Você está na página 1de 19

Inilah lima kejanggalan proyek Hambalang temuan BAKN

Rabu, 14 November 2012 13:06 WIB | Legislatif | Dibaca : 84 Random posts


Sepuluh mahasiswa asal Papua diterima ITS Eva: KPK jangan suka berwacana di media Presiden Hollande: Ada teroris Prancis di Suriah JK: Pembunuhan Polisi di Poso Tindakan Teror KPU umumkan hasil verifikasi faktual tingkat pusat

IPOSnews, 14/11 (JAKARTA) Nampaknya, nama-nama yang disebut Badan Pemeriksa Keuangan sebagai pihak yang melakukan kesalahan terhadap pembangunan Proyek Hambalang akan semakin tersudut. Pasalnya, Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) hari ini akan segera menyerahkan hasil telaah dari audit tahap I Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait proyek pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang tersebut ke pimpinan DPR. Hari ini jam 11 WIB, di Gedung Nusantara 3 BAKN akan menyerahkan hasil telaah laporan BPK soal Hambalang, kata anggota BAKN Eva Kusuma Sundari saat dihubungi, Rabu (14/11). Berdasarkan telaah yang dilakukan, BAKN DPR telah menyimpulkan bahwa setelah vakum sejak 2004, titik tolak proyek P3SON Hambalang dimulai kembali setelah Sesmenpora Wafid Muharam (WM) dan Tim Asistensi mempresentasikan rencana pembangunan Proyek Hambalang di Cilangkap yaitu di rumah kediaman Andi Mallarangeng (AM) berdasarkan permintaan Andi. Atas petunjuk Andi PPPON selanjutnya dikembangkan menjadi P3SON dengan disusun kembali Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang baru di awal tahun 2010. Dalam KAK yang baru masukan AAM adalah penambahan asrama atlit senior, amphitheatre, sport extreme, dan lainlain, kata Eva. Selain itu, dalam telaah yang dilakukan BAKN juga telah menyimpulkan beberapa kejanggalan dalam pembangunan proyek tersebut. Poin-poin yang menurut BAKN perlu mendapat perhatian khusus (kejanggalan) adalah: (1) RY Bupati Bogor, SS Kepala Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor, Bu Kepala Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor, YH Kepala Dinas Tata Bangunan dan Permukiman Kabupaten Bogor, AAA PPK kegiatan studi Amdal, secara bersama-sama telah melakukan pelanggaran dalam penerbitan Izin Lokasi, Site Plan dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pembangunan P3SON yang berlokasi di Desa Hambalang Kecamatan Citeureup

Kabupaten Bogor, meskipun Kemenpora selaku pemohon belum melakukan studi Amdal atas rencana pembangunan tersebut. Hal ini terbukti dari DN (Direktur PT. CKS) sebagai pemegang kontrak Amdal tidak pernah melakukan studi Amdal padahal telah menerima pembayaran hak terdahulu diduga palsu; (2) AM, Menteri Pemuda dan Olahraga, WM Sekretaris Kemenpora, dan DK selaku Kepala Biro Perencanaan Kemenpora dan Pejabat Pembuat Komitmen, secara bersama-sama telah melakukan pelanggaran dalam menyampaikan permohonan kontrak tahun jamak kepada Menteri Keuangan. GH Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Kementerian PU, dan DP Pengelola teknis Kementerian PU, secara bersama-sama telah melakukan pelanggaran dalam memenuhi persyaratan untuk diajukan menjadi tahun jamak. (3) ADWM Menteri Keuangan, AR Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, DPH Direktur Anggaran II Kementerian Keuangan, S Kasubdit II E Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan, RH Kasie II E-4 Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan, dan AM Staf Seksi II E-4 Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan, secara bersama-sama telah melakukan pelanggaran dalam menetapkan persetujuan kontrak tahun jamak. (4) AM Menteri Pemuda dan Olahraga, WM Ses Kemenpora, WiM Ketua Panitia Pengadaan Kemenpora, J Anggota Panitia Pengadaan Kemenpora, BaS Sekretaris Panitia Pengadaan Kemenpora, RW Staf Biro Perencanaan Kemenpora, MA Komisaris PT MSG, AW Marketing Manager PT MSG, HaH staf PT YK, AS Direktur PT CCM, Mul Manajer Pemasaran PT CCM, AG staf PT CCM, RH staf PT CCM, RMS staf PT CCM, YS staf PT CCM, MG staf PT CCM, TS staf PT AK, AT, KS selaku staf PT AK, secara bersama-sama telah melakukan pelanggaran dalam pemilihan rekanan proyek P3SON. (5) RI Kabag Keuangan Kemenpora, TBMN selaku Kepala DK-I PT AK, MS selaku Dirut PT DC, secara bersama-sama telah melakukan pelanggaran dalam pencairan uang muka proyek P3SON. Akibat penyimpangan dan indikasi penyalahgunaan kewenangan tersebut di atas maka terjadi indikasi kerugian Negara setidaknya sebesar Rp243.663.748.370,00 yang merupakan pelanggaran Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, ungkap politisi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan ini. Oleh sebab itu, sambung Eva, atas temuan kejanggalan tersebut maka BAKN merekomendasikan beberapa poin yang ditujukan sebagai acuan dalam melakukan proses tindak lanjut atas pengusutan proyek tersebut, yaitu: 1) Meminta KPK menuntaskan penanganan kasus Hambalang yang menyebabkan kerugian negara sekurang-kurangnya Rp243,66 miliar dan kepada PPATK untuk melakukan penelusuran aliran dana tersebut. 2) Selain menyesalkan problem independensi, kebocoran laporan BPK, BAKN meminta BPK segera melakukan pemeriksaan lanjutan sebagaimana yang dijanjikan pada tanggal 31/10/12, untuk mengungkapkan kerugian negara lebih jauh.

3) Meminta Pimpinan Komisi X dan Pokja Anggaran untuk bertanggung jawab atas proses pembahasan dan persetujuan anggaran proyek Pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang Bogor, yang awalnya tahun 2010 sebesar Rp275 miliar menjadi Rp1,175 Triliun pada tahun 2012. 4) Meminta DPR untuk mempergunakan hak bertanya kepada Pemerintah sehubungan terjadinya penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan proyek P3SON.
Sumber: http://www.iposnews.com/2012/11/14/inilah-lima-kejanggalan-proyek-hambalang-temuanbakn/

Ditanya Hal Mengejutkan di Hambalang, Ini Jawaban Abraham


20 Nov 2012 at 6:13pm

Abraham Samad JAKARTA Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad pernah menyatakan, dalam waktu dekat akan ada yang mengejutkan dalam penanganan kasus dugaan korupsi proyek pembangunan kompleks olahraga terpadu di Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Hal itu diungkap Abraham di Jakarta, Selasa (9/10/2012). Perkembangan Hambalang, Insya Allah, mudah- mudahan akan ada yang mengejutkan kita semua. Yang jelas kasus ini masih kami dalami terus, dan pada akhirnya kalian akan bisa memutakhirkan status ini, dan mungkin yang ada dalam pikiran kalian akan terjadi, kata Abraham. Namun, hingga saat ini tidak terungkap apa yang mengejutkan itu. Akibatnya, berbagai pihak mempertanyakan. Bagaimana tanggapan Abraham?

Kan enggak apa-apa menghitung hari. Empat bulan sampai 120 hari, kan hari juga. Menghitung hari itu bukan sehari dua hari, kata Abraham di Gedung Kompleks Parlemen, Jakarta. Abraham beralasan, pihaknya belum bisa mewujudkan hal mengejutkan itu salah satunya karena keterbatasan penyidik pascapenarikan sejumlah penyidik oleh Kepolisian. Akibatnya, penyidikan perkara Hambalang terhambat. Bayangkan penyidik kita 70 orang. Enggak mungkin cepat. Hongkong saja yang luasnya satu provinsi penyidiknya sampai 2.000. KPK sebelum (penyidik) ditarik ada 100 lebih. Kalau sebelum ditarik sudah bisa selesaikan perkara seperti ini sudah luar biasa, kata dia. Abraham kembali memberi harapan, Mudah-mudahan ada (tersangka baru Hambalang) setelah Century. Seperti diberitakan, dalam kasus Hambalang, KPK baru menetapkan Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga Kementerian Pemuda dan Olahraga Deddy Kusdinar sebagai tersangka. Selaku pejabat pembuat komitmen (PPK), Deddy diduga menyalahgunakan kewenangannya secara bersama-sama sehingga menimbulkan kerugian negara atau menguntungkan pihak lain. Badan Pemeriksa Keuangan telah menyerahkan hasil audit investigasi tahap I proyek Hambalang kepada DPR. Dalam laporan tersebut, BPK menyimpulkan ada indikasi penyimpangan peraturan perundang-undangan dan penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan berbagai pihak dalam proyek Hambalang. Indikasi kerugian negara sampai pemeriksaan per 30 Oktober 2012 mencapai Rp 243,66 miliar. Sumber: http://cahayareformasi.com/2012/11/20/ditanya-hal-mengejutkan-di-hambalang-inijawaban-abraham/

KASUS HAMBALANG: KPK Periksa Direksi Sub Kontraktor PT Adhi Karya


Senin, 19 November 2012 11:53 WIB | Mahmudi Restyanto/JIBI/Bisnis Indonesia | Dilihat: 284 Kali |

JAKARTAKomisi Pemberantasan Korupsi (KPK),hari ini, Senin (19/11/2012) memanggil Direktur PT Dutasari Citra Laras,

Mahfud Suroso untuk diperiksa dalam penyidikan kasus korupsi proyek pembangunan pusat pendidikan pelatihan dan sekolah olah raga nasional (P3SON) di Bukit Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Pemeriksaan Mahfud sebagai saksi untuk tersangka Dedy Kusdinar. Sebelum menjalani pemeriksaan, Mahfud belum bersedia berkomentar banyak terkait proyek Hambalang. Namun dia bersedia membeberkan proyek senilai Rp1,2 triliun kepada wartawan usai pemeriksaan. Nanti. Setelah kami nanti diperiksa saja. Boleh nanti kita tanya jawab. Tapi pertanyaannya yang kira-kira saya mengerti dan paham. Boleh nanti tanya sama kami dan akan saya luruskan. Biar tenang setelah kami diperika, kata Mahfud di Gedung KPK, Jakarta, Senin (19/11/2012). Mahfud mengaku tidak terlalu mempersoalkan audit investigasi yang dilakukan badan pemeriksa keuangan (BPK) beberapa waktu lalu. Ia menyatakan bersedia bertanggung jawab untuk pekerjaan yang di kerjakan PT Dutasari selaku sub kontraktor PT Adhi Karya. Saya bertanggung jawab untuk pekerjaan saya, saya gentle kok, saya profesional, saya kontraktor mekanikal electrical, pungkasnya. Mahfud mengklaim kontrak pekerjaan di proyek Hambalang murni kontrak bisnis dengan KSO Adhi Karya-Wijaya Karya. Sehingga Mahfud menampik tuduhan manipulasi kontrak proyek Hambalang oleh PT Dutasari. Apa hubungan pidana dengan pekerjaan saya. kontrak saya itu benar-benar pure kontrak bisnis, tegas Mahfud. Selain Mahfud, hari ini beberapa pihak juga ikut diperiksa KPK. Diantaranya, Jaelani selaku PNS Kemenpora, Husni Al Huda dan Yeye dari pihak Swasta, . Muqorobin selaku Staf KSO Adhi Karya dan Wijaya Karya dan Dedi Permadi selaku Mantan Kabid Kementerian PU. Sumber: http://www.solopos.com/2012/11/19/kasus-hambalang-kpk-periksa-direksi-subkontraktor-pt-adhi-karya-348771

KASUS HAMBALANG: Ruangan Penuh, Wisler Batal Diperiksa


Rabu, 14 November 2012 12:40 WIB | Mahmudi Restyanto/JIBI/Bisnis | Dilihat: 280 Kali |

Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/wordpress.com) JAKARTAKetua panitia lelang proyek Hambalang, Wisler Manalu yang seharusnya diperiksa sebagai saksi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dibatalkan. Menurut Wisler ruangan pemeriksaan di KPK penuh dan dirinya akan dijadwal ulang. Ruangannya full. Akan dijadwal ulang. Nanti lah kalau sudah dipanggil kembali, ujar Wisler saat keluar dari Gedung KPK, Jakarta, Selasa (14/11/2012). Ia pun mengaku menyerahkan dokumen pengadaan khususnya pada prosesnya. Namun ia tidak menjelaskan secara detil proses pengadaan seperti apa yang diserahkan kepada KPK. Selain itu Kepala Bidang Evaluasi dan Diseminasi Kemenpora ini juga mengklaim tidak mengetahui pihak yang terlibat dalam kasus bernilai Rp 2,5 triliun. Begitu juga saat ditanya apakah dirinya akan jadi tersangka, ia menyangkalnya. Wah enggak tahu saya, enggak ngertilah, enggak paham lah. Kita ini kan hanya pelaksana, tandasnya. Sementara jadwal ulang pemeriksaan, Wisler mengatakan kemungkinan pekan depan. Namun kepastiannya belum diketahui. Sebagai Kepala Bidang Evaluasi dan Diseminasi, Wisler bertindak sebagai ketua panitia lelang proyek Hambalang. Kepada media, Wisler membantah terlibat kasus dugaan korupsi proyek Hambalang. Saat ini KPK baru menetapkan Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga Kemenpora, Dedy Kusdinar sebagai tersangka Hambalang. Dedy sebagai pejabat pembuat komitmen (PPK) diduga menyalahgunakan kewenangannya sehingga menimbulkan kerugian negara. Sumber: http://www.solopos.com/2012/11/14/kasus-hambalang-ruangan-penuh-wisler-bataldiperiksa-347694

DPR Didorong Gunakan Hak Interpelasi Hambalang


Jumat, 16 November 2012 13:28 WIB | Wahyu Kurniawan/JIBI/Bisnis | Dilihat: 183 Kali | JAKARTA Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) meminta kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk menggunakan hak interpelasi terkait Kasus Hambalang, sesuai dengan rekomendasi Badan Akuntabilitas Keuangan (BAKN). Kami sangat mendukung rekomendasi tersebut. Tetapi jangan sampai hak interpelasi digulirkan hanya untuk mendapatkan keuntungan politis dari Presiden, ini berarti hanya kepentingan sesaat semata, kata Ketua DPP Partai Hanura Akbar Faisal di Jakarta, Jumat (16/11/2012). Anggota Komisi II DPR ini berharap agar setiap anggota DPR menggunakan hak itu dengan benar, tak semata demi keuntungan jangka pendek, kepentingan partai atau elite partai. Sekaranglah saatnya DPR kembali mendapatkan legitimasi. Tak lagi kongkalikong dengan Istana, tegasnya. Sementara itu, Wakil Ketua Umum PPP Lukman Hakim Syaefuddin mengaku tidak ada alasan untuk tidak mendukung rekomendasi BAKN DPR. Itu usul yang bagus, dan kami akan membicarakannya dalam rapat pleno, tegas Lukman. Menurut Lukman, pemerintah harus menjelaskan kepada publik atas semua hal yang terkait proyek Hambalang lewat Hak Bertanya DPR. Dengan begitu pemerintah bisa menunjukkan komitmennya dalam memberantas korupsi. Tentu pleno FPPP akan segera memutuskannya. Saya mendukung rekomendasi ini, katanya. Sumber: http://www.solopos.com/2012/11/16/dpr-didorong-gunakan-hak-interpelasi-hambalang348168 ADHIE M MASSARDI Kamis, 01 November 2012 , 03:30:00 Koruptor Hambalang: Citius, Altius, Fortius!

CITIUS, Altius, Fortius. Tiga kata bahasa Latin ini artinya: lebih cepat, lebih tinggi, lebih kuat. Baron Pierre de Coubertin, pendiri Komite Olimpiade Internasional (IOC), pada 1894, menjadikan tiga kata ini sebagai motto Olimpiade. Pada mulanya citius, altius, fortius itu merupakan kredo bagi para atlet yang berlaga di

Olimpiade. Harapan Coubertin, dalam setiap event Olimpiade, muncul semangat untuk mematok rekor baru. Tapi dalam perkembangannya, semboyan itu akhirnya dipakai di dunia olahraga. Makanya, citius, altius, fortius juga terpampang di gerbang utama Gelanggang Olahraga Bung Karno (GBK) di Senayan, Jakarta. Tapi di Indonesia, para koruptor yang sudah menguasai manajemen penyelenggaraan event dan sarana olahraga yang dibiayai negara, tepatnya oleh orang-orang di Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga, juga memakai motto ini. Tentu saja ada sedikit modifikasi dan penyesuian dengan konteksnya. Citius maknanya menjadi: Lebih cepat dalam melakukan patgulipat dan kongkalikong. Altius: Lebih tinggi anggaran yang dipakai dari jumlah yang seharusnya. Fortius: Lebih kuat dalam membentengi diri. Sehingga bisa mengintervensi BPK untuk menyulap hasil audit, dan meredam KPK agar tidak segera masuk ke pusat korupsi. Sejak dikuasai jaringan koruptor, olahraga di negeri ini memang mengalami perubahan haluan. Tak ada lagi fairness, apalagi fair play. Makanya, jangan heran bila pembesar negara secara terbuka menyuruh timnas PSSI yang hendak bertanding away di luar negeri untuk mencuri poin. Ya, mencuri poin, dan bukan berjuang mengalahkan lawan! Mencuri, menipu, juga menunggu kelengahan lawan, sudah menjadi bahasa baku dalam kamus olahraga kita. Makanya, dalam setiap event olahraga, seperti PON (Pekan Olahraga Nasional), yang dulu merupakan batu loncatan atlet nasional mengukir prestasi guna menembus kelas ASEAN, Asia, lalu dunia, kini menjadi ajang para koruptor beraksi. Makanya, dalam PON kemarin, juga SEA Games sebelumnya, bukan rekor baru atau prestasi atlet kita yang jadi perbincangan, tapi skandal korupsinya yang gila-gilaan. Bahkan dari pentas SEA Games, skandal korupsi pembangunan Wisma Atlet belum dituntaskan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) sampai sekarang. Sebab otak segala korupsi di dunia olahraga kita, masih bebas berkeliaran, dan terus merancang strategi korupsi yang citius, altius dan fortius. Begitulah kisah dunia olahraga kita yang sekarang menjadi ajang para koruptor mematok rekor. Maka jangan heran bila di SEA Games XXVI di Jakabaring, Palembang, tahun lalu, tak terdengar bunyi prestasi, kecuali korupsinya. Demikian pula dari PON XVIII Riau yang kacau. Sampai-sampai sejumlah rekor yang diukir para atlet dengan jerih payah, tak diakui dunia internasional gara-gara sarananya tidak memenuhi standar. Ada yang menarik karena merupakan modus operandi baru dalam setiap korupsi di event olahraga. Persiapannya dibuat molor sampai mepet waktu penyelenggaraan. Sehingga membuat kita terpaku pada waktu, sedangkan korupsinya tertutup oleh ketegangan menunggu sarana dan prasarana kelar. Sementara skandal megakorupsi proyek pembangunan Pusat Pendidikan dan Sarana Olahraga di Bukit Hambalang, yang melibatkan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng serta

Menteri Keuangan Agus Martowardoyo, proses auditnya oleh BPK yang diintervensi sehingga jadi molor. Kita belum tahu ke mana arah KPK menyisir pusat korupsi di dunia olahraga kita. Kita hanya tahu, proyek Bukit Hambalang semula hanya berbiaya Rp 125 milyar. Tapi ketika proyeknitu berada di tangan Andi Mallarangeng, biayanya meningkat pesat jadi lebih dari dua triliun rupiah! Sumber: http://www.jpnn.com/read/2012/11/01/145355/Koruptor-Hambalang:%E2%80%9CCitius,-Altius,-Fortius!%E2%80%9DColosseum Hambalang Oleh : Adhie M Massardi Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Padang Ekspres Kamis, 21/06/2012 11:38 WIB 80 klik COLOSSEUM atau Flavian Amphitheatre (Amphitheatrum Flavium) adalah obyek wisata sekaligus situs sejarah di Roma, Italia yang banyak dikunjungi turis dari seluruh dunia. Boleh jadi Colosseum merupakan gedung pertunjukan termegah dan terbesar pertama di muka bumi yang pernah dibangun umat manusia.

Berkapasitas 45-50 ribu penonton, Colosseum yang kini tinggal reruntuhan tapi masih meninggalkan jejak yang gagah, dibangun kekaisaran Romawi kuno era dinasti Flavinus pada tahun 70 Masehi. Kira-kira 750 tahun sebelum wangsa Syailendra membangun candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah.

Colosseum memang peninggalan sejarah yang mengagumkan. Mencerminkan betapa tingginya peradaban pada zamannya. Bahkan banyak orang percaya, stadion olahraga (sepakbola) berbentuk elips di seluruh dunia diilhami oleh gaya arsitektur bangunan ini.

Akan tetapi, beda dengan peninggalan sejarah lainnya yang biasa digolongkan dalam 7 Keajaiban Dunia, Colosseum satu-satunya monumen sejarah yang memantulkan dengan nyata dua sisi (terang dan gelap) kebudayaan. Kebudayaan yang memuliakan harkat dan martabat manusia

dengan detail arsitektur bercita rasa tinggi, dan cermin (negatif kebudayaan) hilangnya tata nilai dan tiadanya penghormatan terhadap kemanusiaan.

Kita tahu dari sejarah, di tempat ini para bangsawan Romawi sambil mabuk-mabukkan menyaksikan pertarungan sampai mati tawanan versus tawanan, atau tawanan diadu dengan binatang buas. Film Gladiator (Russel Crowe) yang disutradarai Ridley Scott diilhami dari kisah di balik Colosseum ini. Konon di tempat ini pernah juga digelar olahraga membantai binatang secara brutal. Memang paradoks.

Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional di kawasan perbukitan Hambalang, Citeureup, Bogor, Jawa Barat, mungkin tidak sespektakuler Colosseum di zaman Romawi kuno. Tapi kalau dilihat proposalnya, bangunan di atas tanah seluas 31,2 hektare itu merupakan sarana penting meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia.

Sebab di Hambalang ini, menurut sahibul Menegpora Andi Mallarangeng, bakal dicetak atletatlet canggih yang (konon) bisa memenangi turnamen olahraga bahkan hingga di ajang internasional. Sehingga para alumni Hambalang diharapkan bisa mengharumkan nama bangsa yang sudah dibusukkan oleh para penyelenggara negara dengan berbagai skandal korupsi gila-gilaan.

Di sinilah letak perbedaan paling mendasar antara Colosseum dan Hambalang. Colosseum dibangun dengan sangat cermat, nyaris tanpa penyimpangan, baik pembiayaan, pemilihan lokasi maupun sertifikat tanahnya. Itulah sebabnya Colosseum bisa bertahan hingga sekarang.

Sedangkan Hambalang peruntukannya baik dan mulia. Karena di tempat ini akan ditingkatkan kemampuan dan kekuatan fisik para atlet kita untuk mengharumkan nama bangsa. Tapi, mekanisme dan praktik pembangunannya sangat jauh menyimpang. Bahkan seperti menghina akal sehat umat manusia.

Pemilihan lokasi di kawasan tanah yang labil karena harganya sangat murah. Padahal, pembiayaan dari semula hanya Rp 125 miliar dibengkakkan 20 kali lipat hingga mencapai Rp 2,5 triliun. Kalau yang dikorup standar 30 persen seperti dilakukan Nazaruddin dan teman-teman di partainya, jumlahnya Rp 750 miliar!

Seperti Colosseum di Roma, Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional di Hambalang hanya tinggal puing dan reruntuhan. Tapi bila Colosseum tinggal reruntuhan karena dimakan keganasan alam dan waktu, Hambalang yang dimakan uangnya, oleh para perancangnya.

Maka akan menjadi berharga apabila Hambalang ditetapkan sebagai situs sejarah yang dilindungi undang-undang. Dijadikan obyek wisata sekaligus pelajaran bahwa pada zaman Hambalang dibangun, para bangsawan (pembesar negara) telah kehilangan rasa malu. Negara dikelola tanpa etika dan tanpa tata nilai. Sehingga, olahraga dikelola dengan semangat korupsi. Pendidikan dijalankan dengan pikiranpikiran korup...! (*) Sumber: http://padangekspres.co.id/?news=nberita&id=2009

Marzuki Duga Orang BPK Bocorkan Data Hambalang


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPR RI Marzuki Alie menduga orang dalam BPK sendiri yang membocorkan ke media massa data audit soal Hambalang. "Mungkin ada orang dalam nggak suka (laporan audit Hambalang) lalu dibocorin," kata Marzuki di gedung DPR RI Jakarta, Rabu (24/10/2012). Diberitakan sebelumnya data audit soal pembangunan kompleks olahraga Hambalang, Jawa Barat, bocor ke media massa. Dalam data itu nama Menpora Andi Mallarangeng tidak tercantum. "Itu terlalu berlebihan, data laporan belum resmi keluar tapi sudah diributkan," kata Marzuki. Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat ini mengaku belum menerima salinan resmi hasil audit BPK itu. "Katanya BPK akan finalisasi segera laporannya dan janjinya besok akan segera diberikan ke DPR," kata dia. (Aco) Sumber: hambalang http://www.tribunnews.com/2012/10/24/marzuki-duga-orang-bpk-bocorkan-data-

Interpelasi Bakal Kelarkan Sinetron Skandal Hambalang

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bak sinetron tanpa ada ujung, begitulah kasus mega skandal proyek Hambalang hingga kini pun belum juga terungkap siapa pelaku utamanya. Karena itu, menurut Anggota Komisi III DPR dari PKS, Abu Bakar al-Habsy interpelasi terhadap kasus Hambalang perlu diambil DPR. Agar rakyat mengetahui kasus skandal proyek Hambalang. "Saya kira interpelasi buat kasus Hambalang merupakan salah satu upaya untuk memberikan penjelasan kepada rakyat soal mega skandal di Kemenpora tersebut. Karena kasus ini seperti sinetron yang terus bersambung tanpa ada ujung, publik disuguhi cerita mengejar buron ke Cartagena, apel malang, hingga soal Blackberry," ujarnya, kepada Tribunnews, Jakarta, Senin (19/11/2012). Lantas bagaimana nasib proyek hambalang sendiri belum ketahuan, padahal ini menyangkut dana negara hingga triliunan rupiah. Apalagi, kata dia, janji ketua KPK, Abraham Samad untuk mengungkap tokoh besar di balik kasus ini ternyata juga menguap. Karena Ketua KPK dulu dibilang tinggal menghitung hari, ternyata sampai berganti bulan tak ada perkembangan apapun. Apalagi, lanjut dia, hasil audit BPK dan telaah BAKN menyatakan bahwa pemerintah melakukan kelalaian dalam tata kelola proyek Hambalang. "Saya kira publik harus mendapat penjelasan tentang apa yang terjadi dibalik proyek Hambalang, nah proses untuk minta penjelasan itu ya melalui interpelasi ini. Saya kira ini perlu untuk menunjukkan akuntabilitas kinerja pemerintah kepada publik, itu kan bagian dari penyelenggaraan good governance. Jadi tak perlu alergi dengan proses interpelasi, kalau memang bersih kenapa harus risih," ujar dia Sumber: http://www.tribunnews.com/2012/11/19/interpelasi-bakal-kelarkan-sinetron-skandalhambalang

Politisi PKS Dukung Interpelasi Hambalang


TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Aboebakar Alhabsy mendukung langkah DPR bila mengusung hak interpelasi terkait pengungkapan kasus Hambalang. Menurutnya, dengan pengajuan interpelasi dapat terungkap mega skandal yang kini menghebohkan publik. "Saya kira interpelasi buat kasus Hambalang merupakan upaya untuk memberikan penjelasan kepada rakyat soal mega skandal di Kemenpora tersebut. Karena kasus ini seperti sinetron yang terus bersambung tanpa ada ujung, publik disuguhi cerita mengejar buron ke Cartagena, Apel Malang, hingga soal Blackberry," tegas Aboebakar, Senin (19/11/2012).

"Lantas, bagaimana nasib proyek Hambalang sendiri belum ketahuan, padahal ini menyangkut dana negara hingga trilyunan rupiah? Aboebakar mempertanyakan. Janji ketua KPK, lanjutnya, untuk mengungkap tokoh besar dibalik kasus ini ternyata juga mepnguap. Dulu, Aboebakar mengingatkan, ketua KPK pernah bilang tinggal menghitung hari. Namun ternyata, sampai berganti bulan tak ada perkembangan apapun. Apalagi hasil audit BPK dan telaah BAKN menyatakan bahwa pemerintah melakukan kelalaian dalam tata kelola proyek hambalang. "Saya kira publik harus mendapat penjelasan tentang apa yang terjadi dibalik proyek hambalang, nah proses untuk minta penjelasan itu ya melalui interpelasi ini. Saya kira ini perlu untuk menunjukkan akuntabilitas kinerja pemerintah kepada publik, itu kan bagian dari penyelenggaraan good governance," Aboebakar menegaskan. "Jadi tak perlu alergi dengan proses interpelasi, kalau memang bersih kenapa harus risih," sindir Aboebakar lagi. Sumber: http://www.tribunnews.com/2012/11/19/politisi-pks-dukung-interpelasi-hambalang

Mahfud Akui Terima Dana Hambalang Rp 63 Miliar


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil audit investigatif Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkapkan jika Direktur Utama PT Dutasari Citralaras, Mahfud Suroso menerima uang muka sebesar Rp 63.300.942.000 yang tidak seharusnya diterima dari proyek pembangunan Sekolah Olahraga Nasional (SON), di Hambalang, Jawa Barat. Dikonfirmasi usai menjalani pemeriksaan KPK, Senin (19/11/2012) sore, Mahfud mengakui penerimaan uang tersebut. Namun, diklaimnya, uang itu bukan seperti yang ditudingkan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Nazaruddin, yakni guna membayar fee ke sejumlah pihak terkait kasus Hambalang. Termasuk Anas Urbaningrum dan Andi Mallarangeng. Dia mengatakan uang itu, sebagai uang muka yang memang semestinya diterima pihaknya untuk mengerjakan kelistrikan pada proyek Hambalang. "Jadi itu (63 Miliar) uang muka. Bukan fee. Itu uang muka untuk PT Dutasari mengerjakan proyeknya (mekanikal electrical)," kata Mahfud. Saat ditegaskan, kejanggalan pemerimaan uang 63 miliar itu seusai hasil audit BPK, Mahfud justru balik menuding. Menurutnya, hasil audit BPK itu keliru karena pihak BPK tidak mengerti rinci mengenai kontrak tersebut. "BPK tidak tahu persis kontrak saya. Kontrak saya itu ada ketentuannya saya mendapatkan 20

persen. Itu jelas yang saya backup adalah backup uang muka dan back up jaminan, itu jelas. Makanya bpk blng seharusnya proyek mechanical elektrical itu harusnya dikerjakan belakaangan," kata pria yang mengaku memiliki hubungan keluarga dengan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, tersebut. Sumber: miliar http://www.tribunnews.com/2012/11/19/mahfud-akui-terima-dana-hambalang-rp-63-

KPK Geledah Lima Tempat Terkait Hambalang


Kamis, 1 November 2012 21:17 WIB | Dibaca: 90 | Editor: Suyanto | Sumber : Antara Share: 0 0 Google +10 Tumblr0 0

Berita Terkait

KPK Bentuk Agen Anti Korupsi Ada Lima Gugatan Warga Surat Ijo Buwuh Pejabat Maksimal Rp 250 Ribu KPK Temukan Bukti Penting Kasus Century Dahlan Merevisi Nama Pemeras BUMN

SURYA Online, JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah lima tempat terkait korupsi pembangunan proyek Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Bukit Hambalang Jawa Barat. "Semalam ada gelar perkara berkaitan kasus Hambalang hasilnya adalah penyidik dan penyelidik menyimpulkan perlu ada pendalaman dengan melakukan penggeledahan hari ini," kata juru bicara KPK Johan Budi di Jakarta, Kamis (1/11/2012). Penggeledahan dilakukan di kantor PT Metaphora Solusi Global Jalan Ridwan Grogol Jakarta Barat, Rukan Permata Senayan blok H Jakarta Selatan, rumah di Jalan Gandaria No 17 Jakarta Selatan, rumah di Jalan Kartika Pinang sektor 7 Pondok Pinang Jakarta Selatan dan kantor PT Global Daya Manunggal di Kota Bambu Selatan No 3, Jakarta Barat. Pada Rabu (31/10), KPK telah memeriksa komisaris PT Metaphora Solusi Global Muhamad Arifin, sedangkan PT Global Daya Manunggal diketahui mendapatkan subkontrak pembangunan proyek Hambalang tersebut dari PT Adhi Karya. "Penggeledahan adalah demi kepentingan penyidikan karena penyidik menduga ada jejak atau bukti terkait pengusutan yang dilakukan KPK, hingga siang tadi penggeledahan masih berlangsung," ungkap Johan.

KPK sebelumnya juga telah melakukan beberapa penggeledahan terkait kasus Hambalang pada 19 Juli lalu, antara lain di kantor Kemenpora di Senayan dan Cibubur, dua kantor PT Adhi Karya di daerah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan, dua kantor PT Wijaya Karya di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan serta di kantor Kementerian Pekerjaan Umum (PU) di Jakarta Timur. KPK pada Agustus 2012 baru menetapkan satu tersangka dalam kasus korupsi Hambalang yaitu mantan Kabiro Perencanaan Kemenpora Deddy Kusdinar yang saat ini masih menjabat sebagai Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga Kemenpora. Deddy dikenai Pasal 2 ayat 1, pasal 3 Undang-undang No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah pada UU No 20 tahun 2001 jo pasal 55 ayat ke (1) ke-1 KUHP yaitu pasal penyalahgunaan kewenangan dengan ancaman pidana maksimal 20 tahun. Ketua BPK Hadi Purnomo pada Kamis (31/10) mengungkapkan nilai kerugian negara karena proyek Hambalang adalah Rp243,6 miliar dengan rincian selisih pembayaran uang muka senilai Rp116,9 miliar ditambah kelebihan pembayaran atau pemahalan harga pelaksanaan konstruksi hingga Rp126,7 miliar yang terdiri atas mekanikal elektrikal sebesar Rp75,7 miliar dan pekerjaan struktur sebesar Rp51 miliar. Proyek Hambalang sendiri dimulai sejak 2003 saat masih berada di Direktorat Jenderal Olahraga Depdikbud dengan tujuan menambah fasilitas latihan olahraga selain Ragunan. Pada periode 2004-2009, proyek tersebut dipindah ke Kemenpora dengan pengurusan sertifikat tanah Hambalang, studi geologi serta pembuatan masterplan. Pada 2009, anggaran pembangunan diusulkan menjadi sebesar Rp1,25 triliun sedangkan pada 2010 kembali diminta penambahan kebutuhan anggaran menjadi Rp1,175 triliun melalui surat kontrak tahun jamak dari Kemenkeu. Dari kebutuhan anggaran sebesar Rp 1,175 triliun, hanya Rp 275 miliar yang mendapat pengesahan. Jumlah itu berasal dari APBN 2010 sebesar Rp 125 miliar dan tambahan Rp 150 miliar melalui APBN-P 2010. Anggaran tersebut bahkan bertambah menjadi Rp2,5 triliun karena ada pengadaan barang dan jasa.

Sumber: hambalang

http://surabaya.tribunnews.com/2012/11/01/kpk-geledah-lima-tempat-terkait-

Komisi X: Soal Hambalang, Kami Tanggung Jawab


VIVAnews - Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR meminta Komisi X dan Pokja Anggaran untuk ikut bertanggung jawab terhadap proses anggaran proyek Hambalang di Kementerian Pemuda dan Olahraga.

Ketua Komisi X, Agus Hermanto, mengaku siap untuk bertanggungjawab atas proses pembahasan anggaran proyek Hambalang. "Kalau masalah pembahasan anggaran dengan Kemenpora, Komisi X bertanggungjawab. Kami pertanggungjawabkan apa pembahasan itu," kata Agus Hermanto di Gedung DPR, Senin 19 November 2012. Menurut Agus, peningkatan anggaran proyek Hambalang dari Rp275 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp675 miliar memang yang mengajukan berbeda. Awalnya, rencana pembangunan proyek Hambalang hanya untuk pendidikan dan pelatihan sekolah atlet kemudian ada tambahan untuk pembinaan. "Pasti Komisi X dapat mempertanggungjawabkan," katanya. Menurut Agus, perkara hukum sudah ditangani aparat penegak hukum. Pihaknya menyerahkan proses hukum di KPK. Komisi X juga akan kooperatif pada BPK yang kini tengah melakukan audit investigasi tahap II. "Yang menangani aparat penegak hukum, baik KPK dan BPK silakan saja, KPK sedang berproses sedang penyelidikan, seluruh masyarakat harus mendorong," kata dia. Menurutnya, dalam pembahasan rapat anggaran proyek Hambalang, ada bukti berupa dokumen, notulen rapat dan pimpinan rapat saat itu. Sebelumnya, BAKN DPR telah menyampaikan telaah atas hasil audit investigasi BPK tahap I terhadap P3SON Hambalang kepada pimpinan DPR. Di antara butir rekomendasi itu, pimpinan Komisi X DPR dan Pokja Anggaran diminta bertanggung jawab atas proses pembahasan dan persetujuan anggaran proyek Pembangunan P3SON Hambalang Bogor, yang awalnya tahun 2010 sebesar Rp 275 miliar menjadi Rp1,175 triliun pada tahun 2012

Sumber: http://nasional.news.viva.co.id/news/read/368403-komisi-x---soal-hambalang--kamitanggung-jawab

KPK Cecar Lagi Wafid Muharram tentang Hambalang


Besar Kecil Normal TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi kembali memeriksa Wafid Muharram, mantan Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga, dalam kasus korupsi gedung olahraga di Bukit Hambalang, Bogor. "Diperiksa sebagai saksi untuk tersangka DK (Deddy Kusdinar)," kata Priharsa Nugraha, Kepala Divisi Pemberitaan KPK, di Jakarta, Kamis, 22 November 2012. Terpidana kasus suap proyek Wisma Atlet tersebut bakal diperiksa bersama Anis Anjayani dari PT Adhi Karya, pemenang tender Hambalang; pengusaha Paul Iwo; serta Arief Supomo dari PT Dutasari Ciptalaras, salah satu perusahaan subkontrak. Namun Wafid belum juga terlihat di KPK

hingga siang tadi. Deddy, yang kala itu menjadi pejabat pembuat komitmen di proyek Hambalang, diduga telah menyalahgunakan kewenangan dengan menggelembungkan anggaran, sehingga menimbulkan kerugian negara dalam proyek berbiaya Rp 1,077 triliun tersebut. Rasuah pembangunan kompleks pembinaan atlet nasional ini terungkap saat mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin buka suara. Nazar menuding proyek itu sudah dimainkan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng dan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Menurut Nazar, Anas mendapat imbalan Rp 50 miliar yang digunakan sebagai dana pemenangan kongres Partai Demokrat di Bandung. Andi mendapat Rp 20 miliar. Ada lagi Rp 30 miliar yang mengalir ke Komisi Olahraga Dewan Perwakilan Rakyat. Namun semua pihak membantah tudingan Nazar tersebut. Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2012/11/22/063443431/KPK-Cecar-Lagi-WafidMuharram-tentang-Hambalang Korupsi Hambalang KOMPAS.com - Laporan pemeriksaan investigatif yang dilakukan Badan Pemeriksa Keuangan terhadap Proyek Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional di Bukit Hambalang, Bogor, telah dirampungkan. Dalam laporan tersebut, BPK menyimpulkan ada indikasi penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan dan penyalahgunaan kewenangan yang menimbulkan kerugian keuangan negara Rp 243,66 miliar. Temuan investigatif ini mengonfirmasi sebuah kejahatan korupsi yang dilakukan terstruktur dan sistematis. Penyangkalan yang selama ini dilakukan pihak yang dituding bertanggung jawab terbantah. Puluhan nama dalam laporan itu diduga ikut bertanggung jawab atas kasus korupsi proyek Hambalang: pejabat setingkat menteri, bupati, birokrasi, hingga pihak swasta atau perusahaan. Dilacak ke belakang, dugaan korupsi dalam proyek Hambalang adalah efek domino dari pengungkapan korupsi dalam proyek Wisma Atlet. Kedua kasus ini setidaknya memiliki kemiripan karena berada dalam ranah korupsi di sektor pengadaan infrastruktur. Dalam struktur korupsi pengadaan, kelompok bisnis atau korporasi menjadi alat bagi elite politik untuk menjarah uang rakyat. Motif ekonomi dengan memanfaatkan ruang politik tampaknya menjadi strategi jitu para koruptor. Korupsi dalam proyek-proyek pemerintah sudah mengarah pada kejahatan bisnis yang dilakukan dengan perantara atau wadah bisnis yang legal. Demikian menurut Romly Atmasasmita. Berbagai kejahatan bisnis sebagai dampak dari dinamika ekonomi global yang berkembang pesat mendorong kelompok ini mendesain berbagai kejahatan serupa. Pola korupsi menjadi sangat rapi

dan beragam, dimulai dari penyuapan kepada pejabat publik, memperkaya diri sendiri secara tidak sah, hingga praktik pencucian uang. Hambalang menjadi contoh konkret pola korupsi yang sangat rapi. Indikasi suap dalam memuluskan pengalokasian anggaran untuk proyek ini begitu terbuka lebar. Aliran uang yang diduga kepada beberapa pejabat dan politikus adalah bentuk dari upaya memperkaya diri atau kelompok secara tidak sah. Dampak negatif yang ditimbulkan akibat kejahatan ini bagi perekonomian Indonesia setidaknya berkisar pada dua hal: aspek kerugian keuangan negara dan buruknya infrastruktur publik yang dihasilkan. Kedua dampak ini harus diterjemahkan sebagai kerugian bagi publik karena uang yang dikorupsi adalah hasil pajak publik. Korupsi berjemaah Sebagai kejahatan yang struktural, korupsi di pengadaan sesungguhnya bukanlah kejahatan yang berdiri sendiri. Tahapan korupsi dilakukan sejak di penganggaran, lelang, hingga pelaksanaan kegiatan pengadaan. Walaupun audit investigasi BPK hanya dilakukan terhadap proyek yang telah berjalan, pola dan tahapan korupsinya mengindikasikan bahwa proyek ini bermasalah sejak di proses penganggaran. Jamak diketahui bahwa setiap proyek infrastruktur yang dibiayai negara tak pernah luput dari praktik suap menyuap. Munculnya istilah fee atau uang lelah di kalangan DPR memperkuat dugaan: praktik ini terjadi. Korupsi proyek Hambalang adalah korupsi berjemaah: semua pihak yang disebutkan di dalam audit menjalankan perannya masing-masing. Dimulai dari penyiapan lahan untuk pembangunan, termasuk perizinan, persetujuan teknis pengadaan (lelang dan kontrak tahun jamak), pencairan anggaran, hingga penetapan pemenang lelang yang dilakukan di luar prosedur baku. Korupsi secara bersama-sama dalam proyek Hambalang menunjukkan tipe korupsi yang terorganisasi. Kelompok penguasa berkolaborasi dengan kepentingan bisnis melakukan kejahatan. Modus kejahatan korupsi semacam ini hanyalah modifikasi dan replikasi atas kejahatan korupsi pada Orde Baru. Dahulu penguasa dan kroninya menggunakan pengaruhnya menjalankan bisnis dan memperoleh keuntungan: semuanya dikendalikan oleh pusat kekuasaan pada saat itu. Di era pasca-Reformasi, kejahatan tetap dilakukan penguasa dan kelompok bisnisnya. Dengan pola yang agak berbeda, mereka berupaya menyamarkan hubungan antara penguasa dan kelompok bisnis dengan berbagai cara. Namun, ini akan tetap terbukti sebagai sebuah perse kongkolan manakala bukti-bukti dalam proses hukum menerjemahkan bahwa kelompok penguasa dan bisnis saling berkolaborasi. Ini tentu saja tidak menafikan keberadaan kelompok bisnis yang masih memegang prinsip bisnis yang bersih. Maka, kontribusi kelompok bisnis semacam ini sangat penting tidak hanya demi pengungkapan kasus, tetapi juga mendorong menciptakan proses bisnis yang bersih.

Korupsi Hambalang prototipe kejahatan berjemaah, maka penuntasannya harus secara berjemaah: semua pelaku yang diduga ikut bertanggung jawab patut dimintai tanggung jawab hukumnya, bahkan pejabat setingkat menteri (aktif) sekalipun. REZA SYAWAWI Peneliti Hukum dan Kebijakan Transparency International Indonesia Sumber: http://nasional.kompas.com/read/2012/11/22/10564628/Korupsi.Hambalang

Você também pode gostar