sungkup 0 dan 1 2. Lampu sorot 600 w 2.1.9.4 Obat-obatan dan Perlengkapan Untuk Asuhan Rutin 1. Oksitosin 1 ml 10 unit 2. 20 ml lidokain 1% tanpa epinefrin atau lidokain 2% tanpa epinefrin dan air steril 2.1.9.5 Set Jahit 1. Tabung suntik 10 ml steril, sekali pakai dengan jarum IM ukuran 22 panjang 2 cm atau lebih 2. Pinset 3. Pegangan jarum 4. 2 3 jarum jahit tajam 5. Benang chromic (satu kali pemakaian) ukuran 2.0 dan/atau 3.0

6. 1 pasang sarung tangan DTT atau steril 7. 1 kain bersih (bisa disediakan oleh keluarga) (Asuhan Persalinan Normal, 2004 L-14-16) 2.1.10 Komplikasi Yang Dapat Terjadi Saat Persalinan 2.1.10.1 Solusio plasenta/ablatio plasenta/abruptio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum lahir 2.1.10.2 Ruptura uteri adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akibat di lampauinya daya regang miometrium 2.1.10.3 Retensio placenta adalah keadaan dimana placenta belum lahir dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir, keadaan ini disebabkan : 1. 2. 3. Placenta belum terlepas dari dinding rahim Placenta sudah lepas tetapi belum atonia Atonia uteri adalah uterus yang tidak mau karena tumbuh melekat lebih dalam uteri dan akan menyebabkan perdarahan yang banyak berkontraksi atau tidak ada kontraksi 2.1.10.4 Inversio uteri adalah keadaan dimana keadaan fundus uteri tertarik sebagian atau seluruhnya masuk kedalam kavum uteri sehingga menyebabkan nyeri yang hebat serta perdarahan yang banyak. Biasanya terjadi pada kala III 2.1.10.5 Distosia adalah kerulitan dalam jalannya persalinan, penyebabnya : 1. 1) 2) 2. 1) Kelainan his (power) : Insersia uteri adalah his yang sifatnya lebih lemah, Tetania uteri adalah his yang terlampau kuat dan Kelainan jalan lahir (passage), antara lain : Bentuk dan kelainan panggul lebih singkat, dan lebih jarang dibandingkan dengan his normal terlalu sering sehingga tidak ada relaksasi rahim

2) 3) 3. 1) 2) 3) 4) 5)

Panggul sempit Kelainan jalan lahir lunak Distosia karena kelainan janin Kelainan pada letak kepala Letak sungsang Presentasi rangkap/ganda Kelainan bentuk dan besar janin Tali pusat menumbang

2.1.10.6 Partus lama/partus kasep 1. Partus lama : persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi, dan lebih dari 18 jam pada multi. 2. Partus kasep : fase terakhir dari suatu partus yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul gejala seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksia dan kematian janin dalam kandungan. 2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin 2.2.1 Pengkajian Data 2.2.1.1 Data Subjektif Data yang dibuat atau disusun berdasarkan anamnesa 1. Biodata 1) Nama istri dan suami Nama penderita dan suaminya ditanyakan untuk mengenal dan memanggil dan untuk mencegah kekeliruan dengan penderita lain (Christina, 1993 : 4) Nama yang jelas dan lengkap, bila perlu ditanyakan nama panggilan sehari-hari (DeKes RI, 1995 : 13)

2)

Umur ibu

Untuk mengetahui ibu tergolong primipara tua atau primipara muda. Menurut para ahli, kehamilan yang pertama kali yang baik antara usia 19 sampai 35 tahun, dimana otot masih bersifat sangat elastis dan musah diregang. Tetapi menurut pengalaman, penderita umur 25-35 tahun masih mudah melahirkan, sehingga ada yang mengubah pendapat diatas. Jadi, melahirkan tidak saja umur 19 25 tahun tetapi 19 35 tahun. Primitua dikatakan mulai umur 35 tahun (Christina, 1993 : 34). 3) Alamat

Alamat ditanyakan untuk : (1) Mengetahui dimana ibu menetap (2) Mencegah kekeliruan, bila ada nama yang sama (3) Memudahkan menghubungi keluarga (4) Dijadikan petunjuk pada waktu kunjungan rumah 4) Agama Dalam hal ini berhubungan dengan perawatan penderita yang berkaitan dengan ketentuan agama. Antara lain dalam keadaan yang gawat ketika memberi pertolongan dan perawatan dapat diketahui dengan siapa harus berhubungan, misalnya agama Roma Katolik memanggil Pastor dan sebagainya (Christina, 1993 : 85). Agama juga ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien atau klien. Dengan diketahuinya agama klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan didalam melaksanakan asuhan kebidanan (DepKes RI, 1995 : 14). 5) Pekerjaan Yang ditanyakan pekerjaan suami dan ibu sendiri, untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi penderita agar nasehat yang

diberikan sesuai. Selain itu, untuk mengetahi apakah kiranya pekerjaan ibu akan mengganggu kehamilan atau tidak (Christina, 1993 : 85). Wanita hamil . Boleh bekerja, tetapi jangan terlalu berat, lakukanlah istirahat sebanyak mungkin. Mungkin undang-undang perburuhan, wanita berhak mendapat cuti hamil satu setengah bulan sebelum bersalin (Sarwono Prawirohardjo, 1999 : 162). Wanita karier yang hamil mendapat hak cuti hamil selama tiga bulan yang dapat diambil sebelum menjelang kelahiran dan dua bulan setelah persalinan. Selama hamil perhatikan hal-hal yang dapat membahayakan kelangsungan hamil, dan segera memeriksakan diri (Manuaba IBG, 1998 : 189). 6) Pendidikan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat Ditanyakan 1995: 14). Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu atau taraf kemampuan berfikir ibu, sehingga bidan bisa menyampaikan atau memberikan penyuluhan latau KIE pada pasien dengan lebih mudah. 7) Perkawinan Ditanyakan kepada ibu berapa lama dana berapa kali kawin. Ini untuk menentukan bagaimana keadaan alat kelamin dalam ibu itu. Misalnya pada ibu yang lama sekali telah kawin dan baru mempunyai anak, kemungkinan ada kelainan pada alat kelamin dalam (Christina, 1998 : 85). 8) Nomor Register Untuk memudahkan petugas mencari data, jika ibu melakukan kunjungan ulang. 9) Suku/Bangsa

pendidikan mempengaruhi sikap perilaku seseorang (DepKes RI,

Dengan mengetahui suku/bangsa, petugas (bidan/perawat) dapat mendukung dan memelihara keyakinan yang meningkatkan adaptasi fisik dan emosinya terhadap kehamilan/persalinan. Namun, jika keyakinan tertentu diidentifikasi dapat membahayakan, petugas harus berhati-hati dalam menggali keyakinan tersebut dalam proses reedukasi dan modifikasi (Bobak, 19985 : 19). Misalnya kebudayaan orang Amerika-Asia dalam persalinan ibu ditemani oleh wanita lain, khususnya ibu sendiri, atau tidak berpartisipasi secara aktif (Bobak, 1995 : 21). 2. Anamnesa 1) Keluhan Utama Keluha utama atau alasan utama wanita datang ke rumah sakit/ bidan ditentukan dalam wawancara. Keluhan utama dapat berupa ketuban pecah dengan atau tanpa kontraksi. Pemeriksaan obstetri dilakukan pada wanita yang tidak jelas apakah persalinannya telah dimulai. Hal ini bertujuan mendiagnosa persalinan tanpa menerima pasien secara resmi mengurangi atau menghindari beban biaya pada pasien. Ibu diminta untuk menjelaskan hal-hal berikut : (1) Frekuensi dan lama kontraksi (2) Lokasi dan karakteristik rasa tidak nyaman akibat kontraksi (3) Menetapkan kontraksi meskipun perubahan posisi saat ibu berjalan atau berbaring (4) Keberadaan dan karakter rabas atau show dari vagina (5) Status membran amnion, misalnya semburan atau rembesan cairan apabila diduga vairan amnion telah keluar, tanyakan juga warna cairan (Bobak, 1996 : 32). 2) Riwayat Menstruasi

(1) Menarche adalah terjadinya haid yang pertama kali. Menarche terjadi pada usia pubertas, yaitu 12 16 tahun (Mochtar R, 1999). Usia 10 16 tahun, rata-rata usia 12,5 tahun (Sarwono R, 1994 : 104). Usia 13 16 tahun (Manuaba IBG, 1998 : 86) (2) Siklus haid Siklus haid yang klasik adalah 28 hari 2 hari, sedangkan pola hadi dan lamanya perdarahan tergantung pada tipe wanita dan bisanya 3 8 hari (Pusdiknakes, 1998 : 66). (3) Hari pertama haid terakhir (HPHT) HPHT dapat dijabarkan untuk memperhitungkan tanggal tafsiran persalinan. Bila siklus haid 28 hari, rumus yang dipakai adalah rumus Neagel yaitu hari + 7, bulan 3, tahun + 1 (Sarwono P, 1999 : 155). Untuk siklus haid 35 hari, perkiraan partus adalah hari + 14, bulan 3, tahun + 1 (Sulaiman Sastrawinata, 1998 : 127). 3) Riwayat Obstetri yang Lalu Untuk mengetahui persalinan yang lalu, ditolong oleh siapan, adakah penyulit atai tidak, jenis persalinannya apa semua itu untuk memperkirakan ibu dapat melahirkan spotan atau tidak. 4) Riwayat Kehamilan Ini (1) Idealnya tiap wanita hamil mau memeriksakan diri ketika haidnya terjadi lambat sekurang-kurangnya satu bulan. (2) Pada trimester I biasanya ibu mengeluh mual muntah terutama pagi hari yang kemudian menghilang pada kehamilan 12 14 minggu. (3) Pemeriksaan sebaiknya dikerjakan tiap 4 minggu jika segala sesuatu normal sampai kehamilan 28 minggu, sesudah itu pemeriksaan dilakukan tiap minggu.

(4) Umumnya gerakan janin dirasakan ibu pada kehamilan 18 minggu pada primigravida dan kehamilan 16 minggu pada multigravida. (5) Imunisasi TT diberikan sekurang-kurangnya diberikan dua kali dengan interval minimal 4 minggu, kecuali bila sebelumnya ibu pernah mendapat TT 2x pada kehamilan yang lalu atau pada calon pengantin. Maka TT cukup diberikan satu kali saja (TT boster). Pemberian TT pada ibu hamil tidak membahayakan walaupun diberikan pada kehamilan muda. (6) Pemberian zat besi : 1 tablet sehari segera setelah rasa mual hilang minimal sebanyak 90 tablet selama kehamilan. (7) Saat memasuki kehamilan akhir (trimester III) diharapkan terdapat keluhan bengkak menetap pada kaki, muka yang menandakan toxaemia gravidarum, sakit kepala hebat, perdarahan, keluar cairan sebelum waktunya dan lain-lain. Keluhan ini harus diingat dalam menentukan pengobatan, diagnosa kehamilan dan persalinan nanti. (8) Penyuluhan yang perlu diberikan antara lain : Gizi tinggi protein dan kalori, perawatan payudara, kebersihan diri, senam hamil, persiapan persalinan dan keadaan darurat (menghadapi bila terjadi komplikasi), istirahat cukup dan mengurangi kerja fisik yang berat, perlunya pemeriksaan kehamilan secara berkala, tanda bahaya yang memerlukan pertolongan segera. 5) Riwayat Kesehatan Klien dan Keluarga Riwayat keluarga memberi informasi tentang keluarga dekat pasien, termasuk orang tua, saudara kandung dan anak-anak. Hal ini membantu mengidentifikasi gangguan genetik atau familial dan kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi status kesehatan wanita

atau janin (Bobak, 1996 : 148). Ibu yang mempunyai riwayat dalam keluarga penyakit menular dan kronis dimana daya tahan ibu hamil menurun, ibu dan janinnya berisiko tertular penyakit tersebut. Misalnya : TBC, hepatitis. Penyakit keturunan dari keluarga ibu dan suami, mungkin berpengaruh terhadap janin. Misalnya : Jiwa, DM, hemophilla. Keluarga dari pihak ibu atau suami ada yang pernah melahirkan atau hamil dengan anak kembar perlu diwaspadai karena faktor tersebut bisa menurunkan kehamilan kembar (Christina, 1993 : 86). 6) Riwayat Sosial

Faktor-faktor situasi, seperti pekerjaan wanita dan pasangannya, pendidikan, status perkawinan, latar belakang budaya dan etnik, serta status sosial ekonoimi ditetapkan dalam riwayat sosial. Persepsi tentang kehamilan saat ini digali. Apakah kehamilan ini diinginkan atau direncanakan? (Bobak, 1996 : 148). Faktor budaya adalah penting untuk mengetahui latar belakang etnik/budaya wanita untuk mengantisipasi intervensi perawatan yang mungkin perlu ditambahkan atau dihilangkan dalam rencana perawatan (Bobak, 1998 : 305). 7) Pola Aktivitas Sehari-hari (1) Pola nutrisi Aspek ini adalah komponen penting dalam riwayat prenatal. Status nutrisi seorang wanita memiliki efek samping langsung pada pertumbuhan dan perkembangan janin dan wanita memiliki motivasi tinggi untuk mempelajari gizi yang baik. Pengkajian diet dapat mengungkapkan data praktik khusus, alergi makanan, dan perilaku makan, serta faktor-faktor lain yang terkait dengan status nutrisi (Bobak, 1990 : 148).

Jumlah tambahan kalori yang dibutuhkan pada ibu hamil adalah 300 kalori per hari dengan komposisi menu seimbang (cukup, mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air). (2) Pola eliminasi Pola eliminasi meliputi eliminasi uri (BAK) dan eliminasi alvi (BAB). Dalam hal ini perlu dikaji terakhir kali ibu buang air kecil dan buang air besar. Kandung kemih yang penuh akan menghambat penumpurunan bagian terendah janin sehingga diharapkan ibu dapat sesering mungkin buang air kecil. Begitu pula dengan buang air besar, apabila ibu belum buang air besar kemungkinan akan dikeluarkan saat persalinan yang mana dapat mengganggu bila bersamaan dengan keluarnya kepala bayi. (3) Pola fisik dan istirahat Norma-norma yang mengatur aktivitas fisik ibu hamil sangat bervariasi. Banyak kelompok (Carrington, 1978; Horn, 1998; Lee, 1989) menganjurkan ibu untuk aktif, berjalan dan terlibat dalam aktivitas-aktivitas normal, tetapi tidak melelahkan untuk memastikan bayi yang dikandung sehat dan tidak terlalu besar (Bobak, 1996 : 169). Banyak wanita melakukan aktifitas fisik secara teratur selama tidak hamil. Mereka takut kehilangan fisik yang fit selama periode mereka terpaksa mengurangi kegiatan selama hamil. Wanita yang bisanya tidak berolah raga harus memulai kegiatan fisik dan intensitasnya rendah dan meningkatkan aktivitas secara teratur. Akan tetapi, aktivitas yang dilakukan secara terus-menerus sampai ibu hamil menjadi terlalu lelah atau lebih membuat perfusi darah ke rahim berkurang dan pemberian oksigen ke fetoplasental menurun (Bobak, 1998 : 164). (4) Pola aktivitas seksual

Pada kebanyakan budaya, aktivitas seksual tidak dilarang sampai akhir kehamilan. Sampai saat inbi belum membuktikan dengan pasti bahwa koitus dan orgasme dikontraindikasikan selama masa hamil untuk wanita yang sehat secara medis dan memiliki kondisi obstetri yang prima. Akan tetapi, riwayat abortus spontan atau ancaman abortus lebih satu kali, keguguran yang nyaris terjadi pada trimester kedua, atau ketuban pevah dini, perdarahan atau sakit perut pada kehamilan trimester ketiga merupakan peringakat untuk tidak melakukan koitus dan orgasme (Bobak, 1998 : 167). (5) Pola kebiasaan a. Minuman beralkohol, asap rokok dan substansi lain Sampai saat ini belum ada standar penggunaan alkohol yang aman untuk ibu hamil. Walaupun minum alkohol sesekali tidak berbahaya, baik bagi ibu maupun perkembangan embrio atau janinnya, sangat dianjurkan untuk tidak minum alkohol sama sekali. Ketergantungan alkohol pada ibu hamil dikaitkan dengan tingginya angka abortus spontan. Risiko abortus spontan berbanding lurus dengan dosis pemakaian alkohol. Merokok atau terus-menerus menghirup asap rokok yang lain dikaitkan dengan terdari pertumbuhan janin dan peningkatan mortalitas dan morbiditas bayi dan perinatal. Merokok juga meningkatkan frekuensi persalinan prematur, ketuban pecah dini, plasenta previa dan kematian janin. Kebanyakan penelitian tidak melaporkan adanya hubungan penggunaan kafein dengan catat pada bayi atau berat badan bayi. (Leviton, 1988 : Cunningham, dkk, 1998). Efek lain tidak diketahui karena itu ibu hamil dianjurkan untuk membatasi

pemakaian kafein. Setiap zat, yang mengubah kejiwaan merusak janin dan tidak boleh digunakan. Marijuana, heroin, dan kokain adalah contoh zat yang sangat populer (Bobak, 1996 : 166). b. Obat-obatan Kesalahan subklinis teretntu atau defisiensi pada mekanisme intermediet pada janin merngubah obat yang sebenarnya tidak berbahaya menjadi obat berbahaya. Bahaya terbesar, yang menyebabkan defek pada perkembangan janin akibat penggunaan obat-obatan, dapat muncul sejak fentilisasi sampai sepanjang terimester pertama. 2.2.1.2 Data Objektif Diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, perkusi, pemeriksaan penunjang. 1. Pemeriksaan Umum (1) (2) Kesadaran : composmentis Tekanan darah

Diukur untuk mengetahui kemungkinan preeklamsia, yaitu bila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg. (3) (4) (5) (6) (7) Denyut nadi Pernafasan Suhu Lila Berat badan Untuk mengetahui fungsi jantung ibu, normalnya 80 90 x/menit. Untuk mengetahui fungsi sistem pernafasan, normalnya 1624 x/menit Suhu tubuh normal 36 37,5oC. Untuk mengetahui status gizi ibu, normalnya 28,5 cm.

Ditimbang waktu tiap kali ibu datang untuk kontrol kandungannya. (8) Tinggi badan Pengukuran cukup dilakukan sekali, yaitu waktu ibu periksa hamil yang pertama kali. 2. Pemeriksaan Fisik 1) Inspeksi (1) Muka Apakah oedema atau tidak, cyanosis atau tidak. (2) Mata Konjungtiva Sklera (3) Hidung Bersih atau tidak, ada polip atau tidak, ada sekret atau tidak. (4) Mulut dan gigi Bersih atau tidak, ada luka atau tidak, ada caries atau tidak. (5) Leher Ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe atau tidak. (6) Dada Payudara simetris atau tidak, puting bersih dan menonjol atau tidak, hiperpigmentasi areolla atau tidak, colostrum sudah keluar atau belum. (7) Abdomen Ada luka bekas SC atau tidak, ada linea atau tidak, striae albican atau lividae. (8) Genetalia a. Vulva dan vagina Bersih atau tidak, oedema atau tidak, ada flour albus atau tidak, ada pembesaran kelenjar skene dan kelenjar bartholini atau : normalnya berwarna merah muda : normalnya berwarna putih

tidak, ada condilomatalata atau tidak, ada condiloma acuminata atau tidak, kemerahan atau tidak. b. Perineum Ada luka bekas episiotomi atau tidak. (9) Anus Ada benjolan atau tidak, keluar darah atau tidak. (10) Ekstrimitas Ekstremitas atas : simetris atau tidak, oedema atau tidak varices atau tidak 2) Palpasi (1) Leher Ada bendungan vena jugularis atau tidak (2) Dada Ada massa pada payudara atau tidak (3) Abdomen Leopold I : tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan atau tidak, di fundus normalnya teraba bagian lunak dan tidak melenting (bokong) Leopold II : normalnya teraba bagian panjang, keras seperti papan (punggung) pada satu sisi uterus dan pada sisi lain teraba bagian kecil Leopold III : normalnya teraba bagian yang bulat, keras dan melenting pada bagian bawah uterus ibu (symphisis) Apakah sudah masuk PAP Leopold IV : dilakukan jika pada leopold III teraba kepala janin WHO : sudah masuk PAP Ekstremitas bawah : simetris atau tidak, oedema atau tidak,

Dilakukan

dengan

menggunakan

patokan

jari

penolong dan symphisis ibu, berfungsi untuk mengetahui penurunan presentasi. 3) kanan) Normalnya : 120 160 x/menit 4) kanan. 3. Pemeriksaan Khusus Vaginal toucher sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I persalinan dan setelah selaput ketuban pecah, catat pada jam berapa diperiksa, oleh siapa dan sudah pembukaan berapa, dengan VT dapat diketahui juga effeccement, konsistensi, keadaan ketuban, presentasi, denominator dan hodge. Pemeriksaan dalam dilakukan atas indikasi : 1) Ketuban pecah sedanghkan bagian depan masih tinggi 2) Apabila kita mengharapkan pembukaan lengkap 3) Untuk menyelesaikan persalinan 2.2.2 Assesment 2.2.2.1 Diagnosa Kebidanan Diagnosa kebidanan pada kehamilan dapat ditegakkan dengan melakukan: 1. 2. 3. 2.2.2.2 Masalah Anamnesa Pemeriksaan fisik Pemeriksaan dalam Perkusi Terdengar gerakan refleks pada kaki, baik pada kaki kiri maupun Auskultasi Terdengar denyut jantung di bawah pusat ibu (baik dibagian kiri atau

Merupakan hal-hal yang berkaitan dengan psikologi, sosial, cultural, dan spiritual ibu. Masalah ini biasanya menyertai diagnosa 2.2.2.3 Diagnosa Potensial Identifikasi masalah atau diagnosa potensial ditegakkan berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditentukan. 2.2.3 Planning Dalam merumuskan rencana asuhan kebidanan harus didasarkan pada data yang diperoleh serta data harus disertai dengan rasional dari perencanaan tersebut. Perencanaan tindakan pada persalinan normal adalah : 2.2.3.1 Kala I 1. 1) diri. 2) 3) 2. 1) 2) 3) 4) Memberitahu ibu mengenai proses dan kemajuan persalinan Mendengar keluhan-keluhan ibu Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan/asuhan yang didapat Melakukan perubahan posisi Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin Menyarankan ibu untuk berjalan Mengajak orang yang menemaninya (suami atau Membantu ibu dalam persalinan jika ibu tampak gelisah, Memberikan dukungan untuk mengembalikan rasa percaya ketakutan, dan kesakitan

diberikan adalah :

ditempat tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring kiri

keluarganya) untuk memijat atau menggosok punggungnya atau membasuh mukanya diantara kontraksi 5) Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan kesanggupannya

6)

Mengajarkan kepada ibu teknik bernafas dukungan ibu untuk dijadikan semangat saat persalinan

Rasional : Untuk membantu mengurangi rasa kesakitan dan sebagai 3. 4. Tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta

Rasional : Untuk memberikan rasa nyaman pada ibu prosedur yang akan dilaksanakan dasri hasil-hasil pemeriksaan Rasional : Ibu mengetahui kondisi dirinya dan bisa mengurangi kecemasan 5. Memperbolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah buang air kecil atau besar Rasional : Untuk menjaga kebersihan ibu dan supaya ibu merasa segar 6. Memberikan minum untuk mencegah dehidrasi dan supaya ibu tidak kekurangan cairan 7. Menyarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin menghemat jalannya persalinan 2.2.3.2 Kala II 1. 1) 2) 2. Memberi dukungan terus-menerus kepada ibu Mendampingi agar ibu merasa nyaman Menawarkan minum Menjaga kebersihan diri Rasional : Untuk menjaga kandung kemih ibu tetap kosong supaya tidak

Rasional : Untuk cadangan tenaga ibu pada saat menghadapi persalinan

Rasional : Ibu mendapatkan dukungan dan bisa lebih tentram. 1) Agar terhindar dari infeksi 2) Membersihkan ibu jika ada darah, lendir atau cairan ketuban Rasional : Ibu bisa terhindari dari infeksi dan merasa lebih nyaman 3. Memberi dukungan mental pada ibu

Rasional : Bisa mempengaruhi psikologik ibu sehingga ibu tidak merasa kesepian dan lebih percaya diri menghadapi masalah 4. duduk Rasional : Sebagai persiapan ibu saat persalinan supaya lebih nyaman 5. Menjaga kandung kemih tetap kosong lebih nyaman 2.2.3.3 Kala III 1. Melakukan pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir Rasional : Mengurangi rasa nyeri dan merangsang terjadinya kontraksi uterus sehingga mencegah perdarahan pasca persalinan Rasional : Supaya tidak menghambat jalannya persalinan dan ibu merasa Mengatur posisi ibu : jongkok, menungging, tidur miring, setengah

2. Tetap memberikan dukungan pada ibu Rasional : Menghindari kehilangan rasa percaya diri yang bisa menyebabkan post partum blues 3. Membersihkan sisa-sisa darah yang dikeluarkan ibu setelah persalinan Rasional : Supaya ibu merasa lebih nyaman 4. Membasuh dan mengusap dengan waslap daerah kemaluan ibu dan sekitarnya Rasional : Supaya ibu merasa lebih nyaman dan segar, sebagai langkah personal hygiene 5. Mengusap keringat ibu Rasional : Ibu merasa nyaman dan tidak merasa kehilangan perhatian yang didapatnya selama hamil 6. Memasang gurita pada perut ibu Rasional : Ibu merasa lebih nyaman, membantu mengurangi rasa nyeri dan membantu mengembalikan rasa percaya diri ibu

7. Mengganti pakaian ibu yang kotor dengan yang bersih Rasional : Menjaga kebersihan diri ibu, membantu mengembalikan kepercayaan diri ibu dan menciptakan suasana yang nyaman 8. Memberikan semangat pada ibu serta menunjukkan dan meletakkan bayi dipelukan ibu Rasional : Ibu tidak khawatir lagi dengan kondisi banyinya. 2.2.3.4 Kala IV 1. Memeriksa fundus uteri setiap 15 menit jam pertama, 20 30 menit jam kedua Rasional : Mengetahui kekuatan kontraksi uterus, kontraksi uterus baik bisa mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan 2. Memeriksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, perdarahan setiap 15 menit jam pertama, setiap 30 menit jam kedua. Rasional : Mengetahui kondisi ibu dan setiap berkembangan yang terjadi 3. Menganjurkan ibu untuk minum Rasional : Mencegah dehidrasi dan menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh ibu 4. Membiarkan ibu istirahat dengan posisi yang nyaman Rasional : Ibu bisa memulihkan tenaga yang sudah banyak dikeluarkan. 5. Menganjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya Rasional : Menyusui bisa membantu kontraksi uterus, mencegah perdarahan pasca persalinan 6. Menemani ibu bila ingin ke kamar mandi dan memastikan sudah buang air kecil dalam 3 jam pasca persalinan Rasional : Ibu masih dalam keadaan lemah atau pusing pasca persalinan 2.2.4 Penatalaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Pelaksanaan yang efisien menyangkut waktu dan biaya serta menghasilkan mutu asuhan yang terjamin. 2.2.5 Evaluasi Merupakan tahap akhir dari keseluruhan proses asuhan kebidanan. Evaluasi menilai apakah asuhan yang telah diberikan sudah efektif atau tidak. Jika belum berhasil, proses asuhan dapat dimulai dari awal lagi. Evaluasi ditulis dalam bentuk catatan perkembangan yang meliputi subyektif, obyektif, assesment, dan planning (SOAP).

Você também pode gostar