Você está na página 1de 12

Laporan Praktikum ke-7

UJI KEPEKAAN BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIKA

Praktikan:
Nama NPM Kelas Kelompok : : : : Muhammad Agil Adhitrya Putra 2011210161 D 5

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA 2012

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Mikroorganisme adalah makhluk yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat dibawah mikroskop.Salah satu jenis mikroorganisme adalah bakteri. Bakteri merupakan organisme uniselular yang tumbuh dengan cara pembelahan biner yaitu satu sel membelah secara simetris. Untuk mempermudah penghitungan koloni diperlukan pengetahuan mengenai morfologi bakteri tersebut sehingga media pertumbuhan yang akan digunakan sesuai dengan sifat bakteri tersebut. Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan. Mikroorganisme dapat menyebabkan bahaya karena kemampuan menginfeksi dan menimbulkan penyakit serta merusak bahan pangan. Antibakteri termasuk kedalam antimikroba yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam praktek sehari-hari AM (Anti Mikroba) sintetik yang tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya sulfonamida dan kuinolon) juga sering digolongkan sebagai antibiotik. 1.2 Tujuan Praktikum Melakukan uji kepekaan bakteri terhadap antibiotika untuk mengetahui batas kepekaan/sensivitas suatu bakteri (peka, setengah peka atau resisten) terhadap suatu antibiotika yang dinyatakan sebagai konsentrasi hambat minimum (KHM) suatu antibiotika. 1.3 Manfaat Praktikum Mampu melakukan uji kepekaan bakteri terhadap antibiotika untuk mengetahui batas kepekaan/sensivitas suatu bakteri (peka, setengah peka atau resisten) terhadap suatu antibiotika yang dinyatakan sebagai konsentrasi hambat minimum (KHM) suatu antibiotika.

BAB II STUDI PUSTAKA


2.1 Pengertian Antibiotika Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup. Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti strychnine, antibiotika dijuluki "peluru ajaib": obat yang membidik penyakit tanpa melukai tuannya. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan Setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotika yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut. 2.2 Resistensi Mikroba terhadap Antibiotika Penggunan antibiotik sebagai obat dari penyakit yang disebabkab mikroorganisme terutama bakteri sangatlah ampuh. Oleh karena itu antibiotik digunakan secara luas danumum. Penggunann antibiotik yang terus menerus menyebabkan berkembangnya resistensi mikroorganisme terutama bakteri terhadap antibiotik. Resistensi tersebut dapat disebabkan oleh suatu faktor yang sudah ada pada mikroorganisme itu sebelumnya atau mungkin juga faktor itu diperoleh kemudian. Sebagai contoh, resistensi terhadap penisilin pada suatu organisme dapat disebabkan oleh produksi penisilinase, suatu enzim yang menginaktifkan penisilin. Resistensi yang diperoleh ini pun disebabkan oleh galurgalur mikroorganisme yang secara genetis telah teradaptasi. Penjelasan lain mengenai terbentuknya resistensi, setidaknya pada beberapa bakteri gram negatif ialah organisme resisten mempunyai gen yang berfungsi untuk melindungi bakteri tersebut dari pengaruh antibiotik. Gen semacam itulah yang menghasilkan penisilinase pada Stafilokokus yang resisten terhadap penisilin. Gen resisten ini dapat dipindahsebarkan melalui konjugasi, transformasi dari bakteri lain selama berlangsungnya pengobatan dengan antibiotik. Gen tersebut atau faktor R ada dalam plasmid, merupakan unit-unit DNA berukuran keci lekstrakromosonal, dapat memperbanyak diri, dan ekstra-nuklir atau diluar nukleus. Resistensi antibiotik merupakan masalah gawat, dan kini telah dilakukan banyak usaha untuk memahami mekanisme yang terlibat dan untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Terbentuknya resistensi dapat dikurangi dengan cara: 1. Mencegah pemakaian antibiotik tanpa pembedaan pada kasus-kasus yang tidak membutuhkannya 2. Menghentikan penggunaan antibiotik pada infeksi biasa atau sebagai obat luar

3. Menggunakan antibiotik yang tepat dengan dosis yang tepat agar infeksicepat sembuh 4. Menggunakan kombinasi antibiotik yang telah terbukti keefektifannya 5. Menggunakan antibiotik yang lain bila ada tanda-tanda bahwa organismetersebut menjadi resisten terhadap antibiotik yang digunakan semula Tiap spesies atau galur mikroorganisme memilikin tingkatan kerentanan yang berbeda-beda terhadap antibiotik dan kerentanan tersebut dapat berubah selama masa pengobatan. Oleh karena itu diperlukan suatu uji kerentanan terhadap mikroorganisme terhadap antibiotik. Kerentanan suatu mikroorganisme terhadap antibiotik dan zat kemoterapeutik lain dapat ditentukan dengan teknik pengenceran tabung (tube dilution)atau teknik cawan piringan kertas (paper disk plate). Teknik pengenceran tabung menetapkan jumlah terkecil zat kemoterapeutik yang dibutuhkan untuk menghambat pertumbuhan organisme in vitro, jumlah tersebut disebut KHM (konsentrasi hambatan minimum) 2.3 Metode-metode Dalam Uji Kepekaan Bakteri Terhadap Antibiotika Antibiotik umumnya dibuat dari kapang, misalnya Penicillium notatum, Penicillium chisogenum, dan lain sebagainya. Antibiotik yang dihasilkan Penicillium sp, dikenal sebagai penisilin. Ketahanan bakteri terhadap antibiotika dilihat berdasarkan daerah hambatnya. Daerah hambat tersebut adalah: 1. Daerah hambat dengan diameter lebih dari 30 mm menunjukkan bahwa bakteritersebut peka terhadap antibiotika. 2. Daerah hambat dengan diameter antra 20-30 mm menunjukkan bahwa bakteritersebut agak resisten terhadap antibiotika. 3. Daerah hambat dengan diameter kurang dari 20 mm menunjukkan bahwa bakteritersebut resisten terhadap antibiotika. Tiap spesies mikroorganisme memiliki tingkatan kerentanan yang berbeda-beda terhadap antibiotik dan kerentanan tersebut dapat berubah selama masa pengobatan. Oleh karena itu diperlukan suatu uji kerentanan terhadap mikroorganisme terhadap antibiotik. Kerentanan suatu mikroorganisme terhadap antibiotik dan zat kemoterapeutik lain dapat ditentukan dengan teknik pengenceran tabung (tube dilution) atau teknik cawan piringan kertas (paper disk plate). Teknik pengenceran tabung menetapkan jumlah terkecil zat kemoterapeutik yang dibutuhkan untuk menghambat pertumbuhan organismein vitro, jumlah tersebut disebut KHM (konsentrasi hambatan minimum). Penggunann antibiotik sebagai obat dari penyakit yang disebabkan mikroorganisme terutama bakteri sangatlah ampuh. Penggunann antibiotik yang terus menerus menyebabkan berkembangnya resistensi mikroorganisme terutama bakteri terhadap antibiotik. Resistensi tersebut dapat disebabkan oleh suatu faktor yang sudah ada pada mikroorganisme itu sebelumnya atau mungkin juga faktor itu diperoleh kemudian. Sebagai contoh, resistensi terhadap penisilin pada suatu organisme dapat disebabkan oleh produksi penisilinase, suatu enzim yang menginaktifkan penisilin. Resistensi yang diperoleh ini pun disebabkan oleh galur-galur mikroorganisme yang secara genetis telah teradaptasi. Pada beberapa bakteri gram negatif yaitu organisme resisten mempunyai genyang berfungsi untuk melindungi bakteri tersebut dari pengaruh antibiotik. Gen semacam itulah yang menghasilkan penisilinase pada Stafilokokus yang resisten terhadap penisilin. Gen resisten ini dapat dipindah sebarkan melalui konjugasi, transformasi dari bakteri lain

selama berlangsungnya pengobatan dengan antibiotik. Gen tersebut atau faktor R ada dalam plasmid, merupakan unit-unit DNA berukuran kecil ekstrakromosonal, dapat memperbanyak diri, dan ekstra-nuklir atau diluar nukleus. 2.3.1 Metode Cawan Metode cawan piringan kertas merupakan teknik yang paling umum dipakai untuk menetapkan kerentanan mikroorganisme terhadap zat kemoterapeutik. Piringan-piringankertas kecil diresapi obat yang berbeda-be da dalam jumlah tertentu dan diletakkan padapermukaan cawan. 2.3.2 Metode Piringan Tunggal Metode piringan tunggal adalah teknik yang mempunyai s t a n d a r i s a s i y a n g tinggi yang dianjurkan oleh badan makanan dan obatobatan Amerika (FDA). Am teknik ini, jumlah zat antimikrobial yang terkandung dalam piringan kertas harus diketahui begitu pula dengan medium ujinya, keadaan inkubasi dan perincian lainnya juga harus diketahui.

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam uji kepekaan bakteri terhadap antibiotika adalah pipetpipet volume steril, sengkelit (jarum ose), tabung-tabung reaksi, cawan dan rak tabung reaksi. Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan pengenceran antibiotika (Tetrasiklin HCl 100 g/mL), Suspensi biakan Staphylococus aureus dalam kaldu pepton (24 jam, 25%T), air suling steril, dan media kaldu pepton. 3.2 Cara Kerja Siapkan 4 tabung steril dan beri nomor 1 s.d 4. Ke dalam tabung no. 1 dan 2 masingmasing masukkan 2,7 mL kaldu pepton, dan ke dalam tabung no. 3 dan 4 masingmasing sebanyak 9 mL. Ke dalam tabung no. 1 dimasukkan 0,3 mL suspensi biakan Staphylococus aureus (24 jam, 25% T), kemudian homogenkan. Maka tabung no. 1, terdapat pengenceran bakteri 1:10. Ambil 0,3 mL dari tabung ke 1, lalu dimasukkan kedalam tabung ke 2. Maka pada tabung ke 2 terdapat pengenceran 1:100. Dari tabung ke 2, pindahkan masing-masing 1 mL dalam tabung ke 3 dan 4. Maka pada tabung ke 3 dan 4 terdapat pengenceran bakteri 1:1000. Kemudian, siapkan 10 tabung steril dalam rak, beri nomor 1 s.d 10. Kedalam tabung no. 2 s.d 10 masing-masing dimasukkan 0,5 mL enceran antibiotika (Tetrasiklin HCl) dengan konsentrasi tertentu (100 g/mL), kemudian homogenkan. Pindahkan sebanyak 0,5 mL dari tabung ke 2 ke tabung ke 3, homogenkan, lalu pindahkan 0,5 mL dari tabung ke 3 ke tabung ke 4, homogenkan, dan seterusnya sampai tabung ke 10. Masukkan kedalam tabung 1 s.d 10 penipisan bakteri 1:1000, masing-masing sebanyak 1,5 mL, kemudian homogenkan. Inkubasikan dalam inkubator 35-37oC selama 18-24 jam dan dipilih pada konsentrasi antibiotik terendah manakah terdapat penghambatan yang sempurna terhadap pertumbuhan bakteri.

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan Tabel Pengamatan Uji Kepekaan Bakteri terhadap Antibiotika Dengan Cara Dilusi (Pengenceran Seri Kaldu Pepton) Nama Antibiotika Bakteri uji : Kloramfenikol : Escherichia coli

No. Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dosis 10 5 2 12, 5,2 3,0 1,32 0,7812 0,3902 Antibiotika 0,1593 0 0 5 5 5 5 5 5 5 (g/mL) Pertumbuhan + + + + + + bakteri Berdasarkan hasil pengamatan tersebut di atas, maka konsentrasi hambat minimum (KHM) antibiotika kloramfenikol terhadap bakteri Escherichia coli adalah 5-15 g/mL Berdasarkan nilai KHM yang diperoleh, maka bakteri Staphylococus aureus bersifat peka terhadap antibiotika kloramfenikol

Nama Antibiotika Bakteri uji

: Tetrasiklin HCl : Staphylococus aureus

No. Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dosis 10 5 2 12, 5,2 3,0 1,32 0,7812 0,3902 Antibiotika 0,1593 0 0 5 5 5 5 5 5 5 (g/mL) Pertumbuhan bakteri Berdasarkan hasil pengamatan tersebut di atas, maka konsentrasi hambat minimum (KHM) antibiotika tetrasiklin HCl terhadap bakteri Staphylococus aureus adalah < 1 g/mL Berdasarkan nilai KHM yang diperoleh, maka bakteri Staphylococus aureus bersifat sangat peka terhadap antibiotika Tetrasiklin HCl

Tabel Pengamatan Uji Kepekaan Bakteri terhadap Antibiotika Dengan Cara Difusi Agar Nama Antibiotika Bakteri uji Gambar R M DDH = 0 cm = 0 mm T Berdasarkan hasil percobaan diatas, maka bakteri uji Escherichia coli bersifat setengah peka terhadap antibiotika Kloramfenikol Nama Antibiotika : Tetrasiklin HCl Bakteri uji : Staphylococus aureus Gambar R (20 g/mL) R M DDH = 0,2333 cm = 2,33 mm T Berdasarkan hasil percobaan diatas, maka bakteri uji Staphylococus aureus bersifat peka terhadap antibiotika Tertrasiklin HCl 4.2 Pembahasan Resistensi merupakan zona hambat antibiotik yang terjadi terhadap bakteri, sedangkan sensitifitas merupakan zona hambat yang tidak terjadi pada antibiotik terhadap bakteri. Sesuai hasil pengamatan, dengan menggunakan cara dilusi (pengenceran kaldu pepton), terlihat bahwa Escherichia coli bersifat peka terhadap antibiotika kloramfenikol. Hal ini disebabkan dari hasil konsentrasi hambat minimum (KHM) menunjukkan kategori peka yaitu 5-15 g/mL. Hal ini berbeda dengan yang terlihat pada bakteri Staphylococus aureus besifat sangat peka terhadap antibiotika tetrasiklin HCl. Hal ini disebabkan konsentrasi hambat minimum (KHM) yang diperoleh < 1 g sehingga dikategorikan sangat peka. Pada pengamatan, bakteri Staphylococus aureus tidak menunjukkan keresistensian terhadap antibiotik tetrasiklin HCl. Bakteri memiliki kemampuasn menjadi resisten karena pertama, suatu faktor yang memang sudah ada pada mikroorganisme tersebut sebelumnya. Kedua, organisme impermaebel terhadap antibiotik. Dan Ketiga organisme mempunyai struktur yang menghambat masuknya antibiotik. Sebagai contoh, resisten terhadap penicillin pada suatu organisme dapat disebabkan oleh produksi penicillin yaitu suatu enzim yang menginaktifkan penicillin. Jika bakteri tidak resisten disebabkan oleh karena tidak mempunyai gen yang berfungsi melindungi bakteri tersebut dari pengaruh bakterisida suatu obat /antibiotik. Dari hasil pengamatan uji kepekaan bakteri terhadap antibiotika dengan cara difusi DDH = 0,5353 cm = 5,35 mm DDH = 0,6333 cm =6,33 mm Dosis Antibiotika (g/mL) M ( 50 g/mL) T (60 g/mL) DDH = 0,9 cm = 9 mm DDH = 1,3 cm = 13 mm : Kloramfenikol : Escherichia coli Dosis Antibiotika (g/mL) R (10 g/mL) M ( 50 g/mL) T (100 g/mL)

agar, pada bakteri uji Escherichia coli dengan antibiotika kloramfenikol pada konsentrasi rendah 10 g/mL, dosis menengah 50 g/mL, dan pada dosis tinggi yaitu 100 g/mL menunjukkan dalam kategori setengah peka. Sedangkan pada dosis antibiotika tetrasiklin HCl rendah, yakni 20 g/mL, didapat DDH yang terbentuk 0,2333 cm atau 2,33 mm sedangkan pada dosis antibiotika tetrasiklin HCl konsentrasi menengah yakni 50 g/mL, terlihat DDH yang terbentuk 0,5353 cm atau 5,35 mm, sedangkan pada konsentrasi tinggi yakni 60 g/mL terlihat DDH yang terbentuk 0,6333 cm atau 6,33 mm. Hal ini menyebabkan bakteri uji Staphylococus aureus termasuk dalam kategori peka terhadap antibiotika tetrasiklin HCl.

BAB V KESIMPULAN

1. Dengan menggunakan cara dilusi, konsentrasi hambat minimum (KHM) antibiotika kloramfenikol dengan bakteri uji Escherichia coli adalah 5-15 g/mL 2. Dengan menggunakan cara dilusi, bakteri uji Escherichia coli bersifat setengah peka terhadap antibiotika Kloramfenikol 3. Dengan menggunakan cara dilusi, konsentrasi hambat minimum (KHM) antibiotika tetrasiklin HCl terhadap bakteri Staphylococus aureus adalah < 1 g/mL 4. Dengan menggunakan cara dilusi, bakteri Staphylococus aureus bersifat sangat peka terhadap antibiotika Tetrasiklin HCl 5. Dengan menggunakan cara difusi agar, bakteri uji Staphylococus aureus bersifat peka terhadap antibiotika Tertrasiklin HCl

Daftar Pustaka
E. Indra Pradhika, 2011. Feng, Peter, S. D. Weagant, and M. A. Grant. 2002. Enumeration of Escherichia coli and the Coliform Bacteria. BAM (Bacteriological Analytical Manual), Chapter 4. FDA (Food and Drug Administration). http://id.wikipedia.org http://www.scribd.com Tim Penyusun Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Pancasila. 2012. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Jakarta: FFUP.

LAMPIRAN

Uji kepekaan antibiotika Tetrasiklin HCl terhadap bakteri Staphlococus aureus dengan menggunakan cara dilusi (pengenceran seri kaldu pepton)

Uji kepekaan antibiotika Tetrasiklin HCl terhadap bakteri Staphlococus aureus dengan menggunakan cara difusi agar

Você também pode gostar