Você está na página 1de 16

PLENARY DISCUSSION BLOK GENETIKA DAN BIOLOGI MOLEKULER

TUTORIAL

SYAHRIZAL ARDHIYAND H. SEPTI WAHYU ARIFIANTO HENDRA SETYAWAN VERANI DWITASARI FENTY ISWANINGTYAS TIGRIS THURSINA P. RIAYANI S. DIAN SIDIQ WIBOWO DINA EKA BHINTAMI PUTRI KURNIASARI SISCA DWI AGUSTINA RENDY RETNANDY SUSETYO ATIK DYAH MEGASARI DESI AMELIA

(20080310038) (20080310051) (20080310066) (20080310081) (20080310087) (20080310090) (20080310152) (20080310156) (20080310159) (20080310166) (20080310179) (20080310182) (20080310210) (20080310218)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2009

Skenario

A Mother brings her 1,5 years old son to a pediatrician. She just recently observes that her son looks pale. She also just realized that her son is smaller than his peer. His elder sister, 4 years old, is completely healthy without such complaints. After taking clinical history and physical examination, the doctor decide to proceed with additional examinations. Blood examination reveals severe anemia with decreased MCV, and MCH. On peripheral blood smear, there are marked anisocytosis and poikilocytosis with many nucleated red cells, contracted red cells and polychromasia. Hemoglobin electrophoresis shows marked increase of HbF and elevated HbA2. The doctor diagnoses him as having beta thalassemia major. Further DNA analysis revealed the presence of 2 mutations in the globin gene of the patient, including single nucleotide substitution in codon 26 (GAG AAG) and mutation in intron 1 ( IVS1 5G>C). His Father carries the heterozygote mutation in codon 26 while his mother has the heterozygote mutation in intron 1. Based on those data, the doctor established a final diagnosis of beta thalassemia compound heterozygote for the boy.

I.

Clarifying Unfamiliar Terms


MCV= Mean Corpuscular Volume menurut SI 8097.6 fl) MCH= Mean Corpuscular Hemoglobin= rata-rata jumlah Hemoglobin yang terdapat pada tiap satu Sel darah merah.untuk keadaan normal yaitu sebanyak 27 33 pg/cell ( atau menurut SI 1.662.09 fmol/cell) HbF = Hemoglobin yang mengandung dua rantai globin alpha () dan dua = ukuran rata-rata dari sel darah merah. Untuk nilai rujukan dalam keadaan normal yaitu sebesar 8097.6 mcm3 (atau

rantai globin gamma (), yang diproduksi pada saat masa kehamilan dan akan menurun seiring bertambahnya usia. HbA2 = Hemoglobin yang terdiri dari dua rantai globin alpha () dan dua rantai globin delta ()

Heterozygote mutation= mutasi yang hanya terjadi pada salah satu gen dari suatu pasangan gen. Apabila bersifat dominant, maka akan timbul gejala klinis atau akan menjadi penderita. Namun apabila bersifat resesif, maka akan sebagai carrier,dengan tidak timbul gejala klinis yang parah.

Thalassemia = kelompok heterogen anemia hemolitik herediter yang ditandai oleh penurunan kecepatan sintesis satu rantai polpeptida hemoglobin atau lebih (Dorland, ed 28)

II.

Problem Definition
1. Bagaimana patogenesis molekuler dari thalassemia? 2. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya thalassemia? 3. Apakah penyebab gejala gejala yang tampak pada thalassemia? 4. Bagaimana susunan genotip dan fenotip pada penderita Thalassemia? 5. Bagaimana pengklasifikasian thalasemia dan apa dasar dari pengklasifikasian tersebut? 6. Bagaimana diagnosis molekuler pada thalassemia beta? 7. Apa saja pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis pada anak dengan thalassemia? 8. Komplikasi penyakit thalassemia beta apa saja? 9. Jika kedua orangtua ingin mempunyai anak lagi, bagaimana factor kemungkian anak berikutnya dapat terkena thalassemia? 10. Bagaimana Penatalaksanaan kasus dan thalassemia secara umum? 11. Bagaimana sisi sosial ( menyangkut kondisi psikis orangtua dan perkembangan) pada pasien anak dengan thalassemia? 12. Bagaimana pola pewarisan thalassemia?

III.

Analyzing the Problems


1. ThalassemiaAlfa Pada thalassemia alfa terjadi mutasi pada kromosom 16 yang menyebabkan tidak terbentuknya rantai globin . Pada newborn yang masih memiliki Hb F (22),

kekurangan rantai globin menyebabkan terdapat rantai globin yang tidak berpasangan. Rantai globin yang tidak berpasangan tersebut, kemudian akan membentuk tetramer sebagai Hb Barts. Sedangkan pada bayi > 6 bulan (dimana kadar HbF sama dengan orang dewasa) terdapat Hb A (22), kekurangan rantai globin menyebabkan rantai tidak berpasangan yang kemudian membentuk tetramer sebagai HbH. Pembentukan tetramer ini mengakibatkan eritropoiesis yang kurang efektif. Tetramer HbH cenderung mengendap seiring dengan penuaan sel, menghasilkan inclusion bodies. Proses hemolitik merupakan gambaran utama kelainan ini. Hal ini semakin berat karena HbH dan Hb Barts adalah homotetramer yang tidak mengalami perubahan allosentrik yang diperlukan untuk transpor oksigen. Seperti mioglobin, mereka tidak bisa melepas oksigen pada tekanan fisiologis. Sehingga tingginya kadar HbH dan Hb Barts sebanding dengan beratnya hipoksia 2. ThalassemiaBeta Pada thalassemia beta terjadi mutasi pada kromosom 11 yang menyebabkan tidak terbentuknya rantai globin yang mengakibatkan kelebihan rantai globin pada HbA (22). Kelebihan rantai akan mengendap pada membran sel eritrosit dan prekursornya. Hal ini menyebabkan pengrusakan prokursor eritrosit yang hebat intramedular. Eritrosit yang mencapai darah tepi memiliki inclusion bodies yang menyebabkan pengrusakan di lien dan oksidasi membrane sel, akibat pelepasan heme dari denaturasi hemoglobin dan penumpukan besi pada eritrosit. Sehingga pada thalassemia disebabkan oleh berkurangnya produksi dan pemendekan umur eritrosit dan memberikan gambaran anemia hipokrom dan mikrositer. Terjadinya eritropoesis yang berlangsusng tidak efektif mengakibatkan jumlah eritrosit normal yang dibutuhkan menjadi berkurang. Hal ini menimbulkan peningkatan eritropoesis dalam sumsum tulang (intramedular), dan bila masih belum mencukupi akan dibantu dengan eritropoesis ekstramedular pada hati dan limpa. Sebagian kecil precursor eritrosit memiliki kemampuan membuat rantai menghasilkan HbF extra uterine. Pada thalassemia sel ini sangat terseleksi dan kelebihan rantai lebih kecil karena sebagian bergabung dengan rantai

membentuk HbF. Kombinasi anemia pada thalassemia dan eritrosit yang kaya HbF dengan afinitas oksigen tinggi , menyebabkan hipoksia berat yang menstimulasi produksi eritropoetin. Hal ini mengakibatkan peningkatan masa eritroid yang tidak efektif dengan parubahan tulang, peningkatan absorbsi besi, metabolisme yang tinggi dan gambaran klinis thalassemia mayor. Penimbunan lien dengan eritrosit abnormal mengakibatkan pembesaran limpa yang diikuti dengan terperangkapnya eritrosit, leukosit dan trombosit dalam limpa, sehngga menimbulkan gambaran hiperplenisme. 2. Setiap sifat dan fungsi fisik pada tubuh kita dikontrol oleh gen, yang bekerja sejak masa embrio. Gen terdapat di dalam setiap sel tubuh kita. Setiap gen selalu berpasangan. Satu belah gen berasal dari ibu, dan yang lainnya dari ayah. Diantara banyak gen dalam tubuh kita, terdapat sepasang gen yang mengontrol pembentukan hemoglobin pada setiap sel darah merah. Gen tersebut dinamakan gen globin. Gen-gen tersebut terdapat di dalam kromosom. Penyakit thalassemia disebabkan oleh adanya kelainan/perubahan/mutasi pada gen globin alpha atau gen globin beta sehingga produksi rantai globin tersebut berkurang atau tidak ada. Akibatnya produksi Hb berkurang dan sel darah merah mudah sekali rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Bila kelainan pada gen globin alpha maka penyakitnya disebut thalassemia alpha, sedangkan kelainan pada gen globin beta akan menyebabkan penyakit thalassemia beta.

3.

-Anemia Warna merah dari darah manusia disebabkan oleh hemoglobin yang terdapat di dalam darah merah. Hemoglobin terdiri atas zat besi dan protein yang dibentuk oleh rantai globin alfa dan rantai globin beta. Pada penderita thalassemia beta, produksi rantai globin beta tidak ada atau berkurang. Sehingga hemoglobin yang dibentuk berkurang. Selain itu berkurangnya produksi rantai globin beta mengakibatkan rantai globin alfa relatif berlebihan dan akan saling mengikat membentuk suatu benda yang menyebabkan sel darah merah mudah rusak.

Berkurangnya produksi hemoglobin dan mudah rusaknya sel darah merah mengakibatkan penderita menjadi pucat atau anemia atau kadar Hbnya rendah. - gejala gejala lain meliputi: - Pembesaran Limpa Limpa berfungsi membersihkan sel darah yang sudah rusak. Selain itu limpa juga berfungsi membentuk sel darah pada masa janin. Pada penderita thalassemia, sel darah merah yang rusak sangat berlebihan sehingga kerja limpa sangat berat. Akibatnya limpa menjadi membengkak. Selain itu tugas limpa lebih diperberat untuk memproduksi sel darah merah lebih banyak.

- Perubahan bentuk tulang muka Sumsum tulang pipih adalah tempat memproduksi sel darah. Tulang muka adalah salah satu tulang pipih, Pada thalassemia karena tubuh selalu kekurangan darah, maka pabrik sel darah daiam hal ini sumsum tulang pipih akan berusaha memproduksi sel darah merah sebanyak-banyaknya. Karena pekerjaannya yang meningkat maka sumsum tulang ini akan membesar, pada tulang muka pembesaran ini dapat dilihat dengan jelas dengan adanya penonjolan dahi, jarak antara kedua mata menjadi jauh, tulang pipi menonjol.

4.

5.

Klasifikasi Talasemia

Berdasarkan gangguan pada rantai globin yang terbentuk, talasemia dibagi menjadi : 1. Talasemia alpha Talasemia alpha disebabkan karena adanya mutasi dari salah satu atau seluruh globin rantai alpha yang ada. Talasemia alpha dibagi menjadi : 2. Talasemia Beta Talasemia beta terjadi jika terdapat mutasi pada satu atau dua rantai globin yang ada. Berdasarkan gejala klinis atau tingkat keparahannya

Thalasemia Mayor

Terjadi bila kedua orang tuanya membawa gen pembawa sifat Thalasemia. Gejala ul sejak awal masa kanak-kanak dan biasanya penderita hanya bertahan hingga umur sekitar 2 tahun. Penderita memerlukan transfusi darah seumur hidupnya.

Thalasemia minor/trait

Gejala yang muncul pada penderita Thalasemia minor bersifat ringan, biasanya hanya sebagai pembawa sifat. Istilah Thalasemia trait digunakan untuk orang sehat namun dapat mewariskan gen Thalasemia pada anak-anaknya

Thalasemia intermedia

Merupakan kondisi antara thalasemia mayor dan minor Berdasarkan penyebab: Thalassemia tipe Karena tiap individu mengandung sepasang autosom maka individu normal mengandung empat gen yang menghasilkan protein dalam jumlah yang sama. Thalassemia dapat dibagi menjadi menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Thalassemia tipe delesi Ditandai oleh delesi (kehilangan) gen .

Thalassemia tipe nondelesi Pada bentuk ini tidak dijumpai delesi gen namun terjadi mutasi pada gen tersebut yang menyebabkan gangguan pada rantai globin . Gangguan yang menyebabkan timbulnya gen T bervariasi, tetapi pada dasarnya dapat berupa gangguan pada mRNA atau pada protein, yaitu: a) Mutasi yang menyebabkan gangguan pada proses splicing sehingga menghasilkan mRNA abnormal yang mudah dipecah oleh endonuklease sel. Contoh: Meditteranian Nondeletion -Thal b) Mutasi yang menyebabkan perubahan pada polyadenylation signal sehingga menghasilkan mRNA tanpa ekor poli-A (poly-A tail) yang menyebabkan mRNA mudah pecah. Contoh: Saudi Arabian Nondeletion -Thal Type 2. c) Mutasi yang menyebabkan perubahan kerangka baca (frame-shift) sehingga menghasilkan protein yang tak berfungsi. Contoh: Saudi Arabian Nondeletion -Thal Type 1. d) Mutasi yang menyebabkan timbulnya rantai globin yang tidak stabil dan mudah dipecah oleh endopeptidase sel. Contoh: Hb Quong Sze, Hb Constant Spring. Thalassemia Thalassemia timbul karena adanya kekurangan rantai globin . 1. Thalassemia karena persilangan tak seimbang 2. Thalassemia karena mutasi titik 3. Thalassemia bentuk Thalassemia dan Kelainan ini disebabkan oleh delesi gen atau gen .

6.

Thalassemia beta terjadi bila 1 atau ke 2 gen penyusun rantai beta-globin dari hemoglobin berubah. Derajat keparahannya tergantung berapa gen yang terlibat. Bila ke2 gennya berubah, dapat terjadi anemia sedang hingga berat.

Ada 2 gen penyusun beta globin dari hemoglobin, masing masing gen berasal dari salah satu orang tuanya. Thalassemia beta terjadi bila 1 atau ke 2 gen berubah. -seseorang dikatakan karier bila ada 1 gen yang affected, dan dikatakan sebagai beta thalassemia trait atau beta thalassemia minor. Orang ini menderita anemia ringan. -bila ke 2 gen affected, penderitanya menunjukkan anemia sedang (beta thalassemia intermedia, atau mild Cooleys anemia) atau anemia parah (beta thalassemia major atau Cooleys anemia) Menurunnya produksi beta globin menyebabkan anemia hypochromic dan microcytic, dan ketidakseimbangan produksi globin akan terjadi kompensasi yang menyebabkan berlebihannya produksi alpha globin, yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan membran sel. Rantai beta hanya penting pada kehidupan setelah lahir, sehingga thalassemia beta tampak setelah bayi berusia beberapa bulan, ketika beta globin menggantikan gamma globin(), sehingga terjadi penurunan Hb A. Karena gen tetap normal, maka produksi Hb A2 tetap normal. Peningkatan produksi Hb A2 ini merupakan ciri khas dari thalassemia beta heterozigot. Berbeda dari alpha thalassemia, beta thalassemia disebabkan adanya substitusi 1 pasangan basa (bp), bukan delesi. individu dengan beta-thalassemia alel (homosigot) disebut thalassemia major, suatu kondisi dimana penderitanya menderita anemia berat dan membutuhkan terapi seumur hidup. bila beta-thalassemia alel menunjukkan adanya sedikit produksi beta globin, tetapi tidak ada Hb A, kondisi ini disebut 0-thalassemia. Bila ada sedikit Hb A, maka disebut +-thalassemia

Pada thalassemia meliputi empat sindrom klinis. Yaitu silent carrier, trait thalassemia, thalassemia intermedia, dan thalassemia mayor. Heterogenitas klinis menunjukan perbedaan

mutasi. Banyak mutasi yang mengeliminasi ekspresi gen globin , sedangkan yang lain secara bervariasi menurunkan derajat ekspresi gen globin . Makin ringan penurunan ekspresi gen globin , makin baik manifestasi klinisnya, karena derajat ketidakseimbangan antara rantai dan menunjukan derajat beratnya penyakit. Sindrom klinis thalassemia tidak muncul sampai usia 4-6 bulan, dimana terjadi perubahan dari HbF ke HbA. Tetapi sindrom thalassemia sebagai hydrops fetalis ( 4 gen) dan penyakit HbH (delesi 3 gen) muncul dengan anemia dan hepatosplenomegali. Trait dan silent carrier tidak menampakan gejala-gejalanya dan terdeteksi secara tak sengaja pada kehidupan selanjutnya. 7. Diagnosis dari talasemia diketahui dengan melakukan beberapa pemeriksaan darah, seperti : 1. FBC (Full Blood Count) Pemeriksaan ini akan memberikan informasi mengenai berapa jumlah sel darah merah yang ada, berapa jumlah hemoglobin yang ada di sel darah merah, dan ukuran serta bentuk dari sel darah merah. 2. Sediaan Darah Apus Pada pemeriksaan ini darah akan diperiksa dengan mikroskop untuk melihat jumlah dan bentuk dari sel darah merah, sel darah putih dan platelet. Selain itu dapat juga dievaluasi bentuk darah, kepucatan darah, dan maturasi darah. 3. Iron studies Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui segala aspek penggunaan dan penyimpanan zat besi dalam tubuh. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk membedakan apakah penyakit disebabkan oleh anemia defisiensi besi biasa atau talasemia. 4. Haemoglobinophathy evaluation Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui tipe dan jumlah relatif hemoglobin yang ada dalam darah. 5. Analisis DNA

Analisis DNA digunakan untuk mengetahui adanya mutasi pada gen yang memproduksi rantai alpha dan beta. Pemeriksaan ini merupakan tes yang paling efektif untuk mendiagnosa keadaan karier pada talasemia. Prosedur Diagnosis Prenatal Diagnosis prenatal melalui beberapa tahap. Tahap pertama adalah pemeriksaan ibu janin yang meliputi pemeriksaan darah tepi lengkap dan analisis hemoglobin. Bila ibu dinyatakan pembawa sifat thalassemia beta maka pemeriksaan dilanjutkan ke tahap kedua yaitu suami diperiksa darah tepi lengkap dan analisis hemoglobin. Bila suami juga membawa sifat thalassemia maka suami-isteri ini diperiksa DNAnya untuk menentukan jenis kelainann pada gen globin beta. Selanjutnya diambil jaringan janin (villi choriales atau jaringan ari-ari) pada saat janin berumur 10-12 minggu untuk diperiksa DNAnya. Bila janin ternyata hanya mebawa satu belah gen globin beta yang mengalami kelainan (gen thalassemia beta) atau sama sekali tidak membawa gen thalassemia beta maka kehamilan dapat diteruskan dengan aman. Tetapi bila janin ternyata membawa kedua belah gen thalassemia yang artinya janin akan menderita thalassemia beta maka penghentian kehamilan dapat menjadi pilihan.

8.

Komplikasi yang dapat terjadi pada Klien Dengan Thalasemia

Fraktur patologis Hepatosplenomegali Gangguan Tumbuh Kembang Disfungsi organ

9.

Talasemia adalah penyakit herediter yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Penderita dengan keadaan talasemia sedang sampai berat menerima variasi gen ini dari kedua orang tuannya. Seseorang yang mewarisi gen talasemia dari salah satu orangtua dan gen normal dari orangtua yang lain adalah seorang pembawa (carriers). Bila 2 orang karier thalassemia beta menikah, maka ada 3 kemungkinan : anaknya mewarisi 2 gen normal (masing-masing gen normal berasal dari salah satu orang tua) = 25% anaknya mewarisi gen normal dan gen mutan dari orang tuanya (thalassemia trait) =50% anaknya mewarisi 2 gen mutan dari orang tuanya (masing-masing dari salah satu orang tuanya) dan menderita thalassemia sedang sampai berat = 25% Sehingga walaupun seorang pasangan suami istri telah mempunyai anak sebelumnya (kedua) mengidap talasemia, kemungkinan besar anak ketiga juga akan mengidap talasemia jika seorang ibu carrier dan ayah yang juga carrier.

10.

Sampai saat ini penyakit thalasemia belum dapat disembuhkan. Agar tetap bertahan hidup, penderita thalasemia harus menjalani transfusi darah setiap bulan. Akibat transfusi yang berulang, zat-zat besi pun menumpuk di tubuh. Untuk membersihkannya harus dilakukan suntikan desferal (deferoxamine) selama 20 hari dalam sebulan. Obat yang disuntikkan di bawah kulit ini akan mengikat zat besi dan dikeluarkan melalui urine. Idealnya, seorang penderita thalasemia harus melakukan kelasi atau pembersihan zat-zat besi lima kali seminggu, 20 kali sebulan. Pemakaian pompa suntiknya setiap malam selama 8-12 jam. Begitu anak bangun pagi, suntikan/infus desferal dilepas dan ia dapat bebas beraktivitas, seperti bersekolah. Saat ini telah ditemukan tablet yang dapat menggantikan proses pembuangan zat besi berlebih dalam tubuh sehingga penderita tidak perlu mendapat suntikan Desferal. Tablet ini dapat mengurangi risiko gagal jantung karena penumpukan zat besi. Pengidap thalasemia yang mendapat pengobatan secara baik dapat menjalankan hidup layaknya orang normal di tengah masyarakat.

Di negara maju, pengobatan terbaru adalah dengan cangkok sumsum tulang. Jaringan sumsum penderita diganti dengan sumsum tulang donor yang cocok-biasanya dari orangtua atau saudara-sehingga mampu memproduksi sendiri sel-sel darah merah yang cukup mengandung hemoglobin. Hanya saja, biayanya memang masih sangat mahal. Penatalaksanaan secara umum: I.

Medikamentosa Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah kadar feritin serum sudah mencapai 1000 mg/l atau saturasi transferin lebih 50%, atau sekitar 10-20 kali transfusi darah. Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari subkutan melalui pompa infus dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5 hari berturut setiap selesai transfusi darah.

Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk meningkatkan efek kelasi besi. Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat. Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur sel darah merah.

II.

Bedah Splenektomi, dengan indikasi:

limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan peningkatan tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya ruptur hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah atau kebutuhan suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan dalam satu tahun.

III.Suportif Transfusi darah :

Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan kedaan ini akan memberikan supresi sumsum tualang yang adekuat, menurunkan tingkat akumulasi besi, dan dapat mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan penderita. Pemberian darah dalam bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl. Selain itu ada beberapa upaya pencegahan: Kelahiran penderita thalassemia dapat dicegah dengan 2 cara. Pertama adalah mencegah perkawinan antara 2 orang pembawa sifat thalassemia. Kedua adalah memeriksa janin yang dikandung oleh pasangan pembawa sifat, dan menghentikan kehamilan bila janin dinyatakan sebagai penderita thalassemia (mendapat kedua gen thalassemia dari ayah clan ibunya). 11. Ditinjau dari segi keluarga penderita, adanya seorang atau beberapa anak yang menderita penyakit thalassemia mayor merupakan beban yang sangat berat karena mereka menderita anemia berat dengan kadar Hb di bawah 6-7 gr%. Mereka harus mendapatkan transfusi darah seumur hidup untuk mengatasi anemia mempertahankan kadar haemoglobin 9-10 gr%. Dapat dibayangkan bagaimana beratnya beban keluarga apabila beberapa anak yang menderita penyakit tersebut. Pemberian transfusi darah yang berulang-ulang dapat menimbulkan komplikasi hemosiderosis dan hemokromatosis, yaitu menimbulkan penimbunan zat besi dalam jaringan tubuh sehingga dapat menyebabkan kerusakan organ-organ tubuh seperti hati, limpa, ginjal, jantung, tulang, dan pankreas. Tanpa transfusi yang memadai penderita thalassemia mayor akan meninggal pada dekade kedua. Selain beban finansial, beban psikologis-emosional juga sangat berat bagi orang tua dan keluarga pasien talasemia. Sebagai family physician maka diharapkan mampu memberikan konseling terhadap keluarga penderita thalassemia. Konseling berupa penjelasan tentang bagaimana seluk beluk penyakit thalassemia, kemudian membantu keluarga untuk menghadapi problem problem menyangkut thalassemia serta membantu memutuskan berkaitan dengan masalah thalassemia dan, selalu mendampingi keluarga berkaitan dengan pelaksanaan

keputusan

yang

telah

diambil.

12.

Pola pewarisan thalassemia dari ayah carrier dan ibu carrier

Pewarisan jika kedua orang tua normal Maka kemungkinan 50% carrier dan 50% normal. Gen pembawa thalassemia dapat muncul sebagai genotip, namun fenotip tetap normal. Penyakit ini diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta yang terletak pada kromosom 11. Pada manusia kromosom selalu ditemukan berpasangan. Gen globin beta ini yang mengatur pembentukan salah satu komponen pembentuk hemoglobin. Bila hanya sebelah gen globin beta yang mengalami kelainan disebut pembawa sifat thalassemia-beta. Seorang pembawa sifat thalassemia tampak normal/sehat, sebab masih mempunyai 1 belah gen dalam keadaan normal (dapat berfungsi dengan baik). Seorang pembawa sifat thalassemia jarang memerlukan pengobatan. Bila kelainan gen globin terjadi pada kedua kromosom, dinamakan penderita thalassemia (Homosigot/Mayor). Kedua belah gen yang sakit tersebut berasal dari kedua orang tua yang masing-masing membawa sifat thalassemia. Pada proses pembuahan, anak hanya mendapat sebelah gen globin beta dari ibunya dan sebelah lagi dari ayahnya. Bila kedua orang tuanya masing-masing pembawa sifat thalassemia maka pada setiap pembuahan akan terdapat beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama si anak mendapatkan gen globin beta yang berubah (gen

thalassemia) dari bapak dan ibunya maka anak akan menderita thalassemia. Sedangkan bila anak hanya mendapat sebelah gen thalassemia dari ibu atau ayah maka anak hanya membawa penyakit ini. Kemungkinan lain adalah anak mendapatkan gen globin beta normal dari kedua orang tuanya.

DAFTAR PUSTAKA Suryohudoyo, Purnomo. 2007. Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler. Jakarta: Sagung Seto. Suryo. 2005.Genetika Manusia. Cetakan kedelapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Dorland, W.A. Newman, alih bahasa dr.Huriwati Hartanto, dkk. 2002. Kamus Kedokteran DORLAND Edisi 29. Jakarta : EGC

Você também pode gostar