Você está na página 1de 4

Menurut Pandangan Agama Budha Pada kasus yang dialami Ny.

Dita ini dimulai dari gangguan orientasi seksual yang dialaminya, pernikahan paksa yang terjadi, KDRT yang dilakukan suaminya terhadap dirinya, hingga perceraian, semua ini akan dibahas satu per satu menurut sudut pandang agama Buddha (untuk pembahasan lebih lanjut lihat bab tinjauan pustaka). Homoseksual (gangguan orientasi seksual) Menurut budha homoseksual yang terjadi pada Ny. Dita dipercaya merupakan akibat dari pelanggaran sila ke 3 di masa lalu. Sila merupakan salah satu landasan moral buddhis, dimana sila ke 3 nya diperintahkan untuk tidak melakukan perbuatan asusila. Pernikahan Pernikahan yang terjadi pada kasus ini merupakan pernikahan paksa, akibat dari ego ayah Ny. Dita yang malu dengan keadaan putrinya, dimana menurut budha tidak harus dilakukan. Sebab menurut budha pernikahan itu ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga bahagia yang sesuai Dhamma. Jadi apabila dari salah satu pihak sudah merasa terpaksa untuk hidup dalam suatu perkawinan maka sebaiknya tidak dilakukan atau dengan kata lain lebih baik hidup sendiri. KDRT Kekerasan dalam rumah tangga yang dialami Ny. Dita akibat perbuatan suaminya dalam Budha sangat tidak dibenarkan. Karena Budha sangat menolak sekali tindak kekerasan, apalagi terhadap kaum wanita. Budha mengajarkan untuk menghormati dan tidak berbuat kasar terhadap kaum wanita. Perceraian Perceraian yang terjadi antara Ny. Dita dan suaminya tidak dilarang oleh Budha, walau Budha juga tidak mendukung pereceraian. Perceraian harus menjadi jalan terakhir yang ditempuh dalam menyelesaikan suatu permasalahan keluarga. Namun, pada kasus ini

menurut kelompok kami, Ny. Dita sebaiknya memang bercerai dari suaminya karena suaminya sering sekali melakukan KDRT terhadapnya baik secara fisik dan psikis baik sebelum atau sesudah mengetahui Ny. Dita memiliki gangguan orientasi seksual.

Menurut Pandangan Agama Hindu

Sama halnya dengan agama Budha, masalah pada kasus Ny. Dita ini akan dibahas satu per satu menurut agama hindu (untuk pembahasan lebih lanjut lihat bab tinjauan pustaka). Homoseksual (gangguan orientasi seksual) Menurut agama hindu, kasus yang dialami oleh Ny. Dita ini merupakan salah satu dari sekian banyak kecendrungan-kecendrungan yang ada dalam (diri) manusia. Jenis kelamin menurut Hindu hanya bersifat sementara dan dalam wujud Atman tidak ada pemisahan kelamin. Kaum homoseksual menurut Hindu merupakan lebih dari sekedar kecendrungan-kecendrungan yang ada dalam diri mereka. Mereka juga adalah atman yang indah. Pernikahan Pernikahan menurut Hindu adalah sesuatu prosesi yang sakral. Dimana setelah melakukan upacara perkawinan (wiwaha) barulah suami dan istri dapat melakukan hubungan seksual dan tujuannya adalah untuk mendapatkan keturunan (prokreasi). Walau pernikahan yang dilakukan oleh Ny. Dita sah dalam pandangan agama hindu, namun tujuan pernikahan Ny. Dita yang sebenarnya adalah bukan untuk prokreasi melainkan karena dipaksa mengikuti ego sang ayah, jadi pernikahan itu pula akan mendatangkan kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan pada Ny. Dita. KDRT

Sehubungan dengan tujuan dilaksanakan pernikahan Ny. Dita tadi maka, tidak ada rasa kasih sayang yang terjalin antara Ny. Dita dan suaminya sehingga mengakibatkan terjadilah KDRT. Dimana dalam Sloka 55 (Hindu) disebutkan wanita harus dihormati dan disayang. Kemudian pada Sloka 57 disebutkan bahwa rumah dimana wanita tidak dihormati sewajarnya, maka keluarga/rumah itu akan hancur seluruhnya seolah-olah dihancurkan oleh kekuatan gaib. Perceraian Perceraian dalam agama hindu sesungguhnya sangat dihindari, karena termasuk dalam perbuatan dosa atau Adharma. Perceraian dalam agama hindu dipercaya akan mendatangkan kesengsaraan bagi pihak-pihak yang bercerai. Dalam Manawa Dharma Sastra Bab XI Sloka 77 disebutkan bahwa suami hendaknya bertahan dengan istri yang membencinya selama 1 tahun, namun apabila sudah lewat dari 1 tahun dan masih ada rasa benci perceraian boleh dilakukan. Pada kasus Ny. Dita ini sendiri tidak didapatkan informasi mengenai berapa lama Ny. Dita menjalani rumah tangga bersama suaminya.

Menurut Pandangan Hukum

Berikut akan dibahas masalah pada kasus Ny. Dita menurut sudut pandang hukum (untuk pembahasan lebih lanjut lihat bab tinjauan pustaka). Homoseksual Pengertian homoseksual sendiri dalam hukum tidak diterangkan. Namun menurut hukum di Indonesia tidak mengakui adanya perkawinan antara sesama jenis. Hal ini diatur pula dalam UU RI Nomor 1 tahun 1974 pasal 1. Mungkin hal ini pula yang menjadi alas an mengapa ayah Ny. Dita segera menikahkan Ny. Dita dengan seorang pria. Pernikahan

Pernikahan menurut hukum di Indonesia diatur dalam UU RI Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, dimana dikatakan sah jika dilakukan menurut hukum agama dan kepercayaan masing-masing. Jadi pada kasus Ny. Dita ini perkawinan yang berlangsung menurut hukum adalah sah jika sesuai dengan kepercayaan agama mereka. KDRT Hukum di Indonesia jelas melarang adanya kekerasan dalam rumah tangga, hal ini dibuktikan dengan adanya UU no. 23 tahun 2004. Di dalam UU ini melarang setiap tindak kekerasan dalam rumah tangga khususnya untuk perempuan dan anak. Oleh karena itu suami Ny. Dita dapat terjerat hukum berdasarkan UU tersebut. Perceraian Dimata hukum perceraian yang tejadi antara suami Ny. Dita dan Ny. Dita juga sah adanya karena memenuhi beberapa alasan-alasan perceraian yang terdapat dalam UU. UU yang mengatur mengenai perceraian ini adalah UU RI Nomor 1 Tahun 1974, dan didalamnya dituliskan tata cara perceraian memiliki peraturannya sendiri yang ada dalam PP No. 9 Tahun 1975. Alasan-alasan yang dapat diajukan Ny. Dita dan suami untuk bercerai adalah karena salah satu pihak (suami) melakukan kekejaman atau penganiyaan yang membahayakan pihak lain (istrinya), salah satu pihak (istri) memiliki gangguan orientasi seksual yang mengakibatkan tidak dapat menjalankan kewajibannya melayani suaminya.

Você também pode gostar