Você está na página 1de 13

ARTIKEL ILMIAH

PERBANDINGAN EFEK PEMBERIAN SARI KEDELAI KUNING DAN HITAM TERHADAP RASIO KOLESTEROL LDL/HDL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) DENGAN DIET TINGGI LEMAK

Oleh : ARYUNI INDRI HAPSARI 060513514

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2009

PERBANDINGAN EFEK PEMBERIAN SARI KEDELAI KUNING DAN HITAM TERHADAP RASIO KOLESTEROL LDL/HDL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) DENGAN DIET TINGGI LEMAK COMPARISON OF YELLOW AND BLACK SOYMILK SUPPLEMENTATION EFFECT TO LDL/HDL RATIO OF RATS (Rattus norvegicus) WITH HIGH FAT DIET Aryuni Indri Hapsari 1), Bambang Poernomo, S. 2), Yeni Dhamayanti 3) Embriologi Veteriner, 3) Departemen Anatomi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga ABSTRACT The aim of this study is to find out the comparison of yellow soymilk and black soymilk supplementation effect in order to reduce LDL/HDL ratio in rat (Rattus norvegicus) with high fat diet. Twenty four rats were divided randomly into three groups of treatment, P0 (control), P1 (treatment with yellow soymilk) and P2 (treatment with black soymilk). At the first week, rats were adapted in the new condition of environment. Then, rats were given with high fat diet. After four weeks rats given with high fat diet, rats then given treatment with yellow soymilk for P1 goup, black soymilk for P2 group and aquadest for P0 group. three weeks after treatment, rats were sacrificed and the blood were collected for LDL and HDL cholesterol measurement at Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) in Surabaya. LDL/HDL ratio were measured from LDL cholesterol divided with HDL cholesterol.The data were analyzed by ANOVA using SPSS for windows 12.00. The result showed that control group (P0) had significant different with P1 and P2. But there is no significant different effect between treatment with yellow soymilk (P1) and black soymilk on reducing LDL/HDL ratio. It means that yellow and black soy milk could reduce LDL/HDL ratio of rats with high fat diet but, there is no significant different effect between yellow soymilk and black soymilk on reducing LDL/HDL ratio. Key words : Yellow and black soymilk, LDL/HDL ratio, Cholesterol. Surabaya, Oktober 2009 Mahasiswa : Menyetujui Dosen Pembimbing I Menyetujui Dosen Pembimbing II

1)Mahasiswa, 2)Departemen

(Aryuni Indri Hapsari) NIM. 060513514 Menyetujui Dosen Terkait I

(Dr. Bambang Poernomo S.,M.S., drh) NIP. 130701131 Menyetujui Dosen Terkait II

(Yeni Dhamayanti, M.Kes., drh) NIP. 132049019 Menyetujui Dosen Terkait III

(Emy Koestanti S., M.Kes., drh) (Dr. E. Bimo Aksono H.,M.Kes., drh) (Retno Bijanti, M.S., drh) NIP. 132240300 NIP. 132014464 NIP. 130934630

ii

PERBANDINGAN EFEK PEMBERIAN SARI KEDELAI KUNING DAN HITAM TERHADAP RASIO KOLESTEROL LDL/HDL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) DENGAN DIET TINGGI LEMAK COMPARISON OF YELLOW AND BLACK SOYMILK SUPPLEMENTATION EFFECT TO LDL/HDL RATIO OF RATS (Rattus norvegicus) WITH HIGH FAT DIET Aryuni Indri Hapsari 1), Bambang Poernomo, S. 2), Yeni Dhamayanti 3) Embriologi Veteriner, 3) Departemen Anatomi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga ABSTRACT The aim of this study is to find out the comparison of yellow soymilk and black soymilk supplementation effect in order to reduce LDL/HDL ratio in rat (Rattus norvegicus) with high fat diet. Twenty four rats were divided randomly into three groups of treatment, P0 (control), P1 (treatment with yellow soymilk) and P2 (treatment with black soymilk). At the first week, rats were adapted in the new condition of environment. Then, rats were given with high fat diet. After four weeks rats given with high fat diet, rats then given treatment with yellow soymilk for P1 goup, black soymilk for P2 group and aquadest for P0 group. three weeks after treatment, rats were sacrificed and the blood were collected for LDL and HDL cholesterol measurement at Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) in Surabaya. LDL/HDL ratio were measured from LDL cholesterol divided with HDL cholesterol.The data were analyzed by ANOVA using SPSS for windows 12.00. The result showed that control group (P0) had significant different with P1 and P2. But there is no significant different effect between treatment with yellow soymilk (P1) and black soymilk on reducing LDL/HDL ratio. It means that yellow and black soy milk could reduce LDL/HDL ratio of rats with high fat diet but, there is no significant different effect between yellow soymilk and black soymilk on reducing LDL/HDL ratio. Key words : Yellow and black soymilk, LDL/HDL ratio, Cholesterol.

1)Mahasiswa, 2)Departemen

------------------------------------------------------

Pendahuluan Kedudukan penyakit kardiovaskuler sebagai penyebab kematian di Indonesia, mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), pada tahun 1972 penyakit kardiovasuler menduduki peringkat kelima, meningkat menjadi nomor dua pada tahun 1988, dan terakhir pada tahun 1992 menjadi nomor satu. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh perubahan gaya hidup, misalnya mengkonsumsi makanan yang cenderung banyak mengandung lemak jenuh, seperti daging, minyak kelapa, mentega, susu dan telur, dan kurangnya pergerakan

tubuh seiring dengan era industrialisasi yang berkembang pesat (Sitepoe, 1993; Rusli dan Salim, 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hess and Thomas (2006) penyakit kardiovaskular tidak hanya menyerang pada manusia melainkan juga pada hewan, misalnya pada anjing khususnya jenis Rottweilers. Peningkatan konsumsi lemak jenuh dapat meningkatkan kenaikan risiko terjadinya Penyakit Jantung Koroner (PJK) karena dapat menyebabkan kenaikan kadar kolesterol dalam darah (hiperkolesterolemia). Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah diketahui merupakan faktor timbulnya aterosklerosis (Nuradi, 2003). Hal tersebut menimbulkan manifestasi klinis yang beragam, salah satunya Penyakit Jantung Koroner (PJK) (Herman, 1991). Rasio kolesterol LDL/HDL merupakan nilai yang paling prediktif untuk insiden aterosklerosis dan PJK (Nurachmah, 2001). Beberapa penelitian pada hewan dan manusia dengan keadaan hiperkolesterolemia membuktikan bahwa protein nabati dapat menurunkan kadar kolesterol darah (Prabowo, 1994). Tetapi, pada keadaan normal dengan konsumsi makanan yang bebas kolesterol, protein nabati cenderung tidak menurunkan kadar kolesterol darah (Beynen, 1990; Schrijver, 1990). Salah satu bahan pangan yang mengandung banyak protein nabati adalah kedelai. Kedelai merupakan salah satu sumber protein nabati yang sering digunakan di Indonesia dan populer di Jepang. Di samping karena murah harganya dan mudah didapat, kedelai juga merupakan sumber lemak, vitamin, dan serat. Kedelai juga mengandung isoflavon dan anthosianin yang berfungsi sebagai antioksidan (Takahashi et.al., 2005). Penelitian mengenai ekstrak kedelai telah terbukti dapat menurunkan total kolesterol, kolesterol-LDL, meningkatkan kolesterol-HDL (High Density Lipoprotein), juga menurunkan rasio kolesterol LDL/HDL tikus putih yang mengalami hiperkolesterolemia meski tidak signifikan (Supriyanto, 2004). Goldstein pada penelitiannya telah mununjukkan korelasi antara kadar lipid serum yang meninggi dengan insiden PJK dan aterosklerosis pada manusia dan hewan. Di antara seluruh bagian

lipid serum, kolesterol adalah yang paling sering dikhususkan penting dalam hubungan ini. Juga terdapat hubungan terbalik antara kadar HDL dengan PJK dan aterosklerosis. Hal yang dianggap sebagai hubungan yang paling prediktif (dapat diramalkan) adalah rasio kolesterol LDL/HDL. Kaitan ini dapat diterangkan melalui peranan yang dikemukakan mengenai LDL dalam mengangkut kolesterol ke jaringan dan peranan HDL yang bekerja sebagai pemakan (scavenger) kolesterol. Semakin rendah rasio kolesterol LDL/HDL semakin baik dalam arti resiko untuk mengalami penyakit akibat kolesterol semakin kecil (Mayes, 1999a). Fitoestrogen merupakan sterol yang terdapat pada tumbuhan yang memiliki efek mirip estrogen. Terdiri dari 3 kelompok : isoflavones, lignans, dan coumestans. Kelompok isoflavones terutama genistein dan daidztein merupakan molekul sterol yang didapatkan pada kedelai, buncis garbanzo, dan kacang kacangan yang lain (Supriyanto, 2004). Berdasarkan uraian tersebut maka dirasa perlu untuk diteliti mengenai perbandingan efek pemberian sari kedelai kuning dan sari kedelai hitam terhadap rasio kolesterol LDL/HDL darah tikus putih jantan yang mengalami hiperkolesterolemia. Rasio kolesterol LDL/HDL diperoleh dari hasil bagi kadar kolesterol-LDL dan kolesterol-HDL. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2009 sampai dengan Juni 2009 di laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Pemeriksaan sampel darah dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya. Hewan coba yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah 24 ekor tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Wistar berumur 3 bulan dengan berat badan 150 - 200 g yang didapatkan dari Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah kandang tikus putih ukuran 90 x 30 cm (8 ekor tikus tiap kandang), alat pembuat pelet, alat timbangan tikus putih, saringan, botol, sonde,

syringe 5 ml, tabung hematokrit, sentrifuge, alat bedah. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel darah tikus putih dan sari kedelai kuning dan hitam. Bahan lainnya adalah eter untuk anestesi, pakan pellet untuk adaptasi dan pakan tinggi lemak yang dibuat berdasarkan formula ITB. Selain alat dan bahan bahan tersebut juga terdapat alat dan bahan untuk pemeriksaan kolesterol-LDL serta alat dan bahan pemeriksaan kolesterol-HDL. Penelitian ini termasuk eksperimental murni menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan ulangan sama. Seluruh kelompok diberikan pakan standart tinggi lemak formula pakan ITB. Perlakuan yang diberikan terdiri dari 3 perlakuan, yaitu : (P0) diet tinggi lemak dengan pemberian air minum PDAM (pelarut sari kedelai) yang digunakan sebagai kontrol, (P1) diet tinggi lemak dengan pemberian sari kedelai kuning dan (P2) diet tinggi lemak dengan pemberian sari kedelai hitam. Berdasarkan rancangan yang digunakan, dilakukan pengacakan untuk mendapatkan 24 unit eksperimen, dengan demikian masing-masing perlakuan mendapatkan 8 ulangan. Kerangka operasional penelitian ini dimulai dari hewan coba yaitu 24 ekor tikus putih diadaptasikan dalam kondisi lingkungan yang relatif sama selama 3-4 hari dengan pemberian pakan pellet dan air minum secara ad libitum. Tikus putih diberikan diet tinggi lemak formula ITB. Pakan diberikan secara ad libitum selama 4 minggu. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu dengan metode pemberian pakan yang sama, dalam 4 minggu sudah didapatkan rerata kadar kolesterol yang melebihi harga normal kolesterol total tikus putih (Arwan, 2009). Setelah 4 minggu pemberian diet tinggi lemak, kemudian dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol total tehadap 3 ekor tikus (masingmasing 1 dari tiap kelompok). Hasil pemeriksaannya yaitu kadar kolesterol totalnya yaitu 100 mg/dl, yang berarti bahwa kadar kolesterol totalnya telah berada di atas normal. Selanjutnya dilakukan perlakuan pemberian sari kedelai kuning dan hitam berbahan dasar kedelai kuning dan kedelai hitam yang dibuat dengan cara sebagai berikut :

Kedelai sebanyak 625 g direndam dalam air dingin pada suhu ruang (28-30 C) dengan perbandingan larutan perendam dan kedelai 3:1 selama 8 jam. Kemudian kedelai tersebut direbus dalam larutan NaHCO3 0,1%, untuk menghilangkan antitripsin selama 15 menit pada suhu 70 C. Kedelai didinginkan dan selanjutnya dicuci dengan air. Kemudian kedelai digiling menggunakan blender dengan menmbahkan air hangat hingga mencapai 3 kali jumlah kedelai (kira-kira 1,5 liter). Bubur encer disaring dengan kain kasa dan filtratnya merupakan sari kedelai mentah. Untuk mematangkan, sari kedelai dipanaskan sampai mendidih. Setelah itu api dikecilkan dan dibiarkan dalam api kecil selama 20 menit (Aini, 2003). Pemberian sari kedelai dilakukan sehari satu kali sebanyak 1,5 ml/200 g berat badan tikus secara gastric lavage menggunakan sonde selama 3 minggu. Hal ini berdasarkan penelitian sebelumnya, dimana didapatkan dosis sari kedelai kuning yang dapat menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan rasio kolesterol LDL/HDL adalah 1,5 ml (Nangoi, 1994). Dosis tersebut apabila dikonversikan ke dosis untuk manusia, yaitu 84 ml/60 kg BB (Supriyanto, 2004). Setelah perlakuan selama 4 minggu, kemudian dilakukan tahap pemeriksaan darah. Sebelum pengambilan darah, tikus dipuasakan dahulu selama 8 jam tetapi tetap diberikan minum. Tikus kemudian dianestesi berlebihan menggunakan ether. Setelah hilang kesadaran, kemudian tikus dibedah menggunakan pisau bedah dan diambil darahnya. Darah diambil menggunakan syringe 5 ml melalui jantung sebanyak 3 ml dari setiap tikus putih. Tikus yang telah diambil darahnya tidak digunakan lagi karena telah dikorbankan. Pemeriksaan darah yang dilakukan meliputi pemeriksaan kadar kolesterol-LDL dan kolesterol-HDL. Metode yang digunakan untuk pemeriksaan kolesterol LDL adalah Cholestest N LDL metode assay, sedangkan untuk kolesterol HDL adalah Cholestest N HDL metode assay. Kemudian dihitung rasio kolesterol LDL/HDL dari hasil pemeriksaan tersebut. Pengolahan data menggunakan Analysis of Variant (ANOVA).

Hasil dan Pembahasan Hasil pemeriksaan darah untuk memperoleh kadar kolesterol LDL dan kadar kolesterol HDL yang dilaksanakan di BBLK Surabaya setelah 3 minggu perlakuan kemudian dihitung rasio kolesterol LDL/HDL dari hasil tersebut. Dari hasil penghitungan, didapatkan hasil rata-rata dan simpangan baku rasio kolesterol LDL/HDL darah tikus putih yang ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata dan Simpangan Baku Rasio Kolesterol LDL/HDL Darah Tikus Putih.

Kelompok

Rata-rata Rasio Kolesterol LDL/HDL SD ( mg/dl ) 0,64a 0,10949 0,37b 0,09301 0,28b 0,05330

Diet tinggi lemak + air PDAM 1,5 ml (P0)

Diet tinggi lemak + sari kedelai kuning 1,5 ml (P1) Diet tinggi lemak + sari kedelai hitam 1,5 ml (P2)

Keterangan : Superskrip yang berbeda (a dan b) menunjukkan berbeda nyata (p<0,05).

Hasil analisis data terhadap rasio kolesterol LDL/HDL darah tikus putih seperti yang tertera pada Tabel 1. menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol (P0) dengan kelompok perlakuan (P1) dan (P2) (p < 0,05). Namun tidak terdapat perbedaan nyata (p > 0,05) antara perlakuan pemberian sari kedelai kuning (P1) (0,37b 0,09301) mg/dl dengan pemberian sari kedelai hitam (P2) (0,28b 0,05330) mg/dl. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian sari kedelai kuning dan hitam terbukti dapat menurunkan rasio kolesterol LDL/HDL darah tikus putih dengan diet tinggi lemak. Penurunan tersebut karena adanya kandungan gizi dari kedelai yang dapat menurunkan kadar LDL serta meningkatkan kadar HDL sehingga rasio kolesterol LDL/HDL menjadi turun. Polyunsaturated fatty

acid (PUFA) yang terkandung di dalam lemak kedelai memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar LDL karena dapat meningkatkan jumlah reseptor LDL dan menurunkan sekeresi VLDL dari hati (Hayes, 1992). Isoflavon yang terkandung dalam kedelai merupakan sterol yang berasal dari tumbuhan (fitosterol) yang jika dikonsumsi dapat menghambat absorbsi dari kolesterol baik yang berasal dari diet maupun kolesterol yang diproduksi dari hati. Hambatan ini terjadi karena fitosterol ini berkompetisi dan menggantikan posisi kolesterol dalam micelle. Adanya mekanisme tersebut, maka kolesterol yang terserap oleh usus juga sedikit sehingga pembentukan kilomikron dan VLDL juga terhambat sehingga kadar LDL turun dan peningkatan pada kadar HDL. Bila dihitung rasio kolesterol LDL/HDL akan turun (Silalahi, 2000). Data hasil penelitian yang terdapat pada Tabel 1. menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan efek yang nyata antara pemberian sari kedelai kuning dan sari kedelai hitam. Hal ini karena kandungan gizi yang dimiliki oleh kedelai kuning dan kedelai hitam tidak mempunyai perbedaan yang signifikan, selain warna kulit luarnya yang mengandung anthosianin. Pada kedelai hitam, berdasarkan penelitian oleh Takahashi et al. (2005), diketahui memiliki kandungan anthosianin yang lebih tinggi, yaitu 29 0,56 mg/g, dibandingkan dengan kedelai kuning, 0,45 0,02 mg/g. Kandungan anthosianin yang tinggi ini menunjukkan bahwa kedelai hitam memiliki kandungan antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai kuning. Lebih lanjut Takahashi et.al. (2005) telah membuktikan bahwa kedelai hitam memiliki waktu inhibitor yang lebih lama terhadap oksidasi LDL (205 16 menit) dibandingkan kedelai kuning (65 3 menit), sehingga resiko terbentuknya plaque pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan terjadinya aterosklerosis adalah lebih kecil pada kedelai hitam. Dapat dilihat pada Tabel 1. bahwa perlakuan yang menunjukkan rata-rata rasio kolesterol LDL/HDL terkecil adalah pada perlakuan pemberian sari

kedelai hitam, namun perbedaannya tidak signifikan bila dibandingkan dengan pemberian sari kedelai kuning. Mekanisme nyata efek hipokolesterolemik dari isoflavon kedelai tetap sukar dipahami dan hampir pasti multifaktorial (Setchell and Cassidy, 1999). Ganong (2001) menyatakan bahwa kedelai mengandung sterol yang mengurangi absorbsi kolesterol, mungkin melalui kompetisi dengan kolesterol untuk esterifikasi dengan asam lemak. Protein yang terdapat pada kedelai meningkatkan sekresi dan sintesis asam empedu, dan diketahui ekskresi kolesterol melalui asam empedu yang tidak diabsorbsi kembali melalui sirkulasi enterohepatik dan keluar bersama feses yang merupakan satu dari mekanisme utama yang bertanggung jawab terhadap pengaturan homeostasis kolesterol (Supriyanto, 2004). Namun peneliti lain menyatakan bahwa kedelai tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ekskresi asam empedu (Greaves, 2000). Isoflavon pada kedelai memiliki efek terhadap reseptor LDL. Isoflavon memberikan efek peningkatan aktivitas up regulating reseptor LDL (Kirk et.al., 1998). Hal ini seperti pada estrogen yang juga memiliki efek peningkatan aktivitas up regulating reseptor LDL (Supriyanto, 2004). Peningkatan reseptor LDL tersebut akan meningkatkan LDL clearence dari peredaran darah sehingga jumlah kolesterol LDL dalam darah berkurang (Wilson et.al., 1998). Seperti yang dijelaskan sebelumnya, isoflavon kedelai merupakan fitoestrogen yang mempunyai struktur yang mirip estrogen, sehingga bekerja menyerupai estrogen. Estrogen dapat meningkatkan kadar dan produksi apolipoprotein A-1 dan menurunkan aktivitas enzim lipase hepatik dengan menekan transkripsi gen untuk lipase hepatik. Peningkatan produksi apolipoprotein A-1 memberikan kontribusi pada peningkatan HDL nascent dimana dalam perjalanannya akan berubah menjadi HDL2. Hidrolisis fosfolipid HDL dan triasilgliserol memungkinkan HDL2 melepaskan muatan ester kolesterilnya ke dalam hati dimana partikel tersebut menjadi lebih padat dengan membentuk kembali HDL3 yang memasuki kembali siklus HDL sehingga penurunan

aktivitas lipase hepatik dapat meningkatkan HDL2, sehingga jumlah kolesterol HDL dalam darah meningkat (Supriyanto, 2004). Jumlah kolesterol LDL yang menurun dan kolesterol HDL yang meningkat dalam darah akan menurunkan rasio kolesterol LDL/HDL. Kwon et.al. (2007) telah membuktikan bahwa tikus dengan diet tinggi lemak ditambah ekstrak anthosianin kedelai hitam dapat menurunkan berat badan, kolesterol total, trigliserida dan meningkatkan kolesterol HDL secara signifikan bila dibandingkan dengan tikus dengan diet tinggi lemak tanpa penambahan ekstrak anthosianin kedelai hitam. Sejalan dengan hal tersebut, Rho (2005) dalam penelitiannya membuktikan bahwa suplementasi kedelai hitam pada tikus dengan diet tinggi lemak dapat menurunkan kolesterol total sebesar 25% serta kolesterol LDL sebesar 60%. Tidak adanya perbedaaan yang nyata terhadap penurunan rasio LDL/HDL antara pemberian sari kedelai kuning dan hitam, salah satunya disebabkan karena tidak ada perbedaan kandungan nutrisi yang signifikan antara kedelai hitam dan kuning, selain warna kulit luarnya akibat perbedaan kandungan anthosianin. Hal ini sesuai dengan pendapat Weingartner (a987). Penghitungan nilai rasio kolesterol LDL/HDL pada kepentingan klinis hanya dilakukan jika salah satu kadar kolesterol LDL atau HDL tinggi (melebihi normal), namun pada penelitian ini kadar kolesterol LDL maupun HDL masih dalam batas normal. Penghitungan rasio kolesterol LDL/HDL dilakukan adalah untuk mengetahui efek dari sari kedelai kuning dan hitam terhadap rasio kolesterol LDL/HDL saja. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan pada penelitian ini adalah Pemberian sari kedelai kuning dan hitam sama sama dapat menurunkan rasio kolesterol LDL/HDL darah tikus putih dengan diet tinggi lemak, walaupun antara keduanya tidak terdapat perbedaan efek yang nyata. Efek pemberian sari kedelai kuning dan hitam yaitu dapat menurunkan rasio kolesterol LDL/HDL darah pada tikus putih dengan diet tinggi lemak. Disarankan untuk mengkonsumsi sari kedelai

kuning maupun hitam untuk menurunkan nilai rasio kolesterol LDL/HDL yang tinggi (di atas normal). Ucapan Terima Kasih Ibu Setyawati Sigit., M.S., drh atas bimbingan yang diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian ini. Bapak Dr. Bambang Poernomo S.,M.S., drh, serta Ibu Yeni Dhamayanti, M.Kes., drh atas segala bimbingan, petunjuk, dan saran kepada peneliti. Daftar Pustaka Aini, YN., Suranto., Ratna, S. 2003. Pembuatan Kefir Susu Kedelai (Glycine max (L.) Merr) denagn Variasi Kadar Susu Skim dan Inokulum. Biosmart vol.5, no. 2: 89 93. Arwan, E.N. 2009. Pengaruh Pemberian Extra Virgin Coconut Oil Terhadap Kadar Kolesterol-HDL (High Density Lipoprotein) Pada Tikus Putih Dengan Pakan Tinggi Lemak. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Beynen, A.C. 1990. Influence of dietary protein on serum cholesterol and atherosclerosis. Gizi Indonesia. 15(1):55 60. Ganong, W.F. 2001. Review of Medical Physiology 11th ed. New York. McGraw-Hill pp. 290 172. Greaves, KA., Wilson MD., Rudel LL., Williams JK and Wagner JD. 2000. Concumtion of Soy Protein Reduce Cholesterol Absorbtion Compared to Casein Protein Alone or Supplemented with on Isoflavones Extract or Conjugated Equine Estrogen in Ovariectomi Cynomolgus Monkey. J. Nutr.130 : 820-826. Hayes, K. C. 1992. Dietary Fatty Acid Threshold and Cholesterolemia. FASEB J. 6:2600-2607. Herman, S. 1991. Pengaruh Gizi Terhadap Penyakit Kardiovaskular. Cermin Dunia Kedokteran. 73:12 6. Hess, T.P. and Thomas, J.M. 2006. Association Between Atherosclerisis and Glomerulopathy in Dogs. Intern. J. Appl. Res. Vet. Med. 4(3):456-460. Kirk, Sutherland, Wang, Chartz and Le Beauf. 1998. Dietary Isoflavone Reduce Plasma Cholesterol And Atherosclerosis in Mice. J. Nutr. 128: 954-959. Kwon, S. H., Ahn, I. S., Kim, S.O, Kong, C. S., Chung, H. Y, Myoung, S. D, and Park, K. Y. Journal of Medicinal Food. September 2007. 10(3): 552-556. Mayes, P.A. 1999a. Pengangkutan dan Penyimpanan Lipid. In (Murray RK, Ganner DK, Mayes PA. Rodwell VW). Bokimia Harper edisi 24. Lange EGC. hal. 260-276.

10

Nangoi, L. 1994. Pengaruh Suplementasi Sari Kedelai Terhadap Profil Lipid Serum Tikus Putih Dengan Pakan Tinggi Lemak. [Thesis]. Program Pasca Sarjana. Universitas Airlangga. Surabaya. Nurachmah, E. 2001. Nutrisi Dalam Keperawatan. C.V.Sagung Seto. Jakarta. pp. 8-11. Nuradi. 2003. Pengaruh Pemberian Buah Sejati Jambu Mete (Anacardium occidentale I) Sangrai terhadap Kadar Kolesterol Total, Kolesterol-LDL dan Kolesterol-HDL dalam Serum Tikus Hiperkolesterolemik. [Thesis]. Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya. Prabowo, G.I. 1994. Pengaruh substitusi tempe kedelai dalam diet terhadap profil lipid serum tikus dangan keadaan hiperkolesterolemia. Thesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Airlangga. Rusli dan Salim, M. N. 2007. Pengaruh Lemak Sapi dan Minyak Kelapa Terhadap Kadar Kolesterol LDL Darah Ayam Buras (Gallus gallus). Jurnal Kedokteran Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan Syah Kuala. 1(1):6-7. Schrijver, R.D. 1990. Cholesterol metabolism in mature and immature rats fed animal and plant protein. J. Nutr. 120(12):1624 32. Setchell, K.D.R. and Cassidy, A. 1999. Dietary Isoflavones : Biologycal Effects and Relevance to Human Health. J. Nutr. 129 : 7585 7675. Silalahi, J. 2000. Fats, Oils and Fat substitutes in Human Nutrition. Indonesian Food and Nutrition Process. 7(2): 56-66. Sitepoe, M. 1993. Kolesterol Fobia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Supriyanto. 2004. Pengaruh Pemberien Ekstrak Kedelai terhadap Kadar Kolesterol Total, LDL, HDL dan Rasio kolesterol LDL/HDL Darah Tikus Putih Jantan yang Mengalami Hiperkolesterolemia. [Thesis]. Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya. Takahashi, R.,Ohmori, R., Kiyose, C., Momiyama, Y., Ohsuzu, F. and Kondo, K. 2005. Antioxidant Activities of Black and Yellow Soybeans againts Low Density Lipoprotein Oxidation. J. Agric Food Chem. 53, 4578 82. Weingartner, K. E. 1987. Processing, Nutrition and Utilization of Soybeans. In : Soybeans for the Tropics Research Production and Utilization, S.R. Singh, K.O. Rachie and K.E. Dashiell (eds). John Wiley and Science, Ltd. Chinchester, New York. pp 149-178. Wilson, J.D., Foster D.W., Kronenberg H.M and Larsen P.R.L. 1998. Williams Text Book of Endocrinology, 9th Edition. Philadelphia : W.B. Saunders Company. pp. 801-806, 1099-1144.

11

Você também pode gostar