Você está na página 1de 5

48-56

Bab V Gangguan pada kesehatan dan daya kerja


A. POKOK-POKOK PIKIRAN DAN PEMBATASAN Agar seorang tenaga kerja ada dalam keserasian sebaik-baiknya, yang berarti dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktivitas kerja setinggi-tingginya, maka perlu ada keseimbangan yang menguntungkan dari faktor, yaitu: 1. Beban kerja. 2. Beban tambahan akibat dari lingkungan kerja. 3. Kapasitas kerja. Beban Kerja. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban dimaksud mungkin fisik, mental atau sosial. Seorang pekerja berat, seperti pekerja-pekerja bongkar dan muat barang di pelabuhan, memikul lebih banyak beban fisik dari pada beban mental atau sosial. Sebaliknya seorang pengusaha mungkin tanggung jawabnya, merupakan beban mental yang relatif jauh lebih besar. Adapun petugas sosial, mereka lebih menghadapi beban-beban sosial. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannyadengan beban kerja. Mungkin diantara mereka lebih cocok untuk beban fisik, atau mental atau sosial. Namun sebagai persamaan yang umum mereka hanya mampu memikul beban sampai suatu berat tertentu. Bahkan ada beban yang dirasa optimal bagi seseorang yang tersehat pula. Derajat tepat suatu penempatan meliputi kecocokan pengalaman, ketrampilan, motivasi dan lain-lain sebagainya. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja membantu mengurangi beban kerja dengan modifikasi cara kerja atau perencanaan mesin serta alat alat kerja. Contoh sederhana ialah beban kerja akibat memikul atau menjinjing suatu barang dapat dikurangi dengan penggunaan kereta dorong. Dalam usaha menentukan beban maksimal, beban fisik lebih mudah dirumuskan, yaitu misalnya 50 kg. sebagai beban tertinggi diperkenankan (Rekomendasi I.L.O.).

49
Beban Tambahan Akibat Lingkungan Kerja. Sebagai tambahan kepada beban kerja yang langsung akibat pekerjaan sebenarnya, suatu pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan atau situasi, yang berakibat beban tambahan pada jasmani dan rohani tenaga kerja. Terdapat 5 faktor penyebab beban tambahan dimaksud: 1. Faktor fisik yang meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi dan tekanan udara. 2. Faktor-faktor kimia, yaitu gas, uap, debu, kabut, "fume", asap, awan, cairan, dan benda padat. 3. Faktor biologi, baik dari golongan tumbuhan atau khewan. 4. Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap dan cara kerja. 5. Faktor mental-psikologis, yaitu suasana kerja, hubungan diantara pekerja atau dengan pengusaha, pemilihan kerja dan Iain-lain. Faktor-faktor tersebut dalam jumlah yang cukup dapat mengganggu daya kerja seorang tenaga kerja. Sebagai misal-misal sederhana adalah: 1. Penerangan yang kurang cukup intensitasnya adalah sebab kelelahan mata. 2. Kegaduhan mengganggu daya mengingat, konsentrasi pikiran, dan berakibat kelelahan psikologis. 3. Gas-gas dan uap diserap tubuh lewat pernafasan dan mempengaruhi berfungsinya berbagai jaringan tubuh dengan akibat penurunan daya kerja. 4. Debu-debu yang dihirup ke paru-paru mengurangi penggunaan optimal alat pernafasan untuk mengambil zat asam dari udara. 5. Parasit-parasit yang masuk tubuh akibat higene ditempat kerja yang buruk menurunkan derajat kesehatan dan juga daya kerjanya. 6. Sifat badan yang salah, mengurangi hasil kerja, menyebabkan timbulnya kelelahan atau kurangnya fungsi maksimal alat-alat tertentu. 7. Hubungan kerja tidak sesuai adalah sebab bekerja secara lamban atau setengah-setengah. Sebaliknya, apabila faktor-faktor tersebut dicari kemanfaatannya, dapat diciptakan suasana kerja yang lebih serasi, misalnya: 1. penggunaan musik di tempat kerja, 2. penerangan yang diatur intensitas dan penyebarannya,

3. 4. 5. 6. 7.

dekorasi warna di tempat kerja, bahan-bahan yang beracun dalam keadaan dikendalikan bahayanya, penggunaan suhu yang nikmat untuk kerja, perencanaan manusia dan mesin yang sebaik-baiknya, dan Iain-lain sebagainya.

50
Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung kepada ketrampilan, keserasian (=fitness), keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuranukuran tubuh. Semakin tinggi ketrampilan kerja yang dimiliki, semakin efisien badan dan jiwa bekerja, sehingga beban kerja menjadi relatif sedikit. Tidaklah heran apabila angka sakit dan mangkir kerja sangat kurang pada mereka yang memiliki ketrampilan tinggi, lebih-lebih bila mereka memiliki cukup motivasi dan dedikasi. Suatu contoh sederhana tentang kurangnya beban kerja bagi seseorang ahli adalah seorang montir mobil yang dengan mudah membuka ban kendaraan bermotor. Kesegaran jasmani dan rokhani tidak saja pencerminan kesehatan fisik dan mental tetapi juga gambaran keserasian penyesuaian seseorang dengan pekerjaannya, yang banyak dipengaruhi oleh kemampuan, pengalaman. pendidikan dan pengetahuan yang dimilikinya. Seorang pejabat tinggi yang menempati kedudukannya oleh karena dorongan relasi atau politik dan bukan atas kemampuannya akan tidak produktif. Tingkat gizi, terutama bagi pekerja kasar dan berat, adalah faktor penentu derajat produktivitas kerjanya. Makanan bagi kerja berat, ibarat bensin untuk kendaraan bermotor. Beban kerja yang terlalu berat sering disertai penurunan berat badan.

GAMBAR 3.

RODA KESETIMBANGAN DINAMI

51 Masih perlu di edit lagi 52


Laki-laki dan wanita berbeda dalam kemampuan fisiknya, kekuatan kerja ototnya Menurut pengalaman ternyata siklus biologi pada wanita tidak mempengaruhi kemampuan fisik, melainkan lebih banyak bersifat sosial kulturil, kecuali pada mereka yang mengalami kelainan haid (=dysmenorrhea). Proses menjadi tua disertai kurangnya kemampuan kerja oleh karena perubahan-perubahan pada alat-alat tubuh, sistim kardio-vaskuler, hormonal.

Ukuran-ukuran tubuh, statis atau dinamis, harus digunakan sebagai pedoman, pembuatan ukuranukuran mesin dan alat-alat kerja sehingga dicapai effisiensi dan produktivitas kerja semaksimal mungkin. Manusia dan beban kerja serta faktor-faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Kesatuan demikian yang digambarkan sebagai roda kesetimbangan dinamis digambarkan dalam gambar 3. Jika roda ini menguntungkan kesehatan tenaga kerja, maka roda tersebut akan merupakan roda pembangunan yang sangat penting. Sebaliknya, apabila kesetimbangan tidak menguntungkan, terdapatlah keadaan labil bagi tenaga kerja dan akan berakibat gangguan daya kerja, kelelahan, gangguan kesehatan, bahkan penyakit, cacat dan kematian. Penyakit akibat demikian mungkin berupa pemburukan penyakitpenyakit umum dengan frekwensi dan beratnya meningkat, tapi mungkin pula menjadi penyakit akibat kerja. Hubungan diantara gangguan kesehatan dan effisiensi disatu pihak dan faktor-faktor penyebab di pihak lain dapat digambarkan pada bagan 1. B. PENCEGAHAN TERHADAP GANGGUAN-GANGGUAN KESEHATAN DAN DAYA KERJA Gangguan-gangguan pada kesehatan dan daya kerja akibat berbagai faktor dalam pekerjaan bisa dihindarkan, asal saja pekerja dan pimpinan perusahaan ada kemauan baik untuk mencegahnya. Tentu Perundang-undangan tidak akan ada faedahnya, apabila pimpinan perusahaan tidak melaksanakan ketetapan-ketetapan perundang-undangan itu, juga apabila para pekerja tidak mengambil peranan penting dalam menghindarkan gangguan-gangguan tersebut. Cara mencegah gangguan tersebut adalah: 1. Substitusi yaitu mengganti bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang bahaya atau tidak berbahaya sama sekali, misalnya carbon-tetrachlorida diganti dengan tri chlor ethylene. Atau ironshot dipergunakan sebagai pengganti pasir pada pekerjaan sandblasting. 2. Ventilasi Umum. yaitu mengalirkan udara sebanyak menurut perhitungan kedalam ruang kerja, agar kadar-kadar dari bahan berbahaya oleh pemasukan udara ini lebih rendah daripada kadar yang membahayakan, yaitu kadar Nilai Ambang Batas (NAB) . NAB adalah kadar yang padanya atau di bawah daripadanya , apabila pekerja-pekerja menghirupnya 8 jam sehari tidak akan menimbulkan penyakit atau kelainan. 3. Ventilasi keluar setempat (local exhausters), ialah alat yang biasanya menghisap udara di suatu tempat kerja tertentu, agar bahan-bahan dari tempat tertentu itu yang membahayakan diisap dan dialirkan keluar.

53
4. Isolasi, yaitu mengisolasi operasi atau proses dalam perusahaan yang membahayakan, misalnya isolasi mesin yang sangat hiruk, agar kegaduhan yang disebabkannya turun dan tidak menjadi gangguan lagi. Atau contoh lain ialah isolasi pencampuran bensin dengan tetra-etil-timah hitam. 5. Pakaian pelindung, misalnya: masker, kacamata, sarung-tangan, sepatu, topi, pakaian dan lainlain. 6. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, yaitu pemeriksaan kesehatan kepada calon pekerja untuk mengetahui, apakah calon tersebut serasi dengan pekerjaan yang akan diberikan kepadanya, baik fisik, maupun mentalnya. 7. Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, untuk evaluasi, apakah faktor-faktor penyebab itu telah menimbulkan gangguan-gangguan/kelainan-kelainan kepada tubuh pekerja atau tidak. 8. Penerangan sebelum kerja, agar bekerja mengetahui dan mentaati peraturan-peraturan, dan agar mereka lebih berhati-hati. 9. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kepada pekerja secara kontinu, agar pekerjapekerja tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya. C. PENYAKIT AKIBAT KERJA FAKTOR PENYEBAB Dalam ruang atau di tempat kerja biasanya terdapat faktor-faktor yang menjadi sebab penyakit akibat kerja sebagai berikut: 1. Golongan fisik, seperti: a. Suara, yang bisa menyebabkan pekak atau tuli. b. Radiasi sinar-sinar Ro atau sinar-sinar radioaktif, yang menyebabkan antara lain penyakit susunan darah dan kelainan-kelainan kulit. Radiasi sinar inframerah bisa mengakibatkan cataract kepada lensa mata, sedangkan sinar ultraviolet menjadi sebab conjunctivitis photoelectrica.

c. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan "heat stroke", "heat cramps" atau "hyperpyrexia", sedangkan suhu-suhu yang rendah antara lain menimbulkan "frostbite". d. Tekanan yang tinggi menyebabkan "caisson disease". e. Penerangan lampu yang kurang baik misalnya menyebabkan kelainan kepada indera penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan. 2. Golongan chemis, yaitu: a. Debu yang menyebabkan pneumoconioses, diantaranya: silicosis, asbestosis dan lain-lain. b. Uap yang diantaranya menyebabkan "metal fume fever", dermatitis, atau keracunan.

54
c. Gas, misalnya keracunan oleh CO, H2S dan lain-lain d. Larutan yang misalnya menyebabkan dermatitis e. Awan atau kabut, misalnya racun serangga (insecticides), racun jamur dan lain-lain yang menimbulkan keracunan. 3. Golongan infeksi, misalnya oleh bibit penyakit anthrax atau brucella pada pekerja-pekerja penyamak kulit. 4. Golongan fisiologis, yang disebabkan kesalahan konstruksi mesin, sikap badan kurang baik, salah cara melakukan pekerjaan dan lain-lain, yang kesemuanya menimbulkan kelelahan fisik, bahkan lambat laun perubahan fisik tubuh pekerja. 5. Golongan mental-psikologis, hal ini terlihat misalnya pada hubungan kerja yang tidak baik atau misalnya keadaan membosankan, monotoni DIAGNOSA Cara menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja agak berlainan dari pada diagnosa penyakitpenyakit umum, oleh karena untuk penyakit yang disebut terdahulu pemeriksaan klinis dan laboratoris belumlah cukup, melainkan harus pula diperiksa tempat, cara, dan syarat-syarat kerja. Selain itu sebagai tambahan kepada cara anamnesa yang biasa harus pula dipertanyakan riwayat pekerjaan dari si sakit. Baiklah dibawah ini disajikan secara berurutan langkah-langkah yang perlu diambil untuk menegakkan suatu diagnosa penyakit akibat kerja sebagai berikut: 1. Riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan, untuk mengetahui adanya kemungkinan bahwa salah satu faktor di tempat kerja atau dalam pekerjaan yang bisa mengakibatkan penyakit. Riwayat penyakit meliputi antara lain permulaan timbul gejala-gejala, gejala-gejala sewaktu penyakit dini, perkembangan penyakit selanjutnya, hubungan dengan pekerjaan, dan lain-lain. Riwayat pekerjaan harus ditanya dengan seteliti-telitinya dari permulaan kali ia bekerja hingga akhir bekerja. Janganlah sekali-kali hanya mencurahkan perhatian kepada pekerjaan yang sekarang, namun harus pula diteliti tentang pekerjaan-pekerjaan sebelumnya, sebab kemungkinan selalu ada, bahwa penyakit yang sekarang itu diakibatkan oleh faktor-faktor penyebab penyakit yang ada di tempat dalam hubungan pekerjaan beberapa tahun dahulu. Juga perlu untuk disadari bahwa pada umumnya tenaga kerja bangsa kita sangat gemar ganti pekerjaan, pindah dari satu kepada pekerjaan lain. 2. Pemeriksaan Klinis. untuk menemukan tanda-tanda dan gejala-gejala yang sesuai untuk suatu sindrom, yang sering-sering khas untuk suatu penyakit yang disebabkan oleh salah satu faktor penyebab penyakit akibat kerja. Misalnya pada keracunan timah hitam menahun terdapat gejalagejala dan tanda-tanda seperti anemia, garis timah hitam di gusi, kolik usus, wrist drop dan lain-lain. 3. Pemeriksaan laboratorium, untuk mencocokkan, apakah benar atau tidaknya bahwa penyebab penyakit yang bersangkutan ada dalam tubuh manusia. Untuk membuat diagnosa penyakit akibat kerja tidaklah cukup hanya tentang adanya penyebab itu, atau kwalitatif, melainkan harus diketahui juga banyaknya, atau kwantitatif.

55
Contoh misalnya adanya timah hitam didalam darah tidaklah menunjukkan adanya keracunan, melainkan kadar yang tinggi misalnya 0,8 mg per 100 cc darah lengkap. Selain kadar timah hitam didarah, juga kadar-kadarnya didalam air seni dan tinja perlu diperiksa pula. Kadangkadang pemeriksaan laboratorium dimaksudkan untuk mengetahui, apakah faktor penyebab penyakit tersebut menimbullcan kelainan kepada khewan-khewan percobaan atau tidak. 4. Pemeriksaan Ro, sering-sering sangat membantu dalam menegakkan diagnosa suatu penyakit akibat kerja, terutama penting untuk penyakit-penyakit oleh karena penimbunan debu didalam paru-paru yaitu yang dikenal dengan nama pneumoconioses. Pengalaman menunjukkan, betapa sukarnya memastikan adanya penyakit itu, maka dari itu tidak ada jalan lain, selain mengkombinasikan hasil pemeriksaan sinar tembus dan hasil-hasil pemeriksaan lainnya. 5. Pemeriksaan ruang atau tempat kerja, yang dimaksudkan untuk mengukur adanya dan

banyaknya faktor penyebab penyakit itu di tempat kerja. Hasil pengukuran yang bersifat kwantitatif sangat perlu untuk mengambil kesimpulan, apakah benar-benar kadar bahan sebagai sebab penyakit itu cukup dosisnya atau tidak. Sebagai misal adalah ruang kerja yang udaranya mengandung 0,05 mg timah hitam per-meter-kubik udara tidaklah menyebabkan keracunan Pb, kecuali jika terdapat absorpsi dengan cara lain. 6. Hubungan antara bekerja dan tidak bekerja dengan gejala penyakit. Pada umumnya gejala-gejala penyakit akibat kerja akan mengurang, bahkan kadang-kadang hilang sama sekali, apabila si penderita tidak masuk bekerja, misalnya cuti, dan gejala-gejala itu sering timbul lagi atau menjadi lebih berat, apabila ia kembali bekerja. Kenyataan ini sangat jelas misalnya pada penyakit dermatosis akibat kerja atau pada penyakit paru-paru byssinosis. Apabila seluruh cara tersebut diatas juga masih meragukan, kesimpulan pada akhirnya berada dan sesuai dengan keputusan dokter yang memeriksanya. Membuat diagnosa suatu penyakit akibat kerja tanpa dasar yang cukup mengandung resiko, oleh karena menyangkut Undang-undang Kecelakaan, yang menetapkan, bahwa majikan harus memberi ganti kerugian kepada si penderita. Dewasa ini telah mulai ada dokter-dokter ahli Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, maka dari itu, dalam hal meragukan serta jikalau mungkin, mintalah pertimbangan mereka. TERAPI Seperti untuk penyakit-penyakit umum, maka terapi penyakit akibat kerja haruslah ditekankan kepada penyebab penyakit, jadi berarti terapi kausal, dan disertai terapi simptomatis seperlunya. Tetapi atas dasar pendirian ini pada urnumnya berhasil. Namun ada segi-segi lain yang perlu mendapat perhatian.-Yaitu banyak penyakit jabatan yang belum ada atau tidak ada terapi kausalnya, misalnya silicosis, satu jenis pneumoconioses, yang disebabkan debu silica bebas (free ssilica).

56
Atau sering pula satu-satunya pengobatan, kalau hal itu dapat dikatakan pengobatan, yaitu memindahkan si penderita ke pekerjaan lain yang tidak mengandung bahaya untuknya. Hal terakhir ini sering dilakukan pada penderita silicosis yang sudah ada tanda-tanda emphysema. Atau jelas kegunaannya bagi pekerja yang menderita dermatosis akibat kerja di perusahaan-perusahaan kimia. Pada penyakit-penyakit yang tidak ada terapi kausalnya, serta pada penyakit-penyakit akibat kerja yang dapat mengakibatkan cacat, seperti emphysema, adalah sebaik-baiknya untuk berpendirian atau bersikap: Harus mencegahnya,, Hal lain yang dapat dianggap sebagai terapi kausal adalah memberantas faktor-faktor penyebab penyakit yang ada di dalam lingkungan atau pekerjaan itu sendiri.

Você também pode gostar