Você está na página 1de 6

Leading article

Leading article

Radikal Bebas dan Peran Antioksidan Dalam Mencegah Penuaan


Ari Muhandari Ardhie
Klinik Kulit dan Kelamin, RSAB Harapan Kita, Jakarta

ABSTRAK
Diet berimbang sudah lama disadari dapat mengurangi risiko penyakit. Beragam buah dan sayur diketahui dapat mencegah penyakit, khususnya kanker dan kelainan kardiovaskular serta mampu menunda penuaan. Hal ini karena kandungan berbagai mikronutriennya antara lain vitamin C, E, -karoten dan lainnya yang bersifat antioksidan (AO). Karena merupakan mikronutrien esensial maka harus didapat dari konsumsi sehari-hari. Penuaan merupakan proses alamiah yang erat kaitannya dengan berbagai proses degeneratif. Terjadinya radikal bebas akibat proses oksidatif merupakan dasar teori yang paling sering dianut. AO merupakan salah satu upaya yang sering dilakukan untuk mencegah penuaan. Kata kunci: radikal bebas, proses oksidatif, antioksidan, penuaan A healthy diet may help to maintain general health, may lower disease risks especially cancer and cardiovascular diseases and prevent aging process. Antioxidant-rich fruits and vegetables contain essensial micronutrients such as vitamine C, E, -karoten. The free radical theory of aging has long been discussed and debated. Aging as a natural process is believed to be a consequence of degenerative process linked to oxidative stress. Antioxidant supplement is one of the methods used to prevent aging. Key word: free radicals, oxidative process, antioxidants, aging

PENDAHULUAN
Adanya kaitan antara kesehatan dengan diet berimbang sudah lama disadari, bahkan jauh sebelum era Hipocrates (460-377 BC).1 Diet yang kaya akan buah dan sayur terbukti dapat mengurangi risiko penyakit, khususnya kanker dan kardiovaskular serta mampu menunda penuaan. Sayur dan buah mengandung berbagai mikronutrien diantaranya vitamin C, E, -karoten (prekursor vitamin A) dan lainnya yang bersifat antioksidan (AO).1,2 Karena senyawa ini merupakan mikronutrien esensial, (tidak dapat diproduksi oleh tubuh) maka harus didapat dari konsumsi.3,4 Penuaan merupakan proses alamiah dalam kehidupan manusia. Menua erat kaitannya dengan berbagai proses degeneratif.5,6 Banyak teori diajukan dan berbagai penelitian dilakukan untuk mencegahnya. Terjadinya radikal bebas akibat proses oksidatif merupakan teori yang paling sering dianut.7 Beragam cara diupayakan untuk mencegah ataupun memperbaiki dampak penuaan. Penggunaan AO merupakan salah satu upaya yang sering dilakukan untuk mencegah penuaan atau setidaknya menua secara sehat. Pada tinjauan pustaka ini akan dibahas ten-

tang radikal bebas dan peran AO dalam bidang kesehatan untuk mencegah penuaan, khususnya penuaan kulit yang secara klinis relatif lebih mudah diamati. Kulit merupakan organ terluas (1,5-2 m2) yang merupakan barier bagi berbagai organ dalam, yang menghadapi kontak langsung dengan lingkungan, termasuk pajanan matahari.8,9 Penuaan kulit merupakan salah satu dampak negatif, namun terjadinya kanker merupakan dampak yang terberat.4

Radikal Bebas, Stres Oksidatif dan Penuaan


Pada tahun 1983, Majid Ali mengajukan teori spontaneity of oxidation (SO) sebagai model dalam proses penuaan. Teori ini didasari oleh beragam teori. Tiga teori yang utama diantaranya adalah: (1) protein cross-linkage theory of aging by Johan Bjorksten; (2) free radical theory of aging Denham Harman; (3) immune theory of aging Roy Walford.10 Di antara berbagai teori tersebut, teori radikal bebas yang pertama kali diajukan oleh Harman di tahun 1956, merupakan teori yang paling banyak dibahas dan berbagai penelitian telah dilakukan

MEDICINUS

Vol. 24, No.1, Edition January - March 2011

Leading article

para ilmuwan lainnya.7,8,11-13 Radikal bebas diartikan sebagai molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di orbit luarnya sehingga relatif tidak stabil.4,8,14,15 Untuk mendapatkan kestabilannya, molekul tersebut bersifat reaktif mencari pasangan elektronnya, sehingga disebut juga sebagai reactive oxygen species (ROS). Mekanismenya dapat dengan donasi, meski umumnya dengan mencuri dari sel tubuh lain.7 Terdapat 2 jenis ROS, yakni: (1) molekul oksigen dengan elektron yang tidak mempunyai pasangan dan, (2) molekul oksigen tunggal.16 Molekul yang termasuk ke dalam radikal bebas tipe 1 diantaranya ialah anion superoksida (+O2), radikal hidroksil (OH-), dan radikal peroksil lipid (LOO). +O2- merupakan molekul reaktif yang pertama terbentuk saat metabolisme lipid dan protein, untuk selanjutnya dapat dikonversi menjadi hidrogen peroksida (H2O2) atau dimetabolisme oleh sistem enzim. H2O2 merupakan oksidan yang relatif lemah, namun mampu menginisiasi reaksi oksidatif dan membentuk spesies radikal bebas.5 Perubahan bentuk H2O2 menjadi OH terjadi melalui reaksi yang dikatalisasi oleh metal transisi (Fe2+ atau Cu+). ROS dapat mengakibatkan disfusi sel akibat pengambilan elektron dari komponen lipid, protein, dan DNA. Saat sel tubuh kehilangan elektronnya, maka sel tersebut juga akan menjadi radikal bebas yang akan memulai rangkaian proses serupa berikutnya. Hal ini akan berujung pada kerusakan sel termasuk penuaan kulit.4,16 Radikal bebas terbentuk selain secara alamiah melalui sistem biologis tubuh, juga berasal dari lingkungan. Reaksi inflamasi maupun pada setiap respirasi di mitokondria, akan menghasilkan oksidan. Kelebihan gizi juga merupakan faktor pemicu internal. Hal ini karena saat dimetabolisme, disamping energi juga akan dihasilkan radikal bebas. Sedangkan sebagai faktor eksternal antara lain sinar ultraviolet matahari antara pukul 10.0015.00, polusi asap rokok dan pabrik, emisi kendaraan bermotor maupun konsumsi alkohol.4,6,7,17 Stres oksidatif adalah ketidakseimbangan antara radikal bebas dan AO yang dipicu oleh dua kondisi umum yakni kurangnya AO dan kelebihan produksi radikal bebas. Berbagai enzim pada sel dan proses metabolik yang terkontrol, akan menjaga agar kerusakan oksidatif ditingkat sel tetap minimal. Pada saat produksi ROS meningkat, maka kontrol protektif tidak akan mencukupi sehinggu memicu kerusakan oksidatif.18 Kondisi ini akan memberi dampak berupa kerusakan oksidatif mulai dari tingkat sel,

jaringan hingga ke organ tubuh, menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan dan munculnya beragam penyakit. Penuaan dapat diartikan sebagai penumpukan kerusakan,13 maupun penurunan fungsi biologis dan kemampuan organisme untuk beradaptasi terhadap stres metabolik.11 Berbagai penyakit yang telah diteliti dan diduga kuat berkaitan dengan aktivitas radikal bebas antara lain adalah stroke, asma, diabetes melitus, radang usus, penyumbatan kronis pembuluh darah di jantung, penyakit Parkinson, dan lainnya.5,6,19

PENUAAN KULIT
Proses menua pada kulit dibedakan atas:20 1. Proses menua intrinsik yakni proses menua alamiah yang terjadi sejalan dengan waktu. Proses biologic/genetic clock yang berperan dalam menentukan jumlah multiplikasi pada setiap sel sampai sel berhenti membelah diri dan kemudian mati, diyakini merupakan penyebab penuaan intrinsik. 2. Proses menua ekstrinsik yakni proses menua yang dipengaruhi faktor eksternal yaitu pajanan sinar matahari berlebihan (photoaging), polusi, kebiasaan merokok, dan nutrisi tidak berimbang. Pada penuaan ekstrinsik, gambaran akan lebih jelas terlihat pada area yang banyak terpajan matahari. Kedua tipe proses menua ini berkontribusi pada terjadinya penuaan pada kulit.8,11 Photoaging Kulit merupakan organ tubuh yang secara langsung terpajan sinar UV dari matahari.9,13,18,21,22 Secara in vitro diketahui bahwa bergantung dari panjang gelombangnya, radiasi UV merupakan inisiator pembentukan ROS pada kulit. Berdasarkan panjang gelombangnya, sinar UV dibedakan atas UVA (320400 nm), UVB (290-320 nm) dan UVC (200-290 nm). Sinar UV yang dapat mencapai bumi dan kulit hanyalah 5-10% UVB dan 90-95% UVA karena sebagian besar UVB dan UVC akan ditahan oleh lapisan ozon.14,15,18 Selain faktor lapisan ozon, jumlah sinar UV juga dipengaruhi oleh faktor musim, ketinggian, garis lintang dan waktu pajanan.23 Sinar UVB terutama memicu produksi anion superoksida (+O2-) melalui aktivasi nicotinamide adenin dinucleotide phosphate (NADPH) oksidase dan rantai reaksi pernafasan di mitokondria. Sedangkan UVA terutama memicu terbentuknya 1O2. Selain

Vol. 24, No.1 , Edition January - March 2011

MEDICINUS

Leading article

melalui aktivasi NADPH oksidase, 1O2 juga dibentuk melalui reaksi fotokimiawi saat UVA diabsorpsi oleh riboflavin dan porfirin.16 Kromofor adalah berbagai substansi pada kulit yang mampu menye-rap UV.4,8,14,16 Sinar UVB yang diserap oleh DNA, akan menyebabkan kerusakan langsung, sedangkan kromofor penyerap UVA akan menimbulkan kerusakan melalui pembentukan ROS.8,14,15,23 Oksigen tunggal yang merupakan ROS utama di permukaan kulit ini, dapat menyerang membran sel dan selanjutnya membentuk ROS yang baru.16 Proses oksidasi pada lipid dan protein yang ditimbulkannya akan menyebabkan stres oksidatif seluler dan kerusakan DNA, serta menyebabkan berbagai kelainan pada kulit. Diperkirakan setiap hari terjadi kerusakan DNA pada setiap sel manusia akibat 10.000 reaksi oksidasi. Reaksi ini akan berdampak terhadap berbagai proses kerusakan kulit antara lain photoaging, imunomodulasi, melanogenesis, dan fotokarsinogenesis.9,12 Terhadap melanosit, ROS dapat menyebabkan efek paradoksikal karena dapat menimbulkan depigmentasi maupun hiperpigmentasi, meskipun mekanismenya masih belum diketahui pasti. Vitiligo merupakan contoh terjadinya degenerasi melanosit akibat stres oksidatif. Di sisi lain, kerusakan DNA yang menstimulasi produksi pigmen pada sel melanosit melalui peningkatan kadar tirosinase akan memicu pigmentasi.16 Terhadap kolagen, ROS akan mengaktifkan matrix metalloproteinase (MMP), suatu enzim yang berperan dalam degradasi matriks ekstraselular dan penurunan sintesis kolagen.16 Selain itu radiasi UV juga memicu penurunan ekspresi transforming growth factor B (TGF-B) pada epidermis dan dermis yang merupakan promotor sintesis kolagen.11 Hal itu yang menjelaskan terjadinya keriput pada kulit yang mengalami photoaging. Terdapat perbedaan gambaran klinis penua-an kulit pada kulit putih dibandingkan kulit Asia dan Afrika. Pada ras Asia, melasma lebih menonjol dibandingkan keriput, yang umumnya baru akan muncul pada dekade keenam, khususnya pada kelompok yang banyak terpajan matahari.20 Photodamage berbeda pada masing-masing ras, yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan jumlah pajanan sinar UV.24 Perbedaan ini terutama ditentukan oleh sistem pertahanan terhadap UV. Pada ras Asia dan Afrika melanin merupakan faktor utama. Sedangkan pada kulit putih melanin kurang berperan dibandingkan peran penebalan stratum korneum.20 Antioksidan AO adalah molekul yang mampu menghambat ok-

sidasi dari molekul oksidan.19 Oksidasi merupakan reaksi kimia yang memindahkan elektron dari satu substansi ke agen oksidan. Sebagai pertahanan terhadap kerusakan oksidatif, maka sel dilengkapi dengan berbagai jenis AO yang akan bekerja melalui beragam mekanisme.16 Integritas selular dipertahankan oleh berbagai AO enzimatik antara lain katalase, glutation peroksidase (GPX) dan glutation reduktase (GRD) yang akan menahan dampak negatif H2O2. Superoksida dismutase (SOD) merupakan pelindung area ekstraseluler dari dampak negatif (+O2-). Sedangkan sistem AO nonenzimatik akan mempertahankan membran sel. Dalam hal ini termasuk glutation dan asam askorbat (vitamin C) di fase air serta -tokoferol (vitamin E) dan ubiquinol (CoQ10) di fase lipid.4 AO dalam sistem biologis, dibedakan atas: 5,6,9,14,15,21 Sistem AO enzimatik: SOD, katalase, GPX, GRD, Glukosa6 fosfat dehidrogenase (G6PD), sistem sitokrom oksidase, peroksidase. (a) Sistem AO nonenzimatik: Senyawa yang terbentuk in vivo seperti glutation, albumin, transferin/laktoferin/seruloplasmin, feritin, sistein, bilirubin, dan lainnya Senyawa yang digolongkan mikronutrien esensial yakni karotenoid (-karoten), vitamin E, vitamin C, dan sebagainya. Berdasarkan mekanisme pertahanannya, dibedakan atas:25 1. Mekanisme pertahanan AO primer/chain breaking /scavenger antioxidants adalah menetralisir radikal bebas dengan mendonasikan satu elektronnya. Molekul AO yang telah kehilangan 1 elektronnya akan menjadi radikal bebas yang baru, namun dianggap relatif stabil atau akan dinetralisir oleh AO lainnya. Contoh AO tipe ini ialah vitamin E,16 vitamin C,7 asam lipoat (ALA),5 CoQ10, flavonoid, asam urat dan bilirubin.19 2. Mekanisme pertahanan AO sekunder/preventive antioxidants bekerja dengan mengikat logam, menyingkirkan berbagai logam transisi pemicu ROS, dan menyingkirkan ROS. Contoh AO tipe ini ialah transferin, laktoferin, seruloplasmin, dan albumin.19 3. Mekanisme pertahanan tersier dilakukan untuk mencegah penumpukan biomolekul yang telah rusak agar tidak menimbulkan kerusakan lebih lanjut. Misalnya kerusakan DNA akan diperbaiki oleh enzim metionin sulfaoksida reduktase, protein yang teroksidasi akan diproses oleh sistem enzim proteolitik dan lipid teroksidasi oleh lipase, peroksidase dan sebagainya.25

MEDICINUS

Vol. 24, No.1, Edition January - March 2011

Leading article

AO juga dapat dibedakan berdasarkan kelarutannya. AO yang larut dalam lemak misalnya vitamin A dan vitamin E dan CoQ10. AO yang larut dalam air antara lain vitamin C dan glutation. Sedangkan ALA merupakan AO yang larut dalam lemak dan air.7 Lebih lanjut AO juga dapat dibedakan atas:25 a. AO alamiah misalnya flavonoid, kumarin, asam fenolat, asam linoleat, omega3, vitamin E, -karoten, vitamin C, dan lainnya. b. AO farmakologis/sintetik antara lain: probukol, inhibitor xantin oksidase (alopurinol, asam folat), SOD, katalase, NADPH inhibitors (adenosin, calcium channel blockers), AO endogen hasil akitivitas glutation peroksidase (glutation, asetilsistein), inhibitor siklus redoks besi (deferoksmin, apotransferin, seruloplasmin), antiinflamasi nonsteroid, oral antidiabetik (misalnya metformin), statin (misalnya simvastatin), omeprazole, dan sebagainya. Terdapat 2 strategi guna meredam dampak negatif oksidan, yakni mencegah menumpuknya senyawa oksidan dan mencegah rantai reaksi berkelanjutan. Itu sebabnya, agar dapat bekerja secara optimal maka diperlukan kerjasama sistem AO. Hindari penggunaan AO tunggal sebagai panacea.13 Dalam industri kosmetik, dikenal istilah network antioxidants yang bekerja sinergistik untuk regenerasi dan saling meningkatkan kekuatan masing-masing. Baumann (2002), menyatakan bahwa terdapat 5 jenis network AO yakni, vitamin A dan C, ALA, glutation dan CoQ10.7 Berdasarkan cara pemberiannya, AO dapat diberikan secara sistemik (oral maupun injeksi) dan topikal.4,7,13,20 Keuntungan pemberian secara oral antara lain mudah dilakukan, tidak seperti terapi topikal yang dipengaruhi oleh kondisi keringat atau basah. Kelebihan lainnya, karena memberi efek sistemik dan mudah dikombinasikan dengan strategi proteksi lainnya.15 Adanya kelebihan berupa efek sistemik yang terjadi, akan memberi nilai tambah bila diingat bahwa dampak negatif UV bersifat menyeluruh. Selain itu perlindungan juga dapat mencapai dermis, area tempat penuaan juga terjadi.21 Beberapa jenis AO Terdapat beberapa jenis vitamin, 2 diantaranya adalah vitamin terapeutik (yakni vitamin A dan vitamin D) dan lainnya adalah vitamin AO (vitamin A dan E). Di samping itu ada beberapa vitamin lainnya (misalnya vitamin D, B dan K),3,24 dan mikronutrien s(antara lain mineral zinc, selenium) serta karotenoid dan flavonoid yang berperan penting dalam

kehidupan.24,26 Vitamin C Vitamin C merupakan AO yang larut dalam air, pertama kali diisolasi oleh Scent-Gyorgyi pada tahun 1928.24 Senyawa ini banyak dijumpai pada sitrus dan sayuran berdaun hijau gelap.3 Vitamin C sangat esensial dalam biosintesis kolagen dan mampu menurunkan sintesis pigmen dengan menghambat enzim tirosinase3,4,23,24 dan dianggap mampu mengurangi keluhan kelopak mata yang gelap.16 Vitamin C juga merupakan senyawa reduktor terbanyak di tubuh dan merupakan AO yang paling dominan di kulit.14,21,22 Bentuk radikal bebas yang terjadi sesudah donasi elektronnya, relatif stabil, masih mampu berfungsi sebagai scavenger AO dan dapat direduksi oleh sistem enzim.4 Vitamin C mampu mendaur ulang radikal bebas vitamin E. Namun adanya logam transisi (Fe2+ atau Cu2+) akan memicu vitamin C menjadi prooksidan,2,24 suatu kondisi paradoks. Dosis harian vitamin C yang dianjurkan (Recommended Daily Allowance/RDA) bervariasi dari 40-60 mg/hari12 sampai 100 mg/hari.3 Vitamin E Vitamin E merupakan scavenger AO fase lipid utama4,14,24 yang banyak dijumpai dalam kacangkacangan, minyak sayur dan sayur-sayuran hijau.3 Saat terjadi stress oksidatif di stratum korneum, kadar vitamin E akan menurun namun adanya vitamin C dan CoQ10,2,13,22-24 dan selenium sebagai co-AO3 dapat mempertahankan proses regenerasi vitamin E. RDA vitamin E ialah 22 IU/hari7 atau 30 mg/hari.12 Vitamin A, retinol dan karotenoid Retinol dan karotenoid merupakan dua bentuk utama vitamin A di alam. Retinol (preformed vitamin A) banyak dijumpai di telur, hati dan susu. Sedangkan karotenoid (provitamin A) banyak dijumpai di buah dan sayuran berwarna.3 Terdapat 3 jenis karotenoid utama yang berasal dari diet yakni -karoten, lutein dan likopen. -karoten merupakan mikronutrien terbanyak21 dengan senyawa yang efektif dalam fotoproteksi sebagai scavenger AO natural terhadap oksigen tunggal.16,26 Karotenoid mempunyai struktur kimia dan mekanisme kerja menyerupai vitamin A, namun dengan efek AO yang lebih tinggi.12 Flavonoid Flavonoid merupakan beragam senyawa polifenol aromatik dengan efek AO. Diantaranya yang

Vol. 24, No.1 , Edition January - March 2011

MEDICINUS

Leading article

paling sering digunakan ialah genistein (berasal dari kacang kedele) suatu fitoestrogen yang juga merupakan scavenger AO terhadap gugus peroksil.2 Senyawa lainnya ialah ekstrak teh hijau dan silimarin.4,21,22 ALA ALA merupakan senyawa scavenger AO terhadap gugus radikal hidroksil22 yang utama pada mitokondria14 dengan efek antiinflamasi yang terbukti secara klinis dan objektif efektif dalam penanganan photoaging.11 ALA dikenal sebagai outstanding AO yang dapat menembus sawar darah-otak. ALA juga disebut AO metabolik karena bentuk reduksinya yakni dihydro lipoic acid (DHLA) dapat didaur ulang sendiri.5 ALA diperlukan untuk efisiensi fungsi biokimiawi vitamin C dan E.13 Belum ada RDA yang ditetapkan, namun dosis yang umum digunakan bervariasi dari 25-500 mg/hari.21 CoQ10 CoQ10 adalah suatu koenzim yang di pasaran sering dikategorikan sebagai vitamin.2 CoQ10 dikenal sebagai AO intraseluler16 dan banyak berperan dalam reaksi biokimiawi di mitokondria11,17 dan merupakan komponen GPX.12 CoQ10 merupakan AO pertahanan lini pertama sesudah pajanan UV, dengan efek AO menyerupai vitamin E,24 dan mampu meningkatkan vitalitas sel karena berfungsi sebagai stabilisator mitokondria.17 RDA CoQ10 ialah 30-90 mg/hari. Selenium Selenium merupakan mikronutrien esensial yang diperlukan untuk bekerjanya enzim GPX yang penting dalam sistem pertahanan terhadap stres oksidatif.4,23 RDA selenium ialah 55 g/hari.7 Zinc Zinc termasuk mineral esensial yang memiliki efek AO yang efektif di jaringan.4,14 Kulit dan adneksanya merupakan area yang kaya akan zinc, yakni 20% dari total kadar di tubuh. Zinc dianggap mempunyai 2 mekanisme AO, yakni kemampuan mengganti logam transisi (Fe2+ atau Cu2+) dan menginduksi terbentuknya protein yang dapat menetralisir ROS.4 Kontroversi Adanya peran stres oksidatif dalam patogenesis beberapa penyakit, telah banyak dipahami. Berbagai penelitian tentang manfaat AO dalam penanga-

nannya juga telah dilaksanakan. Namun beberapa memberikan hasil yang kontroversial. Ada pakar yang tidak saja menyatakan bahwa AO tidak efektif bahkan mempertanyakan keamanan AO.1,27,28 Blejakovic (2007) mengajukan beberapa kemungkinan penyebab efek negatif AO, yakni: (1) ROS dalam konsentrasi tertentu harusnya dianggap sebagai mekanisme pertahanan tubuh dari sel yang mungkin bersifat prekanker; (2) Jumlah AO yang dianggap bisa memberikan perlindungan belum diketahui; (3) Efek AO dianggap dipengaruhi oleh kondisi status pertahanan tubuh yang berbeda-beda pada masing-masing individu.1 Namun Asgari dkk (2009) menyimpulkan bahwa AO dengan dosis nutrisional tidak meningkatkan risiko terjadinya melanoma.29 Penanganan Photoaging Terlepas dari masih adanya kontroversi, namun pemberian AO diyakini akan meningkatkan ketahanan tubuh terhadap stres oksidatif dan khususnya dalam mencegah penuaan kulit.12,14,16 Masalah penuaan yang merupakan dampak terbentuknya ROS sepanjang hayat,5 khususnya photoaging memerlukan penanganan yang harus dimulai dari pencegahan.11,14,21,23 Kesadaran atas perilaku perlindungan diri terhadap dampak negatif UV harus terus ditekankan.30 Pencegahan primer berupa pemilihan pakaian, topi dan kacamata pelindung, serta aplikasi tabir surya (baik organik, inorganik, spektrum sempit maupun luas).11,23,30 Pada tahun 1996 Australia telah menetapkan UPF (UV Protection Factor) sebagai standar dalam menentukan kemampuan bahan pakaian, topi memberikan fotoproteksi. UPF sangat dipengaruhi oleh ketebalan bahan, kerapatan jalinan, warna, dan kondisi basah atau kering, serta menciut atau tidaknya bahan sesudah dicuci. Untuk mendapat efek proteksi yang optimal, baju setidaknya harus menutupi tubuh dari leher ke pinggul dan melewati bahu sampai ke proksimal lengan atas.23 Termasuk dalam tatalaksana sekunder ialah aplikasi asam retinoat topikal (yang juga berfungsi dalam terapi bila sudah terjadi kondisi photoaging)11,13 dan pemanfaatan AO baik topikal maupun sistemik.7,13,21,22 Lini ketiga penanganan photoaging berupa beberapa teknik peremajaan termasuk terapi peeling kimiawi, laser, injeksi Botox, injeksi filler, tehnik radiofrekuensi dan lain-lain.11 Draelos (2010) menyatakan bahwa kecenderungan perawatan kulit terkini adalah menggabung-

MEDICINUS

Vol. 24, No.1, Edition January - March 2011

Leading article

kan diet dengan konsumsi suplemen vitamin dan AO. Konsep pendekatan inside-out ini memicu pengembangan produk yang dikategorikan sebagai nutricosmetic.2 Dalam konteks ini, dikenalkan istilah nutraceutical2,19 yang mengacu pada istilah cosmeceutical yakni produk suplemen vitamin oral untuk kesehatan.

KESIMPULAN
Radikal bebas/ROS akan terus menerus terbentuk

baik melalui proses metabolisme maupun akibat dampak negatif lingkungan. Radikal bebas tersebut terkait dengan terjadinya stres oksidatif yang berperan dalam patogenesis berbagai penyakit degeneratif termasuk penuaan. Dalam kondisi ini AO diyakini memainkan peran yang penting. Meski demikian, memang masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menjawab beberapa pertanyaan yang masih ada. Misalnya kapan waktu paling tepat, berapa lama dan berapa dosis serta AO mana yang paling efektif.

Daftar Pustaka
1. Bjelakovic G, Gluud C. Surviving antioxidants supplements. JNCI, 2007; 99 (10): 742-3 2. Draelos ZD. Nutrition and enhancing youthful- appearing skin. Clinics in Dermatology 2010; 28: 4008 3. Zussman J, Ahdout J, Kim J. Vitamins and photoaging: Do scientific data support their use? J Am Acad Dermatol 10.1016/j.jaad.2009.07.037. ARTICLE IN PRESS.xa09rfHc36omk -rB0wad2lta,e9o cUl 4. Pinnell SR. Cutaneous photodamage, oxidative stress, and topical antioxidant protection. J Am Acad Dermatol 2003; 48: 1-19 5. Moini H, Packer L, Saris N-E L. antioxidant and prooxidant activities of lipoic acid and dihydrolipoic acid. Toxicology and Applied Pharmacology 2002; 182: 84-90 6. Ames BN, Shigenaga MK, Hagen TM. Oxidants, antioxidants, and the generative diseases of aging. Proc. Natl. Acad. Sci. USA 1993; 90: 7915-22 7. Baumann L. Antioxidants. In: Cosmetic Dermatology: Principles and Practice. Hongkong: McGraw-Hill; 2002.p.105-16 8. Fisher GJ, Kang S, Varani J, Bata-Csorgo Z, Wan Y, Datta S, et al. Mechanisms of photoaging and chronological skin aging. Arch Dermatol. 2002; 138:1462-70 9. Hakozaki T, Date A, Yoshii T, Toyokuni S, Yasui H, Sakurai H. Visualization and characterization of UVB-induced reactive oxygen species in a human skin equivalent model. Arch Dermatol Res 2008; 300 (Suppl 1): S51S56. DOI 10.1007/s00403-007-0804-3 10. Ali M. The oxidative-dysoxygenative model of aging. J Integrative Medicine. 2003; 7(1):1-19. Available from http://www.jintmed. com/vol7.htm 11. Rabe JH, Mamelak AJ, McElgunn PJS, Morison WL, Sauder DN. Photoaging: Mechanism and repair. J Am Acad Dermatol 2006; 55: 1-19 12. Riad HMA. The role of antioxidants in dermatology. Gulf J Dermatol 2001; 8 (2): 1-14 13. Angerhofer CK, Maes D, Giacomoni PU. The use of natural compounds and botanicals in the development of anti-aging skin care products. In: Dayan N, ed. Skin Aging Handbook: an integrated Approach to Biochemistry and Product Development. New York: William Andrew Inc; 2008.p.205-63 14. DeBuys HV, Levy SB, Murray JC, Madey DL, Pinnel SR. Modern approach to photoprotection. Derm Clinics 2000; 18 (4): 577-90 15. Verschooten L, Claerhout S, Van Laethem A, Agostinis P, Garmyn M. Invited Review. New strategies of photoprotection. Photochemistry and Photobiology 2006; 82:1016-23 16. Masaki H. Role of antioxidants in the skin: Anti-aging effects. J Derm Sci 2010; 58:8590 17. Prahl S, Kueper T, Biernoth T, Whrmann Y, Mnster A, Frstenau M, et al. Aging skin is functionally anaerobic: Importance of coenzyme Q10 for anti aging skin care. Bio Factors 2008; 32:24555. IOS Press. 18. Nichols JA, Katiyar SK. Skin photoprotection by natural polyphenols: anti-inflammatory, antioxidant and DNA repair mechanisms. Arch Dermatol Res 2010; 302:7183. DOI 10.1007/s00403-0091001-3 19. McDaniel CF. Understanding antioxidants. Available from http:// www.fisherinstitute.org/live_pages/antioxidents.php. 2003 2007 Fisher Institute. 20. Yaar M, Gilchrest BA. Aging of skin. In: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SL, eds. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine, 7th ed. New York: McGraw-Hill; 2008.p.963-75 21. Stahl W, Mukhtar H, Afaq F, Sies H. Vitamins and polyphenols in systemic photoprotection. In: Gilchrest BA, Krutmann J, eds. Skin Aging. Germany: Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2006.p.113-21 22. Lupo MP. Antioxidants and vitamins in cosmetics. Clinics in Dermatology 2001; 19:46773 23. Wang SQ, Balagula Y, Osterwalder U. Photoprotection: a review of the current and future technologie. Dermatologic Therapy 2010; 23: 3147 24. Shapiro SS, Saliou C. Role of vitamins in skin care. Nutrition 2001;17:83944. Elsevier Science Inc. 2001. 25. Tandon R. Antioxidants: Past and present. Available from http:// www.pharmainfo.net/reviews/antioxidants-past-and-present. 2005; 3(4) 26. Stahl W, Heinrich U, Aust O, Tronnier H, Sies H. Lycopene-rich products and dietary photoprotection. Photochem. Photobiol. Sci., 2006; 5:23842 27. Bjelakovic G, Nikolova D, Gluud LL, Simonetti RG, Gluud C. Mortality in randomized trials of antioxidant supplements for primary and secondary prevention. Systematic review and meta-analysis. JAMA 2007; 297(8):842-57. doi:10.1001/jama.297.8.842 28. Gann PH. Randomized trials of antioxidant supplementation for cancer prevention. First bias, now chance next, cause. JAMA. 2009; 301(1):102-3. Published online December 9, 2008. (doi:10.1001/ jama.2008.863) 29. Asgari MM, Maruti SS, Kushi LH, White E. Antioxidant supplementation and risk of incident melanomas. Results of a large prospective cohort study. Arch Dermatol. 2009;145(8):879-82. Available from: http://archderm.ama-assn.org/cgi/content/full/145/8/879 30. Rosen CF. Topical and systemic photoprotection. Dermatologic Therapy, 2003; 16:815

Vol. 24, No.1 , Edition January - March 2011

MEDICINUS

Você também pode gostar