Você está na página 1de 3

NDP dan Sunyinya Gerakan

Oleh : Tufail Muhammad Tantangan dunia pergerakan dan intelektualitas semakin sulit pun rumit. Di tengah kondisi masyarakat yang semakin tak mendukung pergerakan maka manusia-manusia yang hidup di alam pergerakan semakin terasing bahkan terkucil. Dalam dunia pendidikan saat ini para mahasiswa cenderung akan memilih berorganisasi profit atau berwirausaha daripada memasuki dunia gerakan yang lebih berisiko. Bukankah berwirausaha lebih menguntungkan daripada buang-buang waktu di alam pergerakan. Tidak heran bila para peminat gerakan semakin sedikit di kalangan mahasiswa. Hal ini terlihat dari defisit massa di alam pergerakan jika kita bandingkan dengan tahuntahun sebelumnya. Sinisme terhadap pergerakan dan para aktifis telah banyak bermunculan. Para aktifis pergerakan dipandang sebagai seorang yang hanya berdemo tanpa tujuan, memberontak tanpa dasar dan dalam kuliah malas-malasan. Wacana intelektual setali tiga uang, diskursus filsafat, politik, ekonomi semakin sepi pengunjung, toko-toko buku dipenuhi dengan buku-buku motivasi, bisnis, how to, yang konon akan mengantarkan kita menuju sukses dengan singkat. Bisa ditebak, bahwa buku-buku semacam itu hanya membuat kita terhibur secara afektif namun miskin gagasan kognitif. Kita dihibur dan dirayu untuk mengikuti aktifitas pasar yang mana perilaku kita akan sesuai dengan mekanisme pasar serta secara otomatis menumpulkan daya kritis kita. Sungguh sulit hidup dalam alam pergerakan dimana kondisi masyarakat telah mengarah pada anti-pergerakan. Tidak mudah hidup menjunjung tinggi intelektualitas di saat situasi telah memilih anti-intelektualitas. Seseorang yang saat ini bergelut pada dua hal di atas tentu akan sangat berisiko bagi kemajuan relasi sosialnya di kampus. Sebab kampus tak lagi mendukung kerja intelektualitas. Kampus hanya mempersiapkan dan mengajarkan kemampuan agar para mahasiswa siap bersaing dalam dunia kerja. Dalam masyarakat yang memiliki proses kinerja produksi yang hanya bertujuan untuk akumulasi modal an sich, tidaklah heran jika semua perilaku dan interaksi masyarakat haruslah bernilai materi (uang). Semua hal yang tidak bisa menghasilkan uang dianggap tidak memiliki nilai guna. Organisasi yang tidak mampu menghasilkan keuntungan finansial dianggap organisasi yang tak berguna dan mandul. Ilmu-ilmu yang tidak bisa dipraktekkan di dunia kerja akan disingkirkan sesuai dengan permintaan pasar. Itulah sebabnya dunia pergerakan tidak lagi diminati oleh para mahasiswa karena dianggap tidak bernilai dan berguna. Dalam situasi inilah organisasi mahasiswa terutama PMII, masih muncul meski dengan terbata dan tertatih untuk memfasilitasi semangat mahasiswa yang masih menginginkan adanya perjuangan dalam menggapai masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. PMII dengan nilai dasar pergerakannya masih terus bersemangat dalam berjuang mencapai keadilan soial seperti janji kemerdekaan dan keagamaan. PMII dalam sejarah perjalanannya terus menemui tantangan, namun karena sifat fleksibilitas dan eklektisitasnya

mampu bertahan dan akan selalu bisa menjawab persoalan kekinian. Hal ini tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai Ahlussunnah wal jamaah yang selalu menjadi pisau analisis PMII. Ahlussunnah wal jamaah yang menjiwai berbagai aturan, memberi arah dan mendorong serta penggerak kegiatan-kegiatan PMII. Sebagai pemberi keyakinan dan pembenar mutlak, Islam mendasari dan menginspirasi Nilai Dasar Pergerakan ini meliputi cakupan aqidah, syariah dan akhlak dalam upaya kita memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Dalam upaya memahami, menghayati dan mengamalkan Islam tersebut, PMII menjadikan Ahlussunnah wal jamaah sebagai pemahaman keagamaan yang paling benar. Disamping nilai-nilai ASWAJA, setiap pergerakan aksinya PMII memiliki nilai yang menjadi landasan sekaligus tujuan. Secara esensial Nilai Dasar Pergerakan ini adalah suatu sublimasi nilai ke-Islaman dan ke Indonesiaan dengan kerangka pemahaman keagamaan. Nilai Dasar Pergerakan PMII juga menjadi tali pengikat (kalimatun sawa) yang mempertemukan warga pergerakan dalam satu cita-cita pergerakan. Fungsi : Landasan Berpijak: Bahwa NDP menjadi landasan setiap gerak langkah dan kebijakan yang harus dilakukan. Landasan Berpikir : Bahwa NDP menjadi landasan pendapat yang dikemukakan terhadappersoalan-persoalan yang dihadapi. Kerangka Aksi : NDP merupakan etos gerak organisasi dari setiap anggota. Sebagai kerangka aksi etos akan muncul dari proses aksi-refleksi yang dilakukan secara istikomah. Sumber Motivasi : Bahwa NDP menjadi pendorong kepada anggota untuk berbuat dan bergerak sesuai dengan nilai yang terkandung di dalamnya. Kedudukan : -Rumusan nilai-nilai yang seharusnya dimuat dan menjadi aspek ideal dalam berbagai aturan dan kegiatan PMII. -Landasan dan dasar pembenar dalam berpikir, bersikap, dan berprilaku. -Menjadi rujukan utama setiap produk keputusan organisasi. 1.TAUHID : Meng-Esakan Allah SWT, merupakan nilai paling asasi yang dalam sejarah agama samawi telah terkandung sejak awal keberadaan manusia. Keesaan Allah harus terimplikasikan dengan semangat bahwa segala perilaku manusia hanya memiliki satu tujuan dan satu landasan yaitu Allah SWT.

PMII memilih pendekatan berpikir Ahlussunnah Wal Jamaah untuk memahami dan menghayati keyakinan Tauhid. 2. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALLAH. Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Dia menciptakan manusia dalam bentuk sebaikbaik kejadian dan menganugerahkan kedudukan terhormat kepada manusia di hadapan ciptaanNya yang lain. Karena itulah manusia haruslah menghormati keberadaan Tuhan dengan cara menjaga dan menghargai ciptaannya. Hubungan ini haruslah termanifestasi dalam hubungan horizontal sesama makhluk. Status manusia di hadapan Tuhan adalah sama, yang membedakan adalah keimanan serta ketakwaannya. Berlandaskan hal ini PMII tidak hanya berkeyakinan, tapi juga memperjuangkan kesetaraan umat manusia. PMII menolak dominasi manusia terhadap manusia lainnya karena itu tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. 3. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN MANUSIA Dalam hal ini segala tujuan pergerakan PMII haruslah sesuai dengan prinsip kemanusiaan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Keadilan dan kesejahteraan sosial akan terus diperjuangkan sampai titik darah penghabisan. Eksploitasi manusia terhadap sesamanya merupakan tindakan yang tak dapat dibenarkan, oleh karena itu PMII berjuang membebaskan relasi manusia yang tidak setara. 4. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALAM Keadilan dan kesejahteraan bagi manusia haruslah sesuai dengan mekanisme kerja alam semesta. Keserakahan manusia dalam mengeksploitasi alam tidak dapat dibenarkan karena alam juga memiliki hak untuk dihormati, dihargai, dan dipelihara sesuai dengan amanat Tuhan. Oleh karena demikian, keselarasan empat hal pokok di atas harus selalu menjadi prioritas dalam berperilaku dan beraksi. Kecintaan pada Tuhan mesti terbukti pada kecintaan terhadap makhluk-makhluknya. Kecintaan pada makhluk harus dibuktikan melalui berbagi aksi dan perjuangan nyata. Penutup Sebuah gerakan mestinya membawa perubahan, sebab gerakan adalah proses menuju perubahan. Tanpa bergerak tak mungkin ada yang berubah. Jika yang ada hanya diam jangan heran jika stagnasi yang tumbuh. Jika kita tak pernah gelisah dan selalu nyaman dengan kemapanan, kita mesti curiga jangan-jangan kita sudak tak mau dan tak mampu bergerak dan berjuang. Sebab, bergerak itu muncul dari gelisah. Gelisah muncul dari nurani yang tersentuh. Kepekaan nurani harus ada jika kita terus ingin berjuang melawan ketertindasan. Dunia pergerakan adalah suatu dunia yang sunyi, mereka yang ada didalamnya harus berani gelisah dalam kesunyian. Pada akhirnya kita jua yang memilih, berleha-leha serta nyaman dengan keadaan yang akan mengakibatkan tumbuh suburnya penindasan penguasa. Atau terus bergerak dan berjuang melawan penindasan dengan tangan terkepal dan maju ke muka. Wallahu alam.

Você também pode gostar