Você está na página 1de 30

AGAMA DAN PSIKOPATOLOGI

ditinjau dari perspektif Islam Dr. H. Jan Prasetyo, SpKJ (K)

Definisi Agama
Definisi agama secara konklusif sulit untuk dirumuskan Umat manusia sepanjang sejarah telah memiliki kepercayaan dengan pelbagai kegiatan/praktek religius yang beraneka ragam Ada ciri / karakteristik yang khas dalam sistim kepercayaan dan kegiatan tersebut yang umumnya dikenali sebagai agama

Ciri-ciri khas suatu agama (deskripsi universal)


Kepercayaan kepada Tuhan atau tuhan-tuhan Peribadatan, pemujaan, penyerahan diri Kepercayaan akan adanya jiwa (ruh / soul) Kepercayaan pada yang gaib dan wahyu yang diterima Pemisahan yang suci dari yang kotor / tidak pantas Pencarian keselamatan Mitos

Pengertian Din/Agama dalam Islam (1)


Din dalam Al Quran mencakup seluruh aspek kehidupan manusia Tidak hanya berarti agama dalam arti yang sempit untuk ibadah ritual atau upacara dengan cara yang sudah lazim Berlandaskan pada pemahaman, kesadaran, ketaatan yang diyakininya akan menjamin kesejahteraan hidupnya di dunia dan akhirat.

Pengertian Din/Agama dalam Islam (2)


Undang-Undang, Aturan, Tatacara hidup (010: 104-105; 026: 002; 012: 040, 076; 030: 026-030; 042: 021; 109: 006) Kekuasaan mutlak dan Penyerahan Diri (040: 064-065; 039: 011-017; 016:052; 003:083; 098: 005) Pertanggungjawaban dan Pembalasan (051:006; 107: 001-003; 001:004; 082: 017-019)

Pengertian Agama seringkali kabur/


tumpang tindih antara:
Agama sebagai ajaran, keyakinan, pedoman dan way of life
dengan Agama sebagai institusi, organisasi, wadah, yang berfungsi sebagai pelaksana, pengarah dan pengawas, dan bertindak atas nama ajaran agama

Masalah-masalah agama
Perselisihan pemahaman ajaran antara kelompok agama mayor(S29:46) Perselisihan pemahaman ajaran antar sekte dalam agama tertentu (konservatif vs liberal) Terjadinya konflik kepentingan antara pimpinan atau antara jemaah pembentukan kelompok tandingan,dsb dapat menimbulkan perpecahan Tidak ada organisasi / kepemimpinan yang bebas dari kepentingan2, skandal finansial, politik, fitnah, dsb. (S2:42,44,188)

Fakta yang ada (1)


Tidak ada satupun agama yang monolit. Semuanya terdiri dari sekte / aliran :
Berbeda dan tidak sepaham mengenai teks/ayat2 suci tertentu dan praktek ritual (QS30:32 ; S6:108) Masing2 punya kepercayaan inti yang sama, tetapi ada keunikannya sendiri2 Ditentukan oleh pimpinan agama dan karakteristik jemaah

Fakta yang ada (2)


Sepanjang sejarah telah terjadi krisis keimanan pada penganut agama,yang tampak dalam :
Keraguan / kehilangan iman, perpindahan ke agama lain Kelompok ekstrim berusaha mempertahankan nilai-nilai tradisional agama tertentu dengan intoleransi, dan militerisme Ketakutan akan invasi pengaruh luar yang melunturkan keimanan mainstream, dengan pelbagai bentuk penghakiman, pemaksaan, penindasan, dsb.(S109;S34:24-26) Perang agama sebagai defens ( S2:190-193)

Dilema agama
Apakah agama benar-benar memberikan rahmatan lil aalamiin melalui pembentukan manusia-manusia yang berkepribadian tangguh, yang akhlakul kariim? Ataukah sebaliknya, dengan membentuk manusia-manusia sakit yang agresif, intoleran, munafik, menimbulkan permusuhan, perpecahan dan peperangan di dunia, yang akhirnya akan mengarah pada kehancuran diri?

Psikopatologi
Definisi psikopatologi :
Ilmu yang mempelajari
Sebab / proses terjadinya gangguan jiwa (mental) - (pendekatan psikodinamik) Manifestasi gangguan jiwa (mental) gejala dan diagnosis (pendekatan deskriptif)

Suatu keadaan jiwa / mental yang sakit patologik / maladjusted.

Adakah korelasi antara agama dengan psikopatologi tertentu?

Hubungan antara agama dan kesehatan jiwa (mental) sangat kompleks. Salah satu faktor bertolak dari definisi sehat jiwa (mental) yang umumnya dipakai. Penentuan tidak sehat atau patologis ditentukan oleh apa yang disebut sehat itu.

Definisi kesehatan jiwa (WHO)


Kesehatan jiwa adalah :
Perasaan sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup, menerima diri sendiri dan orang lain sebagaimana adanya, serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (perspektif : manusia dalam konteks sosial)

Pengertian (1)
Jiwa (mental) tidak sama dengan Ruh Jiwa (mental)=hasil proses aktivitas otak yang termanifestasi dalam proses pikir, perasaan dan tingkah laku. Bila terjadi kelainan/gangguan dalam otak maka jiwa terganggu tampak dalam kelainan berpikir, berperasaan dan bertingkahlaku Pengetahuan mengenai fenomenologi jiwa itu diperoleh melalui Ilmu2 Perilaku, a.l. Ilmu Kedokteran Jiwa (Psikiatri)

Pengertian (2)
Ruh = kekuatan, energi Ilahi, yang ditiupkan Allah kedalam bentuk fisik manusia ciptaanNya (QS32:7-9) Ruh Ilahi = memiliki sifat2 Ilahiyah, sebagai fitrah manusia yang suci bersih Tidak mungkin tersentuh ilmu manusia, kecuali hanya sedikit, sehingga ilmu2 gaib yang dekat sekali dengan mitos, dapat menyesatkan (QS17:85, 36)

Pengertian (3)
Menurut definisi WHO tersebut, sehat jiwa atau sehat mental = tidak hanya bebas dari gejala gangguan jiwa (mental), tetapi juga mencakup pengertian:
Rasa sehat fisik, dengan rasa bahagia, kepuasan hati, ketenangan dan kesentosaan hati, Bebas dari rasa lemah, ketakutan dan kecemasan Kemampuan untuk mencintai dan bekerja, dan pemenuhan potensi intelektual, Kemandirian yang interdependen. Bersifat kritis, berlandas pada realisasi diri dan orang lain

Ciri-ciri sehat jiwa yang Islami


Hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan manusia dalam keseimbangan dunia dan akhirat (QS2:201) Mengasihi dan memelihara diri dan orang lain (QS4:29; QS25:68) Tidak dalam ketakutan, kelemahan dan kesedihan (QS2:38,62; QS 3:139) Bekerja dan beribadah (QS62: 10) Memelihara keseimbangan sosial/masyarakat (QS 9:60; QS 3:134; QS28:77; QS4:32; QS16:71) Menjauhkan rasa dengki, dendam dan permusuhan (QS 25:63;QS60:7-9) Hidup berdampingan dengan orang lain dalam perbedaan (QS 49:13; QS6:108)

Alasan manusia beragama


Motivasi manusia untuk beragama:
Merupakan fitrah manusia Sebagai sarana pencapaian tujuan hidup di dunia dan di akhirat Sebagai sarana proses aktualisasi diri dan berlanjut mencapai kesucian jiwa (kembali ke fitrah)

Menjadi manusia yang ber Jiwa dan berakhlak tinggi

sehat

Alport & Ross et al. : 2 tipe orang beragama:


Tipe intrinsik : which implies a sincere commitment to ones beliefs, which are internalized and serve as a guiding motivation of behavior (QS3:16-17, 102-104, 191; QS25:63-76) Tipe extrinsik : which implies the use of religion to obtain status, security, selfjustification, and sociability (QS2:8-12,14,16; S49:14)

Abad ke 18: The Age of Reason


Penemuan2 ilmiah dan kedudukan rasio Ilmu mengungkap mengenai fenomena dan keadaan alam semesta (faham naturalistik) (QS30:21-24; QS22:5; S96:1-8; S3:190-191) Penjelasan naturalistik vs supernaturalistik (QS22:5; QS16:65-69) Penindasan faham2 naturalistik yang dianggap berbahaya bagi kepercayaan dan dogma (faham supernaturalistik) gereja di masa itu. Sebagai hal penting yang mencuat dimasa ini :

Akal mengendalikan emosi

Kedudukan Ilmu Allah & Ilmu manusia (1)


Hanya manusialah yang merupakan ciptaan Allah yang paling sempurna yang mampu mencari ilmu. Yang diperintahkan untuk iqra ayat2 Allah dalam alam semesta, melalui telinga, mata akal dan hatinya untuk memperoleh ilmu Ilmu Allah meliputi segala sesuatu (QS18:109; QS31:27)

Kedudukan Ilmu Allah dan ilmu manusia (2)


Ilmu manusia sangat terbatas. Ilmu diajarkan pd manusia atas dan sebatas izinNya, bagi yang mau mendengar, melihat, dan berpikir dengan akal dan hatinya (QS 2:31-33, 255; QS 17:36,85; QS7:179;QS22:46; QS3:190-191) Manusia berilmu tidak akan sombong dan takabur, tetapi akan semakin mengagungkan nama Allah, Maha Pencipta segala sesuatu yang hanya sebagian kecil mampu ditemukan oleh ilmu manusia (QS17:37,83; QS96:6-7)

Kedudukan Ilmu Allah dan Ilmu manusia (3)


Orang berilmu akan takut kepada Allah, mengakui keagunganNya, keEsa-anNya sebagai Maha Pencipta (QS35:28). Ilmu melingkari dan berpusat pada Allah Ilmu berkiblat ke Allah dan fitrah manusia (QS3:7; QS32:15; QS3:190-191; QS36:33-40; QS30:21-24) Ilmu-ilmu diajarkan pada MANUSIA. Tidak ada ilmu manusia barat atau ilmu manusia timur. Yang ada adalah ilmu yang HAQ atau yang BATHIL.

Hal-hal yang dapat mengarahkan agama ke psikopatologi (1)


Agama dapat menggerakkan dan menimbulkan respons emosi/afek yang kuat dan mendalam. Motivasi beragama tipe extrinsik (Allport) Agama digunakan untuk kepentingan pribadi, rasionalisasi kebencian dan dendam, intoleransi, perilaku yang tak bertanggung jawab, penindasan, permusuhan dan peperangan (S2:190-192; S60:8-9; S49:12-13)

Hal-hal yang dapat mengarahkan agama pada psikopatologi (2)


Bahwa keimanan (faith) memerlukan adanya kepercayaan pada yang gaib, sehingga batas antara wahyu dan sisipan2 rekayasa dapat menjadi kabur dan mudah dimanipulasi Kaburnya batas antara iman dan mitos, antara berpikir abstrak dan konkrit. Persepsi dan interpretasi guru dan jemaah yang tidak lepas dari latar belakang : sosial, intelektual, pembelajaran, pengalaman, kepentingan, kebutuhan psikologik

Hal-hal yang dapat mengarahkan agama pada psikopatologi (3) Ketidak seimbangan RASIO & EMOSI
Intensitas emosi yang dapat ditimbulkan oleh agama dapat sedemikian luar biasa; mencetuskan berbagai jenis dan intensitas reaksi perilaku. Mencuatnya konflik antara penjelasan2 ilmiah rasional vs dogmatis irasional (iman) Akal sering terkalahkan, sehingga terjadilah pengrusakan, penghancuran dsb.yang justru bertentangan dengan hakekat agama

Manifestasi konflik dalam perilaku manusia


Ekspresi psikopatologi (gangguan jiwa) dapat terlihat dalam beberapa bentuk:
Gangguan Waham Gangguan Mania Gangguan Depresi Gangguan Cemas Gangguan OCD Gangguan Psikopatik Moral Defectives (QS 2: 8-12,14,16; QS 63:1-8)

Bagaimana mencegahnya?
Untuk mencegah psikopatologi, maka ajaran agama harus di persepsi dan diinterpretasi secara lurus (S30:30-32, 43), dengan akal dan pikiran yang sehat. Pemaparan pada ilmu pengetahuan dan mencerdaskan manusia muslim dalam koridor moralitas Islam Tidak mencampur aduk antara yang haq dan yang bathil (QS 2:41,42,44) Mempelajari, mendalami dan mengamalkan agama kita berlandaskankan pada keadaan fitrah yang bersih dan suci (QS 2: 45,46; QS 3:104)

Salah satu metode yang dapat dipertimbangkan.


Metode ESQ 165mengintrinsikkan motivasi beragama
Zero mind process (1): melepas belenggu untuk kembali ke fitrah Membangun mentalitas kita atas dasar ke enam rukun iman (6) Mempertahankannya agar memperoleh kepribadian yang tangguh dengan melaksanakan rukun Islam (5) Menjadi manusia yang sehat jiwa, yg akhlakul kariim, sebagai hasil agama Allah yang lurus sesuai tujuan penciptaan Allah SWT:

Manusia sebagai Khalifah di bumi.

TERIMA KASIH

Você também pode gostar