Você está na página 1de 2

Nama : SUTANTO HADI NIM : C54110015 Tugas : Artikel 2 PIPK

Indonesia Tsunami Early Warning System Indonesia terletak di jalur pertemuan lempeng Bumi yang aktif bergerak. Pergerakan lempeng ini berpotensi menimbulkan gempa yang jika terjadi di kedalaman laut dapat menimbulkan bencana Tsunami seperti yang terjadi di Aceh beberapa tahun lalu. Bencana Tsunami yang melanda Aceh menimbulkan banyak korban dan kerugian yang besar. Hal ini terjadi salah satunya disebabkan oleh belum adanya sistem peringatan dini bencana Tsunami. Belajar dari pengalaman itu, pemerintah Indonesia melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merancang suatu sistem peringatan dini Tsunami yang dinamakan Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina TEWS). Ina TEWS dirancang untuk mendeteksi potensi Tsunami yang terjadi pasca gempa tektonik. Terdapat dua komponen utama dalam sistem Indonesia Tsunami Early War memning System (Ina TEWS), yaitu komponen struktural dan kultural. Dalam komponen struktural sendiri terdapat tiga bagian yang berperan yaitu seismometer yang dioperasikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), alat pasang surut yang dipasang di pantai-pantai dan dioperasikan oleh Bakosurtanal serta Tsunami Buoy. Buoy Tsunami berfungsi untuk mendeteksi ada atau tidaknya gelombang tsunami. Perlu dicatat, yang mendeteksi sebenarnya bukan buoynya, tetapi Ocean Bottom Unit atau OBU yang diletakkan di dasar lautlah yang dapat mendeteksi ada atau tidaknya gelombang tsunami. OBU secara aktif mengirim data melalui underwater acoustic modem ke tsunami buoy yang terpasang di permukaan laut. Tsunami Buoy sendiri berperan sebagai penerima data dari OBU. Kemudian, tsunami buoy mentransmisikan data tersebut via satelit ke pusat pemantau tsunami Read Down Station (RDS) di Gedung I BPPT lantai 20. Buoy yang dipasang di dekat sumber gempa dan tsunami, bekerja berdasarkan gelombang tsunami atau anomali elevasi muka air laut yang dideteksi oleh sensor yang ditempatkan di OBU. Alat inilah yang berfungsi merekam kedatangan gelombang tsunami. Jika terjadi perubahan air laut yang tiba-tiba, itu salah satu indikasi yang menandakan adanya tsunami. Sistem ini kemudian akan berubah menjadi tsunami warning yang berupa data gelombang akustik kemudian dikirimkan ke buoy. Dari buoy lalu akan dikirim ke salah RDS di BPPT. Buoy yang sekarang dioperasikan di perairan Indonesia terdiri dari empat jenis, yaitu Buoy Tsunami Indonesia, Deep Ocean Assessment and Reporting Tsunamis (DART) Amerika, German-Indonesian Tsunami Warning System (GITWS) dan Buoy Wavestan. Sejak tahun 2006, Indonesia sudah memasang buoy di 17 titik dari barat Sumatera hingga ke daerah perairan timur Indonesia. Meskipun sudah banyak yang terpasang, namun seringkali buoybuoy tersebut mengalami kerusakan ataupun hilang. Seperti yang di Laut Flores, kita sudah melakukan tiga kali pemasangan dan tiga kali itu pula mengalami kerusakan dan pengerusakan. Begitu pula yang ada di Mentawai dan selatan Cilacap. Seringkali ditemukan buoy-buoy tersebut mengalami kerusakan sehingga mesti sering ditarik untuk dilakukan perbaikan. Oleh karena itu, sangat diharapkan bantuan masyarakat khususnya nelayan dalam menjaga buoy tsunami di laut. Karena alat ini satu-satunya alat di laut yang dapat mengkonfirmasi ada atau tidaknya tsunami. Dengan terjaganya buoy tsunami ini, maka akan sangat menolong keselamatan masyarakat, terutama yang ada di pesisir.

Kedepannya BPPT akan melakukan pengembangan dalam sistem Ina TEWS yaitu dengan menggunakan sistem kabel laut. Jadi dari OBU yang ditempatkan di laut dalam, akan dihubungkan ke tower atau mercusuar di pantai dengan menggunakan kabel, dan diteruskan ke stasiun RDS di BPPT. Direncanakan sistem kabel laut ini akan diterapkan di lima titik awal yaitu Ujung Kulon, Pulau Enggano Bengkulu, selatan dan utara Pulau Siberut, serta Pulau Rondo. Dengan adanya kabel laut ini bukan berarti kita menghilangkan peran buoy. Buoy tetap dipasang, namun sistem kabel laut digunakan sebagai komplemen. Indikatornya adalah buoy untuk mendeteksi tsunami yang sifatnya long distance atau tsunami jarak jauh. Sementara sistem kabel ini diharapkan bisa mendeteksi tsunami lokal atau urgent tsunami.

Pustaka: BPPT. 2011. Sistem kabel laut teknologi komplemen terbaru pendeteksi tsunami. [terhubung berkala]. http://www.bppt.go.id/index.php/component/content/article/62-teknologikelautan-dan-kedirgantaraan/725-sistem-kabel-laut-teknologi-komplemen-terbarupendeteksi-tsunami (7 Maret 2013)

Você também pode gostar