Você está na página 1de 47

BAB II PERINATOLOGI

A. NEONATUS NORMAL
A. 1. Mengidentifikasi paling sedikit 5 kriteria fisik dan 5 kriteria neurologik bayi cukup bulan 5 kriteria fisik pada bayi cukup bulan adalah : 1. Berat badan pada bayi baru lahir adalah kira-kira 3000 g, dimana biasanya anak lelaki lebih berat daripada anak perempuan. Selain itu, lebih kurang 95 % diantaranya menunjukkan panjang badan sekitar 45-55 cm. Sedangkan, ukuran lingkar kepalanya berkisar antara 34-35 cm. 2. Perbandingan berbagai bagian tubuh bayi yang baru lahir sangat berlainan dengan proporsi pada janin, balita, anak besar, atau dewasa. Ukuran kepalanya relatif lebih besar, muka berbentuk bundar, mandibula kecil, dada lebih bundar, batas anteriorposterior kurang mendatar, abdomen relatif lebih membuncit, dan ekstremitas relatif lebih pendek. Selain itu, titik tengah tinggi badan bayi yang baru lahir kira-kira terletak sejajar umbilikus, sedangkan pada orang dewasa sejajar dengan simfisis pubis. 3. Pada waktu lahir, mungkin dapat dijumpai edema pada verteks atau pada bagian tubuh lain yang menonjol. Selain itu, mungkin pula terdapat bentuk kepala bayi yang abnormal, yang terjadi akibat tekanan partus disertai dengan saling bertumpuknya batas tulang kepala. Sikap bayi yang baru lahir juga biasanya cenderung bersifat fleksi, sesuai dengan posisi melipat yang paling serasi, wajar dan alamiah bagi janin dalam kandungan. Kadang-kadang jenis kelainan ortopedik pada bayi baru lahir dapat mencerminkan sikap janin dalam kandungan. 4. Sering pula terdapat berbagai varian anatomik lokal, seperti : teleangiektasia di kelopak mata dan kuduk, noda Mongol, milium, fimosis, dan bercak putih mengkilat (epithelial pearl) pada mukosa mulut. 5. Pada bayi yang baru lahir, liang telinga luarnya juga pendek, membran timpani lebih tebal dan suram, serta letaknya lebih miring. Biasanya telinga tengah pada neonatus ini

mengandung bahan mukoid yang sering disalahtafsirkan sebagai eksudat. Tuba Eustachii juga pendek, lebar, letaknya lebih horizontal, dan kurang mengandung rambut getar. Biasanya hanya ada sebuah sel mastoid pada antrum. Sinus maksilaris dan sinus etmoidalisnya juga masih kecil, sedangkan sinus frontalis dan sinus sfenoidalisnya belum berkembang. Selain itu, hati dan limpa biasanya juga dapat diraba sedikit di bawah arkus kosta, demikian pula dengan kedua ginjal yang juga sering dapat teraba. Pada status neurologik, terdapat beberapa hal yang diobservasi yaitu : spontanitas dari buka mata, gerakan mata, wajah, dan ekstremitas yang sesuai dengan stimulus rangsangan. Hal ini dapat dilihat dengan mengukur kemampuan refleks pada neonatus. Sedangkan, 5 kriteria neurologik pada bayi cukup bulan dapat dilihat dari pemeriksaan refleks berikut ini : 1. Refleks Moro, yaitu berupa gerakan seperti memeluk bila ada rangsangan, misalnya dengan menarik kain tempat ia berbaring. 2. Refleks hisap yang dapat ditimbulkan dengan meletakan sesuatu benda dimulutnya. 3. Refleks Rooting, yaitu bayi akan mencari benda yang diletakan di sekitar mulutnya dan kemudian akan menghisapnya. 4. Refleks plantar, yaitu ditimbulkan dengan meletakan suatu benda pada telapak kaki dan bayi akan memfleksikan jari-jari kakinya. 5. Refleks grasp, yaitu ditimbulkan dengan meletakan suatu benda pada telapak tangan dan akan terjadi gerakan fleksi dari jari-jari tangannya. A. 2. Menyebutkan nilai-nilai normal darah bayi cukup bulan Kadar Hb darah tepi pada neonatus berkisar antara 17-19 g/dl. Selain itu, retikulositosis ringan dan normoblast dalam darah tepi mungkin dijumpai pada beberapa hari pertama kehidupan. Adapun, kadar Hematokrit pada saat lahir adalah 52%, dimana beberapa jam berikutnya akan meningkat, yang mungkin dikarenakan adanya pemasukan darah akibat pengurutan tali pusat. Kemudian, nilai Ht akan merendah sampai umur 6 bulan, untuk selanjutnya menetap mencapai nilai rata-rata 34%. Jumlah leukosit pada

waktu lahir adalah 10.000/l, yang akan meningkat pada hari pertama dengan gambaran neutrofilia relatif. Mungkin pula dijumpai jumlah leukosit 25.00030.000/l tanpa disertai infeksi. Setelah umur 1 minggu, jumlah leukosit akan merendah (< 14.000/l), dengan ciri adanya limfositosis relatif yang berlanjut selama masa bayi. Pada keadaan gawat darurat bayi baru lahir, termasuk infeksi, sering hanya disertai dengan leukositosis ringan atau dengan jumlah leukosit yang normal, bahkan leukopenia. Jumlah trombosis biasanya tidak mengalami perubahan selama masa bayi dan anak. Hampir tidak ada transfer faktor pembekuan dari ibu ke bayi, dimana mekanisme hemostatik sering mengalami gangguan karena masih imaturnya fungsi hati yang akan memproduksi faktor pembekuan atau karena belum terbentuknya flora usus yang akan berperan dalam absorpsi vitamin K. Pada bayi prematur, sering dijumpai adanya gangguan mekanisme pembekuan, terutama defisiensi vitamin K1. Kadar gama-globulin pada bayi baru lahir umumnya agak lebih tinggi daripada ibu, yang disebabkan terutama karena kenaikan komponen IgG. Telah dibuktikan, bahwa IgG dengan mudah dapat ditransfer dari ibu ke anak, IgM hanya sebagian kecil, sedangkan IgA dan IgE sama sekali tidak dapat melalui plasenta. Sedangkan, berikut ini ditampilkan tabel mengenai nilai-nilai normal hematologi : Value Hb (g/dl) Hematocrit (%) Red cells (mm3) MCV (3) MCH (g) MCHC (%) Reticulocytes (%) Full-Term Cord blood 16.8 53 5.25 107 34 31.7 3-7 Day1 18.4 58 5.8 108 35 32.5 3 -7 192 Day 2 Day 3 Day 4 17.8 55 5.6 99 33 33 1-3 213 17.0 54 5.2 98 32.5 33 0-1 248 16.8 52 5.1 96 31.5 33 01 252

Platelets (1000s/mm3) 290

Tabel 1. Nilai-nilai normal hematologi. Diambil dari : Fanaroff dan Klaus, Care of The High-Risk Neonate fifth Edition, halaman 574. A. 3. Menyebutkan nilai-nilai normal urin bayi cukup bulan

Fungsi ginjal pada neonatus masih belum sempurana, dimana urin mengandung sedikit protein dan pada minggu pertama mungkin dujumpai banyak senyawa urat yang dapat menyebabkan urin berwarna merah muda. Bersihan urea dan daya konsentrasi urin masih terbatas, begitu pula produksi ion ammonium dan bersihan ion fosfat juga terbatas. Pada hari pertama, mungkin terdapat kenaikan kadar ureum darah yang bersifat sementara. Jumlah ekskresi urin pada neonatus berkisar antara 1-3 mL/kgBB/jam atau ratarata sekitar 50 mL/kgBB/hariJumlah ekskresi N urin 1-3 mL/kgBB/jam atau 50 mL/kgBB/hari. A. 4. Menyebutkan nilai-nilai normal tinja bayi cukup bulan Pengeluaran tinja yang pertama kali, yang terdiri dari mekonium, biasanya terjadi dalam waktu 24 jam postpartum. Dengan diberikannya ASI atau susu, pada hari 3-4 mekonium mulai diganti oleh tinja peralihan yang berwarna coklat kehijauan dan mengandung jonjot usus. Frekuensi defekasi pada bayi baru lahir sampai akhir minggu pertama berkisar antara 3-5 kali sehari, yang agaknya tergantung dari frekuensi pemberian dan banyaknya makanan. Umumnya, tinja berkonsistensi lembek serupa pasta dan berwarna kuning. Pada bayi yang mendapat ASI, frekuensi defekasi sering melebihi 5 kali sehari dengan konsistensi tinja encer, berwarna kuning dan berlangsung sampai akhir minggu ke-4, dimana keadaan ini tidak mengkhawatirkan selama disertai kenaikan berat badan yang wajar. Diantara 50 bayi, terdapat 1 bayi yang menunjukkan konstipasi pada minggu pertama. Gejala konstipasi ini lebih sering dijumpai pada anak yang mendapat PASI, meskipun disertai dengan konsistensi tinja yang lembek. A. 5. Menyebutkan nilai-nilai normal cairan serebro spinal bayi cukup bulan Umur 0-24 jam 1 hari Jernih/xantokrom Jernih/xantokrom 9 (01070) 23 (6630) 3 (070) 7 (026) 2 (020) 5 (016)

Warna Sel darah merah/mm3 Leukosit polimorfonuklear/mm3 Limfosit /mm3

7 hari Jernih/xantokrom 3 (048) 2 (05) 1 (04)

Protein (mg/dl) Glukosa (mg/dl) Laktat dehidrogenase

63 (32 240) 51 (3278) 2273

73 (40148) 48 (3864) 2273

47 (2765) 55 (4862) 2273

(IU/l) Tabel 2. Cairan serebro spinal yang ditemukan pada bayi sehat yang baru lahir. Diambil dari : Fanaroff & Klaus, Care of The High-Risk Neonate fifth edition, halaman 581. A. 6. Menjelaskan ketiga penyebab pernafasan pertama Pada saat lahir, pernafasan pertama pada bayi dapat terjadi karena pengaruh beberapa faktor tertentu. Faktor-faktor tersebut adalah : 1. Proses kelahiran sendiri yang menimbulkan kompresi pada rongga thorak, sehingga akan terjadi pengeluaran cairan, yang biasanya terdapat dalam rongga thoraks selama bayi masih dalam kandungan. Pada saat yang sama, timbul rangsangan untuk berusaha bernafas. 2. Terputusnya sirkulasi antara ibu dan janin, akan menimbulkan hipoksia pada janin yang berlangsung sementara. Hipoksia ini merupakan suatu rangsang kimia yang berperan terhadap rangsang kemoreseptor tubuh, sehingga timbul usaha nafas pada bayi. 3. Adanya rangsang sensorik, berupa perubahan suhu lingkungan. Bayi yang selama dalam kandungan berada dalam lingkungan yang hangat, tiba-tiba pada saat lahir bayi tersebut secara mendadak dihadapkan pada suhu lingkungan yang jauh lebih rendah. Perubahan suhu lingkungan ini akan mempengaruhi reseptor kulit, yang kemudian melanjutkan rangsang tersebut ke pusat pernafasan di otak, sehingga timbul usaha untuk bernafas.

Faktor-faktor inilah yang memungkinkan berlangsungnya fungsi pernafasan pada bayi. Sempurna tidaknya fungsi pernafasan tersebut tergantung pada usia kehamilan dan kematangan paru saat lahir. Hal ini pulalah yang menyebabkan pola pernafasan bayi mempunyai bentuk tertentu.

A. 7. Menjelaskan proses perkembangan paru Pada saat embrio, perkembangan sistem pernafasan dimulai pada minggu ke-3 kehamilan, yaitu saat timbulnya tonjolan di bagian depan percabangan tersebut membentuk bronkus, yang fore-gut dan kemudian berkembang dan membentuk beberapa percabangan sebagai bentuk awal saluran nafas. Awalnya kemudian berdiferensiasi menyusun bagian yang lebih kecil, sehingga tercipta sistem saluran nafas secara lengkap. Pada minggu ke-4 kehamilan, mulai terbentuk cincin tulang rawan yang memperkuat percabangan saluran nafas tadi dan terbentuk juga sirkulasi paru dari perkembangan pembuluh darah. Pada minggu ke-24 kehamilan, sistem pernafasan mulai memperlihatkan bentuk awalnya yang lengkap dengan gambaran bronkus, bronkhiolus, alveolus dan sirkulasi paru serta limfe. Pada minggu ke-26, secara otomatis akan terlihat kelengkapan sistem pernafasan secara anatomis dan diharapkan fungsi paru di luar rahim dapat berjalan baik. Sedangkan, pertukaran gas masih sangat minimal dan terus mengalami perbaikan sampai minggu ke-27 atau ke-28 kehamilan. Pada minggu ke-27 dan ke-28 kehamilan, alveolus mulai cukup terbentuk dan sirkulasi kapiler mulai lengkap. Lalu pada minggu ke 34-36 kehamilan, fungsi pertukaran gas baru dapat bekerja sempurna. Selain itu, alveolus yang mulai matang, baik bentuk maupun fisiologisnya terus mengalami perkembangan sampai bayi kemudian lahir. Pada akhirnya, alveolus dapat menjalankan fungsinya karena dipengaruhi oleh bahan-bahan surfaktan, yaitu campuran protein dan fosfolipid yang berperan dalam mengatur tekanan permukaan alveolus. Surfaktan ini biasanya terbentuk pada minggu ke-18 kehamilan dan secara bertahap kadarnya akan meningkat sampai bayi lahir.

Kemudian, pada pernafasan ekstrauterine dibagi dua fase : 1. Kenaikan yang tidak seimbang pada permukaan dan volume ruang yang terlibat dalam pertukaran gas sampai bayi berumur 18 bulan. Volume kapiler meningkat lebih cepat daripada volume ruangan udara, selanjutnya akan bertambah lebih cepat daripada volume jaringan padat. Perubahan ini disempurnakan terutama melalui

proses penyekatan alveolus. Konfigurasi ruangan udara secara progresif menjadi lebih kompleks, tidak hanya karena perkembangan sekat-sekat yang baru tetapi juga karena pemanjangan dan pelipatan struktur alveolus yang ada. Segera setelah lahir, sistem kapiler ganda yang terdapat di dalam sekat alveolus janin berfusi menjadi sistem tunggal yang lebih tebal. Pada saat yang sama, cabang arteri dan vena baru berkembang dalam sistem sirkulasi asinus dan otot mulai muncul pada lapisan media arteri intra-asinar. 2. Semua ruangan tumbuh lebih proporsional satu sama lain. Permukaan alveolus dan kapiler meluas sejajar dengan pertumbuhan badan. Akibatnya individu yang lebih panjang cenderung mempunyai paru-paru yang lebih besar. Namun, ukuran akhir paru-paru dan unsur pokok asinus individu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tingkat aktivitas subjek dan keadaan oksigenasi yang biasa, yang memungkinkan penyesuaian struktur dan fungsi paru secara lebih baik. A. 8. Menjelaskan perubahan sumber zat asam tubuh pH darah pada waktu bayi baru lahir adalah rendah. Hal ini dikarenakan terjadinya glikolisis anaerobik. Akan tetapi setelah lahir, paru-paru akan mengatur konsentrasi CO2 cairan ekstraseluler dengan cara meningkatkan ventilasi alveolus. Hal ini akan menyebabkan penurunan pCO2, penurunan konsentrasi H2CO3, dan penurunan konsentrasi ion hidrogen. Disamping itu, adanya hasil metabolisme terutama protein berupa asam-asam yang tidak menguap dan juga tidak dapat diekskresikan oleh paruparu, maka akhirnya asam-asam tersebut nantinya akan diekskresikan melalui ginjal. Pada dasarnya, ginjal ikut berperan dalam mengatur konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler melalui tiga mekanisme, antara lain: sekresi ion-ion hidrogen, reabsorbsi ion bikarbonat yang telah disaring, dan produksi ion-ion bikarbonat baru. Sehingga dalam waktu 24 jam, asidosis ini dapat terkompensasi. A. 9. Menjelaskan perubahan vaskularisasi paru

Gambar 1. Peredaran darah janin sebelum lahir. Diambil dari : Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga, halaman 81.

Gambar 2. Peredaran darah janin setelah lahir. Diambil dari : Wiknjosastro Hanifa. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga, halaman 82. Pada waktu janin berada di dalam uterus, mula-mula darah yang kaya oksigen dan nutrisi yang berasal dari plasenta, melalui vena umbilikalis akan masuk ke dalam tubuh janin. Sebagian besar dari darah tersebut akan melalui Duktus Venosus Arantii, yang nantinya akan mengalir ke Vena Cava Inferior pula. Kemudian, darah tersebut masuk ke dalam atrium kanan. Di dalam atrium kanan, sebagian besar darah ini akan mengalir secara fisiologik ke atrium kiri melalui Foramen Ovale. Dari atrium kiri, selanjutnya darah ini akan mengalir ke ventrikel kiri, yang kemudian akan dipompakan ke Aorta. Hanya sebagian kecil darah dari atrium kanan yang mengalir masuk ke ventrikel kanan, hal ini dikarenakan adanya tekanan dari paru-paru yang belum berkembang. Selain itu, sebagian besar darah dari ventrikel kanan ini yang seyogyanya mengalir melalui Arteri Pulmonalis ke paru-paru, malah mengalir melalui Duktus Botalli ke Aorta. Sedangkan, sebagian kecilnya menuju paru-paru dan selanjutnya ke atrium kiri melalui Vena Pulmonalis.

Ketika janin dilahirkan, dengan segera bayi menghisap udara dan menangis kuat. Dengan demikian, paru-parunya akan berkembang dan mengakibatkan tekanan arteri dalam paru-paru menurun dan seolah-olah darah terhisap ke dalam paru-paru. Hal inilah yang menyebabkan Duktus Botalli tidak berfungsi lagi. Begitu pula, karena adanya tekanan dalam atrium kiri yang meningkat, maka Foramen Ovale akan tertutup, sehingga foramen tersebut selanjutnya juga tidak berfungsi lagi. A. 10. Menjelaskan penutupan Foramen Ovale Pada masa fetus, darah yang masuk ke serambi kanan dipompakan sebagian ke bilik kanan maupun ke serambi kiri melalui foramen ovale. Setelah bayi lahir, paru-paru akan berkembang yang menyebabkan tekanan arterial dalam paru-paru menurun dan seolah-olah darah terisap ke dalam paru-paru tersebut. Selain itu, tekanan dalam jantung kanan juga akan menurun, sehingga tekanan di jantung kiri lebih besar daripada tekanan jantung kanan, yang mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara fungsionil. A. 11. Menjelaskan aktivitas jantung kiri Pada saat setelah lahir, kerja dari ventrikel kiri meningkat. Namun, kerja dari ventrikel kanan menurun. Setelah lahir, ventrikel kiri pada neonatus akan berfungsi untuk memompa darah sistemik/ke seluruh tubuh. Volume darah yang dipompakan ini juga akan bertambah secara bertahap. Oleh karena tertutupnya Foramen Ovale dan Duktus Arteriosus Botalli, maka hal ini merupakan saat yang terberat bagi ventrikel kiri, namun beban ventrikel kiri ini masih dapat ditolelir. Sedangkan, pada saat yang bersamaan atrium kiri juga mengalami peningkatan tekanan, yang dikarenakan adanya permulaan proses sirkulasi paru-paru. A. 12. Menjelaskan perubahan sirkulasi neonatus pada kehidupan extrauterine Dengan berkembangnya paru-paru, tekanan oksigen di dalam alveoli meningkat. Sebaliknya, tekanan CO2 menurun. Hal ini mengakibatkan turunnya resistensi pembuluhpembuluh darah paru, sehingga aliran darah ke alat tersebut meningkat. Hal ini juga menyebabkan darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus menutup. Dengan menciutnya arteri dan vena umbilikalis dan kemudian dipotongnya tali

pusat, aliran darah dari plasenta melalui Vena Cava Inferior dan Foramen Ovale ke atrium kiri terhenti. Dengan diterimanya darah oleh atrium kiri dari paru-paru, tekanan di atrium kiri menjadi lebih tinggi daripada tekanan di atrium kanan. Hal ini mengakibatkan Foramen Ovale menutup. Sirkulasi janin sekarang telah berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup di luar badan ibu.

B. BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)


B. 1. Mengidentifikasi paling sedikit 5 kriteria fisik dan 5 kriteria neurologik bayi prematur murni 5 kriteria fisik bayi prematur adalah : a. Berat lahir sama dengan atau kurang dari 2500 g. b. Panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm. c. Lingkar dada kurang dari 30 cm. d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm. e. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang, sehingga tampak gerak peristaltik usus. Sedangkan, 5 kriteria neurologik bayi premature ialah : a. Reflek tonik leher lemah. b. Reflek Moro positif. c. Reflek menghisap lemah. d. Genggaman jari bagus, namun kekuatannya tidak ada. e. Reflek Rooting tidak sempurna. B.2. Menyebutkan 5 komplikasi bayi prematur (bayi kurang bulan) 5 komplikasi pada bayi premature, yaitu : a. Pneumonia aspirasi. Sering ditemukan karena refleks menelan dan batuk yang masih belum sempurna. b. Perdarahan intraventrikuler. Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral biasanya disebabkan oleh gangguan

oksigen yang berlebihan. c. Sindroma gangguan pernafasan idiopatik. Disebut juga dengan penyakit membrane hialin karena pada stadium terakhir akan terbentuk membran hialin yang melapisi permukaan paru. d. Hiperbilirubinemia. Disebabkan oleh karena proses konjugasi bilirubin indirek menjadi direk yang masih belum sempurna. e. Fibroplasia retrolental. Umumnya terjadi karena penggunaan oksigen dalam konsentrasi tinggi, sehingga akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah retina. Kemudian setelah bayi bernafas dengan udara biasa lagi, pembuluh darah ini akan mengalami vasodilatasi yang selanjutnya akan disusul dengan proliferasi pembuluh darah baru secara tidak teratur. Akhirnya, sebagian kapiler baru ini tumbuh ke arah korpus vitreum dan lensa. Selanjutnya, akan terjadi edema pada retina dan retina terlepas dari dasarnya. Pada stadium akhir, akan terdapat masa retrolental yang terdiri dari jaringan ikat. B. 3. Menyebutkan 2 komplikasi bayi kecil untuk masa kehamilan 2 komplikasi bayi kecil untuk masa kehamilan adalah : a. Sindroma aspirasi mekonium. b. Hipoglikemia. B. 4. Menyebutkan penyebab dari 2 komplikasi tersebut di atas Penyebab dari 2 komplikasi pada bayi kecil untuk masa kehamilan ialah : a. Sindroma aspirasi mekonium disebabkan inhalasi mekonium ke dalam paru-paru janin. b. Hipoglikemik terjadi karena berkurangnya cadangan glikogen hati dan meningginya metabolisme bayi.

C. PERAWATAN NEONATUS
C. 1. Menerapkan tindakan asepsis dan antisepsis Tindakan asepsis : a. Mencuci tangan dan siku dengan menggunakan sabun antibakteri dan air atau dapat pula menggunakan Chorhexidine atau Iodophor. Hal ini dilakukan selama 2 menit pada cuci tangan yang pertama dan 15-30 detik pada cuci tangan yang kedua kali. Hal ini perlu dilakukan oleh pegawai rumah sakit dan tamu pengunjung yang ingin masuk ke dalam ruang perawatan neonatus, dan dilakukan sebelum memegang atau mengendong neonatus. b. Menggunakan sarung tangan sesudah mencuci tangan. c. Stetoskop dibersihkan dengan alkohol. Sedangkan, tindakan antisepsis berupa : a. Membersihkan seluruh kulit dan tali pusat neonatus dengan kapas steril yang dibasahi dengan air hangat dan sabun. b. Mengeringkan neonatus dan kemudian membungkusnya dengan selimut steril. basitrasin. Atau dapat pula dengan menggunakan Chorhexidine atau Hexacholorophene. Akan tetapi, pada bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), bila terlalu sering terkena Hexachlorophene dapat terjadi neurotoxic (hal ini juga merupakan suatu kontraindikasi untuk bayi dengan BBLR). C. 2. Membersihkan muka bayi pada saat dia lahir Membersihkan muka bayi dilakukan sejak kepala bayi mulai keluar dari jalan lahir, yaitu dengan melakukan pembersihan lendir serta cairan yang berada di sekitar mulut dan hidung dengan kapas dan kain kasa steril. Kemudian, kedua kelopak matanya dibersihkan pula dengan kapas dan kain kasa steril satu demi satu, dimulai dari dalam ke luar. c. Membersihkan tali pusat setiap harinya dengan triple dye, bakterisidal agen, atau

C. 3. Memotong tali pusat Cara memotong tali pusat adalah : a. Tali pusat dijepit dengan koker kira-kira 5 cm dan sekali lagi kira-kira 7,5 cm dari pusat. b. Kemudian, pemotongan tali pusat dilakukan diantara kedua alat penjepit tersebut. c. Bayi lalu diletakkan di atas kain bersih atau steril yang hangat, yang ditempatkan di tempat tidurnya. d.Lalu dilakukan pengikatan tali pusat dengan cara : - Alat penjepit plastik yang khusus dibuat untuk tali pusat dan dapat dibuang kemudian (disposible), dipasang 1 cm di bawah alat penjepit yang sudah dipasang terlebih dahulu. Alat penjepit plastik ini akan tetap memberikan tekanan pada tali pusat, walaupun Whartons jelly mengkerut dan kemudian dibuang bersama dengan lepasnya tali pusat. - Pita dari bahan nilon yang sangat kuat dan yang disimpan dalam bungkus plastik steril, kemudian diikatkan rangkap pada tali pusat seerat-eratnya sehingga tidak mudah lepas dan terus menekan tali pusat, walaupun Whartons jelly sudah kering. Pita ini nantinya akan dibuang bersamaan dengan lepasnya tali pusat. - Lalu, dilakukan pengikatan pada tali pusat dengan benang (ikatan rangkap). Pengikatan dengan benang katun steril ini tidak menjamin penekanan yang terus-menerus pada tali pusat. Walaupun pada permulaannya ikatannya sudah baik, tetapi karena tali pusat mengkerut, ikatan dapat menjadi longgar dan memungkinkan terjadinya perdarahan. Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, harus dilakukan observasi yang berulang-ulang pada waktu-waktu tertentu selama 48 jam. Perdarahan tidak mungkin terjadi pada pemakaian alat penjepit plastik dan pita dari nilon karena terjadi penekanan yang terus-menerus pada tali pusat. Adapun, bahaya yang perlu ditakutkan pula selain terjadinya perdarahan adalah terjadinya infeksi. Untuk menghindari infeksi tali pusat yang dapat menyebabkan sepsis,

meningitis, dll maka di tempat pemotongan dan di pangkal tali pusat serta kurang lebih 2,5 cm di sekitar pusat diberi obat antiseptik. C. 4. Membersihkan saluran pernafasan bagian atas sesudah bayi lahir Alat-alat yang diperlukan untuk membersihkan saluran pernafasan bagian atas bayi adalah : - Alat penghisap lendir (mucus extractor). - Tabung oksigen dengan alat pemberi oksigen pada bayi. - Beberapa alat untuk menjaga kemungkinan terjadinya asfiksia, perlu disediakan laringoskop kecil, masker muka kecil, kanula trakea, ventilator kecil untuk pernafasan buatan. Adapun, cara membersihkan saluran pernafasan bagian atas bayi ialah : Pertama-tama bayi diletakkan dalam posisi duduk dengan tahanan pada pundak dan leher serta tidak dalam posisi fleksi maupun ekstensi. Lalu, pembersihan jalan nafas dapat dilakukan dengan menghisap cairan atau kotoran dimulai dari mulut kemudian di hidung melalui kateter karet yang lunak dan di tengahnya ada tabung semprot untuk menghindari bahan yang dihisap masuk ke mulut si penolong. Yang perlu diperhatikan adalah : jangan memegang kedua kaki bayi di atas dan kepala di bawah dengan maksud agar lendir, cairan amnion, darah, dan kotoran lainnya keluar dari hidung, faring, dan mulut atas pengaruh gaya berat. Hal ini dikarenakan dengan posisi demikian, maka : 1. 2. 3. 4. Diafragma akan terdorong oleh organ di dalam perut, sehingga gerakan paru terganggu. Aliran cairan limfe paru berkurang karena meningginya tekanan vena sentral. Kelambatan pulihnya aktivitas otak normal yang disebabkan oleh meningginya tekanan darah vena sentral. Berkurangnya kecepatan balik darah vena ke jantung serta curah jantung, sehingga mudah terjadi kongesti vena serebral. 5. Perburukan keadaan bayi yang menderita perdarahan intrakranial.

Bayi yang sehat akan menangis dalam waktu 30 detik. Bila bayi mulai bernafas spontan dan warna kulitnya kemerah-merahan, maka tidak perlu dilakukan apa-apa lagi. Yang perlu diperhatikan pula adalah : jangan menyeka palatum dan faring bayi dengan kain kasa karena dapat menimbulkan abrasi dan juga dapat menyebabkan terjadinya thrush, ulkus pterygoid (Bednar aphtae), serta infeksi gigi dengan osteomielitis maxilla dan abses retrobulbar (tetapi infeksi ini jarang terjadi). C. 5. Mempertahankan suhu tubuh bayi Luas permukaan tubuh neonatus kira-kira tiga kali orang dewasa dengan lapisan lemak di bawah kulitnya yang lebih tipis, terutama pada bayi berat lahir rendah. Diduga kehilangan panas pada neonatus empat kali lebih cepat daripada orang dewasa. Suhu kulit neonatus akan menurun 0,3C dan suhu rectal 0,1C dalam ruang bersalin dengan suhu 20-25C. Akibatnya suhu tubuh yang hilang sekitar 2-3 C, setara dengan kehilangan panas 200 kalori per kilogram. Kehilangan panas dapat disebabkan oleh konveksi (pancaran panas tubuh neonatus ke ruang sekitarnya, ini sangat berbahaya bila suhu kamar bersalinnya dingin), evaporasi (penguapan melalui pernapasan dan kulit bayi yang basah dengan cairan amnion), radiasi (suhu tubuh bayi pindah ke benda padat yang paling dekat dengan neonatus secara tidak langsung), dan konduksi (pemindahan panas langsung ke tempat bayi diletakkan). Bayi cukup bulan yang ada di ruang dingin sesudah lahir mungkin akan menderita asidosis metabolik, hipoksemia, hipoglikemia, hipothermi, serta ekskresi ginjal yang bertambah sebagai usaha tubuh untuk mengimbangi panas yang hilang. Untuk menambah produksi panas, maka diperlukan peninggian metabolisme dan konsumsi oksigen, kemudian secara tidak langsung melepaskan norepinefrin. Dengan demikian, terjadi thermogenesis yang tidak menggigil (non shivering thermogenesis) melalui oksidasi lemak terutama lemak coklat. Tambahan pula aktivitas otot mungkin meninggi. Bayi dengan hipoksia dan hipoglikemia tidak mungkin meninggikan konsumsi oksigennya bila ada di ruang yang dingin dan suhu tubuhnya pun akan menurun. Sebagai kompensasi terhadap hiperventilasi, hampir semua neonatus yang lahir melalui vagina akan mengalami asidosis metabolik yang ringan sampai sedang. Kompensasi ini tidak mungkin terjadi pada bayi yang menderita sakit berat atau yang kedinginan di kamar

bersalin. Oleh sebab itu, bayi demikian harus dikeringkan dan diselimuti, atau diletakkan di ruang/tempat yang hangat untuk melakukan resusitasi. Seharusnya di kamar bersalin ada meja resusitator yang lengkap dengan alat pemanas agar resusitasi dapat dikerjakan dengan mudah pada bayi telanjang. Selain itu pengawasan terhadap warna kulit, frekuensi denyut jantung dan frekuensi nafas juga perlu dilakukan. C. 6. Menilai APGAR score pada menit pertama Keadaan umum bayi dinilai satu menit setelah lahir dengan menggunakan nilai Apgar (Apgar score). Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Yang dinilai adalah frekuensi jantung ( heart rate), usaha bernapas (respiratory effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (color), dan reaksi terhadap rangsangan (response to stimuli), yaitu dengan memasukkan kateter ke lubang hidung setelah jalan napas dibersihkan. Setiap penilaian diberi angka 0, 1, dan 2. Dengan penilaian tersebut dapat diketahui bayi normal (vigorous baby = nilai Apgar 7-10), asfiksia sedang-ringan (nilai Apgar 4-6), atau bayi menderita asfiksia berat (nilai Apgar 0-3). TABEL NILAI APGAR Tanda A (warna kulit) P Pulse (denyut nadi) G Grimace (refleks) masukkan kateter ke Tidak ada Perubahan mimik Bersin/menangis Nilai 0 Seluruh biru/putih Tidak ada Nilai 1 Badan biru <100/menit >100/menit Nilai 2 Seluruh tubuh

Appearance tubuh

merah kaki kemerahan

hidung A Activity (tonus otot) R Respiration effort (usaha

Lumpuh

Ekstremitas Gerakan sedikit flexi Lemah

aktif

ekstremitas flexi Menangis kuat/lemah

Tidak ada

bernapas) Catatan : NA 1 menit : lebih/sama dengan 7 tidak perlu resusitasi NA 1 menit : 4-6 perlu bag and mask ventilation NA 1 menit : 0-3 lakukan intubasi Tabel 3. APGAR Score. Diambil dari : A. H. Markum, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1, halaman 218. C. 7. Meresusitasi bila perlu Resusitasi bayi merupakan tindakan penyelamatan pertama yang dapat dilakukan pada penderita asfiksia. Adapun, resusitasi tersebut bertujuan untuk mengusahakan agar gangguan homeostasis yang terjadi dapat segera ditanggulangi dan akibat lanjut hipoksia dapat dibatasi. Prinsip dasar resusitasi yang perlu diingat ialah : 1. Memberikan lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran pernapasan tetap bebas serta merangsang timbulnya pernapasan, yaitu agar oksigenasi dan pengeluaran CO2 berjalan lancar. 2. 3. 4. Memberikan bantuan pernapasan secara aktif pada bayi yang menunjukkan usaha pernapasan lemah. Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi. Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik

Cara resusitasi terbagi atas tindakan umum dan khusus : A. Tindakan umum 1. Pengawasan suhu. Bayi baru lahir secara relatif banyak kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan suhu tubuh (Miller dan Oliver, 1966). Penurunan suhu tubuh ini akan mempertinggi metabolisme sel jaringan, sehingga kebutuhan oksigen meningkat (Hey dan Hill, 1969). Hal ini akan mempersulit keadaan bayi, apalagi bila bayi menderita asfiksia berat. Perlu diperhatikan agar bayi mendapat lingkungan yang baik segera setelah lahir. Harus dicegah atau dikurangi kehilangan panas dari kulit. Pemakaian sinar lampu yang cukup kuat untuk pemanasan luar dapat dianjurkan dan pengeringan tubuh bayi perlu dikerjakan untuk mengurangi evaporasi. 2. Pembersihan jalan napas. Saluran napas bagian atas harus segera dibersihkan dari lendir dan cairan amnion. Tindakan ini harus dilakukan dengan cermat dan tidak perlu tergesa-gesa atau kasar. Bila terdapat lendir kental yang melekat di trakea dan sulit dikeluarkan dengan penghisapan biasa, dapat dilakukan laringskop neonatal, sehingga penghisapan dapat dilakukan dengan semaksimal mungkin terutama pada bayi dengan kemungkinan infeksi. Penghisapan yang dilakukan dengan ceroboh akan menimbulkan penyakit seperti spasme laring, kolaps paru, atau kerusakan sel mukosa jalan napas. 3. Rangsangan untuk menimbulkan pernapasan. Bayi yang tidak memperlihatkan usaha bernapas 30 detik setelah lahir dianggap sedikit banyak telah menderita depresi pusat pernapasan (Hall, 1969). Dalam hal ini rangsangan terhadap bayi harus segera dilakukan. Pada sebagian besar bayi, penghisapan lendir dan cairan amnion yang dilakukan melalui nasofaring akan segera menimbulkan rangsangan pernapasan. Pengaliran O2 yang cepat kedalam mukosa hidung dapat pula merangsang refleks pernapasan yang sensitif dalam mukosa hidung dan faring. Bila tindakan ini tidak berhasil, beberapa cara stimulasi lain dapat dikerjakan. Rangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan dengan memukul kedua telapak kaki bayi, menunda tendo Achilles, atau

memberikan suntikan vitamin K terhadap bayi tertentu. Dalam hal ini tindakan utama ialah memperbaiki ventilasi. B. Tindakan khusus Tindakan umum diatas dilakukan pada setiap bayi yang baru lahir. Bila tindakan ini tidak memperoleh hasil yang memuaskan, barulah dilakukan tindakan khusus. Cara yang dikerjakan disesuaikan dengan asfiksia yang timbul pada bayi yang dimanifestasikan oleh tinggi rendahnya skor Apgar. Asfiksia berat (score Apgar 0-3) Resusitasi aktif dalam hal ini harus segera dikerjakan. Langkah utama ialah memperbaiki ventilasi paru dengan memberikan O2 dengan tekanan intermitten. Cara yang terbaik ialah dengan melakukan intubasi endotrakeal.setelah kateter diletakkan dalam trakea , O2 diberikan dengan tekanan tidak lebih dari 30 cmH 2O. Hal ini untuk mencegah kemungkinan terjadinya inflasi paru berlebihan, sehingga dapat terjadi ruptur alveoli. Tekanan positif ini dilakukan dengan meniupkan O2 tinggi ke dalam kateter secara mulut ke pipa atau ventilasi kantong ke pipa. Keadaan asfiksia berat ini hampir selalu disertai asidosis yang membutuhkan koreksi segera, karena itu diberikan bikarbonas natrikus dengan dosis 2-4 mEq/kgBB dan glukosa 15-20% dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntikkan secara intravena dengan perlahan-lahan melalui vena umbilikalis. Perlu diperhatikan bahwa reaksi optimal dari obat-obatan ini, akan tampak jelas apabila pertukaran gas (ventilasi) paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan (gasping) biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 2-3 kali. Bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, masase jantung eksternal harus segera dikerjakan dengan frekuensi 90-100/menit. Tindakan ini dilakukan dengan diselingi ventilasi tekanan dengan perbandingan 1 : 3, yaitu setiap 1 kali ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks. Bila tindakan ini dilakukan bersamaan, mungkin akan terjadi komplikasi berupa pneumotoraks atau pneumomediastinum. Bila tindakan ini tidak memberikan hasil yang diharapkan, bayi harus dinilai kembali, yaitu karena hal ini mungkin disebabkan oleh gangguan

keseimbangan asam basa yang belum dikoreksi dengan baik atau adanya kemungkinan gangguan organik seperti hernia diafragmatika, atresia, atau stenosis jalan napas, dll. Asfiksia sedang(score Apgar 4-6) Dalam hal ini, dapat dicoba untuk melakukan stimulasi agar dapat timbul refleks pernapasan. Bila dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera dimulai. Ventilasi aktif yang sederhana dapat dilakukan secara frog breathing. Cara ini dikerjakan dengan cara meletakkan kateter O 2 intranasal dan O2 dialirkan dengan aliran 1-2 liter/menit. Agar saluran napas bebas, bayi diletakkan dalam dorsofleksi kepala. Secara ritmis, perlu dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut, disertai gerakan dagu ke atas dan ke bawah dalam frekuensi 20 kali/menit. Tindakan ini dilakukan dengan memperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakanlah mengikuti gerakan tersebut. Ventilasi ini dihentikan bila setelah 1-2 menit tidak dicapai hasil yang diharapkan. Dalam hal ini, segera dilakukan ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung. Ventilasi ini dikerjakan dengan 2 cara, yaitu ventilasi mulut ke mulut atau ventilasi ke masker. Sebelum ventilasi dikerjakan, ke dalam mulut bayi dimasukkan plastik faringeal airway, yang berfungsi untuk mendorong pangkal lidah ke depan agar jalan napas tetap berada dalam keadaan bebas. Pada ventilasi mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi dengan O2 sebelum melakukan peniupan. Ventilasi dilakukan sacara teratur dengan frekuensi 20-30 kali/menit dan diperhatikan gerakan pernapasan spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil bila setelah dilakukan beberapa saat terjadi penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot. Intubasi endotrakeal harus segera dikerjakan dan bayi diperlakukan sebagai penderita asfiksia berat. Apabila 3 menit setelah lahir, tidak memperlihatkan pernapasan teratur walaupun ventilasi telah dilakukan dengan adekuat, maka dapat diberikan bikarbonat natrikus dan glukosa. Cara dan dosis obat yang diberikan sesuai dengan cara yang dilakukan terhadap penderita asfiksia berat.

Alat utama Stetoskop Laringoskop untuk bayi baru lahir kateter Pompa resusitasi Sungkup hidung dan mulut untuk bayi Alat pengalir udara dalam mulut Kateter endotrakeal Sumber oksigen

Alat penunjang Alat pemanas tubuh (lampu sorot, radiant heater) Penjepit tali pusat Peralatan untuk perawatan tali pusat Peralatan untuk kateterisasi tali pusat Obat untuk resusitasi Alat suntik, termasuk jarum bersayap untuk neonatus

Alat penghisap lendir lengkap dengan Sarung tangan, selimut/linen, kasa steril

Meja resusitasi Tabel 4. Alat yang perlu disiapkan untuk meresusitasi bayi yang baru lahir. Diambil dari : A. H. Markum, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1, halaman 262. C. 8. Merawat tali pusat Pada umumnya, tali pusat akan puput/lepas pada waktu bayi berumur 6-7 hari. Bila tali pusat belum puput, maka setiap sesudah mandi tali pusat harus dibersihkan dan dikeringkan. Caranya : dengan membersihkan pangkal tali pusat yang ada di perut bayi dan daerah sekitarnya dengan kain kasa yang dibasahi dengan zat antiseptik (Betadin, alkohol 70%, dll). Yang paling penting adalah membersihkan lipatan tali pusat dengan perut. Lipatan ini dapat dibersihkan dengan menarik sedikit tali pusat ke atas, samping, depan, bawah, kulit 2,5 cm sekitar tali pusat, kemudian tali pusat yang sudah kering. Selanjutnya, pangkal tali pusat dan tali pusat sendiri ditutup dengan kain kasa yang bersih/steril dan diplester. Pemakaian gurita tidak dianjurkan karena bayi bernafas abdomino-torakal. Bila tali pusat basah, berbau, dan menunjukkan tanda-tanda radang, harus waspada terhadap infeksi tali pusat. Infeksi ini harus segera diobati untuk menghindari infeksi yang lebih berat seperti sepsis/meningitis. C. 9. Menilai APGAR score pada menit kelima Penilaian dengan Apgar score selain dilakukan pada umur satu menit dilakukan juga pada umur lima menit. Sebab bila nilai Apgar dalam lima menit tidak mencapai nilai 7, maka harus dilakukan tindakan resusitasi lebih lanjut, oleh karena bila bayi menderita

asfiksia lebih dari 5 menit kemungkinan akan terjadi gejala neurologik lanjutan dikemudian hari yang lebih besar. Oleh karena itu, penilaian Apgar lima menit ini ditujukan untuk meramalkan apakah bayi akan hidup atau mati dengan gejala sisa neurologik. C. 10. Membersihkan tubuh bayi Bayi baru lahir dibersihkan dengan kapas steril yang telah dicelupkan di air hangat dengan atau tanpa sabun, atau dengan minyak kelapa steril. Kemudian bayi dimandikan dengan air yang suhunya sama dengan suhu bayi, agar bayi tidak kedinginan. Sesudah mandi, bayi dikeringkan dan diselimuti dengan kain katun steril, lalu diberi pakaian yang ada dibangsal. Setiap hari bayi harus dimandikan dengan cara yang sama, yaitu hanya memakai air dan sabun. Minyak hanya dipakai untuk membersihkan verniks kaseosa. Pada semua petugas (dokter, mahasiswa, bidan, perawat, laboran) yang akan masuk ke tempat perawatan neonatus, harus mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit untuk pertma kali, lalu mencuci tangan lagi selama 15-30 detik setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi. Dengan cara ini infeksi pada neonatus dapat dikurangi sebanyak 50%. C. 11. Memberi identifikasi Identifikasi dilakukan segera setelah bayi lahir dan pada waktu ibu masih berdekatan dengan bayinya di kamar bersalin. Sebagian negara mengambil tanda pengenal bayi dari cap jari atau telapak kaki. Akan tetapi, pada umumnya tanda pengenal hanya berupa secarik kertas putih atau berwarna merah/biru (tergantung menurut jenis kelamin bayi) dan ditulis nama keluarga (terutama di negara barat), nama ibu (di RSCM), tanggal dan jam kelahiran bayi. Kertas ini kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik, yang diikatkan ke pergelangan tangan atau kaki bayi dengan pita. Keterangan yang sama diikatkan pula pada pergelangan tangan ibu. Pemasangan pita perlu dilakukan sedemikian rupa, sehingga hanya dapat dilepas kalau digunting. Cara lain adalah memakai 2 potong logam yang tipis dengan pinggiran yang tumpul, dan pada lemping tiap-tiap logam ditera angka yang sama, misalnya 343 pada logam yang satu dan 343 pada logam yang lain. Logam yang satu diikatkan pada pergelangan tangan bayi dan yang

lain pada ibu. Logam ini mempunyai lubang dipinggirnya untuk memasukkan benang sebagai pengikat. Genitalia eksterna bayi juga diperiksa untuk memgetahui jenis kelaminnya. Pada bayi laki-laki perlu diperiksa apakah ada fimosis, apabila ada sebaiknya dilakukan penyunatan (sirkumsisi). Begitu pula ditentukan apakah desensus testikulorumnya sudah lengkap. Bila ibu sadar, bayinya diperlihatkan padanya dan diteliti apakah tanda pengenal bayinya sama dengan tanda pengenal ibu. Bila ibu tidak sadar, bayi tersebut diperlihatkan pada ayah atau keluarganya yang menungguinya. Hal ini perlu untuk mencegah terjadinya kekeliruan dikemudian hari. C. 12. Menemukan kelainan kongenital yang tampak dari luar Kelainan-kelainan kongenital yang tampak dari luar adalah : a. Labioskisis : kegagalan penyatuan tonjolan maksila dan tonjolan hidung medial. b. Palatoskisis : adanya tonjolan hidung medialis, bagian yang membentuk dua segmen gagal menyatu. c. Labiognatopalatoskisis : gabungan dari labio dan palatoskisis. d. Meiloskisis : kegagalan penyatuan tonjolan hidung lateral dengan tonjolan maksila. e. Mikrotia : gangguan pertumbuhan telinga bagian luar. f. Aplasia iga. g. Omfalokel : terdapat kantong pada pangkal umbilikus yang berisi usus, lambung, kadang hati, dan terbungkus oleh lapisan peritoneum dan lapisan amnion. h. Gastroskisis : usus yang keluar dari titik lemah di kanan umbilikus tanpa terbungkus lapisan peritoneum dan lapisan amnion. i. Hidrosefalus : terdapat penumpukan/penyumbatan cairan LCS pada otak. C. 13. Menimbang, mengukur panjang badan, dan lingkaran kepala

Berat badan pada bayi baru lahir adalah kira-kira 3000 g, dimana biasanya anak lelaki lebih berat daripada anak perempuan. Selain itu, lebih kurang 95 % diantaranya menunjukkan panjang badan sekitar 45-55 cm. Sedangkan, ukuran lingkar kepalanya berkisar antara 34-35 cm. Berat Pada saat lahir 3-12 bulan 1-6 tahun 7-12 tahun Kilogram 3,25 Umur (bulan) + 9 2 Umur (tahun) x 2 + 8 Umur (tahun) x 7 5 (Pon) (7) (Umur [bulan] + 11) (Umur [tahun] x 5 + 17) (Umur [tahun] x 7 + 5)

2 Tinggi Sentimeter (Inci) Pada saat lahir 50 (20) Pada umur 1 tahun 75 (30) 2-12 tahun Umur (tahun) x 6 + 77 (Umur [tahun] x 2 + 30) Tabel 5. Formula untuk pendekatan rata-rata tinggi dan berat bayi dan anak normal. Diambil dari : Robert D. Needlman, Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 1, halaman 47. Umur Kira-kira Penamba han Berat Harian 0-3 bulan 3-6 bulan 6-9 bulan 9-12 (g) 30 20 15 12 Kira-kira
Penambahan Pertumbuhan Pertumbuhan

Pemberian Harian yang Diajurkan


(kcal/kg/hari)

Panjang (cm/bulan)

Lingkar Kepala (cm/bulan)

Berat Bulanan 2 lb 1 lb 1 lb 13 oz

3,5 2,0 1,5 1,2

2,00 1,00 0,50 0,50

115 110 100 100

bulan 1-3 tahun 8 8 oz 1,0 0,25 100 4-6 tahun 6 6 oz 3 cm/tahun 1 cm/tahun 90-100 Tabel 6. Pertumbuhan dan kebutuhan kalori. Diambil dari : Robert D. Needlman, Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 1, halaman 52.

C. 14. Mengobservasi pernafasan, denyut jantung, dan suhu tubuh

Pernafasan. Pernafasan bayi baru lahir biasanya diafragmatik. Frekuensi pernapasan berkisar antara 30-100/menit, bergantung pada aktifitas. Bayi prematur sering menunjukkan pernafasan Cheyne-Stokes. Suara pernafasan bayi baru lahir ialah bronkovesikuler. Denyut jantung. Pada waktu bayi lahir, bayi sangat aktif. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180x/menit, yang kemudian turun sampai 140x/menit120x/menit. Suhu tubuh. Pada pengukuran temperatur bayi di axilla, suhu tubuh bayi berkisar antara 36,4-37,00C. C. 15. Menilai keadaan umum bayi, kesadaran, posisi, gerakan pernapasan, denyut jantung, warna kulit, reflek moro dan isap Keaktifan. Bila bayi diam mungkin bayi sedang tidur nyenyak atau mungkin pula terdapat depresi SSP oleh karena obat atau karena suatu penyakit. Bila bayi bergerak aktif, diperhatikan apakah gerakan itu simetris atau tidak. Keadaan yang asimetris dapat dilihat, misalnya pada keadaan patah tulang, kerusakan saraf, luksasio, dll. Posisi. Sering bergantung pada letak presentasi janin intrauterine. Posisi yang biasa adalah dalam keadaaan fleksi tungkai dan lengan. Gerakan pernapasan. Pernafasan bayi baru lahir biasanya diafragmatik. Frekuensi pernapasan berkisar antara 30-100/menit, bergantung pada aktifitas. Bayi prematur sering menunjukkan pernafasan Cheyne-Stokes. Suara pernafasan bayi baru lahir ialah bronkovesikuler. Denyut jantung. Pada waktu bayi lahir, bayi sangat aktif. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180x/menit, yang kemudian turun sampai 140x/menit120x/menit. Kulit. Normal warna kulit ialah kemerah-merahan, dilapisi oleh verniks kaseosa yang melindungi kulit bayi dan terdiri dari campuran air dan minyak dan mengandung sabun, lanugo (rambut bayi), sel peridermal dan debris lain. Warna kulit menggambarkan beberapa keadaan, misalnya warna pucat terdapat anemia renjatan. Warna kuning terdapat pada inkompatibilitas antara darah ibu dan bayi, juga pada sepsis. Warna biru

ditemukan pada asfiksia livida, kelainan jantung kongenital dengan pirau dari kanan ke kiri. Refleks. Refleks yang dapat dilihat adalah refleks Moro, berupa gerakan seperti memeluk bila ada rangsangan. Refleks hisap juga dapat ditimbulkan dengan meletakan sesuatu benda di mulutnya. Refleks Rooting, yaitu bayi akan mencari benda yang ada di sekitar mulutnya dan kemudian akan menghisapnya. Refleks plantar dan refleks grasp ditimbulkan dengan meletakan sesuatu benda pada telapak kaki atau telapak tangan dan akan terjadi gerakan fleksi dari jari-jari kaki dan tangan tersebut. C. 16. Mencari kelainan alat-alat dalam jantung, paru, abdomen Jantung. Batas jantung agak sukar ditentukan secara perkusi karena variasi bentuk dada. Letak jantung harus ditetapkan untuk mendeteksi dekstrokardia. Sering terdengar murmur, tetapi ini bukan berarti ada kelainan kongenital. Menurut Richards, hanya 1 dari 12 murmur yang terdengar pada neonatus benar disebabkan oleh kelainan kongenital. Pemeriksaan radiologi dan EKG diperlukan bila dicurigai terdapat kelainan. Frekuensi nadi berkisar antara 70-180/menit, rata-rata ialah 120-130/menit. Denyut jantung pada bayi prematur yang diam berkisar antara 140-150x/ menit, dan mungkin mendapat serangan mendadak dari sinus bradikardia. Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan tekanan darah neonatus. Normal tekanan darah neonatus ialah 85/60mmHg. Dengan metode flus hanya dapat diukur tekanan sistol saja. Cara flush adalah dengan menekan pangkal lengan sehingga aliran darah di bawah manset relatif berkurang, kemudian dilanjutkan dengan deflasi manset dan dicatat tekanan sistoliknya pada saat tangan dan lengan menjadi merah (flushing). Paru-paru. Pernafasan bayi baru lahir biasanya diafragmatik. Frekuensi pernapasan berkisar antara 30-100/menit, bergantung pada aktifitas. Sebaiknya dihitung 1 menit penuh karena banyak fluktuasinya. Pada bayi cukup bulan yang dalam keadaan tenang, bila didapatkan frekuansi pernapasan lebih dari 60x/menit, harus dicurigai kemungkinan terdapatnya insufisiensi jantung dan paru bayi prematur sering menunjukkan pernafasan Cheyne-Stokes, disebut pernafasan periodik. Pernafasan periodik jarang terjadi pada hari pertama kelahiran. Nafas yang tersendat-sendat dan tidak teratur yang kadang-kadang diikuti oleh gerakan spasmodik mulut dan dagu

menunjukkan gangguan pusat pernapasan yang berat. Pernafasan yang berat menadakan ventilasi paru yang abnormal, pneumonia, cacat bawaan atau gangguan mekanis yang lain di paru. Kesukaran bernafas yang disebabkan oleh terlalu banyak atau terlalu sedikit udara dalam paru akan menyebabka jaringan interkostal tertarik ke dalam. Oleh karena itu, untuk membedakan atelektasis dan emfisema, harus dinilai bentuk dan ukuran dada, perkusi dan pemerikasaan rontgenogram. Tangis bayi yang lemah atau merintih menunjukkan adanya gangguan pernapasan yang berat. Cara menilai retraksi (retraction scoring) adalah dengan menetukan frekuensi nafas dan adanya sianosis (tabel 6). Suara pernafasan bayi baru lahir ialah bronkovesikuler. Kadang-kadang dapat didengar ronki pada akhir inspirasi yang panjang (misalnya pada waktu menangis). Ronki basah halus pada pneumonia neonarus yang dini hanya dapat didengar pada akhir inspirasi yang dalam yang diinduksi oleh tangis bayi. Mengingat banyaknya etiologi gawat nafas, maka perlu dilakukan pemeriksaan radiologik. Abdomen. Hepar biasanya teraba, kadang-kadang ginjal juga dapat diraba, sedangkan limpa jarang dapat diraba. Pembesaran kantung empedu dapat terjadi pada neonatus yang menderita sepsis. Teraba benjolan yang abnormal pada abdomen harus segera diperiksa di atas tempat yang keras seperti papan; pemeriksaan mencakup crosstable lateral rontgenograms abdomen yang diikuti oleh pielografi intravena kalau perlu dilakukan USG, penatahan atau laparotomi. Pemeriksaan USG abdomen bayi dapat menggantikan pielogram intravena untuk membantu diagnosis. Benjolan yang paling sering ditemukan adalah anomali saluran kemih, embrioma ginjal, kista ovarium dan duplikasi usus. Perut membuncit pada saat lahir mungkin disebabkan oleh obstruksi atau perforasi saluran cerna yang diduga karena ileus mekonium. Perut membuncit yang terjadi kemudian mungkin karena obstruksi usus letak rendah, sepsis atau peritonitits. Perut cekung (skafoid) ditemukan pada hernia diafragmatika. Jumlah udara dalam saluran cerna neonatus sangat bervariasi. Dinding abdomen masih lemah terutam pada bayi prematur. Diastasis rekti dan hernia tali pusat sering ditemukan pada neonatus, terutama yang berkulit hitam. Sebagian mekonium biasanya sudah keluar dalam waktu 12 jam pertama. Sejumlah 99% bayi cukup bulan dan 95% bayi prematur mengeluarkan mekonium dalam waktu 48 jam. Anus imperforata tidak selalu mudah dilihat; kadangkala diperlukan pemeriksaan dengan memasukkan kelingking

Atau pipa ke dalam rektum, atau dengan pemeriksaan radiologik. Lekukan atau lipatan kulit yang tidak teratur sering ditemukan di garis tengah sakrokoksigeal yang mungkin dikacaukan dengan sinus pilonidal. C. 17. Menentukan kasus rujukan Bila ada keragu-raguan dalam menilai keadaan bayi, sebaiknya diminta pendapat bidan/perawat yang berpengalaman, atau langsung dilaporkan kepada dokter ahli. C. 18. Memberi pengobatan awal Sesaat setelah lahir, mata bayi harus ditetesi dengan larutan nitrat perak 1% agar bayi terhindar dari infeksi gonorrhoe mata. Mengingat efek samping nitrat perak, karena pemakaian yang tidak benar serta reaksi mata yang menyerupai konjungtivitis, maka akhir-akhir ini dianjurkan pemakaian tetes mata eritromisin dan tetrasiklin yang kerjanya cukup baik sebagai profilaksis. Walaupun perdarahan pada neonatus mungkin tidak disebabkan oleh vitamin K, sebaiknya diberikan juga vitamin K1 yang larut dalam air, secara intramuskular sebanyak 1 mg untuk mencegah defek koagulasi segera sesudah lahir. Bayi dengan berat 1500 g hanya diberikan 0,5 mg vitamin K. Pemberian vitamin K dengan jumlah yang lebih besar memungkinkan bayi menderita hiperbilirubinemia dan kernikterus. Bayi yang diduga atau menderita perdarahan otak diberi vitamin K1 selama 3 hari berturut-turut. C. 19. Menentukan persyaratan transportasi minimal Masalah pemindahan bayi mencakup konsultasi mengenai masalah dan perawatan bayi sebelum diangkut, regu pemindahan bayi yang harus mudah dihubungi, kemampuan regu ini menyediakan alat yang diperlukan neonatus selama perjalanan (oksigen, alat penghisap lendir, pengatur suhu, dsb), dan kalau mungkin menstabilkan keadaan bayi sebelum dipindahkan. Materi yang harus dibawa bersama dengan bayi adalah catatan medik ibu dan anak, hasil laboratorium, dan contoh darah ibu yang sudah membeku. Sebelum berangkat ibu harus diberitahukan tentang alasan dan manfaat rujukan. Sebelum diangkut, bayi tersebut harus diperlihatkan kepada ibunya. Apabila keadaan mengijinkan, kedua orang tua atau sekurang-kurangnya ayah bayi tersebut boleh turut bersama

bayinya. Sebelum bayi diserahkan ke rumah sakit rujukan, regu pemindahan bayi harus memberitahukan keadaan dan penyakit bayi tersebut kepada petugas di tempat rujukan. Kendaraan yang akan membawa bayi harus dilengkapi pula dengan perawat, tabung oksigen, cairan dalam botol, kateter, pipa endotrakeal, laringoskop, tempat tidur bayi yang hangat serta fasilitas lainnya. Ruangan dalam kendaraan harus terang dan cukup luas untuk melakukan tindakan darurat dan alat pemantau. Tindakan dan fasilitas demikian dapat membantu mengurangi angka kematian bayi. C. 20. Menentukan tempat rujukan Bayi dengan resiko tinggi sering dirujuk ke tempat yang mempunyai fasilitas yang lebih lengkap, misalnya rumah sakit yang mempunyai ruang rawat gawat neonatus, minimal rumah sakit tipe B (rumah sakit yang memiliki perawatan umum dan perawatan spesialis). Yang paling baik adalah memindahkan ibu hamil beresiko tinggi, kemudian bersalin di tempat yang mempunyai sarana untuk merawat bayi gawat. Sebelum berangkat ibu harus diberitahukan tentang alasan dan manfaat rujukan. Sebelum bayi diserahkan ke rumah sakit rujukan, regu pemindahan bayi harus memberitahukan keadaan dan penyakit bayi tersebut kepada petugas di tempat rujukan. C. 21. Menerapkan Rooming Inn (rawat gabung) Bila keadaan ibu dan bayi mengizinkan, bayi dapat dirawat bersama dengan ibu dalam satu kamar. Bayi ini pada waktu-waktu tertentu dikumpulkan dalam ruangan bayi yang berada di dekat kamar ibu, supaya ibu dapat beristirahat dan tidur dengan tenang tanpa diganggu oleh tangis bayi. Kontak dengan para pengunjung perlu dihindari. Bidan/perawat yang merawat ibu dan bayi bertanggungjawab penuh terhadap bimbingan untuk ibu mengenai cara memberi minum (dengan ASI atau dengan botol), cara merawat bayi sehari-hari sampai dengan dapat dan cukup kuat untuk melakukannya sendiri, serta cara mengetahui dan mengenal perubahan-perubahan yang terjadi pada bayi yang patut dicatat dan dilaporkan kepada dokter. Disamping itu, seorang dokter harus melihat dan memeriksa bayi dalam rawat gabung setiap hari untuk mengetahui apakah bayi tersebut tetap dalam keadaan baik, atau perlu mendapat pengobatan tertentu, atau perlu

dipindahkan ke tempat perawatan bayi yang intensif. Keuntungan rawat gabung ialah mencegah/mengurangi infeksi silang (cross-infection) dan loving and tender care dapat diberikan ibu kepada bayinya sejak lahir. Menurut para ahli jiwa, hal ini sangat berarti bagi kehidupan dikemudian hari. C. 22. Menerapkan early feeding Bayi normal sudah dapat disusui segera sesudah lahir. Biasanya dalam waktu 4-6 jam pasca lahir. Lamanya disusui hanya untuk 1-2 menit pada setiap payudara ibu. Walaupun ASI yang berupa kolostrum itu hanya dapat dihisap beberapa tetes, ini sudah cukup untuk kebutuhan bayi dalam hari-hari pertama. Kadang-kadang ibu keberatan menyusui bayinya pada hari pertama dengan alasan ASI belum keluar. Dalam hal ini harus diberi penerangan sebaik-baiknya tentang maksud dan tujuan pemberian susu sedini-dininya. Pada hari ketiga, bayi sudah harus menyusu selama 10 menit pada mammae ibu dengan jarak waktu 3-4 jam. Akan tetapi, apabila diantara waktu itu bayi menangis karena lapar, ia boleh disusui pada satu mammae secara bergantian. Dengan demikian kebutuhan on demand dapat dipenuhi. Hal ini dapat dilaksanakan bila bayi dapat dirawat bersama ibunya. Bayi yang pada permulaan minum on demand, maka pada minggu-minggu berikutnya sudah dapat dipenuhi kebutuhannya dengan minum setiap 3-4 jam. C. 23. Menerapkan pemberian ASI Pemberian ASI yang pertama atau kolostrum mengandung beberapa benda penangkis yang dapat mencegah infeksi pada bayi, yang diberikan segera sesudah lahir. Walaupun ASI kolostrum itu hanya dapat diisap beberapa tetes, ini sudah cukup untuk kebutuhan bayi pada hari-hari pertama. Pada hari ketiga, bayi sudah harus menyusu selama sepuluh menit pada mammae ibu dengan jarak waktu tiap 3-4 jam. Akan tetapi, apabila diantara waktu itu bayi menangis karena lapar, ia boleh disusui pada satu mammae secara bergantian. Dengan demikian, kebutuhan on demand dapat dipenuhi. Adapun, pemberian ASI sangat penting karena dapat mencegah gastroenteritis, serta lemak dan protein dalam ASI mudah dicerna dan diserap secara lengkap dalam saluran pencernaan. Pemberian ASI merupakan jalan yang terbaik untuk mempererat

hubungan antara ibu dan bayi, dan ini sangat dibutuhkan bagi perkembangan bayi yang normal terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan. Selain itu, kolostrum dalam ASI mengandung antibodi IgA sekretori dan titer anti polio yang tinggi. Karena itu, dianjurkan agar vaksin polio diberikan 2-3 jam sebelum dan sesudah pemberian ASI. Pemberian ASI dinilai cukup bila : a. Berat badan lahir bayi tercapai kembali selambatnya pada akhir minggu kedua setelah lahir dan selama masa dua minggu itu tidak terjadi penurunan berat badan yang lebih dari 10%. b.Kurva pertumbuhan berat badan sesuai dengan kurva normal, yang dilihat dari kenaikan berat badan sebagai berikut : 750-1000 g/bulan dalam triwulan pertama, 500600 g/bulan pada triwulan kedua, 350-450/bulan pada triwulan ketiga, dan 250-300 g/bulan pada triwulan keempat. Pada triwulan pertama penilaian hanya ditujukan terhadap masukan ASI, sedangkan pada triwulan berikutnya dinilai pada makanan lainnya. C. 24. Memilih formula bila tidak ada ASI PASI dibagi menjadi formula pemula (starting formula) dan formula lanjut (follow up formula). Formula pemula adalah susu formula yang setelah dicairkan dapat memenuhi semua kebutuhan nutrisi bayi selama 4-6 bulan pertama kehidupannya, dan selanjutnya sampai umur satu tahun dengan penambahan makanan pelengkap. Formula lanjut dapat diartikan sebagai formula yang dapat diberikan setelah bayi mendapat makanan pelengkap. Adapun, jenis-jenis PASI dibagi berdasarkan : 1. Menurut bentuknya : padat/bubuk atau cair. 2. Menurut rasanya : asam dan tidak asam atau manis, yang secara kimiawi akan berpengaruh pada pH. Susu asam dibuat dengan menambahkan kuman asam laktat (Lactobacillus bifidus), sehingga dari laktosa akan terbentuk asam laktat. 3. Menurut kadar nutrien, misalnya : rendah laktosa (LLM, almiron, nutramigen), rendah lemak (eledon), tinggi trigliserida rantai sedang C8-C10 (portragen), tinggi protein (nutramigen). 4. Menurut bahan utama sumber protein, misalnya jenis kacang kedelai (nutrisoya,

prosobee), sedangkan jenis lainnya biasanya terbuat dari susu sapi. Pemakaian PASI dengan sumber protein non susu sapi adalah untuk bayi yang alergi terhadap ASI atau susu sapi. 5. Menurut tujuan penggunaan, yaitu sebagai PASI yang diberikan pada keadaan patologik tertentu, seperti prematuritas atau penyakit metabolik bawaan. Misalnya, lofenalac dengan kandungan triptofan rendah untuk penderita fenilketouria, nursoy untuk bayi dengan galaktosemia. 6. Menurut komposisi nutrien secara umum, yaitu formula yang disesuaikan (adapted formula) yang mempunyai komposisi hampir sama dengan ASI seperti Vitalac, Nan, S26, dan formula penuh (complete formula) yang mengandung nutrien secara lengkap seperti SGM, Lactogen, Morinaga, Bebelac. C. 25. Menentukan perawatan bayi di inkubator Kemampuan bayi yang lahir dengan berat rendah dan bayi sakit untuk hidup lebih besar, bila mereka dirawat pada atau mendekati suhu lingkungan yang netral. Suhu inkubator yang optimum diperlukan agar panas yang hilang dan konsumsi oksigen terjadi minimal, sehingga bayi telanjang pun dapat mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 36,5C-37C. Tingginya suhu lingkungan ini tergantung dari besar dan kematangan bayi. Kemudian dalam keadaan tertentu, bayi sangat prematur tidak hanya memerlukan inkubator untuk mengatur suhunya, tetapi juga memerlukan pleksiglas penahan panas atau topi maupun pakaian. Mempertahankan kelembaban nisbi 40-60 % diperlukan dalam membantu stabilisasi suhu tubuh, dengan cara sebagai berikut : 1. Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan yang rendah. 2. Mencegah kekeringan dan iritasi pada selaput lendir jalan napas, terutama pada pemberian oksigen dan selama pemasangan intubasi endotrakeal atau nasotrakeal. 3. cairan insensible dari paru-paru. Pemberian oksigen untuk mengurangi bahaya hipoksia dan sirkulasi yang tidak memuaskan harus hati-hati agar tidak terjadi hiperoksia yang dapat menyebabkan fiobroplasia paru. Bila mungkin pemberian oksigen dilakukan melalui tudung kepala Mengencerkan sekresi yang kental serta mengurangi kehilangan

dengan alat CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) atau dengan pipa endotrakeal untuk pemberian konsentrasi oksigen yang aman dan stabil. Pemantauan tekanan oksigen (pO2) arteri pada bayi yang mendapat oksigen harus dilakukan terus-menerus agar oksigen dapat diatur dan disesuaikan, sehingga bayi terhindar dari bahaya hipoksia maupun hiperoksia. Bayi yang berumur beberapa hari atau minggu harus dikeluarkan dari inkubator apabila keadaan bayi dalam ruangan biasa tidak mengalami perubahan suhu, warna kulit, aktivitas atau adanya akibat buruk lainnya. C. 26. Mengatur tenaga perawatan sesuai dengan risiko bayi Bayi sehat tanpa resiko dapat langsung dipindahkan ke tempat perawatan bayi atau dapat ditempatkan bersama-sama sang ibu jika memungkinkan. Tempat tidur bayi sebaiknya menggunakan bahan tembus cahaya berupa kaca atau plastik transparan agar memungkinkan kemudahan pengamatan dan perawatan, sebaiknya juga sering dibersihkan. Semua tindakan sebaiknya dikerjakan di tempat tidur bayi, termasuk diantaranya infeksi silang. Pakaian dan tempat tidur sebaiknya minimalis, hanya yang diperlukan untuk kenyamanan bayi. Temperatur tempat perawatan sebaiknya berkisar 24 oC. Temperatur bayi diukur pada ketiak, meskipun interval pengukuran temperatur tergantung pada banyak keadaan, sebaiknya diukur setiap 4 jam selama 2-3 hari pertama dan 8 jam pada hari-hari berikutnya. Temperatur normal pada axilla adalah 36,4-37,0oC. Berat pada saat lahir dan sesudahnya harus memenuhi perkembangan bayi. Verniks kaseosa secara spontan tumpah dalam 2-3 hari, banyak verniks yang melekat pada pakaian sehingga pakaian harus diganti setiap hari. Popok harus diperiksa sebelum dan sesudah makan. Juga jika bayi menangis, dan harus diganti jika popok itu basah atau ada kotorannya. Meconium atau feses harus dibersihkan dari bokong bayi dengan kapas lembut yang dibasahi dengan air steril. Preputium pada bayi laki-laki jangan ditarik, prosedur yang elektif adalah dengan sirkumsisi. Jika bayi yang baru lahir keluar lebih cepat dari rumah sakit (<48 jam) atau sangat cepat (<24 jam) dapat meningkatkan resiko rehospitalisasi karena hiperbilirubinemia, pemeriksaan fisik, penggantian pakaian, pengukuran temperatur, pembersihan badan, dll, yang jika dilakukan di tempat lain mempermudah terjadinya

sepsis, gangguan perkembangan, dehidrasi dan kelainan kongenital yang tak terdeteksi. Pengeluaran bayi yang cepat dari rumah sakit memerlukan perhatian lebih di rumah (perawatan kunjungan). Sedangkan, untuk bayi yang beresiko tinggi, perlu diawasi dengan lebih seksama oleh dokter atau perawat yang berpengalaman. Biasanya pengawasan dilakukan beberapa hari, tetapi dapat berkisar antara beberapa jam sampai beberapa hari. Beberapa rumah sakit bersalin menganggap perlu adanya ruang rawat sementara untuk bayi resiko tinggi. Tempatnya mungkin di dalam atau di dekat kamar bersalin. Perawatan serta tenaga yang ada di tempat tersebut harus sama dengan yang ada di ruang rawat intensif neonatus. Dengan demikian, bayi cukup bulan yang tampak baik akan tetapi termasuk resiko tinggi dapat diawasi dengan ketat tanpa dipisahkan dari ibunya. Untuk mengetahui apakah seorang bayi termasuk resiko tinggi atau tidak, maka perlu dilakukan berbagai pemeriksaan, diantaranya pemeriksaan membran, tali pusat, dan plasenta yang segar atau baru. C. 27. Menerapkan imunisasi cacar dan BCG a. Imunisasi Cacar Sebagai tindakan preventif terhadap variola (cacar), dapat dilakukan vaksinasi dengan mempergunakan virus vaccinia yang pada inokulasi secara intradermal pada orang dapat menimbulkan suatu penyakit buatan murni. Adapun, vaksin cacar yang dapat dipakai harus memenuhi persyaratan : Bebas kuman patogen, seperti : Streptococcus -hemolyticus, Staphylococcus aureus, Clostridium tetani, dll. Mempunyai potensi 10-10 PFU/ml. Polak dkk (1962) menerapkan: dosis efektif 50% ialah 1,3-11,5 x 10 PFU/ml. dosis efektif 99% ialah 4,1-4,3 PFU/ml.

Kontra Indikasi dari vaksinasi cacar ini adalah : Pernah menderita vaksinia nekrosum Penderita defisiensi imunologi

Sedangkan, komplikasinya : Vaksinia nekrosum Eksema vaksinatum Ensefalitis-vaksinasi Meskipun primary reaction biasanya berarti imunitas mutlak selama 3 tahun, namun vaksinasi ulang dianjurkan setelah terjadi kontak dengan penderita variola, bahkan di daerah yang endemik cacar diwajibkan tiap 6-12 bulan. Namun menurut A. H. Markum halaman 75, imunisasi terhadap cacar tidak lagi dilakukan sejak tahun 1980, ketika WHO menyatakan dunia bebas cacar. Kasus terakhir di dunia ditemukan pada tahun 1977 bernama Ali Maow Maalin dari Somalia. B. Imunisasi BCG Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup tapi dilemahkan. Vaksin disuntik IC di daerah insersio M. Deltoideus dengan dosis untuk bayi <1 tahun sebanyak 0,5 ml dan untuk anak 0,10 ml. BCG diberikan 1x pada usia sebelum umur 2 bulan. (menurut DepKes : 0-12 bulan). Vaksin ulangan tidak dianjurkan oleh karena manfaatnya diragukan. Pemberian setelah anak berumur 2 bulan sebaiknya didahului oleh uji tuberkulin. Adapun, efek sampingnya berupa pembengkakan kelenjar getah bening yang akan sembuh sendiri. Sedangkan, kontra indikasinya adalah anak yang menderita TBC/uji tuberkulin positif. C. 28. Menerangkan pada orang tua pentingnya pemeriksaan berkala Pemeriksaan berkala penting dilakukan untuk menilai tumbuh kembang anak. Berbagai nilai baku antropometri dapat dipergunakan untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisis seorang anak, namun yang paling sering dipakai adalah ukuran berat badan, panjang atau tinggi badan, dan lingkar kepala. Ukuran lingkar lengan atas dapat dipakai pula untuk keperluan lapangan. Sedangkan, ukuran tebal lemak subkutan atas, ukuran tebal lipatan kulit pada lengan dan tungkai, ukuran lingkar dada, ukuran lingkar perut, pertumbuhan gigi geligi, dan umur tulang bukan merupakan ukuran yang perlu

diperiksa secara rutin. Selain itu, perlu juga dilakukan evaluasi neurologi dan perkembangan psikososial. Adapun, hal yang perlu diingat adalah : tes-tes pemeriksaan kesehatan yang telah disebutkan di atas, perlu dievaluasi secara rutin atau dilakukan secara berkala.

D. INFEKSI PADA NEONATUS


D. 1. Menjelaskan patogenesis infeksi antenatal, intranatal, dan postnatal Infeksi antenatal : Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke plasenta. Di sini, kuman melewati batas plasenta dan mengadakan intervillositis. Selanjutnya, infeksi melalui vena umbilikalis akan masuk ke janin. Kuman yang dapat memasuki janin melalui jalan ini adalah : a). Virus : rubella, poliomyelitis, koksakie, variola, vaksinia, dan sitomegalovirus. b). Spirokaeta : sifilis. c). Bakteri : jarang sekali dapat melewati plasenta, kecuali E.coli dan Listeria monocytogenes. Tuberkulosis congenital juga dapat terjadi melalui infeksi plasenta, dimana sarang bakteri TBC pada plasenta pecah ke liquor amnii dan janin mendapat Tuberculosis melalui cairan itu. Infeksi intranatal : Infeksi melalui cara ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain. Kuman dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion sesudah ketuban pecah. Ketuban yang pecahnya lama mempunyai peranan penting dalam timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh, misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan pemeriksaan vaginal. Janin dapat pula terkena infeksi karena menginhalasi likuor yang septik, sehingga terjadi pneumonia yang congenital atau karena kuman-kuman memasuki peredaran darahnya dan menyebabkan septikemia. Infeksi intranatal dapat juga terjadi dengan jalan kontak langsung dengan kuman yang terdapat dalam vaginal, misalnya blenorhoe. Infeksi postnatal : Infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir lengkap dan biasanya merupakan infeksi yang diperoleh. Sebagian besar infeksi yang menyebabkan kematian

terjadi sesudah bayi lahir sebagai akibat penggunaan alat, atau perawatan yang tidak steril, atau karena cross-infection. Infeksi postnatal ini sebagian besar dapat dicegah. Hal ini penting sekali karena mortalitas infeksi postnatal sangat tinggi. Seringkali bayi yang lahir di rumah sakit terkena infeksi dengan kuman-kuman yang sudah tahan terhadap banyak jenis antibiotika, sehingga menyulitkan pengobatannya. D. 2. Menyebutkan paling sedikit 3 macam penyakit infeksi pada ibu yang dapat ditularkan pada janin 3 macam penyakit infeksi pada ibu yang dapat ditularkan pada janin, yaitu : 1. Herpes simpleks. 2. Campak. 3. Meningitis. 4. Toksoplasmosis. 5.Poliomielitis. D. 3. Menyebutkan paling sedikit 3 faktor yang memudahkan terjadinya infeksi intranatal 3 faktor yang memudahkan terjadinya infeksi intranatal adalah : a. Bayi yang lahir dari ibu dengan ketuban pecah dini. Infeksi terjadi secara asendens melalui cairan amnion. Infeksi tersebut dapat menimbulkan pneumonia aspirasi kongeniatal yang kemudian menjadi sepsis neonatal b. Bayi yang lahir dari ibu dengan infeksi traktus urinarius. Kolonisasi mikroorganisme pada genitalia ibu yang menimbulkan penyakit, dapat menyebabkan inokulum yang berat pada neonatus pada saat lahir dan menimbulkan penyakit selama periode neonatal. c.Ketuban pecah lama juga mempunyai peranan penting dalam timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi juga dapat terjadi walaupun ketuban masih utuh, misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan pemeriksaan vaginal. D. 4. Menyebutkan paling sedikit 3 faktor yang memudahkan infeksi postnatal

Sebagian besar infeksi yang berakibat fatal yang terjadi sesudah lahir adalah akibat dari : a.Kontaminasi pada saat penggunaan alat-alat persalinan. b. Akibat perawatan dari alat-alat persalinan yang tidak steril. c.Sebagai akibat dari infeksi silang. D. 5. Mengidentifikasi paling sedikit 4 tanda-tanda klinik infeksi pada neonatus Beberapa gejala yang dapat disebutkan diantaranya ialah: malas minum, gelisah atau tampak letargis, frekuensi pernapasan meningkat, berat badan tiba-tiba turun, pergerakan kurang, muntah, dan diare. Selain itu dapat terjadi edema, skerema, purpura atau perdarahan, ikterus, hepatosplenomegali, dan kejang. Suhu tubuh juga dapat meninggi, normal, atau dapat pula kurang dari normal. Pada bayi BBLR, sering kali terdapat hipotermia dan sklerema. Umumnya, dapat dikatakan bila bayi itu sedang not doing well, maka kemungkinan besar ia sedang menderita infeksi. D. 6. Menyebutkan 2 faktor predisposisi tetanus neonatorum Tetanus neonatorum masih banyak terdapat di Indonesia dan negara-negara berkembang. Mortalitasnya sangat tinggi karena biasanya baru mendapat pertolongan bila keadaan bayi sudah gawat. Pada bayi, penyakit ini ditularkan biasanya melalui tali pusat, yaitu karena : 1. Pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. 2. Pemakaian obat, bubuk atau daun-daunan yang digunakan dalam perawatan tali pusat. D. 7. Menyebutkan 2 faktor penyebab gastroenteritis Mekanisme penularan utama untuk pathogen diare adalah tinja-mulut, dengan makanan dan air yang merupakan penghantar untuk banyak kejadian. Diare akut atau diare jangka pendek dapat dikarenakan mikroorganisme ini : BAKTERI Aeromonas sp. Bacillus cereus Campilobacter jejuni Clostridium perfringens PARASIT Criptosporidium Cyclospora spp. Entamoeba histolytica Enterocytozoon bieneusi VIRUS Astrovirus Kalisivirus Koronavirus Adenovirus enteric

Clostridium difficile Giardi lamblia Virus Norwalk E. coli Isospora belii Rotavirus Plesiomonas shigellosis Strongyloides stercoralis Salmonella Shigella Staphilococcus aureus Vibrio cholerae Vibro parahemolyticus Yersinia enterocolitica Tabel 7. Mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare akut. Diambil dari : Larry K. Pickering dan John D. Snyder, Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 2, halaman 889. Sedangkan, diare kronis atau diare yang menetap dan berakhir 14 hari atau lebih lama adalah karena : 1. atau enteropatogenik. 2. 3. Setiap enteropatogen yang menginfeksi hospes yang juga pada saat itu sedang terganggu imunnya. Adanya gejala-gejala sisa oleh karena cedera usus oleh setiap enteropatogen pascainfeksi akut. D. 8. Menyebutkan 1 kuman penyebab utama impetigo Staphylococcus menyebabkan penyebab pemfigus neonatorum yang berupa impetigo bullosa. Mula-mula pemfigus timbul sebagai gelembung yang jernih, kemudian berisi nanah dan dikelilingi daerah yang kemerahan. Gelembung-gelembung ini dapat berlipat ganda dan menyebabkan gejala-gejala umum yang berat. Kadangkadang kulit dapat terkelupas dan terjadi dermatitis eksfoliativa (Ritters disease). Pemfigus neonatorum dapat menjadi suatu wabah dalam suatu bangsal bayi, sehingga penderita harus diasingkan dan pada perawatannya harus diperhatikan syarat-syarat sepsis. Pengobatan lokal terdiri atas pencucian dengan larutan permanganas kalikus. Antibiotik dapat diberikan berupa kloksasillin 50mg/kgBB jika terdapat gejala-gejala umum. Agen infeksius, termasuk G. lamblia, Cryptosporidium, E. coli enteroagregatif

Sedangkan, gelembung-gelembung dikeluarkan isinya dan luka pada kulit yang ringan cukup diberikan pengobatan lokal dengan salep Neomisin dan Basitrasin. D. 9. Menyebutkan 2 penyebab konjungtivitis 2 penyebab dari konjungtivitis adalah : 1. N. gonorhoeae, masa inkubasinya 2-5 hari, dimana gejala yang tampak biasanya berupa peradangan ringan dan mengeluarkan cairan seroanguinosa. Dalam 24 jam, biasanya terjadi pembengkakan kelopak mata yang berat dan dapat terjadi komplikasi hingga ke kornea. 2. C. trachomatis, S. aureus, dan P. aeruginosa, masa inkubasinya 5-14 hari. Adapun, gejala-gejalanya berupa peradangan ringan sampai berat dengan sekret mata purulen yang banyak sekali. Prosesnya terutama mengenai konjungtiva tarsal, sedangkan kornea jarang. D. 10. Menyebutkan 3 penyebab utama sepsis, meningitis Mikroorganisme yang sering menyebabkan sepsis, meningitis adalah : Escherichia coli, Streptococcus grup B, Staphylococcus aureus, Enterococcus, Klebsiella, Enterobacter sp.,Pseudomonas aeruginosa, Proteus sp., Listeria monocytogenes, dan organisme anaerobik. Mikroorganisme-mikroorganisme ini dapat menginfeksi melalui : a. Cairan amnion yang terinfeksi atau pada waktu neonatus melalui jalan lahir. b. Melalui kateter intravaskular yang biasanya digunakan pada bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), yaitu adanya spesies Candida dan Staphylococcus koagulase negatif. c. Infeksi yang didapat dari lingkungan atau dari rumah sakit (infeksi nosokomial). D. 11. Menyebutkan 1 penyebab utama oral thrush Oral trush biasanya disebabkan oleh Candida. Penularan biasanya terjadi melalui jalan lahir (ibu yang menderita kandidiasis vagina). Prognosisnya adalah kandidiasis yang terjadi pada bayi sehat biasanya dapat sembuh sendiri, tetapi lebih baik diobati.

D. 12. Menentukan jenis dan jumlah cairan yang diberikan pada neonatus dengan dehidrasi dan asidosis Pengobatan langsung pada keadaan dehidrasi ditujukan ke arah pengembalian cairan ekstrasel dengan infus cairan isotonik. Jenis dan jumlah cairannya adalah sebagai berikut : apabila dehidrasi berat dapat diberikan larutan Ringer laktat segera, sepertiga cairan yang dibutuhkan dapat diberikan pada 4 jam pertama dan sisanya dalam jam-jam berikutnya. Kemudian apabila terdapat asidosis berat, cairan-cairan rehidrasi inisial tadi dapat ditambah dengan cairan Na bikarbonat 7,5%, jumlahnya daripada kebutuhan. Apabila sudah ada pengeluaran air seni (selambat-lambatnya 8 jam), harus ditambahkan KCl 2-4 mEq/kgBB selama 24 jam ke dalam cairan infus untuk mengganti kehilangan kalium. Tambahan kehilangan kalium sebagai akibat kelaparan akan diganti oleh kalium dalam makanan jika sudah mulai diberikan makanan. Sesudah 4-6 jam, sebaiknya dilakukan penilaian kembali terhadap penderita baik secara klinis maupun elektrolit. Sedangkan, untuk pengobatan langsung pada keadaan asidosis dengan bikarbonat apabila pH kurang dari 7,10; dapat diberikan larutan isotonik natrium bikarbonat, 1 ampul (50ml) Na bikarbonat 7,5% dimasukkan ke dalam 250 ml air. Dosis pemberian pertama bikarbonat 8 mEq/kgBB, dan harus dipertimbangkan tindakan lainnya seperti dilisis. Apabila asidosis sebagai akibat dehidrasi mempertinggi volume cairan ekstrasel, biasanya digunakan formula koreksi 0,3 x BB x BE dan diberikan nya dahulu. Dapat juga diberikan 1 ampul (50ml) Na bikarbonat 7,5% yang dimasukkan ke dalam 1 liter NaCl 0,45%. Ini adalah larutan yang tepat untuk memperbesar volume cairan extrasel dan menambah bikarbonat secara extra. Susunannya adalah sebagai berikut : Na+ 116 mEq/L : Cl- 74 mEq/L : HCO3- 42 mEq/L. D. 13. Menentukan jenis dan dosis antibiotika untuk infeksi utama pada neonatus Antibiotik Amikasin Dosis Tunggal/kg 10 mg 7,5 mg Frekuensi Cara Pemberian IV IV Catatan

Ampisilin (untuk 20-50 mg Listeria, Enterococcal)

1 kali setiap 12 jam Setiap 12 jam IV (umur < 7 hari) IM Setiap 8 jam Oral ( umur > 7

50 mg/kg/6 jam untuk meningitis. 200mg/kg/hari

hari)

Aziocilin

Prematur50 mg Matur 100 mg 25 mg

Kloksacilin Flukloksasilin

Cefotaxine Kloramfenikol

25 mg Prematur25 mg Matur 50 mg

Setiap 12 jam (umur < 7 hari) Setiap 8 jam ( umur > 7 hari) Setiap 12 jam (umur < 7 hari) Setiap 8 jam ( umur > 7 hari) Setiap 12 jam

IV

untuk septicemia(E. coli, Klebsiella, Enterobacter) Tidak boleh dicampur dengan aminoglikosida

IV IM Oral IV IM 150-200 mg/kg/hari pada infeksi berat Kadar dalam darah harus dimonito r Kadar terapeuti k 15-25 mg/l Kadar toksik 50 mg/l Kadar dalam darah harus dimonitor ratarata 4-8 mg/l Tambahan piridoksin

1 x sehari (bayi IM berumur < 14 Oral hari) Setiap 12 jam (umur > 14 hari)

Gentamisin (gram negative)

2,5 mg

Isoniazid Mezlocillin Metronidazol Penisilin G (benzilpenicilin)

5 mg 75 mg 7,5 mg 15-30 mg

Setiap 12 jam IV (umur < 7 hari) IM Setiap 8 jam ( umur > 7 hari) Setiap 12 jam Oral Setiap 12 jam Setiap 8 jam IV IV Oral Setiap 12 jam IV (umur < 7 hari) IM Setiap 8 jam ( umur > 7 hari) Setiap 12 jam IV Setiap 12 jam Oral

30 mg/kg/dosis untuk infeksi grup B beta hemolitik Streptococcus

Piperasilin Rifampisin

50 mg 5 mg

Tikarsilin

75 mg

Tobramisin

2 mg

Vankomisin (Staphylococcus )

15 mg

Amfoterisin B

5-Flusitosin Nystatin

Monitor kadar dalam darah, batas atas 25-40 g/ml, batas bawah 5-10 g/ml 0,1 mg Setiap hari IV selama 6 Efek samping : dinaikkan jam fungsi ginjal sampai 1,0 mg menurun. selama 7 hari Terapi infeksi jamur sistemik selama 4-6 minggu. 50 mg Setiap 6 jam Oral Dikombinasikan dengan amfoterisin B. 100.000 unit Setiap 6 jam Oral (1ml) (tidak diabsorbsi usus)

Setiap 12 jam (berat < 2 kg) Setiap 8 jam (berat > 2 kg) Setiap 12 jam (umur < 7 hari) Setiap 8 jam ( umur > 7 hari) Setiap 12 jam selama 1 jam

IV IM IV IM

Tidak boleh dicampur dengan aminoglikosida Monitor kadar dalam darah

IV

Tabel 8. Jenis dan dosis antibiotika yang sering digunakan untuk neonatus. Diambil dari : Lula O. Lubchenco, Neonatology Pathophysiology and Management of The Newborn second edition. D. 14. Meramalkan prognosis Prognosis pada semua penyakit infeksi tergantung pada waktu penyakit dan penyebabnya, besar kecil bayi, barat penyakit dan tempat perawatannya. Oleh karena itu seakin cepat ditangani maka prognosis untuk penyakit infeksi semakin baik.

BAB III KESIMPULAN


Pada masa-masa awal kehidupan neonatus, terdapat proses adaptasi dari kehidupan neonatus di intrauterine ke ekstrauterine. Proses adaptasi seperti ini pada umumnya merupakan upaya untuk memperlambat dan menguasai berbagai perubahan organ, seperti adanya proses perkembangan paru-paru, proses perubahan sirkulasi, proses perubahan zat asam tubuh, dan lain-lain. Selain itu proses adaptasi ini tidak hanya ditujukan pada neonatus yang normal, tetapi juga pada neonatus yang lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) hal in dikarenakan bayi BBLR mempunyai proses adaptasi yang lebih rumit dan juga mempunyai lebih banyak komplikasi penyakit. Oleh karena itu, dalam penanganan masalah perinatal diperlukan pengetahuan yang baik mengenai cara perawatan terhadap neonatus yang sehat maupun yang sakit, sehingga neonatus- neonatus tersebut tidak mengalami penyakit infeksi. Begitu pula, diperlukan adanya kesadaran dari berbagai pihak, seperti orang tua, tenaga ahli kesehatan yang merawat neonatus, dan pihak rumah sakit agar masalah kesehatan neonatal dapat ditanggulangi dengan baik, sehingga angka morbiditas dan mortalitas dalam bidang kesehatan anak dapat menurun.

DAFTAR PUSTAKA
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Kegawatan Pada Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 1981. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 2000. Fanaroff & Klaus. Care of The High-Risk Neonate fifth edition. W. B. Saunders Company. USA, 2001. Firmansyah Agus, dkk. Naskah Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak ke-XXXI Optimalisasi Tatalaksana Gagal Tumbuh Gatrointestinal Guna Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Balai Penerbit FKUI . Jakarta, 1994. Gordon B. Avery, M.D., PH.D. Neonatology Pathophysiology and Management of the Newborn 2nd ed. JB Lippincott Company. Philadelphia, 1972. Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 1997. Lubchenco, Lula O. Neonatology Pathophysiology and Management of The Newborn second edition. J. B. Lippincott Company. Philadelphia, 1981. Markum A. H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2002. Rudolph, Abraham M. Rudolphs Pediatrics twentieth edition. Prentice Hall International, inc. USA. 1996. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 1997. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak jilid 2. Jakarta, 1985. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak jilid 3. Jakarta, 1985. Stoll, Barbara J. & Robert M. Kliegman. Nelson Textbook of Pediatrics 16th edition. W. C. Saunders Company. Pennsylvania, 2000.

Suharyono. Esensial Gastroentologi Anak. Balai Penerbit FK UI. Jakarta, 1992. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta, 1999.

Você também pode gostar

  • Referak DR - Janes
    Referak DR - Janes
    Documento30 páginas
    Referak DR - Janes
    Sarita Sharchis
    Ainda não há avaliações
  • Status Ujian New 2
    Status Ujian New 2
    Documento29 páginas
    Status Ujian New 2
    Claudia Morris
    Ainda não há avaliações
  • Referat Mual Dan Muntah
    Referat Mual Dan Muntah
    Documento20 páginas
    Referat Mual Dan Muntah
    Sarita Sharchis
    Ainda não há avaliações
  • Cedera Mata - DR Enni Cahyani P
    Cedera Mata - DR Enni Cahyani P
    Documento29 páginas
    Cedera Mata - DR Enni Cahyani P
    Amanda Johnson
    Ainda não há avaliações
  • Status Ujian - DR - Paul
    Status Ujian - DR - Paul
    Documento23 páginas
    Status Ujian - DR - Paul
    Sarita Sharchis
    Ainda não há avaliações
  • Jahit 1
    Jahit 1
    Documento28 páginas
    Jahit 1
    Sarita Sharchis
    Ainda não há avaliações
  • Status Ujian IKM
    Status Ujian IKM
    Documento32 páginas
    Status Ujian IKM
    Sarita Sharchis
    Ainda não há avaliações
  • Status Ujian Ikm
    Status Ujian Ikm
    Documento18 páginas
    Status Ujian Ikm
    Sarita Sharchis
    Ainda não há avaliações
  • Jahit 2
    Jahit 2
    Documento20 páginas
    Jahit 2
    Sarita Sharchis
    Ainda não há avaliações
  • Luka Dan Penyembuhan
    Luka Dan Penyembuhan
    Documento26 páginas
    Luka Dan Penyembuhan
    Sarita Sharchis
    Ainda não há avaliações
  • PowerPoint IKM
    PowerPoint IKM
    Documento42 páginas
    PowerPoint IKM
    Sarita Sharchis
    Ainda não há avaliações
  • Jahit 2
    Jahit 2
    Documento20 páginas
    Jahit 2
    Sarita Sharchis
    Ainda não há avaliações
  • Ergonomi Kerja SA 2014
    Ergonomi Kerja SA 2014
    Documento30 páginas
    Ergonomi Kerja SA 2014
    Sarita Sharchis
    Ainda não há avaliações
  • 02 Inisial
    02 Inisial
    Documento18 páginas
    02 Inisial
    dokteraan
    Ainda não há avaliações
  • Tatalaksana Fraktur Secara Konservatif - Desi N BR Munthe (06-020)
    Tatalaksana Fraktur Secara Konservatif - Desi N BR Munthe (06-020)
    Documento43 páginas
    Tatalaksana Fraktur Secara Konservatif - Desi N BR Munthe (06-020)
    Sarita Sharchis
    Ainda não há avaliações
  • 01 BLS
    01 BLS
    Documento46 páginas
    01 BLS
    Sarita Sharchis
    Ainda não há avaliações
  • Bss 2
    Bss 2
    Documento50 páginas
    Bss 2
    Aurelia Soetomo
    Ainda não há avaliações
  • Acut Abdomen DR SS
    Acut Abdomen DR SS
    Documento24 páginas
    Acut Abdomen DR SS
    Sarita Sharchis
    Ainda não há avaliações
  • Fraktur
    Fraktur
    Documento0 página
    Fraktur
    Rahmat Fahreza
    Ainda não há avaliações
  • Hemangioma
    Hemangioma
    Documento14 páginas
    Hemangioma
    herman76
    0% (1)
  • Jurnal Manajemen Dan Bisnis
    Jurnal Manajemen Dan Bisnis
    Documento11 páginas
    Jurnal Manajemen Dan Bisnis
    Sarita Sharchis
    Ainda não há avaliações
  • Epilepsi DR - Leo
    Epilepsi DR - Leo
    Documento40 páginas
    Epilepsi DR - Leo
    Sarita Sharchis
    Ainda não há avaliações
  • Bab 8 - Chordata
    Bab 8 - Chordata
    Documento31 páginas
    Bab 8 - Chordata
    Sarita Sharchis
    Ainda não há avaliações
  • Menu Dan Ikon Microsoft Excel 2007
    Menu Dan Ikon Microsoft Excel 2007
    Documento15 páginas
    Menu Dan Ikon Microsoft Excel 2007
    Tenobella Anggraini
    Ainda não há avaliações
  • Epilepsi
    Epilepsi
    Documento18 páginas
    Epilepsi
    Kiki Ummi Taqiyyah
    Ainda não há avaliações
  • Organ Pada Hewan (Kel. 3)
    Organ Pada Hewan (Kel. 3)
    Documento26 páginas
    Organ Pada Hewan (Kel. 3)
    Sarita Sharchis
    100% (1)
  • 9749 Porifera
    9749 Porifera
    Documento25 páginas
    9749 Porifera
    Sarita Sharchis
    Ainda não há avaliações
  • 9749 Porifera
    9749 Porifera
    Documento25 páginas
    9749 Porifera
    Sarita Sharchis
    Ainda não há avaliações
  • BIOTRANSPORTE
    BIOTRANSPORTE
    Documento29 páginas
    BIOTRANSPORTE
    Sarita Sharchis
    Ainda não há avaliações
  • SPOROZOA
    SPOROZOA
    Documento15 páginas
    SPOROZOA
    Sarita Sharchis
    Ainda não há avaliações