Você está na página 1de 46

DAFTAR ISI

1 SISTEM BILANGAN REAL 1


1.1 Sifat Aljabar Bilangan Real . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 Sifat Urutan Bilangan Real . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
1.3 Nilai Mutlak dan Jarak Pada Bilangan Real . . . . . . . . . . . . 11
1.4 Supremum dan Inmum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
2 BARISAN BILANGAN REAL 22
2.1 Pengertian Barisan dan Limitnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
2.2 Sifat-sifat Barisan Konvergen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28
2.3 Barisan Monoton Terbatas (BMT) . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
2.4 Barisan Bagian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37
2.5 Barisan Cauchy dan Kontraksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39
i
BAB 1
SISTEM BILANGAN REAL
Bilangan real sudah dikenal dengan baik sejak masih di sekolah menengah.
Namun untuk memulai mempelajari materi pada BAB ini anggaplah diri kita
belum tahu apa-apa tentang bilangan real. Kita akan mempelajari bagaimana
sistem bilangan real itu dibangun.
Pertama-tama kita hanya diberikan suatu himpunan bilangan tetapi belum
tahu anggotanya seperti apa, belum aturan yang berlaku di dalamnya. Kemu-
dian kepada himpunan ini diberikan dua operasi binair, penjumlahan dan pen-
gurangan. Dengan dua operasi ini dibuat beberapa aksioma. Dua aksioma pent-
ing adalah keujudan elemen 0 dan elemen 1. Inilah anggota bilangan real per-
tama yang kita ketahui. Selanjutnya dengan aksioma-aksioma ini didenisikan
anggota-anggota lainnya, seperti bilangan positif, bilangan negatif, bilangan bu-
lat, bilangan rasional dan bilangan irrasional. Juga didenisikan sifat-sifat yang
mengatur hubungan antar anggota, seperti sifat urutan, sifat jarak, sifat kelengka-
pan dan sifat kepadatan.
1.1 Sifat Aljabar Bilangan Real
Bilangan real dipandang sebagai suatu himpunan, seterusnya dilambangkan den-
gan R. Selanjutnya, didenisikan dua operasi binair + dan masing-masing
disebut operasi penjumlahan dan operasi perkalian. Kedua operasi binair ini
diterapkan pada R dan memenuhi sifat-sifat sebagai berikut:
(A1) a+b = b+a untuk setiap a, b R, yaitu komutatif terhadap penjumlahan.
(A2) (a + b) + c = a + (b + a) untuk setiap a, b, c R, yaitu asosiatif terhadap
penjumlahan.
(A3) Terdapat elemen 0 R sehingga a + 0 = 0 + a = a untuk setiap a R.
Elemen 0 ini disebut elemen nol.
(A4) Untuk setiap a R selalu terdapat (a) R sehingga a+(a) = (a)+a =
0. Elemen (a) ini disebut negatif dari a.
1
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 2
(M1) a b = b a untuk setiap a, b R, yaitu komutatif terhadap perkalian.
(M2) (a b) c = a (b a) untuk setiap a, b, c R, yaitu asosiatif terhadap
perkalian.
(M3) Terdapat elemen 1 R sehingga a 1 = 1 a = a untuk setiap a R.
Elemen 1 ini disebut elemen satuan.
(M4) Untuk setiap a R, a = 0 selalu terdapat (1/a) R sehingga a (1/a) =
(1/a) a = 1. Elemen (1/a) ini disebut kebalikan dari a.
(D) a (b + c) = (a b) + (a c) dan (b + c) a = (b a) + (c a) untuk setiap
a, b, c R. Sifat ini disebut distributif perkalian terhadap penjumlahan.
Diperhatikan bahwa ada 4 sifat yang berkaitan dengan operasi penjumlahan yaitu
A1, A2, A3 dan A4 (notasi A untuk Adisi, atau penjumlahan), 4 sifat yang berkai-
tan dengan perkalian yaitu M1, M2, M3 dan M4 (M untuk Multiplikasi, atau
perkalian) dan 1 sifat yang mencakup keduanya yaitu D (D untuk Distributif).
Kesembilan sifat ini disebut sifat aljabar atau aksioma bilangan real.
Sampai saat ini belum didenisikan bilangan negatif dan operasi pengurangan.
Notasi (a) dianggap satu elemen didalam R. Begitu juga elemen kebalikan
(1/a) dianggap satu elemen dan operasi pembagian belum didenisikan.
Berikut diberikan beberapa teorema sederhana yang diturunkan langsung dari
sifat-sifat aljabar ini.
Teorema 1.1.1. Jika a bilangan real sebarang maka persamaan a +x = b mem-
punyai penyelesaian tunggal, yaitu x = (a) +b.
Bukti:
a +x = b [diketahui]
(a) + (a +x) = (a) + b
((a) +a) +x = (a) + b [menggunakan A2]
0 +x = (a) + b [menggunakan A4]
x = (a) + b [menggunakan A3]
Latihan 1.1.1. Buktikan jika a bilangan real tidak nol maka persamaan a x = b
mempunyai penyelesaian tunggal, yaitu x = (1/b).
Teorema 1.1.2. Bila a suatu elemen pada R maka
(i) a 0 = 0
(ii) (1) a = a.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 3
Bukti: (i): Berdasarkan (M3) kita mempunyai a 1 = a. Selanjutnya kedua
ruas ini ditambahkan a a, diperoleh :
a +a 0 = a 1 + a 0
= a (1 + 0) [menggunakan D]
= a 1 [menggunakan A3]
= a [menggunakan M3]
Selanjutnya dengan menggunakan Teorema (1.1.1)dengan menganggap x sebagai
a 0 diperoleh
a 0 = (a) + a = 0.
(ii): Dari (M3) kita mempunyai a = 1 a. Tambahkan pada kedua ruas dengan
(1) a, diperoleh
a + (1) a = 1 a + (1) a
= (1 + (1)) a [menggunakan D]
= 0 a [menggunakan A4]
= 0 [menggunakan bagian i, setelah menerapkan (A1)]
Selanjutnya dengan menggunakan Teorema (1.1.1) dan menganggap x sebagai
(1) a, kemudian menggunakan (A3) diperoleh
(1) a = (a) + 0 = a.
Latihan 1.1.2. Bila a suatu elemen pada R, buktikan
i) (a) = a
ii) (1) (1) = 1.
Teorema 1.1.3. Misalkan a, b, c elemen pada R.
(i) Jika a = 0 maka 1/a = 0 dan 1/(1/a) = a.
(ii) Jika a b = a c dan a = 0 maka b = c.
Bukti. (i): Karena a = 0 maka menurut (M4) selalu ada 1/a R. Andaikan
1/a = 0 maka diperoleh
1 = a (1/a) = a 0 = 0.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 4
Hasil ini berlawanan atau kontradiksi dengan (M3). Jadi pengandaian ini salah,
dan haruslah 1/a = 0. Selanjutnya karena 1/a = 0 dan karena (1/a) a = 1
maka dengan Teorema (1.1.1) dengan memandang a sebagai x maka diperoleh
a = 1/(1/a).
(ii): Kedua ruas pada a b = a c dikalikan dengan (1/a) disertai dengan meng-
gunakan (M2), diperoleh
((1/a) a) b = ((1/a) a) c
1 b = 1 c [menggunakan M4]
b = c [menggunakan M3]
Latihan 1.1.3. Buktikan bahwa jika a b = 0 maka a = 0 atau b = 0.
Operasi lainnya pada R
Sejauh ini hanya ada dua operasi pada bilangan real. Melalui dua operasi ini
diturunkan bebedapa operasi lainnya yang didenisikan sebagai berikut :
1. Operasi pengurangan. Bila a, b R maka notasi ab dibaca a dikurang
dengan b dan didenisikan oleh
a b := a + (b).
2. Operasi pembagian. Bila a, b R, b = 0 maka notasi a/b atau
a
b
dibaca
a dibagi dengan b dan didenisikan oleh
a/b := a (1/b).
3. Operasi pangkat. Bila a R maka notasi a
2
dibaca a dipangkatkan den-
gan dua atau a kuadarat dan didenisikan sebagai a
2
:= a a. Secara umum
untuk n bilangan asli, a
n
adalah a dipangkatkan dengan n didenisikan oleh
a
n
:= a a a a
. .
sebanyak n faktor
.
Untuk a = 0, notasi a
1
dimaksudkan untuk 1/a dan notasi a
n
untuk
(1/a)
n
.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 5
Beberapa himpunan bagian penting pada R
1. Bilangan asli. Himpunan bilangan asli dilambangkan dengan N dipandang
sebagai himpunan bagian R dan n N didenisikan sebagai
n := 1 + 1 + 1 + + 1
. .
sebanyak n suku
.
2. Bilangan bulat. Himpunan bilangan bulat dilambangkan dengan Z dan
keanggotannya dapat didenisikan sebagai berikut :
Z := {n : n N} N {0}
dengan n := (1) + (1) + (1) + + (1)
. .
sebanyak n suku
.
3. Bilangan rasional dan irrasional. Himpunan bilangan rasional dilam-
bangkan dengan Q adalah elemen bilangan real yang dapat ditulis dalam
bentuk pecahan. Jadi,
Q :=
_
b
a
: a, b Z, a = 0
_
.
Bilangan real yang tidak dapat disajikan sebagai pecahan disebut bilan-
gan irrasional dan himpunan bilangan irrasional ini biasa dilambangkan
dengan R \ Q.
Notasi := berarti didenisikan oleh (dened by). Penggunaan notasi ini
lebih tepat daripada menggunakan = karena tanda sama dengan seharusnya
digunakan untuk menyatakan kesamaan kedua ruas.
Teorema 1.1.4. Tidak ada bilangan rasional r sehingga r
2
= 2.
Bukti. Andai ada bilangan rasional yang kuadratnya sama dengan dua. Untuk
itu dapat ditulis r =
m
n
dengan m dan n tidak mempunyai faktor persekutuan
selain 1. Diperoleh
r
2
=
m
2
n
2
= 2 m
2
= 2n
2
,
berarti m
2
bilangan genap. Karena itu m juga genap (lihat latihan berikut!).
Karena m genap maka dapat ditulis m = 2p. Substitusi m ini ke kesamaan
sebelumnya, diperoleh
(2p)
2
= 2n
2
4p
2
= 2n
2
n
2
= 2p
2
.
Ini berarti n
2
bilangan genap, akibatnya n juga bilangan genap. Berangkat dari
pengandaian tadi diperoleh dua pernyataan berikut
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 6
a. m dan n tidak mempunyai faktor persekutuan selain 1, berarti m dan n
tidak mungkin keduanya genap.
b. m dan n bilangan genap.
Kedua pernyataan ini bertentangan (kontradiksi), sehingga pengandaian harus
diingkari. Kesimpulannya Teorema terbukti.
Latihan 1.1.4. Buktkan bila m
2
genap maka m juga genap.
Contoh 1.1.1. Pada contoh ini dibuktikan bahwa jika z R bilangan irrasioanl
dan r = 0 bilangan rasional maka r + z dan rz bilangan irrasional. Dibutkikan
dengan kontradiksi. Andai r +z rasional, maka dapat ditulis
r +z =
m
n
dan r =
p
q
, m, n, p, q Z, n, q = 0.
Dari sini diperoleh
z =
m
n

p
q
=
mq np
nq
,
yaitu z rasional, sebab mq np, nq Z, nq = 0. Kontradiksi dengan z irrasioanl.
Jadi pengandaian r + z rasional salah, dan haruslah r + z irrasional. Dengan
argumen yang sama dapat dibuktikan sisanya.
Latihan 1.1.5. Buktikan bahwa jika x, y keduanya rasional maka x + y dan xy
rasional.
1.2 Sifat Urutan Bilangan Real
Urutan pada bilangan real merujuk pada hubungan ketidaksamaan antara dua
bilangan real. Sebelum didenisikan urutan terlebih dulu didenisikan bilangan
positif.
Denisi 1.2.1 (Bilangan Positif). Pada R terdapat himpunan bagian takkosong
P dengan sifat-sifat berikut :
1. Jika a, b P maka a +b P.
2. Jika a, b P maka a b P.
Himpunan P ini selanjutnya disebut himpunan bilangan positif.
Denisi 1.2.2 (Sifat Trikotomi). Bila a R maka tepat satu pernyataan
berikut dipenuhi, yaitu
a P, a = 0, a P.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 7
Selanjutnya himpunan bilangan negatif didenisikan sebagai himpunan
{a : a P} .
Jadi himpunan bilangan real terbagi atas tiga himpunan saling asing yaitu bilan-
gan positif, bilangan negatif dan nol.
Denisi 1.2.3 (Urutan). Berikut ini denisi ketidaksamaan antara elemen-
elemen pada R :
1. Bilangan a P disebut bilangan positif dan ditulis a > 0. Notasi a 0
berarti a P {0}, dan a disebut bilangan taknegatif.
2. Bilangan a P sehinggaa P disebut bilangan negatif, ditulis a < 0.
Notasi a 0 berarti a P {0}, dan a disebut bilangan takpositif.
3. Bilangan real a dikatakan lebih besar dari b, ditulis a > b jika a b P
Notasi a < b < b dimaksudkan berlaku keduanya a < b dan b < c. Bila a b dan
b < c, maka ditulis a b < c.
Teorema 1.2.1. Misalkan a, b, c tiga bilangan real.
(i) Jika a > b dan b > c maka a > c.
(ii) Tepat satu pernyataan berikut memenuhi : a > b, a = b, a < b.
Bukti. (i): Karena a > b dan b > c maka berdasarkan denisi berlaku ab P,
dan b c P. Berdasarkan Denisi (1.2.1) diperoleh
a c = (a b) + (b c) P, yakni a > c.
(ii): Terapkan sifat trikotomi pada a b.
Teorema 1.2.2. Misalkan a, b, c, d bilangan-bilangan real.
(i) Jika a > b maka a +c > b +c.
(ii) Jika a > b, c > d maka a +c > b +d.
(iii) Jika a > b dan c > 0 maka ca > cb.
Bukti. (i): Karena diketahui a b P maka (a +c) (b +c) = a b P, yaitu
a +c > b +c.
(ii): Karena diketahui a b P dan c d P maka (a + c) (b + d) =
(a b) + (c d) P, yaitu a +c > b +d.
(iii): Karena diketahui a b P, c P maka (a b)c = ac bc P, yaitu
ac > bc.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 8
Latihan 1.2.1. Jika a > b dan c < 0, buktikan ac < bc.
Teorema 1.2.3. Jika a dan b bilangan real dengan a < b maka a <
1
2
(a+b) < b.
Bukti. Karena a < b maka 2a = a + a < a + b. Dengan argumen yang sama
diperoleh juga a + b < b + b = 2b. Dengan menggabungkan kedua hasil ini,
diperoleh
2a < a +b < 2b a <
a +b
2
< b.
Latihan 1.2.2. Buktikan bahwa jika a > 0 maka 0 <
1
2
a < a.
Teorema berikut menjamin bahwa suatu bilangan taknegatif yang kurang
dari bilangan positif apapun adalah nol.
Teorema 1.2.4. Bila a R dengan 0 a < untuk setiap > 0 maka a = 0.
Bukti. Andaikan a > 0. Berdasarkan Latihan sebelumnya, berlaku 0 <
1
2
a < a.
Sekarang ambil
0
:=
1
2
a > 0, sehingga berlaku 0 <
0
< a. Hasil ini kontradiksi
dengan hipotesis bahwa 0 a < untuk setiap > 0. Jadi pengandai salah, dan
haruslah a = 0.
Latihan 1.2.3. Bila a, b bilangan real dengan a < b + untuk setiap > 0 maka
a b.
Dari denisi bilangan positif bahwa perkalian dua bilangan positif akan
menghasilkan bilangan positif. Tetapi sebaliknya, bila hasil kali dua bilangan
real adalah positif belum tentu kedua bilangan real tadi positif.
Teorema 1.2.5. Jika ab > 0 maka berlaku salah satu dari dua kemungkinan
berikut:
a > 0 dan b > 0 atau a < 0 dan b < 0.
Bukti. Karena ab > 0 maka a = 0 dan b = 0, sebab jika salah satu diantara a
atau b bernilai nol maka ab = 0. Karena sifat trikotomi sekarang kemungkinnya
a > 0 atau a < 0. Untuk a > 0 maka 1/a > 0 dan
b = 1 b = ((1/a)a) b = (1/a)
. .
>0
(ab)
..
>0
> 0.
Dengan argumen yang sama, dapat dibuktikan untuk kasus a < 0.
Latihan 1.2.4. Buktikan bahwa jika ab < 0 maka berlaku salah satu dari dua
kemungkinan berikut:
a > 0 dan b < 0 atau a < 0 dan b > 0.
Kedua hasil yang baru saja diberikan mengatakan bahwa jika hasil kali dua
bilangan positif maka kedua bilangan itu bertanda sama. Sebaliknya, jika hasil
kali kedua bilangan negatif maka kedua bilangan itu berlainan tanda.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 9
Beberapa ketidaksamaan penting
Teorema 1.2.6. Misalkan a 0 dan b 0. Maka pernyataan-pernyataan berikut
equivalen :
(i) a < b
(ii) a
2
< b
2
(iii)

a <

b
Bukti. Untuk a = 0 diperoleh pernyataan
b > 0 b
2
> 0

b > 0.
Fakta ini mudah dibuktikan sendiri. Sekarang diasumsikan a > 0 dan b > 0,
yaitu a +b > 0.
(i) (ii): Diketahui a < b, atau a b < 0. Jadi diperoleh
a
2
b
2
= (a b)
. .
<0
(a +b)
. .
>0
< 0
(ii) (i): Diketahui a
2
b
2
= (a b)
. .
<0
(a +b)
. .
>0
< 0. Karena diketahui pula a+b > 0
maka haruslah a b < 0, atau a < b.
(i) (iii): Sebelumnya sudah dibuktikan bahwa jika x, y > 0 maka
x < y x
2
< y
2
.
Pada bagian ini diambil x =

a dan y =

b sehingga x, y > 0. Karena a = (

a)
2
dan b =

b)
2
maka diperoleh

a <

b (

a)
2
= a < b = (

b)
2
.
Jadi lengkaplah bukti ini karena telah ditunjukkan berlakunya equivalensi
(iii) (i) (ii).
Teorema 1.2.7 (Rata-rata Aritmatika-Geometri (RAG). Bila a dan b bi-
langan positif maka berlaku

ab
1
2
(a +b) (RAG)
Bukti. Bila a = b maka relasi pada (RAG) menjadi kesamaan (lihat latihan di
bawah). Sekarang diasumsikan a = b. Karena a > 0 dan b > 0 maka

a > 0 dan

b > 0. Diperhatikan bahwa


0 = a b = (

b) (

a +

b)
. .
>0
.
Jadi (

b) = 0, dan selanjutnya dikuadratkan diperoleh


0 < (

b)
2
= a 2

ab +b

ab >
1
2
(a +b).
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 10
Latihan 1.2.5. Buktikan bahwa bila a = b maka relasi pada (RAG) menjadi
kesamaan.
Rata-rata aritmatika (RA) dari dua bilangan real a dan b adalah
a+b
2
, sedan-
gkan rata-rata geometri (RG) dari a dan b adalah

ab. Biasanya dalam kehidu-


pan sehari-hari, rata-rata aritmatika lebih sering digunakan daripada rata-rata
geometri. Secara umum dua macam rata-rata ini didenisikan sebagai berikut :
Misalkan diketahui bilangan real (data) a
1
, a
2
, , a
n
maka
RA =
1
n
n

k=1
a
k
, RG =
_
n

k=1
a
k
_
1/n
dengan notasi

untuk penjumlahan dan

untuk perkalian suku-suku. Masih


tetap berlaku bahwa
RG RA.
Teorema 1.2.8 (Ketidaksamaan Bernoulli). Jika x > 1 maka untuk setiap
n N berlaku
(1 +x)
n
1 +nx. (KB)
Bukti. Dibuktikan dengan induksi matematika. Untuk n = 1 kedua ruas pada
(KB) menjadi kesamaan. Diasumsikan berlaku untuk n = k, yaitu berlaku (1 +
x)
k
1 +kx. Untuk n = k + 1, diperoleh
(1 +x)
k
1 +kx [ diketahui ]
(1 +x)
k+1
= (1 + x)
k
(1 +x) (1 +kx)(1 +x)
= 1 + (k + 1)x +kx
2
1 + (k + 1)x.
Jadi berlaku untuk n = k +1. Perhatikan pada baris kedua kedua ruas dikalikan
dengan (1 +x) suatu bilangan positif karena x > 1.
Teorema 1.2.9 (Ketidaksamaan Cauchy). Misalkan a
1
, a
2
, a
n
dan b
1
, b
2
, , b
n
bilangan real maka berlaku
_
n

k=1
a
k
b
k
_
2

_
n

k=1
a
2
k
__
n

k=1
b
2
k
_
.
Bukti. Didenisikan fungsi F : R R dengan
F(t) :=
n

k=1
(a
k
tb
k
)
2
.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 11
Jelas F fungsi taknegatif, karena itu diperoleh
F(t) =
n

k=1
a
2
k
2ta
k
b
k
+t
2
b
2
k
=
_
n

k=1
b
2
k
_
t
2
2
_
n

k=1
a
k
b
k
_
t +
_
n

k=1
a
2
k
_
0.
Jadi F merupakan fungsi kuadrat denit tak negatif, sehingga diskriminannya
pun tak negatif, yaitu
4
_
n

k=1
a
k
b
k
_
2
4
_
n

k=1
b
2
k
__
n

k=1
a
2
k
_
0.
Akhirnya dengan memindahkan ruas pada ketidaksamaan ini terbuktilah bahwa
_
n

k=1
a
k
b
k
_
2

_
n

k=1
a
2
k
__
n

k=1
b
2
k
_
.
1.3 Nilai Mutlak dan Jarak Pada Bilangan Real
Pada sifat urutan bilangan real kita baru mengetahui urutan lebih besar antara
dua bilangan real tetapi belum menentukan jarak antara dua bilangan real. Jarak
atau metrik pada bilangan real ini ditentukan melalui nilai mutlak.
Denisi 1.3.1. Nilai mutlak suatu bilangan real a, ditulis dengan |a| didenisikan
sebagai:
|a| :=
_

_
a bila a > 0,
0 bila a = 0,
a bila a < 0.
Sebagai contoh, |3| = 3, |0| = 0, dan | 1| = 1. Dengan kata lain, nilai
multak bilangan real bersifat dikotomi, yaitu nol atau positif. Diperhatikan tiga
cabang pada denisi nilai mutlak dapat disederhanakan menjadi
|a| :=
_
a bila a 0,
a bila a < 0.
Teorema berikut ini menyajikan sifat-sifat dasar nilai mutlak.
Teorema 1.3.1. Misalkan a, b, c bilangan-bilangan real.
(i) |a| = 0 bila hanya bila a = 0
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 12
(ii) | a| = |a|
(iii) |ab| = |a||b|
(iv) untuk c 0, |a| c bila hanya bila c a c.
(v) |a| a |a|.
Bukti. (i)(=): langsung dari denisi. (=): dibuktikan melalui kontrapo-
sisinya, yaitu jika a = 0 maka |a| = 0, juga langsung dari denisi.
(ii) Jika a = 0 maka diperoleh |a| = |0| = 0 = | 0| = | a|. Jika a > 0 maka
a < 0 sehingga diperoleh |a| = a = (a) = | a|. Jika a < 0 maka a > 0
sehingga diperoleh |a| = a = |a|.
(iii) Bila minimal salah satu dari a atau b bernilai nol maka kedua ruas bernilai
nol. Bila keduanya tidak ada yang nol, ada 4 kemungkinan nilai a, b yang perlu
diselidiki yaitu a > 0, b > 0, a > 0, b < 0, a < 0, b > 0 dan a < 0, b < 0. Untuk
a > 0, b < 0 maka ab < 0, |a| = a, |b| = b dan
|ab| = (ab) = (a)(b) = |a||b|.
(iv): (=): karena |a| c maka a c dan a c atau a c, digabungkan
diperoleh c a c. (=): bila c a c maka kita mmepunyai a c
dan c a, atau a < c. Karena |a| bernilai |a| atau | a| maka disimpulkan
|a| < c.
(v): dengan mengambil c := |a| 0 pada bagian (iv) maka |a| |a| adalah
pernyataan yang benar. Implikasinya adalah |a| c |a|. Cara lain adalah
dengan menggunakan kenyataan bahwa |a| a berlaku untuk setiap a R.
Karena a R maka |a| = | a| a, atau |a| a. Setelah digabungkan
diperoleh |a| c |a|.
Denisi 1.3.2. Jarak (metrik) antara dua bilangan real a dan b didenisikan
sebagai
d(a, b) := |a b|.
Bila b = 0 maka d(a, 0) = |a| dipandang sebagai jarak a terhadap titik asal 0.
Interpretasi sederhana bilangan real dapat disajikan dalam garis bilangan.
Gambar berikut adalah garis bilangan dan ilustrasi jarak antara 3 dan 2.
Gambar 1.1: Garis bilangan dan jarak antara dua bilangan real
Teorema berikut berkaitan dengan sifat dasar nilai mutlak dan sangat sering
digunakan dalam analisis.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 13
Teorema 1.3.2 (Ketidaksamaan segitiga). Untuk sebarang bilangan real a
dan b berlaku
|a +b| |a| +|b|. (KS)
Bukti. Dari Teorema sebelumnya bagian (v) kita mempunyai |a| < a < |a|
dan |b| < b < |b|. Dengan menjumlahkan dua ketidaksamaan ini diperoleh
(|a| +|b|) < a +b < (|a| +|b|).
Kemudian, dari bagian (iv) dengan menganggap c := (|a| + |b|) maka terbukti
bahwa
|a +b| |a| +|b|.
Latihan 1.3.1. Untuk sebarang bilangan real a dan b, buktikan
(i) ||a| |b|| |a b|.
(ii) |a b| |a| +|b|.
Contoh 1.3.1. Tentukan semua bilangan real x yang memenuhi |x1| > |x+1|.
Penyelesaian. Diperhatikan titik x = 1 dan x = 1 merupakan titik transisi,
yaitu perbatasan dimana nilai mutlak berlainan nilai.
Untuk x < 1, maka x 1 < 0 dan x + 1 > 0 sehingga |x 1| = (x 1) dan
|x + 1| = (x + 1). Subtitusi kedalam ketidaksamaan diperoleh
(x 1) > (x + 1) 1 > 1
suatu pernyataan yang benar untuk setiap x < 1.
Untuk 1 < x < 1 berlaku |x 1| = (x 1) dan |x + 1| = (x + 1). Subtitusi
kedalam ketidaksamaan diperoleh
(x 1) > (x + 1) 2x >< 0 x < 0.
Untuk x > 1 berlaku |x 1| = x 1 dan |x + 1| = x + 1. Subtitusi kedalam
ketidaksamaan diperoleh
x 1 > x + 1 1 > 1
suatu pernyataan yang salah untuk setiap x > 1. Dengan menggabungkan ketiga
hasil ini diperoleh himpunan penyelesaian untuk x sebagai berikut
{x : x < 1} {x : x < 0} = {x : x < 0}.
Cara lain adalah dengan menggunakan Teorema 1.2.6, yaitu
|x1| > |x+1| (x1)
2
> (x+1)
2
x
2
2x+1 > x
2
+2x+1 4x < 0 x < 0.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 14
Latihan 1.3.2. Tentukan semua bilangan real x yang memenuhi |x| +|x+1| < 2.
Latihan 1.3.3. Jika x < z, buktikan bahwa x < y < z bila hanya bila |x y| +
|y z| = |x z|. Interprestasikan fakta ini secara geometris.
Dapat diperiksa bahwa jarak (metrik) seperti diberikan pada Denisi 1.3.2
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. d(x, y) 0 untuk setiap x, y R.
2. d(x, y) = 0 bila hanya bila x = y.
3. d(x, y) = d(y, x) untuk setiap x, y R.
4. d(x, y) d(x, z) + d(z, y) untuk setiap x, y R.
Catatan 1.3.1. Sifat 4 ini merupakan generalisasi dari ketidaksamaan segitiga
(KS). Himpunan bilangan real yang dilengkapi dengan metrik d ini disebut ruang
metrik. Lebih lanjut, pada analisis dikenal pula ruang bernorma, ruang Banach,
dan lain-lain.
Latihan 1.3.4. Misalkan S himpunan takkosong, buktikan fungsi d pada S S
yang didenisikan oleh
d(s, t) :=
_
0 bila s = t,
1 bila s = 0.
merupakan metrik. Metrik ini disebut metrik diskrit.
Bentuk lain generalisasi (KS) diungkapkan pada teorema berikut.
Teorema 1.3.3. Untuk sebarang bilangan real a
1
, a
2
, , a
n
, berlaku
|a
1
+a
2
+ +a
n
| |a
1
| +|a
2
| + +|a
n
|.
Bukti. Dapat dibuktikan dengan induksi. Ingat dengan prinsip induksi, jika
berlaku untuk dua bilangan maka akan berlaku untuk sejumlah berhingga bilan-
gan.
1.4 Supremum dan Inmum
Ketika kita diberikan himpunan A = [0, 1) maka minimum atau anggota terke-
cil himpunan ini adalah 0. Pertanyaannya, apakah A mempunyai maksimum ?
Kalau ada, berapa nilainya. Perhatikan bahwa 1 bukan nilai maksimum karena
ia tidak termuat di dalam A.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 15
Latihan 1.4.1. Buktikan bahwa himpunan A = (0, 1] tidak mempunyai maksi-
mum. (Petunjuk: gunakan bukti tak langsung dengan kontradiksi).
Walaupun 1 bukan maksimum A namun tidak ada anggota A yang melebihinya.
Dengan kata lain, 1 merupakan batas atas paling kecil untuk himpunan A.
Denisi 1.4.1. Misalkan S suatu himpunan bagian dari R.
(i) Bilangan u R dikatakan batas atas S jika s u untuk setiap s S.
(ii) Bilangan w R dikatakan batas bawah S jika w s untuk setiap s S.
Diperhatikan dengan seksama bahwa batas bawah atau batas atas suatu
himpunan tidak harus berada di dalam himpunan tersebut. Ilustrasi batas atas
dan batas bawah diberikan pada gambar berikut.
Gambar 1.2: Batas atas dan batas bawah suatu himpunan
Contoh 1.4.1. Diberikan S := [0, 1), maka batas atas S adalah himpunan {x :
x 0} dan batas bawah S adalah {x : x 1}. Diperhatikan 0 merupakan batas
bawah dan termasuk didalam S, sedangkan 1 batas atas S tetapi ia tidak termuat
didalam S.
Contoh 1.4.2. Himpunan bilangan asli N tidak mempunyai batas bawah maupun
batas atas.
Contoh 1.4.3. Himpunan S := {
1
n
: n N} mempunyai himpunan batas bawah
{x : x 0} dan mempunyai himpunan batas atas {x : x 1}.
Contoh 1.4.4. Misalkan S := himpunan kosong maka setiap bilangan real
adalah batas atas S. Argumennya dapat dijelaskan sebagai berikut. Bilangan
u R batas atas S dapat disajikan dalam kalimat logika berikut
s S =s < u.
Dalam kasus S himpunan kosong maka pernyataan s S bernilai salah, sehingga
kalimat implikasi s S = s < u selalu benar. Dengan argumen yang sejalan
dapat disimpulkan bahwa semua bilangan real juga merupakan batas bawah him-
punan kosong. Kenyataan ini sepertinya dibuat-buat, tetapi inilah konsekuensi
logis denisi.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 16
Latihan 1.4.2. Tuliskan denisi v
1
bukan batas atas S, juga denisi w
1
bukan
batas bawah S.
Denisi 1.4.2. Himpunan yang mempunyai batas atas disebut terbatas diatas
(bounded above), sedangkan himpunan dikatakan terbatas dibawah (bounded
below) jika ia mempunyai batas bawah. Himpunan dikatakan terbatas jika ia
terbatas diatas dan terbatas dibawah.
Contoh 1.4.5. Himpunan bilangan real R := (, ) tidak terbatas diatas
maupun dibawah. Himpunan S := [1, ) terbatas dibawah. Himpunan E :=
{
1
n
: n N} terbatas.
Denisi 1.4.3. Misalkan S himpunan bagian dari R.
(i) Bila S terbatas diatas maka batas atas u dikatakan supremum dari S jika
tidak ada bilangan lain yang lebih kecil dari u yang menjadi batas atas S.
Dengan kata lain u batas atas yang paling kecil.
(ii) Bila S terbatas dibawah maka batas bawah w dikatakan inmum dari S
jika tidak ada bilangan lain yang lebih besar dari w yang menjadi batas
bawah S. Dengan kata lain w batas bawah yang paling besar.
Berdasarkan denisi ini, supremum himpunan S dapat dikarakterisasi oleh
dua kondisi berikut, yaitu :
1. s u untuk setiap s S
2. bila ada v R dengan v < u maka ada s
0
S sehingga v < s
0
.
Kondisi pertama menyatakan bahwa v haruslah batas atas S dan kondisi kedua
menyatakan bahwa batas atas ini haruslah yang terkecil.
Latihan 1.4.3. Buatlah karakterisasi w inmum S.
Biasanya supremum dan inmum himpunan S disingkat dengan
sup S dan inf S.
Ilustrasi supremum dan inmum diberikan pada gambar berikut.
Gambar 1.3: Supremum dan inmum suatu himpunan
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 17
Catatan 1.4.1. Supremum suatu himpunan selalu tunggal.
Bukti. Andaikan u = sup S dan u
1
= sup S dengan u = u
1
. Karena itu ada dua
kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu u < u
1
atau u > u
1
. Untuk u < u
1
berarti
u bukan batas atas S, ini berlawanan dengan u = sup S. Untuk u > u
1
berarti
u
1
bukan batas atas S, ini bertentangan dengan u
1
= sup S. Jadi pengandaian
u = u
1
salah, seharusnya u = u
1
Latihan 1.4.4. Buktikan bahwa inmum suatu himpunan selalu tunggal.
Berikut adalah kriteria yang mudah dan sering digunakan untuk mengetahui
suatu batas atas merupakan supremum atau bukan.
Teorema 1.4.1. Misalkan u suatu batas atas S.
u = sup S > 0, s S sehingga u < s.
Bukti. (=): Ambil > 0 sebarang. Karena diketahui u = sup S maka u
bukan batas atas S, jadi ada s S sehingga u < s. (=): Akan ditunjukkan
bahwa u yang memenuhi sebelah kanan merupakan supremum S. Misalkan untuk
sebarang bilangan real v, v < u. Ambil := u v > 0, maka ada s S sehingga
u = u (u v) = v < s.
Ini berarti v bukan batas atas S, dan berdasarkan karakteristik supremum dis-
impulkan bahwa u = sup S.
Teorema ini dapat diilustrasikan secara grak sebagai berikut.
Gambar 1.4: Kriteria supremum
Latihan 1.4.5. Misalkan w suatu batas atas S. Buktikan bahwa
w = inf S > 0, s S sehingga w + > s.
Contoh 1.4.6. Diperhatikan himpunan S := {x : 0 x < 1}. Maka maks S
tidak ada, sup S = 1, min S = inf S = 0.
Contoh 1.4.7. Diperhatikan himpunan S := {
1
n
: n R}. Maka maks S =
sup S = 1, min S tidak ada tetapi inf S = 0. Hasil ini dapat dibuktikan sebagai
berikut. Jika diberikan > 0 sebarang maka selalu dapat dipilih bilangan asli n
0
dengan n
0
> 1/. Nah, s =
1
n
0
S dan 0 + s > . Berdasarkan kriteria inmum
(latihan sebelumnya) maka disimpulkan 0 adaah inmum S.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 18
Catatan 1.4.2. Pada pembuktian inmum sebelumnya kita dapat memilih bilan-
gan asli yang lebih besar dari suatu bilangan real yang diberikan. Ada referensi
yang menyebut sifat ini sebagai sifat Archimedes. Secara formal sifat ini di-
ungkapkan sebagai berikut.
Jika x R maka ada n
x
N sehingga n
x
> x.
Catatan 1.4.3. Bila suatu himpunan S mempunyai maksimum dan minimum
maka
sup S = maks S, inf S = min S.
Latihan 1.4.6. Buktikan bahwa bilangan real R tidak mempunyai supremum
dan inmum.
Latihan 1.4.7. Misalkan S := {1
(1)
n
n
: n N}. Tentukan inf S dan sup S.
Buktikan hasil yang anda peroleh.
Sifat supremum dan inmum pada R
Sifat ini dapat disajikan secara sederhana sebagai berikut. Setiap himpunan tak
kosong yang terbatas diatas selalu mempunyai supremum, dan setiap himpunan
tak kosong yang terbatas dibawah selalu mempunyai inmum.
Sifat supremum ini dikenal juga dengan sifat kelengkapan bilangan real.
Dengan sifat ini terjamin bahwa garis bilangan adalah padat, artinya tidak
ada satupun titik yang hilang. Sebagai ilustrasi, diperhatikan himpunan terbatas
berikut
A := {x > 0 : x
2
< 2}.
Himpunan A ini tidak mempunyai maksimum tetapi A mempunyai supremum,
yaitu sup A =

2. Fakta ini menjamin eksistensi

2 yang merupakan bilangan


irrasional.
Sekarang kita tahu terdapat paling tidak satu bilangan irrasional, yaitu

2.
Pertanyaannya, seberapa banyak bilangan irrasional yang ada. Lebih banyak
mana, bilangan rasional atau bilangan irrasional. Nah, berikut ini diberikan sifat
kepadatan bilangan rasional dalam R.
Teorema 1.4.2. Bila a dan b bilangan real dengan a < b maka terdapat bilangan
rasional r dengan a < r < b.
Bukti. Diperhatikan bahwa
1
ba
suatu bilangan real positif. Menurut sifat Archimedes
terdapat bilangan asli n sehingga n >
1
ba
. Untuk n ini berlaku
nb na > 1. (*)
Sekarang ambil m sebagai bilangan bulat pertama yang lebih besar dari na, dan
berlaku
m1 na < m. (**)
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 19
Dari (*) dan (**) diperoleh
na < m na + 1 < nb.
Bentuk terakhir ini dapat ditulis na < m < nb, dan dengan membagi semua ruas
dengan n, didapat
a <
m
n
< b
dan dengan mengambil r :=
m
n
maka bukti Teorema selesai.
Contoh 1.4.8. Tentukan 3 buah bilangan rasional diantara

2 dan
3
2
.
Penyelesaian. 1. Diketahui a =

2 1, 4142, b = 3/2 = 1, 5
2. d =
1
1,51,4142
11.6569
3. Jadi bilangan asli yang yang dapat diambil adalah n = 12, 13, 14, 15, 16.
4. Untuk n = 12 diperoleh na (12)(

2) 16, 9706 maka diambil m = 17.


Untuk n = 13, na (13)(

2) 18, 3848 dan dimabil m = 19. Untuk


n = 14 maka na (14)(

2) 19, 7990 dan dimabil m = 20.


5. Jadi bilangan rasional r =
17
12
,
19
13
, dan
20
14
terletak diantara

2 dan 3/2.
Akibat 1.4.1. Bila a dan b bilangan real dengan a < b maka terdapat bilangan
irrasional z dengan a < z < b.
Bukti. Dengan menerapkan Teorema sebelumnya pada dua bilangan real
a

2
dan
b

2
maka ada bilangan rasional r sehingga
a

2
< r <
b

2
.
Selanjutnya diambil z := r

2, inilah bilangan irrasioanl yang dimaksud.


Latihan 1.4.8. Temukan 5 bilangan irrasional yang terletak diantara 1 dan 1.01.
SOAL-SOAL LATIHAN BAB I
1. Buktikan jika a, b R maka
a. (a +b) = (a) + (b)
b. (a) (b) = a b
c. 1/(1/a) = (1/a) asalkan a = 0
d. (a/b) = (a)/b asalkan b = 0.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 20
2. Jika a = 0 dan a a = a, buktikan a = 0 atau a = 1.
3. Buktikan tidak ada bilangan rasional r sehingga r
2
= 3.
4. Tunjukkan dengan contoh bahwa ada dua bilangan irrasional yang jumlah
keduanya rasional.
5. Tunjukkan dengan contoh bahwa ada dua bilangan irrasional yang hasil kali
keduanya rasional.
6. Tunjukkan ada bilangan irrasional x dan y dengan x
y
rasional.
7. Buktikan bahwa jika 0 < a < b dan 0 < c < d maka 0 < ac < bd.
8. Jika a, b R tunjukkan bahwa a
2
+ b
2
= 0 bila dan hanya bila a = 0 dan
b = 0.
9. Bila 0 a < b, buktikan a
2
ab < b
2
.
10. Buktikan bahwa jika 0 < a < b maka a <

ab < b dan 0 < 1/b < 1/a.


11. Tentukan semua x yang memenuhi 1/x < x
2
.
12. Buktikan bahwa
_
1
2
(a +b)
_
2

1
2
(a
2
+b
2
).
13. Jika 0 < c < 1, buktikan bahwa 0 < c
2
< c < 1, tetapi jika c > 1 maka
1 < c < c
2
.
14. Buktikan bahwa |a +b| = |a| +|b| bila hanya bila ab 0.
15. Jika a < x < b dan a < y < b, tunjukkan bahwa |x y| < b a. Inter-
prestasikan fakta ini secara geometris.
16. Tentukan dan sketsalah pasangan titik (x, y) pada R R yang memenuhi
(a) |x| = |y|.
(b) |xy| = 1.
17. Tentukan dan sketsalah pasangan titik (x, y) pada R R yang memenuhi
(a) |x| +|y| 1.
(b) |xy| 2.
18. Misalkan S himpunan takkosong yang terbatas dibawah. Buktikan
inf S = sup{s : s S}.
19. Misalkan S himpunan terbatas dan S
0
himpunan bagian dari S. Buktikan
inf S inf S
0
sup S
0
sup S.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 21
20. Misalkan S himpunan takkosong yang terbatas diatas. Untuk a R diden-
isikan
a +S := {a +x : x S}.
Buktikan
sup(a +S) = a + sup S.
21. Misalkan S := {
1
n

1
m
: m, n N}. Tentukan sup S dan inf S, buktikan
hasil yang anda peroleh.
22. Misalkan S himpunan takkosong. Untuk a bilangan real tidak nol diden-
isikan aS := {as : s S}. Buktikan
(i) Bila a > 0 maka
inf(aS) = a inf S, dan sup(aS) = a sup S.
(ii) Bila a < 0 maka
inf(aS) = a sup S, dan sup(aS) = a inf S.
23. Misalkan A dan B himpunan takkosong dan A+B := {a+b : a A, b B}.
Buktikan bahwa
sup(A +B) = sup A + sup B dan inf(A +B) = inf A + inf B.
24. Misalkan f dan g dua fungsi yang didenisikan pada domain X. Jika
rangenya terbatas, buktikan
(i) sup{f(x) +g(x) : x X} sup{f(x) : x X} + sup{g(x) : x X}.
(ii) inf{f(x) +g(x) : x X} inf{f(x) : x X} + inf{g(x) : x X}.
BAB 2
BARISAN BILANGAN REAL
Di sekolah menengah barisan diperkenalkan sebagai kumpulan bilangan yang dis-
usun menurut pola tertentu, misalnya barisan aritmatika dan barisan geometri.
Biasanya barisan dan deret merupakan satu kesatuan pokok bahasan. Sekarang
barisan dipahami dari sudut pandang analisis dan ia merupakan bentuk khusus
dari fungsi. Sedangkan deret akan dibahas secara khusus pada bab yang lain.
2.1 Pengertian Barisan dan Limitnya
Denisi 2.1.1. Barisan bilangan real adalah fungsi suatu fungsi dengan do-
main himpunan bilangan asli N dengan domain termuat didalam R. Jadi barisan
adalah fungsi X : N R, dimana setiap n N nilai fungsi X(n) biasa ditulis
sebagai
X(n) := x
n
dan disebut suku ke-n barisan X. Notasi barisan yang sering digunakan dalam
buku ini adalah
X, (x
n
), (x
n
: n N).
Contoh 2.1.1. Beberapa barisan dan cara penulisannya :
a. X := (2, 4, 6, 8, ) merupakan barisan bilangan genap. Dapat juga ditulis
sebagai X := (2n : n N).
b. Y :=
_
1
1
,
1
2
,
1
3
,
_
. Dapat juga ditulis Y :=
_
1
n
: n N
_
.
Dalam beberapa keperluan praktis, barisan didenisikan secara rekusif atau
induktif sebagai berikut
_
x
1
, x
2
, , x
n1
diberikan,
x
n
:= f(x
1
, x
2
, , x
n1
).
22
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 23
c. Barisan Fibonacci adalah barisan yang berbentuk F := (1, 1, 2, 3, 5, 8, ).
Barisan ini dapat ditulis secara rekursif sebagai berikut :
x
1
:= 1, x
2
:= 1, x
n
:= x
n1
+x
n2
, untuk n 3.
Latihan 2.1.1. Berikut diberikan beberapa suku awal barisan (x
n
). Seandainya
pola seperti ini tetap, tentukan formula umum suku ke n nya.
a. 1/2, 2/3, 3/4, 4/5, ,
b. 1/2, 1/4, 1/8, 1/16, ,
c. 1, 4, 9, 16, ,
Latihan 2.1.2. Diberikan barisan yang didenisikan secara rekursif. Tentukan
5 suku pertamanya
a. y
1
:= 2, y
n+1
:=
1
2
(y
n
+ 2/y
n
), n 1.
b. z
1
:= 1, z
2
:= 2, z
n+2
:= (z
n+1
+z
n
)/(z
n+1
z
n
), n 3.
c. x
1
:= 1, y
n+1
:=
1
4
(2y
n
+ 3), n 1.
Penulisan barisan menggunakan kurung biasa ( ) dimaksudkan untuk
membedakannya dengan himpunan yang biasa ditulis menggunakan kurung ku-
rawal { }. Pada himpunan, anggota yang sama cukup ditulis satu kali. Sedan-
gkan pada barisan, suku-suku yang berbeda memungkinkan mempunyai nilai
yang sama. Sebagai contoh ambil barisan (x
n
) yang didenisikan x
n
:= (1)
n
.
Jadi barisannya adalah
X := (1, 1, 1, 1, ).
Tetapi bila dipandang sebagai himpunan maka diperoleh himpunan
X := {1, 1}.
Denisi 2.1.2 (Limit barisan). Misalkan X = (x
n
) barisan bilangan real.
Bilangan real x dikatakan limit dari (x
n
) jika untuk setiap > 0 terdapat bilangan
asli N (biasanya bergantung pada ) sehingga
|x
n
x| < untuk setiap n N.
Jika x limit dari barisan X maka X dikatakan konvergen ke x dan ditulis
limX = x, atau lim(x
n
) = x.
Jika suatu barisan mempunyai limit kita katakan barisan itu konvergen. Seba-
liknya jika tidak mempunyai limit kita katakan ia divergen.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 24
Gambar 2.1: Kekonvergenan barisan
Diperhatikan pada denisi ini pernyataan |x
n
x| < dapat ditulis sebagai
x < x
n
< x+. Ini berarti pada suatu saat, semua suku-suku barisan berada
dalam kerangkeng (x, x+). Ilustrasi geometris barisan (x
n
) yang konvergen
ke x diberikan pada Gambar 2.1.
Kadangkala digunakan notasi x
n
x untuk menyatakan secara intuitif
bahwa x
n
mendekati x bila n . Pada denisi ini kriteria x
n
mendekati
x diukur oleh > 0, sedangkan kriteria n dicirikan oleh adanya bilangan
asli N. Tidak adanya notasi n pada penulisan lim(x
n
) dapat dipahami
karena barisan yang dibahas adalah barisan takberujung, yaitu banyak sukunya
takterhingga.
Muncul pertanyaan apakah mungkin suatu barisan konvergen ke dua limit
yang berbeda ? Jawaban diberikan secara formal dalam teorema berikut.
Teorema 2.1.1. Suatu barisan bilangan real hanya dapat mempunyai satu limit.
Dengan kata lain, jika suatu barisan konvergen maka limitnya tunggal.
Bukti. Andaikan barisan X := (x
n
) mempunyai dua limit yang berbeda, katakan
x
a
dan x
b
dengan x
a
= x
b
. Diberikan :=
1
3
|x
b
x
a
|.
Karena lim(x
n
) = x
a
maka untuk ini terdapat N
a
sehingga
|x
n
x
a
| < untuk setiap n N
a
.
Juga, karena lim(x
n
) = x
b
maka terdapat N
b
sehingga
|x
n
x
b
| < untuk setiap n N
b
.
Sekarang untuk n maks {N
a
, N
b
} maka berlaku
|x
a
x
b
| = |x
a
x
n
+x
n
x
b
|
|x
n
x
a
| +|x
n
x
b
|
< +
=
2
3
|x
a
x
b
|.
Akhirnya diperoleh |x
a
x
b
| <
2
3
|x
a
x
b
| suatu pernyataan yang kontradiksi.
Pengandaian x
a
= x
b
salah dan haruslah x
a
= x
b
, yaitu limitnya mesti tunggal.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 25
Latihan 2.1.3. Diberikan barisan bilangan real (x
n
).
a. Tuliskan denisi barisan (x
n
) tidak konvergen ke x.
b. Tuliskan denisi barisan (x
n
) divergen.
Pembahasan barisan di sini ditekankan pada pembuktian-pembuktian teori-
tis bukan pada aspek teknik komputasi. Membuktikan suatu barisan dengan
limit telah diketahui lebih rumit daripada menentukan nilai limit suatu barisan.
Contoh-contoh berikut memberikan gambaran bagaimana denisi digunakan un-
tuk membuktikan kebenaran limit suatu barisan.
Contoh 2.1.2. Butkikan bahwa lim(1/n) = 0.
Penyelesaian. Disini kita mempunyai x
n
:=
1
n
, dan x = 0. Diberikan > 0
sebarang. Harus ditemukan bilangan asli N sehingga
|x
n
x| = |1/n 0| =
1
n
< untuk setiap n N.
Mudah saja, pada bentuk terakhir ketidaksamaan ini berlaku
1
n
< . Disele-
saikan, diperoleh n >
1

. Jadi N cukup diambil sebagai bilangan asli terkecil


yang lebih besar dari
1

. Sebagai contoh, misalkan diberikan := 0.013 maka


1

= 76.9231. Jadi cukup diambil N := 77. Untuk meyakinkan dapat diperiksa


bahwa
x
77
= 0.0130, x
78
= 0.0128, x
79
= 0.0127, x
80
= 0.0125, x
81
= 0.0123, x
82
= 0.0122
kesemuanya kurang dari 0.013. Lebih telitinya x
77
= 0.012987.
Contoh 2.1.3. Buktikan lim
_
n+1
3n+2
_
= 1/3.
Penyelesaian. Disini kita mempunyai x
n
:=
_
n+1
3n+2
_
dan x = 1/3.
|x
n
x| =

n + 1
3n + 2

1
3

3n + 3 3n 2
3(3n + 2)

=
1
3(3n + 2)
Bentuk terakhir ini akan kurang dari bila
(9n + 6) > 1 9n >
1 6

n >
6
9
.
Jadi N cukup diambil sebagai bilangan asli terkecil yang lebih besar dari
6
9
.
Sebagai contoh, misalkan diberikan := 0.013 maka
6
9
= 7.8803. Jadi cukup
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 26
diambil N := 8. Agar lebih meyakinkan diambil beberapa nilai x
n
1/3, untuk
n = 8, 9, 10, 11, 12, hasilnya
0.0128, 0.0115, 0.0104, 0.0095, 0.0088,
yang kesemuanya kurang dari := 0.013.
Latihan 2.1.4. Gunakan denisi limit barisan untuk membuktikan
lim
_
3n + 1
2n + 5
_
=
3
2
.
Tentukan bilangan asli terkecil N yang dapat diambil jika diberikan := 0.0023,
juga bila := 0.0132.
Latihan 2.1.5. Gunakan denisi limit barisan untuk membuktikan
lim
_
(1)
n
n
n
2
+ 1
_
= 0.
Tentukan bilangan asli terkecil N yang dapat diambil jika diberikan := 1/4,
juga bila := 1/16.
Latihan 2.1.6. Gunakan denisi limit barisan untuk membuktikan
lim
_
1
n

1
n + 1
_
= 0.
Tentukan bilangan asli terkecil N yang dapat diambil jika diberikan := 1/4,
juga bila := 1/16.
Dari beberapa contoh dan latihan ini mestinya dapat disimpulkan bahwa
semakin kecil > 0 yang diberikan maka semakin besar indeks N yang dapat
diambil. Kenyataan ini sesuai dengan denisi bahwa semakin kecil > 0 maka
semakin kecil lebar kerangkeng dan semakin lama pula suku-suku barisan dapat
mulai mengumpul di dalam kerangkeng ini.
Kekonvergenan barisan (x
n
) ditentukan oleh pola suku-suku yang sudah
jauh berada diujung. Walaupun pada awalnya suku-suku barisan beruktuasi
cukup besar namun bila pada akhirnya suku-suku ini mengumpul disekitar titik
tertentu maka barisan ini tetap konvergen.
Denisi 2.1.3. Misalkan barisan X := (x
1
, x
2
, x
3
, , x
n
, ) dipotong pada
suku ke m dan dibentuk barisan baru
X
m
:= (x
m+1
, x
m+2
, )
maka barisan X
m
disebut ekor ke m barisan X.
Latihan 2.1.7. Buktikan bahwa X konvergen bila hanya bila X
m
konvergen dan
limX = limX
m
.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 27
Pembuktikan limit barisan melalui denisi akan menjadi sulit bilamana ben-
tuk barisan yang dihadapi cukup rumit. Melalui denisi dikembangkan alat-
alat sederhana yang dapat digunakan untuk membuktikan limit barisan, khusus-
nya barisan yang mempunyai bentuk tertentu.
Teorema 2.1.2 (Teorema Konvergen Terdominasi). Misalkan ada dua barisan
bilangan real (a
n
) dan (x
n
). Jika ada C > 0 dan m N sehingga berlaku
|x
n
x| C|a
n
| untuk semua n m dan lim(a
n
) = 0
maka lim(x
n
) = x.
Bukti. Diberikan > 0. Karena lim(a
n
) = 0 maka ada N
a
N sehingga
|a
n
| < /C untuk setiap n N
a
.
Jadi untuk setiap n N := maks {N
a
, m} berlaku
|x
n
x| C|a
n
| < C(/C) = .
Terbukti bahwa lim(x
n
) = x
Teorema ini biasa disebut teorema kekonvergenan terdominasi (TKD), karena
kekonvergenan ini disebabkan karena terdominasi oleh barisan yang konvergen.
Dalam penggunaan teorema ini harus dibangun barisan (a
n
) yang konvergen ke
0 dan ditentukan konstanta positif C.
Contoh 2.1.4. Bila a > 0, buktikan barisan lim
_
1
1+na
_
= 0.
Bukti. Karena a > 0 maka berlaku 0 < na < na + 1, dan akibatnya kita
mempunyai
1
na + 1
<
1
na
.
Selanjutnya,
|
1
1 +na
0| =
1
1 +na
<
_
1
a
__
1
n
_
.
Dengan mengambil C := 1/a dan a
n
= 1/n dan dikarenakan lima
n
= 0 maka
dengan teorema sebelumnya disimpulkan bahwa lim
_
1
1+na
_
= 0.
Contoh 2.1.5. Misalkan 0 < b < 1, buktikan lim(b
n
) = 0.
Bukti. Ambil a :=
1b
b
=
1
b
1 > 0. Dapat ditulis b :=
1
(1+a)
dan dengan
ketidaksamaan Bernoulli berlaku
(1 +a)
n
1 + na
dan diperoleh
0 <
1
(1 +a)
n

1
1 +na
<
1
na
=
_
1
a
__
1
n
_
.
Latihan 2.1.8. Misalkan c > 0, buktikan lim(c
1/n
) = 0.
Latihan 2.1.9. Buktikan lim(n
1/n
) = 1.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 28
2.2 Sifat-sifat Barisan Konvergen
Berikut ini diberikan sifat aljabar barisan konvergen. Sifat-sifat ini banyak digu-
nakan dalam keperluan praktis terutama dalam menghitung nilai limit barisan.
Sebelumnya diberikan sifat keterbatasan barisan konvergen.
Denisi 2.2.1. Barisan (x
n
) dikatakan terbatas jika ada bilangan M > 0 se-
hingga |x
n
| M untuk setiap n N. Dengan kata lain, barisan (x
n
) terbatas
jika hanya jika himpunan {x
n
: n N} terbatas pada R.
Contoh 2.2.1. Barisan (1/n : n N) terbatas dengan M = 1, ((1)
n
: n N)
terbatas dengan M = 1, (n
2
: n N) tidak terbatas.
Teorema 2.2.1. Jika barisan (x
n
) konvergen maka ia terbatas.
Bukti. Diketahui barisan (x
n
) konvergen, katakan lim(x
n
) = x. Ambil := 1
maka ada N N sehingga
|x
n
x| < 1 untuk setiap n N.
Karena ||x
n
| |x|| |x
n
x| < 1 maka berdasarkan sifat nilai mutlak diperoleh
|x
n
| < 1 +|x| untuk setiap n N.
Bila
M := max {|x
1
|, |x
2
|, , |x
N1
|, 1 +|x|}
maka berlaku
|x
n
| M untuk setiap n N,
yaitu (x
n
) terbatas.
Catatan 2.2.1. Barisan terbatas belum tentu konvergen. Barisan tidak terbatas
pasti divergen.
Contoh 2.2.2. Diberikan barisan ((1)
n
: n N). Jelas barisan ini terbatas
karena |x
n
| < 1 untuk setiap n. Selanjutnya, kita buktikan barisan ini tidak
konvergen. Andaikan ia konvergen, katakan lim(x
n
) = a. Ambil := 1, maka
terdapat bilangan asli N sehingga
|(1)
n
a| < 1 untuk setiap n N.
Bilangan n N dapat berupa bilangan genap atau bilangan ganjil. Untuk n
ganjil maka (1)
n
= 1, sehingga diperoleh
|(1)
n
a| = | 1 a| < 1 2 < a < 0. (*)
Untuk n genap maka (1)
n
= 1, sehingga diperoleh
|(1)
n
a| = |1 a| < 1 0 < a < 2. (**)
Dua pernyataan (*) dan (**) saling kontradiksi, sehingga pengandaian salah.
Jadi terbukti barisan ((1)
n
: n N) divergen.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 29
Teorema 2.2.2. Jika X := (x
n
) dan Y := (y
n
) dua barisan yang masing-masing
konvergen ke x dan y maka
(a). barisan X Y := (x
n
+y
n
) konvergen ke x y,
(b). barisan XY := (x
n
y
n
) konvergen ke xy.
(c). barisan cX := (cx
n
) konvergen ke cx
Bukti. (a) Untuk membuktikan lim(x
n
+y
n
) (x +y), kita harus memberikan
estimasi pada |(x
n
+ y
n
) (x + y)|. Karena lim(x
n
) = x dan lim(y
n
) = y maka
untuk > 0 yang diberikan terdapat N
1
dan N
2
sehingga
|x
n
x| < /2 untuk setiap n N
1
dan |y
n
y| < /2 untuk setiap n N
2
.
Jadi untuk setiap n N := max{N
1
, N
2
} diperoleh
(x
n
+y
n
) (x +y)| = |(x
n
x) + (y
n
y)|
|x
n
x| +|y
n
y|
/2 +/2 =
Dengan cara yang sama dapat dibuktikan (x
n
y
n
) konvergen ke (x y).
(b). Karena (x
n
) konvergen maka ia terbatas, yaitu ada M
1
> 0 sehingga |x
n
|
M
1
untuk setiap n N. Ambil M := max{M
1
, |y|}. Karena lim(x
n
) = x dan
lim(y
n
) = y maka untuk > 0 yang diberikan terdapat N
1
dan N
2
sehingga
|x
n
x| < /2M untuk setiap n N
1
dan |y
n
y| < /2M untuk setiap n N
2
.
Jadi untuk setiap n N := max{N
1
, N
2
} diperoleh
|x
n
y
n
xy| = |(x
n
y
n
x
n
y) + (x
n
y xy)|
= |x
n
(y
n
y) + y(x
n
x)|
|x
n
||y y
n
| +|y||x x
n
|
M|x
n
x| +M|y
n
y|
M(/2M) + M(/2M) = .
(c). Pernyataan ini dapat dibutkikan dengan cara membentuk
|cx
n
cx| = |c||x
n
x|.
Bukti lengkapnya dapat diselesaikan sendiri.
Catatan 2.2.2. Pada sifat perkalian limit dua barisan dapat dikembangkan un-
tuk perkalian sebanyak berhingga barisan, yaitu jika (a
n
), (b
n
), , (z
n
) barisan-
barisan konvergen maka berlaku
lim((a
n
)(b
n
) (z
n
)) = lim(a
n
) lim(b
n
) lim(z
n
).
Khususnya jika barisan-barisannya sama, katakan ada sebanyak k barisan (x
n
)
maka
lim(a
k
n
) = (lim(a
n
))
k
.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 30
Teorema 2.2.3. Misalkan X := (x
n
) dan Y := (y
n
) barisan konvergen, berturut-
turut ke x dan y, y
n
= 0 untuk setiap n N dan y = 0 maka barisan hasil bagi
X
Y
:=
_
xn
y
n
_
konvergen ke
x
y
.
Bukti.

x
n
y
n

x
y

x
n
y xy
n
y
n
y

=
1
|y
n
||y|
|x
n
y xy
n
|
=
1
|y
n
||y|
|x
n
y x
n
y
n
+x
n
y
n
xy
n
|
=
1
|y
n
||y|
|x
n
(y y
n
) +y
n
(x
n
x)|

|x
n
|
|y
n
||y|
|y
n
y| +
1
|y|
|x
n
x|
Selanjutnya, kita perlu memberikan batas untuk suku
|xn|
|yn||y|
. Karena (x
n
) konver-
gen maka ada M > 0 sehingga |x
n
| M untuk setiap n N. Karena lim(y
n
) = y
maka diberikan :=
1
2
|y| ada N
1
N sehingga
|y
n
y| <
1
2
|y| untuk setiap n N
1
.
Karena ||y
n
| |y|| |y
n
y| dan |y
n
y| <
1
2
|y| maka
||y
n
| |y|| <
1
2
|y|
1
2
|y| < |y
n
| <
3
2
|y| |y
n
| >
1
2
|y| untuk setiap n N
1
.
Jadi berlaku
1
|y
n
|
<
2
|y|
untuk setiap n N
1
.
Dengan demikian kita mempunyai estimasi

x
n
y
n

x
y

|x
n
|
|y
n
||y|
|y
n
y| +
1
|y|
|x
n
x| <
2M
|y|
2
|y
n
y| +
1
|y|
|x
n
x|. (*)
Sekarang diberikan > 0 sebarang. Karena lim(y
n
) = y dan lim(x
n
) = x maka
ada N
2
, N
3
N sehingga
|x
n
x| <
|y|
2
untuk setiap n N
2
, dan |y
n
y| <
|y|
2
4M
untuk setiap n N
3
.
Dengan mengambil N := max{N
1
, N
2
, N
3
} maka berdasarkan (*), diperoleh

x
n
y
n

x
y

< /2 +/2 = untuk setiap n N.


Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 31
Contoh 2.2.3. Kita tunjukkan bahwa lim
_
2n+1
n+5
_
= 2. Pertama kita ubah dulu
ke dalam bentuk barisan konvergen, yaitu
_
2n + 1
n + 5
_
=
2 + 1/n
1 + 5/n
.
Selanjutnya, diambil X := (2 +1/n) dan Y := (1 +5/n). Jelas bahwa limX = 2
dan limY = 1 maka lim
X
Y
=
2
1
= 2.
Teorema 2.2.4. Bila (x
n
) barisan taknegatif, yaitu x
n
0 untuk setiap n N
maka lim(x
n
) 0.
Bukti. Andaikan kesimpulan ini salah, yaitu x := lim(x
n
) < 0. Ambil :=
x > 0, maka ada K N sehingga
|x
n
x| < x x < x
n
x < x =x
n
< 0, untuk semua n K.
Khususnya untuk n = K berlaku x
n
< 0. Hal ini kontradiksi dengan hipotesis
bahwa x
n
0 untuk setiap n N.
Teorema 2.2.5. Jika (x
n
) dan (y
n
) barisan konvergen dan x
n
y
n
untuk setiap
n N maka lim(x
n
) lim(y
n
).
Bukti. Didenisikan barisan (z
n
) dengan z
n
:= y
n
x
n
. Diperoleh (z
n
) barisan
taknegatif, dan selanjutnya digunakan Teorema sebelumnya.
Teorema 2.2.6. Bila (x
n
) barisan konvergen dan a x
n
b untuk setiap n N
maka a lim(x
n
) b.
Bukti. Bandingkan barisan (x
n
) dengan barisan konstan (a) dan barisan (x
n
)
dengan barisan konstan (b), kemudian gunakan Teorema sebelumnya.
Teorema berikut menjelaskan kekonvergenan suaru barisan yang terjepit
oleh dua barisan yang konveregen ke limit yang sama. Teorema ini sangat
bermanfaat dalam membuktikan limit barisan.
Teorema 2.2.7 (Teorema Konvergen Terjepit). Bila (x
n
), (y
n
) dan (z
n
)
barisan bilangan real yang memenuhi kondisi berikut
(i) x
n
y
n
z
n
untuk setiap n N,
(ii) lim(x
n
) = lim(z
n
)
maka (y
n
) konvergen dan lim(x
n
) = lim(y
n
) = lim(z
n
).
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 32
Bukti. Misalkan w := lim(x
n
) = lim(z
n
). Diberikan > 0 sebarang, maka
terdapat bilangan asli N
1
dan N
2
sehingga
|x
n
w| < untuk setiap n N
1
dan |z
n
w| < untuk setiap n N
2
.
Bila diambil N := max{N
1
, N
2
} maka berlaku
|x
n
w| < dan |z
n
w| < untuk setiap n N.
Dari ini diperoleh
< x
n
w dan z
n
w < untuk setiap n N.
Diketahui x
n
y
n
z
n
, dengan menambahkan w pada ketiga ruas diperoleh
x
n
w y
n
w z
n
w untuk setiap n N.
Dengan hasil sebelumnya, diperoleh
< y
n
w < |y
n
w| < untuk setiap n N.
Jadi terbukti lim(y
n
) = w.
Teorema ini dikenal dengan Teorema squeeze, atau Teorema kekonvergenan
terjepit (TKJ).
Contoh 2.2.4. Buktikan lim
_
sin n
n
_
= 0.
Bukti. Diperhatikan untuk setiap bilamgan asli n berlaku
1 sin n 1.
Karena itu diperoleh
1
n

sin n
n

1
n
.
Dengan mengambil x
n
= 1/n, y
n
=
_
sin n
n
_
dan z
n
= 1/n maka dengan TKJ
diperoleh lim
_
sin n
n
_
= lim(1/n) = lim(1/n) = 0.
Penggunaan selanjutnya TKJ ini akan banyak muncul pada pembahasan
limit fungsi secara umum yang akan diberikan pada bab selanjutnya.
Satu lagi alat cepat dan mudah untuk menyelidiki kekonvergenan barisan
adalah uji rasio berikut.
Teorema 2.2.8. Misalkan (x
n
) barisan bilangan real positif sehingga
lim
x
n+1
xn
:= L ada. Jika L < 1 maka (x
n
) konvergen dan lim(x
n
) = 0.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 33
Bukti. Karena (x
n
) positif maka (
x
n+1
xn
) barisan taknegatif sehingga L 0. Jadi
0 L < 1. Misalkan r suatu bilangan dimana L < r < 1, ambil := r L > 0.
Terdapat bilangan asli K sehingga

x
n+1
x
n
L

< := r L untuk setiap n K.


Jadi untuk setiap n K berlaku
x
n+1
x
n
< r x
n+1
< rx
n
,
dan karena 0 < r < 1 maka diperoleh
0 < x
n+1
< rx
n
< r
2
x
n
< < r
nK+1
x
K
.
Dengan mengambil C :=
x
K
r
K
kita mempunyai
0 < x
n+1
< Cr
n+1
.
Karena 0 < r < 1 maka lim(r
n+1
) = 0 dan dengan menggunakan Teorema
kekonvergenan terdominasi maka terbukti
lim(x
n
) = lim(x
n+1
) = 0.
Contoh 2.2.5. Kita selidiki apakah barisan (
n
2
2
n
) konvergen. Kita gunakan uji
rasio, yaitu
x
n+1
x
n
=
(n + 1)
2
2
n+1
2
n
n
2
=
1
2
n
2
+ 2n + 1
n
2
=
1
2
(1 +
2
n
+
1
n
2
)
Jadi L := lim
1
2
(1 +
2
n
+
1
n
2
) = 1/2 < 1, dan disimpulkan barisan (
n
2
2
n
) konvergen
dengan limit nol.
Latihan 2.2.1. Misalkan b > 1, selidikilah kekonvergenan barisan (
n
b
n
).
Pada bagian akhir sub pokok bahasan ini diberikan dua hasil yang berguna
untuk mempelajari materi yang akan datang.
Teorema 2.2.9. Jika barisan (x
n
) yang konvergen maka
(i) Barisan nilai mutlak (|x
n
|) konvergen dengan lim|x
n
| = | lim(x
n
)|.
(ii) Jika x
n
0 maka barisan (

x
n
) konvergen dengan lim(

x
n
) =
_
_
lim(x
n
)
_
.
Bukti. (i) Misalkan lim(x
n
) = x. Kita telah mempunyai sifat nilai mutlak bahwa
||x
n
| |x|| |x
n
x|, untuk semua n N.
Jadi kekonvergenan (|x
n
|) langsung diakibatkan oleh kekonvergenan (x
n
).
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 34
(ii) Karena x > 0 maka

x > 0. Selanjutnya dibentuk

x
n

x =
(

x
n

x)(

x
n
+

x)

x
n
+

x
=
x
n
x

x
n
+

x
. (*)
Karena

x
n
+

x > 0 maka
1

xn+

x

1

x
sehingga dari (*) diperoleh

x
n

_
1

x
_
|x
n
x|.
Karena x
n
x maka (x
n
x) 0, dan dengan menggunakan Teorema kekon-
vergenan terdominasi maka terbukti lim(

x
n
) =

x =
_
_
lim(x
n
)
_
.
2.3 Barisan Monoton Terbatas (BMT)
Sebelumnya sudah dibahas bahwa barisan konvergen pasti terbatas, tetapi barisan
terbatas belum tentu konvergen. Pada bagian ini dibahas syarat cukup agar
barisan terbatas konvergen.
Denisi 2.3.1. Suatu barisan (x
n
) dikatakan monoton jika ia naik saja atau
turun saja. Dikatakan naik jika
x
1
x
2
x
n
, atau x
n
x
n+1
untuk setiap n N
dan dikatakan turun jika
x
1
x
2
x
n
, atau x
n
x
n+1
untuk setiap n N.
Contoh 2.3.1. Barisan (1, 2, 3, 4, , n, ), (1, 2, 2, 3, 3, 3, 4, 4, 4, 4, ) meru-
pakan barisan yang naik. Barisan (1,
1
2
,
1
3
, ,
1
n
, ), merupakan barisan yang
turun. Barisan (a, a
2
, a
3
, , a
n
, ) turun jika a < 0, dan naik jika a > 0.
Barisan (1, +1, 1, , (1)
n
, ) merupakan barisan tidak monoton. Barisan
konstan (2, 2, , 2, ) merupakan barisan naik dan juga turun. Barisan
(7, 6, 2, 1, 2, 3, 4, ) dan (2, 0, 1,
1
3
,
1
2
,
1
3
, ) merupakan barisan tidak monoton
tapi pada akhirnya monoton.
Teorema 2.3.1 (Teorema Konvergen Monoton). Jika barisan (x
n
) monoton
dan terbatas maka ia konvergen. Selanjutnya,
(i) Bila (x
n
) naik maka lim(x
n
) = sup{x
n
n N}
(ii) Bila (x
n
) turun maka lim(x
n
) = inf{x
n
n N}.
Bukti. (i) Diketahui (x
n
) naik dan terbatas. Ada M > 0 sehingga |x
n
| M
x
n
M untuk semua n N. Jadi himpunan {x
n
: n N} terbatas diatas.
Berdasarkan sifat supremum, himpunan ini selalu mempunyai supremum, katakan
x

:= sup{x
n
: n N}.
Selanjutnya akan ditunjukkan lim(x
n
) = x

.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 35
Diberikan > 0 sebarang, maka x

bukan lagi batas atas {x


n
: n N}.
Jadi ada x
K
{x
n
} sehingga
x

< x
K
.
Karena (x
n
) naik dan x
n
< x

untuk setiap n maka diperoleh


x

< x
K
x
n
< x

< x

+ untuk setiapn K.
Ini berakibat x

< x
n
< x

+ atau |x
n
x

| < untuk setiap n K, yaitu


terbukti lim(x
n
) = x

.
Bukti untuk bagian (ii) lihat latihan berikut.
Latihan 2.3.1. Lengkapi bukti bagian (ii) Teorema TKM di atas.
Contoh 2.3.2. Selidikilah apakah barisan (x
n
) yang didenisikan oleh
x
n
:= 1 +
1
2
+
1
3
+ +
1
n
konvergen atau divergen.
Bukti. Jelas barisan ini monoton naik sebab
x
n+1
= x
n
+
1
n
x
n
untuk setiap n N.
Selanjutnya dibuktikan apakah barisan ini terbatas atau tidak.
Untuk melihat pola barisan ini secara numerik , kita perhatikan suku ke n
x
n
= 1 +
1
2
+
1
3
+ +
1
n
Komputasi numerik memberikan data sebagai berikut :
x
10
= 2.9290, x
100
= 5.1874, x
1000
= 7.4855, x
10000
= 9.7876, x
100000
= 12.0901.
Terlihat bahwa kenaikannya sangat lambat sehingga berdasarkan data ini seolah-
olah suku-suku barisan ini akan menuju bilangan tertentu atau konvergen. Untuk
suatu n diambil suku ke 2
n
, yaitu x
2
n. Untuk n = 1, x
2
1 = 1 +
1
2
. Untuk n = 2,
x
2
2 = 1 +
1
2
+
_
1
3
+
1
4
_
. Untuk n = 3, x
2
3 = 1 +
1
2
+
_
1
3
+
1
4
_
+
_
1
5
+
1
6
+
1
7
+
1
8
_
.
Secara umum diperoleh
x
2
n = 1 +
1
2
+
_
1
3
+
1
4
_
+ +
_
1
2
n1
+ 1
+
1
2
n1
+ 2
+ +
1
2
n
_
> 1 +
1
2
+
_
1
4
+
1
4
_
+ + +
_
1
2
n
+
1
2
n
+ +
1
2
n
_
= 1 +
1
2
+
1
2
+
1
2
+ +
1
2
. .
nsuku
= 1 +
n
2
.
Jadi selalu ada suku pada barisan ini yang lebih besar dari bilangan real manapun
sehingga barisan ini tidak terbatas dan disimpulkan barisan ini divergen. Sebagai
ilustrasi diberikan bilangan real = 5001. Maka kita dapat menemukan suku
yang lebih besar dari 5001, yaitu suku ke 2
10.000
. Silahkan dicek!
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 36
Kekonvergenan barisan yang disajikan dalam bentuk rekursif lebih mudah
diperiksa dengan menggunakan TKM.
Contoh 2.3.3. Misalkan (x
n
) barisan yang didenisikan secara rekursif sebagai
berikut :
_
x
1
:= 1,
x
n+1
:=

2x
n
untuk n 1.
Selidikilah kekonvergenan barisan ini. Bila ia konvergen berapakah limitnya.
Penyelesaian. Diperhatikan x
1
= 1 dan x
2
=

2. Jadi 1 x
1
< x
2
< 2.
Secara intuitif, barisan ini monoton naik dan terbatas diatas oleh 2. Untuk me-
nunjukkan klaim ini kita gunakan prinsip induksi matematika, yaitu menunjukkan
bahwa berlaku
1 x
n
< x
n+1
< 2.
Kita baru saja membuktikan pernyataan ini berlaku untuk n = 1. Diasumsikan
berlaku untuk n = k, yaitu kita mempunyai 1 x
k
< x
k+1
< 2. Akibatnya,
2 2x
k
< 2x
k+1
< 4. Untuk n = k + 1, diperoleh
1 <

2 x
k+1
=

2x
k
<
_
2x
k+1
:= x
k+2
<

4 = 2.
Jadi berlaku
1 x
k+1
< x
k+2
< 2, yaitu berlaku untuk n = k + 1.
Dengan demikian terbukti bahwa barisan ini monoton naik dan terbatas. Berdasar-
kan TKM barisan ini konvergen. Selanjutnya dihitung limitnya. Bila supremum
himpunan {x
n
} mudah dicari maka limitnya langsung didapat, yaitu lim(x
n
) =
sup{x
n
}. Berdasarkan hasil perhitungan numeris 10 suku pertama barisan ini
adalah
1.0000, 1.4142, 1.6818, 1.8340, 1.9152, 1.9571, 1.9785, 1.9892,
1.9946, 1.9973.
Terlihat supremumnya adalah 2. Secara teoritis masih harus dibuktikan bahwa
2 benar-benar sebagai supremumnya. Cara kedua adalah dengan menggunakan
sifat ekor barisan dan barisan akar. Misalkan x = lim(x
n
), maka
lim(x
n+1
) = lim(

2x
n
) =
_
lim(2x
n
)
x =

2x
x
2
= 2x x(x 2) = 0.
Diperoleh x = 0 atau x = 2. Karena x
n
> 1 maka nilai yang memenuhi adalah
x = 2. Cara ketiga adalah dengan mengamati bahwa untuk limit ini menghasilkan
bentuk akar kontinu berikut,
lim(x
n
) =
_
2
_
2

2 .
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 37
Misalkan x =
_
2
_
2

2 maka diperoleh
x
2
= 2x x(x 2) = 0 x = 0 atau x = 2.
Ini memberikan hasil yang sama yaitu lim(x
n
) = 2.
Latihan 2.3.2. Diberikan barisan (z
n
) yang didenisikan secara rekursif sebagai
berikut :
_
z
1
:= 1,
z
n+1
:=
1
4
(2z
n
+ 3) untuk n 1.
Selidikilah kekonvergenan barisan ini. Jika ia konvergen, hitunglah limitnya.
Latihan 2.3.3. Misalkan a > 0 dan z
1
> 0. Didenisikan z
n+1
:= (a + z
n
)
1/2
.
Selidikilah kekonvergenan barisan ini. Jika ia konvergen, hitunglah limitnya.
Latihan 2.3.4. Buktikan dengan menggunakan TKM, jika 0 < b < 1 maka
lim(b
n
) = 0.
Latihan 2.3.5. Dengan menggunakan TKM untuk buktikan lim(c
1/n
) = 1 di-
mana c > 0.
2.4 Barisan Bagian
Pada bagian awal Bab ini telah diperkenalkan istilah ekor barisan. Ekor barisan
ini merupakan bentuk khusus dari barisan bagian. Berikut ini diberikan denisi
barisan bagian.
Denisi 2.4.1. Misalkan X := (x
n
) barisan bilangan real dan misalkan diambil
barisan bilangan asli naik tegas, yaitu r
1
< r
2
< < r
n
< maka barisan X

yang diberikan oleh


(x
r
1
, x
r
2
, x
r
3
, , x
r
n
, )
disebut barisan bagian dari X. Barisan bagian ini ditulis X

:= (x
rn
: n N).
Contoh 2.4.1. Diberikan barisan X := (1,
1
2
,
1
3
, ,
1
n
, ). Beberapa barisan
bagian dari X adalah
(a) X

:= (
1
2
,
1
4
, ,
1
2n
, ).,
(b) X

:= (1,
1
3
,
1
5
, ,
1
2n1
, ).
(c) X

:= (
1
4
,
1
5
,
1
6
, ,
1
n+3
, ).
Sedangkan berikut ini bukan merupakan barisan bagian X :
(a) Y

:= (1,
1
3
,
1
2
,
1
4
,
1
3
, )
(b) Y

:= (
1
2
,
1
2
,
1
3
,
1
3
, ).
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 38
Gambar 2.2: Konstruksi barisan bagian
Konstruksi barisan bagian ini diilustrasikan pada Gambar 2.2. Berdasarkan
konstruksi ini terlihat jelas bahwa r
n
n untuk setiap n N. Kekonvergenan
barisan bagian mengikuti kekonvergenan barisan induknya. Berikut ini Teorema
kekonvergenan barisan bagian (TKBB).
Teorema 2.4.1 (Teorema Konvergen Barisan Bagian). Jika barisan (x
n
)
konvergen ke x maka setiap barisan bagiannya konvergen ke x.
Bukti. Diberikan > 0 sebarang. Karena (x
n
) konvergen ke x maka ada bilan-
gan asli K sehingga
|x
n
x| < untuk setiap n K.
Karena r
n
n untuk setiap n N maka berlaku pula
|x
rn
x| < untuk setiap r
n
n K.
Contoh 2.4.2. Kita buktikan dengan menggunakan TKBB bahwa lim(c
1/n
) = 1
dimana c > 0. Misalkan z
n
= c
1/n
, diambil z
2n
= c
1/2n
= (c
1/n
)
2
= z
2
n
sebagai
barisan bagiannya. Ditulis z = lim(z
n
), diperoleh
lim(z
n
) = lim(z
2n
)
lim(z
n
) = lim((z
n
)
2
) = (lim(z
n
))
2
z = z
2
z(z 1) = 0 z = 0 atau z = 1.
Karena z
n
> 0 untuk setiap n dan (z
n
) monoton naik (seharusnya sudah dibuk-
tikan pada latihan sebelumnya) maka dimabil z = 1.
Melalui TKBB kita dapat membuat kriteria barisan divergen. Diperhatikan
kontraposisinya, jika ada dua barisan bagian konvergen tetapi limit keduanya
tidak sama maka barisan induknya divergen.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 39
Contoh 2.4.3. Diperhatikan barisan X := ((1)
n
) mempunyai dua barisan
bagian X

:= (x
2n
) = ((1)
2n
) dan X

:= (x
2n1
) = ((1)
2n1
). Karena
limX

= 1 = 1 = limX

maka barisan ((1)


n
) divergen, hasil yang sama seperti sebelumnya.
Tidak semua barisan monoton, tetapi pada setiap barisan selalu dapat
dikonstruksi barisan bagian yang monoton. Bila barisan induknya terbatas maka
jelas setiap barisan bagian juga terbatas. Kosekuensi dari kenyataan ini diperoleh
Torema terkenal berikut.
Teorema 2.4.2 (Teorema Bolzano-Wierestra). Setiap barisan terbatas se-
lalu memuat barisan bagian yang konvergen.
Sebagai ilustrasi yang menjelaskan Teorema B-W ini diperhatikan barisan
((1)
n
) merupakan barisan terbatas tetapi tidak konvergen. Dua barisan bagian-
nya yaitu (x
2n
) = ((1)
2n
) dan (x
2n1
) = ((1)
2n1
) konvergen, berturut-turut
ke 1 dan 1.
2.5 Barisan Cauchy dan Kontraksi
Teorema konvergen monoton (TKM) yang sudah dibahas sebelumnya sangat
berguna untuk menyelidiki kekonvergenan suatu barisan, namun ia memiliki
keterbatasan karena hanya dapat diterapkan pada barisan yang monoton. Untuk
barisan yang tidak monoton TKM tidak berguna sama sekali. Untuk itu pada
bagian akhir Bab ini diberikan dua kriteria konvergenan tanpa syarat monoton.
Denisi 2.5.1 (Barisan Cauchy). Barisan X := (x
n
) disebut barisan Cauchy
jika untuk setiap > 0 terdapat bilangan asli K, biasanya bergantung pada
sehingga
|x
n
x
m
| < untuk setiap m, m K.
Lemma 2.5.1. Barisan Cauchy selalu terbatas.
Bukti. Misalkan X := (x
n
) barisan Cauchy, dan diberikan := 1. Terdapatlah
bilangan asli K sehingga
|x
n
x
m
| < 1 untuk setiap m, n K.
Khususnya, untuk m = K maka berlaku
|x
n
x
K
| < 1 |x
n
| < 1 +|x
K
| untuk setiap n K.
Ambil M := max{|x
1
|, |x
2
|, , |x
K1
|, 1+|x
K
|} maka diperoleh |x
n
| < M untuk
setiap n N yaitu (x
n
) terbatas.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 40
Kriteria Cauchy untuk barisan diungkapkan pada Teorema berikut.
Teorema 2.5.1. Suatu barisan bilangan real adalah konvergen bila hanya bila ia
barisan Cauchy.
Bukti. () Diketahui (x
n
) konvergen, katakan lim(x
n
) = x. Diberikan > 0
sebarang, maka ada bilangan asli K sehingga |x
n
x| < /2 untuk setiap n K.
Jadi untuk setiap m, n K berlaku
|x
n
x
m
| = |(x
n
x) + (x x
m
)|
|x x
n
| +|x x
m
| < /2 +/2 = .
Terbukti (x
n
) barisan Cauchy.
() Diberikan > 0 sebarang. Karena (x
n
) Cauchy maka ada bilangan asli K
1
sehingga
|x
n
x
m
| < /2 untuk setiap m, n K
1
.
Berdasarkan Lemma 2.5.1, barisan Cauchy (x
n
) ini terbatas dan berdasarkan Teo-
rema Bolzano-Wierestra terdapat barisan bagian (x
r
n
) yang konvergen, katakan
lim(x
rn
) = x

. Oleh karena itu terdapat bilangan asli K


2
sehingga
|x
r
n
x

| < /2 untuk setiap r


n
K
2
.
Bila diambil K := max{K
1
, K
2
} maka keduanya berlaku
|x
n
x
m
| < /2 dan |x
r
n
x

| < /2 untuk setiap n, m, r


n
K.
Khususnya untuk m = K = r
n
berlaku
|x
n
x
K
| < /2 dan |x
K
x

| < /2 untuk setiap n K.


Akhirnya diperoleh untuk setiap n K berlaku
|x
n
x

| = |x
n
x
K
+x
K
x

|
|x
n
x
K
| +|x
K
x

| < /2 +/2 = ,
yaitu (x
n
) konvergen ke x.
Contoh 2.5.1. Kita tunjukkan (
1
n
) adalah barisan Cauchy. Diberikan > 0
sebarang. Selalu ada bilangan asli K sehingga K >
2

. Jadi untuk setiap m, n


M berlaku
1
m
<

2
dan
1
n
<

2
. Jadi
|x
m
x
n
| = |1/m1/n| 1/m+1/n < 2/ +2/ = , untuk setiap m, m K.
Latihan 2.5.1. Buktikan barisan (
n+1
n
) adalah Cauchy, tetapi barisan (n+
(1)
n
n
)
bukan Cauchy.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 41
Contoh 2.5.2. Selidikilah kekonvergenan barisan (x
n
) yang didenisikan secara
rekursif berikut :
_
x
1
:= 1, x
2
:= 2
x
n
:=
1
2
(x
n2
+x
n1
) untuk n 2.
Penyelesaian. Dapat ditunjukkan dengan induksi bahwa 1 x
n
2 untuk
setiap n N. Apakah barisan ini monoton ?. Coba perhatikan beberapa suku
pertamanya berikut ini,
1.0000, 2.0000, 1.5000, 1.7500, 1.6250, 1.6875, 1.6563, 1.6719,
1.6641, 1.6680
Tidak ada indikasi barisan ini monoton sehingga TKM tidak dapat digunakan.
Diperhatikan secara rekursif didapat
|x
n
x
n+1
| = |x
n
+
1
2
(x
n1
x
n
)|
=
1
2
|x
n
x
n1
|
=
1
2
|x
n1
x
n
|
=
1
2
2
|x
n1
x
n2
| =
1
2
2
|x
n2
x
n1
|
.
.
.
=
1
2
n1
|x
2
x
1
| =
1
2
n1
.
Misalkan m > n, diperhatikan suku-suku ke n, n+1, n+2, , m1, m. Dengan
menggunakan ketidaksamaan segitiga diperoleh
|x
n
x
m
| = |(x
n
x
n+1
) + (x
n+1
x
n+2
) + (x
n+2
x
n+3
) + + (x
m1
x
m
)|
|x
n
x
n+1
| +|x
n+1
x
n+2
| +|x
n+2
x
n+3
| + +|x
m1
x
m
|
=
1
2
n1
+
1
2
n
+
1
2
n+1
+ +
1
2
m2
=
1
2
n1
_
1 +
1
2
+
1
2
2
+ +
1
2
mn1
_
=
1
2
n1
_
2 (1/2)
mn1
_
<
2
2
n1
=
1
2
n2
Diambil K bilangan asli terkecil yang lebih besar dari (2
2
log ), maka
|x
n
x
m
| < untuk setiap m, m K.
Terbukti barisan ini konvergen. Selanjutnya, limit barisan tidak dapat diperoleh
dengan menggunakan sifat ekor barisan karena akan menghasilkan relasi x =
1
2
(x + x). Relasi ini selalu benar tetapi tidak memberikan informasi apapun.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 42
Sekarang digunakan TKBB. Ambil suku-suku ganjil (x
2n+1
: n N). Untuk
n = 1 diperoleh x
3
= 1 +
1
2
. Karena x
4
=
1
2
(2 +
3
2
) = (1 +
1
2
+
1
4
), maka untuk
n = 2 diperoleh x
5
=
1
2
(x
3
+x
4
) = 1 +
1
2
+
1
2
3
. Karena x
6
= 1 +
1
2
+
1
2
3
+
1
2
4
, maka
untuk n = 3 diperoleh x
7
= 1 +
1
2
+
1
2
3
+
1
2
5
. Secara umum, dengan menggunakan
induksi matematika dapat dibuktikan bahwa setiap bilangan asli n berlaku
x
2n+1
= 1 +
1
2
+
1
2
3
+
1
2
5
+ +
1
2
2n1
. .
deret geometri nsuku
= 1 +
1
2
_
1 (
1
4
)
n
_
3/4
= 1 +
2
3
(1 (1/4
n
)) .
Berdasarkan ini diperoleh
lim(x
n
) = lim(x
2n+1
) = lim
_
1 +
2
3
(1 (1/4
n
))
_
= 1 + 2/3 = 5/3.
Latihan 2.5.2. Misalkan y
1
dan y
2
bilangan real sebarang dengan y
1
< y
2
.
Didenisikan y
n
:=
1
3
y
n1
+
2
3
y
n2
untuk n 2. Selidikilah kekonvergenan barisan
(y
n
), dan bila ia konvergen hitunglah limitnya.
Satu lagi kriteria kekonvergenan barisan bilangan real yang diberikan pada
penghujung Bab ini yaitu barisan kontraksi.
Denisi 2.5.2. Barisan bilangan real X := (x
n
) dikatakan kontraksi jika ada
bilangan real C dengan 0 < C < 1 sehingga
|x
n+2
x
n+1
| < C|x
n+1
x
n
|
untuk setiap bilangan asli n. Kita sebut saja bilangan C sebagai kontraktornya.
Sifat kontraksi ini dapat dipahami sebagai berikut. Misalkan didenisikan
d
n
:= |x
n+1
x
n
| yaitu magnitud atau jarak dari dua suku yang berdekatan. Bila
barisan magnitud ini (d
n
) turun secara tegas maka barisan (x
n
) bersifat kontraksi.
Ini berarti jarak antara dua suku berdekatan semakin lama semakin kecil.
Teorema 2.5.2. Bila (x
n
) barisan kontraksi maka ia konveregen.
Bukti. Cukup dibuktikan barisan kontraksi (x
n
) merupakan barisan Cauchy.
Pertama diperhatikan pola magnitud selisih yang didominasi oleh |x
2
x
1
|
|x
n+2
x
n+1
| C|x
n+1
x
n
|
CC|x
n
x
n1
| = C
2
|x
n
x
n1
|
= C
2
C|x
n1
x
n2
| = C
3
|x
n1
x
n2
|
.
.
.
C
n
|x
2
x
1
|.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 43
Sekarang kita melakukan estimasi untuk selisih |x
m
x
n
|, diasumsikan saja m > n.
Seperti idea ketika menyelesaikan soal pada Contoh 2.5.2, diperoleh
|x
n
x
m
| = |(x
n
x
n+1
) + (x
n+1
x
n+2
) + (x
n+2
x
n+3
) + + (x
m1
x
m
)|
|x
n
x
n+1
| +|x
n+1
x
n+2
| +|x
n+2
x
n+3
| + +|x
m1
x
m
|
= |x
n+1
x
n
| +|x
n+2
x
n+1
| +|x
n+3
x
n+2
| + +|x
m
x
m1
|

_
C
n1
+C
n
+C
n+1
+ +C
m2
_
. .
(mn) suku deret geometri
|x
2
x
1
|
= C
n1
_
1 C
mn
1 C
_
|x
2
x
1
|
C
n1
_
1
1 C
_
|x
2
x
1
| 0
sebab 0 < C < 1. Jadi disimpulkan bahwa (x
n
) barisan Cauchy, dan akibatnya
ia konvergen.
Contoh 2.5.3. Kita tunjukkan bahwa barisan (x
n
) dengan x
n
=
1
n
merupakan
barisan kontraksi. Diperhatikan
|x
n+2
x
n+1
| =

1
n + 12

1
n + 1

1
(n + 2)(n + 1)

=
1
(n + 2)(n + 1)
dan
|x
n+1
x
n
| =

1
n + 1

1
n

=
1
n(n + 1)
=
1
n(n + 1)
.
Karena
1
(n+2)(n+1)
<
1
n(n+1)
maka terbukti |x
n+2
x
n+1
| |x
n+1
x
n
|, yaitu (x
n
)
kontraksi.
Contoh 2.5.4. Misalkan x
1
suatu bilangan real dengan 0 < x
1
< 1. Didenisikan
x
n+1
:=
1
7
(x
3
n
+ 2), n 1.
Selidikilah apakah barisan ini konvergen.
Bukti. Karena 0 < x
1
< 1 maka x
n
=
1
7
(x
3
n1
+ 2) < 3/7 < 1 untuk setiap
n N. Karena itu diperoleh
|x
n+2
x
n+1
| =

1
7
(x
3
n+1
+ 2)
1
7
(x
3
n
+ 2)

=
1
7

x
3
n+1
x
3
n

=
1
7
|(x
2
n+1
+x
x+1
x
n
+x
2
n
)(x
n+1
x
n
)|

3
7
|x
n+1
x
n
|.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 44
Karena C =
3
7
< 1 maka disimpulkan ia merupakan barisan kontraksi, jadi
konvergen. Karena konvergen, pertanyaan selanjutnya adalah berapa limitnya?
Misalkan x := lim(x
n
) maka diperoleh
x
3
7x + 2 = 0,
yaitu limit barisan ini merupakan salah satu akar polinomial x
3
7x + 2 = 0.
Beberapa suku pertamanya adalah
0.5, 0.303571, 0.289711, 0.289188, 0.289169, 0.289169.
Jadi dapat disimpulkan bahwa lim(x
n
) 0.289169.
Latihan 2.5.3. Jika x
1
< x
2
dan x
n
:=
1
2
(x
n2
+ x
n1
) untuk n 3, buktikan
(x
n
) konvergen. Berapakah limitnya.
SOAL-SOAL LATIHAN BAB 2
1. Buktikan dengan menggunakan denisi limit barisan
a. lim
_
n
2
1
2n
2
+3
_
=
1
2
b. lim
_

n
n+1
_
= 0
2. Buktikan bahwa lim(x
n
) = 0 bila hanya bila lim(|x
n
|) = 0. Periksalah
pernyataan ini untuk x
n
= (1)
n
.
3. Jika lim(x
n
) = x dan x > 0, tunjukkan bahwa ada bilangan asli M sehingga
x
n
> 0 untuk setiap n M.
4. Buktikan bahwa lim
_
(2n)
1/n
_
= 1.
5. Buktikan bahwa lim
_
2
n
n!
_
= 0.
6. Misalkan X dan Y suatu barisan. Jika X dan X + Y konvergen, buktikan
Y juga konveregen.
7. Buktikan barisan
_
(1)
n
n
_
konvergen.
8. Buktikan barisan
_
(1)
n
n
_
divergen.
9. Hitunglah nilai limit berikut dan nyatakan secara eksplisit Teorema yang
digunakan pada setiap langkahnya.
a. lim
_
(2 + 1/n)
2
_
.
b. lim
_

n1

n+1
_
.
10. Buktikan lim
_
sin n
n
_
= 0.
Pengantar Analisis Real I by Julan HERNADI 45
11. Misalkan x
1
:= a > 0 dan x
n+1
:= 2
1
xn
untuk n 2. Buktikan bahwa
(x
n
) konvergen dan hitunglah limitnya.
12. Misalkan x
1
:= a > 0 dan x
n+1
:= x
n
+
1
x
n
untuk n 2. Selidikilah
kekonvergenan (x
n
). Bila ia konvergen, berapa limitnya.
13. Selidikilah kekonvergenan barisan (y
n
) yang didenisikan oleh
y
n
:=
1
n + 1
+
1
n + 2
+ +
1
2n
.
14. Sebelum tahun 1500 SM, orang Mesopotamia menghitung akar suatu bi-
langan positif menggunakan iterasi berikut : Misalkan a > 0, didenisikan
_
s
1
:= 1,
s
n+1
:=
1
2
(s
n
+a/s
n
) untuk n 1.
Buktikan (s
n
) konvergen ke

a. Gunakan hasil ini untuk aproksimasi

2.
15. Misalkan x
n
:=
1
1
2
+
1
2
2
+ +
1
n
2
. Buktikan barisan (x
n
) monoton naik dan
terbatas.
16. Diberikan barisan X := (x
n
) dan Y := (y
n
). Dibentuk barisan Z := (z
n
)
dengan cara
z
2n1
:= x
n
, dan z
2n
:= y
n
, untuk n 1.
Buktikan Z konvergen bila hanya bila X dan Y konvergen dan lim(x
n
) =
lim(y
n
).
17. Buktikan jika (x
n
) dan (y
n
) barisan Cauchy maka barisan (x
n
+ y
n
) dan
(x
n
y
n
) juga konvergen.
18. Jika 0 < r < 1 dan |x
n+1
x
n
| < r
n
, buktikan (x
n
) barisan Cauchy.
19. Bila (x
n
) barisan kontraksi dengan konstanta C dan lim(x
n
) = x, buktikan
a. |x
n
x|
C
n1
1C
|x
2
x
1
|.
b. |x x
n
|
C
1C
|x
n
x
n1
|.
20. Diketahui suku banyak x
3
5x+1 = 0 mempunyai salah satu akar r dengan
0 < r < 1. Buatlah barisan iterasi yang merupakan barisan kontraksi,
kemudian aproksimasilah akar r ini dengan ketelitian 0.0001.

Você também pode gostar