Você está na página 1de 3

ARTIKEL SASTRA ANAK UPAYA PERLINDUNGAN BAGI EKSPLOITASI ANAK DI BAWAH UMUR Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya

pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 (2) UUD 1945 disebutkan bahwa Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam hal ini, anak-anak juga merupakan warga negara. Anak-anak adalah manusia yang lemah yang wajib dilindungi keberadaannya dan dijaga dari segala sesuatu yang dapat mengganggu perkembangan jiwanya. Bahkan anak-anak wajib memperoleh apa yang layak atau apa yang seharusnya mereka peroleh seperti pendidikan, kesempatan bermain, mendapatkan kasih sayang dan bebas dari tekanan. Namun berbeda dalam praktiknya dikehidupan nyata, banyak anak yang terpaksa menjadi pekerja keras di usia mereka yang masih dini. Alasannya pun bermacam-macam. Menurut laporan UNICEF, anak-anak sering terdorong untuk bekerja pada bidang kerja yang mengganggu tumbuh kembangnya karena tiga faktor utama, yaitu : Eksploitasi yang lahir dari kemiskinan, kurangnya pendidikan yang relevan serta tradisi serta pola sosial yang menempatkan anak pada posisi yang sulit. Kemiskinan mendorong anak-anak masuk bidang kerja yang membahayakan. Orangtua sering kali menganggur dan dalam usaha mencari nafkah, anak-anak disuruh bekerja, karena mereka lebih mudah dieksploitasi.

Hal yang menarik juga diungkapkan bahwa sebanyak 74% merupakan pekerja anak yang tidak dibayar karena memang statusnya adalah membantu bisnis orangtuanya. Sementara sebanyak 14% berstatus pekerja tetap di berbagai industri. Golongan yang disebut terakhir ini umumnya dibayar dengan upah yang relatif rendah. Banyak perusahaan yang menerima Pekerja di bawah umur karena alasan-alasan antara lain dapat menekan biaya produksi, mereka mudah diatur karena tak banyak menuntut. Belum lagi sebuah penelitian yang mengungkap fakta bahwa jumlah anak dan remaja yang terjebak di dunia prostitusi di Indonesia semakin meningkat dalam empat tahun terakhir ini, terutama semenjak krisis moneter terjadi. Setiap tahun sejak terjadinya krismon, sekitar 150.000 anak di bawah usia 18 tahun menjadi pekerja seks. Sementara itu, menurut seorang ahli, setengah dari pekerja seks di Indonesia berusia di bawah 18 tahun sedangkan 50.000 di antaranya belum mencapai usia 16 tahun. Dari data tersebut didapatkan, bahwa aksploitasi anak semakin meningkat. Data tentang keberadaan anak-anak yang bekerja tersebut juga diperkuat dari hasil pendataan yang dilakukan oleh LSM Social Analysis and Research Institute (SARI) di tiga wilayah kota/kabupaten di Surakarta, Karanganyar dan Klaten dan yang dilakukan oleh Setara di Semarang. Dari penelitian yang dilakukan di empat kabupaten/kota, menunjukkan anak-anak tersebut bekerja pada sektor industri, bekerja pada sektor prostitusi dan berbagai tempat yang merusak perkembangan mental mereka. Beberapa lembar fakta tentang eksploitasi seks komersil (prostitusi) dan perdagangan anak (trafficking). Diantaranya di Indonesia banyak gadis yang memalsukan umurnya, diperkirakan 30 persen pekerja seks komersil wanita berumur kurang dari 18 tahun. Bahkan ada beberapa yang masih berumur 10 tahun. Diperkirakan pula ada 40.000-70.000 anak menjadi korban eksploitasi seks dan sekitar 100.000 anak diperdagangkan tiap tahun. Sebagian besar dari mereka telah dipaksa masuk dalam perdagangan seks.

Akibatnya jumlah anak dieksploitasi secara seksual bertambah yang melibatkan anak-anak berumur belia dan munculnya kelompok baru yang rentan (anak-anak yang tidak punya tempat tinggal). Sehingga pendemi HIV/AIDS meningkat di Indonesia. Pemerintah Indonesia, di tahun 2002, menetapkan Undang-Undang Perlindungan Anak dengan tujuan menjamin hak anak dan prinsip-prinsip yang tercantum dalam Konvensi Hak Anak. Undangundang ini mengartikan anak sebagai seseorang yang berusia di bawah delapan belas tahun dan melarang eksploitasi ekonomi atau seksual serta kekerasan dan pelecehan terhadap anak UndangUndang ini menetapkan empat hukuman bagi eksploitasi ekonomi dan seksual terhadap anak, dan bagi pelaku kekerasan, termasuk penyiksaan terhadap seorang anak Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang dibentuk oleh pemerintah mengatakan bahwa Undang-Undang Perlindungan Anak dapat digunakan untuk menuntut majikan yang melakukan pelecehan dan eksploitasi terhadap pekerja rumah tangga anak. Namun demikian, Dr. Lily Rilantono, salah seorang anggota komisi, menyatakan bahwa Tidak seorang pun peduli terhadap pekerja anak, beliau juga menjelaskan bahwa implementasi dan efektifitas Undang-Undang Perlindungan anak ini dibatasi oleh pandangan subyektif masyarakat atas makna eksploitasi. Sehingga anak menjadi korban yang sangat menderita. Beberapa solusi yang dapat tawarkan untuk menangani eksploitasi anak ini diantaranya: Memiliki kesadaran akan pentingnya pengoptimalan peran agen sosialisasi seperti 1. Keluarga, karena pada tahap awal sangat besar sebab anak sepenuhnya berada dalam lingkungan keluarganya. 2. Kelompok bermain, kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu. 3. Media masa, peran media sangat penting dalam mensosialisasikan pesan-pesan moral dan dampak buruk eksploitasi tersebut. Terlebih perkembangan teknologi dan informasi saat ini begitu pesatnya. 4. Lembaga pendidikan, Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk mendidik manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang serta memiliki potensi atau kemampuan sebagaimana mestinya. Jadi disinilah seharusnya anak-anak itu berada. Bukan di jalanan, di tempat syuting dan di pabrik. Dari solusi yang telah diuraikan di atas, pihak yang paling menentukan dalam perkembangan anak adalah orangtua. Karena di masa pertumbuhan dan perkembangan seorang anak, peran orang tua sangat besar selain peran lingkungan yang kondusif di sekitarnya. Tentunya seorang anak di dalam masa tersebut juga membutuhkan rangsangan intelektual, emosional dan spiritual. Dan perkembangan anak akan menjadi lebih optimal jika semuanya dilandasi oleh kasih sayang dan bimbingan yang tulus dari orang tua dan lingkungannya.

SUMBER

Arifin, Syamsul Dkk.2002.Jurnal Hukum Kaidah.Medan:Uisu. http://www.gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/pekerja-anak http://fkunhas.com/l/perlindungan+tenaga+kerja+terhadap+anak+dibawah+umur.html http://www.oocities.com/guntoroutamadi/artikel-prostitusi-di-kalangan-remaja.html http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=17485 http://www.unicef.org/indonesia/id/Factsheet_CSEC_trafficking_Indonesia_Bahasa_Indonesi a.pdf http://www.unicef.org/indonesia/id/Factsheet_CSEC_trafficking_Indonesia_Bahasa_Indonesi a.pdf http://asyaridian.blogspot.com/2011/05/artikel-sastra-anak.html Diposkan oleh dian's blog di 23:56

NAMA : MUHAMMAD ARDIYANSYAH NIM : 1222041012

Você também pode gostar