Você está na página 1de 22

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG HIV dan AIDS pertama kali ditemukan di Asia sekitar tahun 1980-an.

Sejak saat itu, lebih dari 6 juta orang di kawasan Asia terinfeksi HIV. Hubungan heteroseksual (heteroseksual intercourse), khususnya pada pria yang berhubungan seksual dengan pekerja seks wanita, telah ditemukan menjadi bentuk transmisi utama penyakit tersebut.1 Saat ini prevalensi HIV, AIDS dan penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) meningkat dengan cepat. Pada tahun 2000 diperkirakan di Asia lebih dari 500.000 orang meninggal karena AIDS, yaitu sekitar 1500 orang meninggal per hari.2 Estimasi jumlah orang terkena IMS yang dapat diobati ( Curable SexuallyTransmitted Infections) sekitar lebih dari 30 juta kasus setiap tahunnya. Tahun 2006 diperkirakan terdapat 8,6 juta orang yang positif HIV (ODHA) di Asia Tenggara, termasuk 960.000 orang yang baru terinfeksi (kasus baru) pada tahun sebelumnya. Diperkirakan sekitar 630.000 orang telah meninggal karena penyakit yang berhubungan dengan AIDS. Sehingga dalam kurun waktu kurang lebih 6 tahun (2000-2006) terdapat peningkatan kasus sebesar 130.000 orang yang meninggal karena AIDS.2 CDC (Center for Disease Control) melaporkan sebuah informasi bagaimana HIV ditularkan, yaitu melalui hubungan seksual 69% dan meningkat bersama dengan kejadian IMS, jarum suntik untuk obat lewat intravena 24%, transfusi darah yang terkontaminasi atau darah pengobatan dalam pengobatan kasus tertentu 3%, penularan sebelum kelahiran (dari ibu yang terinfeksi ke janin selama kehamilan) 1%, dan model penularan yang belum diketahui 3%.3 Melihat cukup besar peluang HIV ditularkan melalui hubungan seksual, maka hubungan berganti-ganti pasangan merupakan faktor khusus yang perlu diwaspadai.1 Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2006 mengamanatkan perlunya peningkatan upaya pengendalian HIV dan AIDS di seluruh Indonesia. Respon harus ditujukan untuk mengurangi semaksimal mungkin peningkatan kasus baru

dan kematian. Salah satu langkah strategis yang akan ditempuh adalah memperkuat Komisi Penanggulangan AIDS di semua tingkat. Masyarakat umum termasuk LSM akan meningkatkan perannya sebagai mitra pemerintah sampai ke tingkat desa.4 Seks komersial yang menjadi faktor penting di dalam penyebaran HIV tidak dapat dipisahkan dengan kondisi prostitusi yang cukup eksis di Indonesia. Di wilayah kabupaten Tulungagung sendiri resiko untuk meningkatnya angka kejadian IMS dan HIV akibat mobilitas seks komersial cukup besar. Adanya 2 lokalisasi besar yaitu lokalisasi Ngujang di wilayah puskesmas Simo dan lokalisasi Kaliwungu di wilayah puskesmas Ngunut memberikan kejadian IMS dan HIV yang tinggi. Menurut data dari Dinas Kesehatan kabupaten Tulungagung terdapat 505 orang Wanita Penjaja Seks (WPS) di kabupaten Tulungagung, yang terdiri dari 380 orang terdapat dilokalisasi dan 125 orang sisanya non lokalisasi. Khususnya lokalisasi Kaliwungu di wilayah puskesmas Ngunut sendiri terdapat 197 orang WPS atau sekitar 39% dari total jumlah WPS di kabupaten Tulungagung. Di lokalisasi Kaliwungu pemeriksaan IMS dilakukan tiap bulan dan screening HIV tiap 3 bulan. Untuk tahun 2009 hingga 2011 jumlah WPS yang telah diperiksa meliputi: 1483 orang pada tahun 2009, 1571 pada tahun 2010 dan 1704 pada tahun 2011. Sekitar 55-68 % dari jumlah WPS yang diperiksa menderita IMS. Hingga tahun 2012 terdapat 16 orang dengan HIV positif di lokalisasi Kaliwungu, sedangkan di kabupaten Tulungagung sendiri total kasus HIV sebanyak 117 orang pada kelompok risti. Tingginya angka kejadian IMS dan HIV di kabupaten Tulungagung khususnya lokalisasi Kaliwungu di wilayah puskesmas Ngunut pada akhirnya memerlukan tindakan konsisten dalam hal pengendalian jumlah kasus baik dengan pembinaan maupun pemeriksaan yang dilakukan baik terhadap kelompok risti maupun non risti. Di tutupnya lokalisasi Kaliwungu di wilayah puskesmas Ngunut pada bulan Juli 2012 membuat pemeriksaan terhadap kelompok risti yaitu WPS cukup sulit. Hal ini berakibat pada temuan kasus dan kontrol menjadi berkurang. Dari persentase

wawancara dengan beberapa WPS didapatkan keterangan bahwa setelah ditutupnya lokalisasi, sebaran mobilitas WPS di luar lokalisasi dimungkinkan meningkat, baik itu di sejumlah caf, kos-kosan, kontrakan, dan warung-warung di daerah Ngunut. Sehingga dikhawatirkan penyebaran infeksi HIV dan IMS menjadi tak terkontrol karena sulitnya melakukan pembinaan dan pemeriksaan terhadap WPS di tempat-tempat baru. B. PERNYATAAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka beberapa pertanyaan yang dapat diajukan adalah Bagaimana kondisi sebaran WPS di luar lokalisasi Kaliwungu saat ini? Apakah terjadi peningkatan mobilitas seks komersial oleh WPS di tempat-tempat baru di wilayah puskesmas Ngunut? Dimana sajakah sebaran lokasi WPS di wilayah puskesmas ngunut pasca ditutupnya lokalisasi Kaliwungu pada bulan Juli 2012 lalu? Apa solusi yang dapat dilakukan terhadap WPS di lokasi baru agar pembinaan serta pemeriksaan IMS dan HIV tetap dapat dilakukan? C. TUJUAN C.1. TUJUAN UMUM Untuk mengidentifikasi bagaimana sebaran lokasi WPS di luar lokalisasi di wilayah kerja Puskesmas Ngunut Kabupaten Tulungagung Jawa Timur. C.2. TUJUAN KHUSUS C.2.1. Untuk mengidentifikasi perilaku WPS di luar lokalisasi di wilayah kerja Puskesmas Ngunut Kabupaten Tulungagung Jawa Timur. C.2.2. Untuk mengidentifikasi solusi yang sesuai terhadap pembinaan dan pemeriksaan IMS dan HIV terhadap WPS di luar lokalisasi di wilayah kerja Puskesmas Ngunut Kabupaten Tulungagung Jawa Timur.

D. MANFAAT D.1 Dapat digunakan masukan bagi puskesmas Ngunut dan instansi kesehatan lain dalam menentukan solusi pembinaan dan pemeriksaan IMS dan HIV terhadap WPS di lokasi-lokasi baru. D.2. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau tambahan referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat. D.3.Bagi penulis merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga dalam mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan menambah wawasan pengetahuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prostitusi. A.1. Definisi Prostitusi Prostitusi adalah gejala kemasyarakatan dimana wanita menjual diri melakukan perbuatan-perbuatan seksual sebagai mata pencaharian. Prostitusi merupakan penyerahan diri dari wanita kepada banyak laki-laki dengan pembayaran. Sedangkan Wanita Tuna Susila diartikan sebagai wanita yang mempunyai hubungan kelamin diluar perkawinan, baik dengan imbalan jasa maupun tidak.6 Industri seks komersial meliputi: prostitusi jalanan, prostitusi lokalisasi, panti pijat, pelayanan escort, pelayanan panggilan, strip club, telepon seks, pornografi anak dan dewasa, pornografi internet dan video, dan prostitusi dalam turisme (pelancongan).7 A.2.. Motif-motif yang Melatarbelakangi Prostitusi 8 Motif-motif yang melatarbelakangi tumbuhnya pelacuran pada wanita itu beraneka ragam, antara lain: a. Adanya kecenderungan melacurkan diri pada banyak wanita untuk menghindarkan diri dari kesulitan hidup dan mendapatkan kesenangan melalui jalan pendek, kurang pengertian, kurang pendidikan dan buta huruf, sehingga menghalalkan pelacuran. b. Adanya nafsu-nafsu seks yang abnormal, tidak terintegrasi dalam kepribadian dan kerolayan seks. Histeris dan hiper seks, sehingga tidak merasa puas mengadakan relasi seks dengan satu pria/suami. c. Tekanan ekonomi, faktor kemiskinan; adanya pertimbanganpertimbangan ekonomis untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam usaha mendapatkan status sosial yang lebih baik. d. Aspirasi materiil yang tinggi pada wanita dan kesenangan ketamakan terhadap pakaian-pakaian indah dan perhiasan mewah. Ingin hidup bermewah-mewah, namun malas bekerja (hedonisme).

e. Terkena bujuk rayuan kaum laki-laki dan para calo; terutama yang menjanjikan pekerjaan-pekerjaan terhormat dengan gaji tinggi misalnya sebagai pelayan toko, bintang film, peragawati dan lain-lain. Namun pada akhirnya gadis-gadis tersebut dengan kejamnya dijebloskan ke dalam bordilbordil dan rumah-rumah pelacuran. f. Banyaknya stimulasi seksual dalam bentuk; film-film biru, gambar porno, bacaan cabul, geng-geng anak muda yang mempraktekkan relasi seks dan lain-lain. g. Penundaan perkawinan jauh sesudah kematangan biologis, disebabkan oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomis dan standar hidup yang lebih tinggi. h. Disorganisasi dan disintegrasi dari kehidupan keluarga, broken home, ayah atau ibu tiri, kawin lagi atau hidup bersama dengan partner lain, sehingga anak gadis merasa sangat sengsara batinnya, tidak bahagia, memberontak, lalu menghibur diri terjun dalam dunia pelacuran. i. Ajakan teman-teman sekampung/sekota yang sudah terjun terlebih dahulu dalam dunia pelacuran/prostitusi. j. Adanya hubungan seks yang normal tapi tidak dipuaskan oleh suami. Misalnya suami sakit impoten, lama menderita sakit. k. Pengalaman-pengalaman traumatis dan shock mental. Misalnya gagal dalam bercinta atau perkawinan dimadu, ditipu sehingga muncul kematangan seks yang terlalu dini dan abnomalitas seks. A.3. Akibat-akibat Prostitusi 8 Beberapa akibat yang ditimbulkan oleh pelacuran adalah: a. Menimbulkan dan menyebarluaskan penyakit kelamin dan kulit.Penyakit yang paling sering didapat adalah sifilis dan gonore (kencing nanah). Akibat sifilis terutama apabila tidak mendapatkan pengobatan yang sempurna bisa menimbulkan cacat jasmani dan rohani pada diri keturunan. b. Merusak sendi-sendi kehidupan keluarga, suami-suami yang tergoda oleh pelacur biasanya melupakan fungsinya sebagai kepala keluarga, sehingga keluarga menjadi berantakan. sendiri dan anak

c. Mendemoralisasi

atau

memberikan

pengaruh

demoralisasi

kepada

lingkungan; khususnya anak-anak muda remaja masa puber dan adolesensi. d. Berkorelasi dengan kriminalitas dan kecanduan bahan-bahan narkotika (ganja, heroin, morfin dan lain-lain) e. Merusak sendi-sendi moral, asusila, hukum dan agama, karena digantikan dengan pola pelacuran dan promiskuitas; yaitu digantikan dengan pola pemuasan hubungan seks yang berantakan, murah serta tidak bertanggungjawab. Bila pola pelacuran ini telah membudidaya maka rusaklah sendi-sendi kehidupan keluarga yang sehat. f. Adanya pengeksploitasian wanita oleh manusia lain. Pada umumnya wanitawanita pelacur itu cuma menerima sebagian kecil saja dari pendapatan yang harus diterimanya, karena sebagian besar harus diberikan kepada germo, calo-calo, centeng-centeng, pelindung dan lain-lain. g. Bisa menyebabkan disfungsi seksual misalnya impotensi, anorgasme, nimfomania, ejakulasi prematur. A.4. Jenis Prostitusi dan Lokalisasi 8 Jenis prostitusi dapat dibagi menurut aktivitasnya yaitu terdaftar dan terorganisir, serta yang tidak terdaftar. a. Prostitusi yang terdaftar dan terorganisir. Pelakunya diawasi oleh bagian vice control dari kepolisian, yang dibantu dan bekerjasama dengan Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan. Pada umumnya dilokalisasi dalam satu daerah tertentu. Penghuninya secara periodik harus memeriksakan diri pada dokter atau petugas kesehatan dan mendapatkan suntikan dan pengobatan sebagai tindakan kesehatan dan keamanan umum. b. Prostitusi yang tidak terdaftar. Termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang melakukan prostitusi secara gelap dan liar, baik secara perorangan maupun kelompok. Perbuatannya tidak terorganisir, tempatnya tidak tentu, bisa disembarang tempat, baik mencari klien sendiri, maupun melalui calocalo dan panggilan. Mereka tidak mencatatkan diri kepada yang berwajib, sehingga

kesehatannya sangat diragukan, karena belum tentu mereka itu mau memeriksakan kesehatannya kepada dokter. Tempat-tempat hiburan malam juga dapat menjadi tempat prostitusi tidak terdaftar. Macam tempat hiburan malam tersebut adalah : 6 1. Diskotik Adalah gedung hiburan tempat mendengarkan musik (dari piringan hitam) dan berdansa atau menari mengikuti irama musik.Suasana di dalam gedung yaitu hingar-bingar, dihiasi dengan lampu sorot yang berwarnawarni. Diskotik biasanya mulai dibuka pukul delapan malam sampai dini hari. Di dalam diskotik terdapat beberapa pelayan bir yang juga bertugas menemani tamu untuk minum. Beberapa dari mereka dapat diajak bertransaksi secara seksual. Ada juga wanita yang memang datang hanya untuk mencari klien yang dapat diajak bertransaksi seksual. 2. Pub Tempat hiburan khusus untuk mendengarkan musik sambil minum dan dibuka pada waktu malam sampai larut malam menjelang pagi.Suasana di dalam pub tidak sehingar bingar seperti di diskotik. Biasanya ada grup musik live yang menghibur para tamu. Para wanita pelayan yang juga biasanya mau diajak berbincang bersama para tamu terkadang dapat diajak bertransaksi seksual. 3. Karaoke Tempat hiburan khusus untuk bernyanyi sambil minum.Suasanya di dalam tempat karaoke biasanya dibagi di dalam beberapa ruang, ada yang VIP dan standar. Terdapat beberapa wanita yang bertugas memandu tamu bernyanyi di dalam ruangruang tersebut. Akan tetapi beberapa diantara wanita tersebut juga dapat diajak bertransaksi seksual. 4. Bar Tempat minum yang menjual minuman keras seperti anggur, wiski, dan bir. Di Indonesia, keberadaan bar cukup jarang karena budaya yang

menganggap minum minuman keras adalah hal yang tabu. Biasanya bar dijadikan satu dengan pub, karaoke, dan diskotik. 5. Cafe Tempat minum yang pengunjungnya terkadang dapat dihibur dengan musik. Pada saat sekarang ini keberadaan cafe cukup menjamur dimanamana. Biasanya cafe digunakan untuk anak muda nongkrong bersama, bercakap-cakap, atau sekedar minum dan makan ringan. Akan tetapi beberapa cafe di Semarang menjadi tempat pertemuan bagi kelompok lesbian, gay, dan remaja putri yang mencari klien untuk diajak bertransaksi seksual. Tujuan dari lokalisasi adalah 8: 1) Untuk menjauhkan masyarakat umum terutama anak anak, remaja dan dewasa muda dari pengaruh immoral dari praktek pelacuran. 2) Memudahkan pengawasan para WPS terutama mengenai kesehatan, memudahkan tindakan preventif dan kuratif terhadap penyakit kelamin. 3) Memudahkan bimbingan mental bagi para WPS dalam usaha rehabilitasi dan resolisasi. A.5. Wanita Pekerja Seksual 9 Berdasarkan cara bekerjanya Wanita Pekerja Seksual dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu : 1. WPS langsung (direct sex worker) Yaitu wanita yang secara terbuka menjajakan seks baik di jalanan maupun di lokalisasi atau eks lokalisasi 2. WPS tidak langsung (indirect sex worker) Yaitu wanita yang beroperasi secara terselubung sebagai penjaja seks komersial, yang biasanya bekerja pada bidang-bidang pekerjaan tertentu atau mempunyai pekerjaan utama lain dan secara tidak langsung menjajakan seks di tempat-tempat hiburan seperti pramupijat, pramuria bar / karaoke. Dapat juga diartikan sebagai wanita yang melayani seks

pelanggannya untuk memperoleh tambahan pendapatan di tempat ia bekerja, seperti wanita yang bekerja di panti pijat/salon/spa, bar/karaoke/ diskotek/caf/restoran, dan hotel/motel/cottage (wanita penjaja seks tidak langsung). B. INFEKSI MENULAR SEKSUAL ( IMS ) B.1.Definisi Infeksi menular seksual (IMS) merupakan salah satu infeksi saluran kelamin yang ditularkan melalui hubungan seksual dengan pasangan yang berganti ganti baik secara vaginal, anal maupun oral. Akan tetapi, terdapat beberapa jenis yang menular melalui pemakaian jarum suntik secara bersama sama. Penyakit ini ditularkan melalui lendir darah dan cairan tubuh.Kuman penyebab infeksi dapat berupa jamur, virus dan parasit. Perempuan lebih mudah terkena IMS dibandingkan laki laki karena saluran reproduksi perempuan lebih dekat ke anus dan saluran kencing. Infeksi menular seksual pada perempuan juga sering tidak dikerahui karena gejalanya kurang jelas dibandingkan dengan laki laki. Pada perempuan IMS dapat menyebabkan kehamilan di luar kandungan, kemadulan, kanker leher rahim, kelainan pada janin / bayi dapat menyebabkan BBLR dan prematur.10 Secara garis besar IMS dapat digolongkan menjadi 4 kelompok yaitu IMS yang memberi gejala klinis berupa keluarnya duh tubuh (cairan) dari alat kelamin contohnya penyakit gonore, IMS yang memberi gejala klinis berupa luka di alat kelamin contohnya chancroid, sifilis dan herpes genetalis, IMS dengan gejala klinis berupa benjolan atau tumor contohnya penyakit kondiloma akuminata dan IMS yang tidak memberi gejala pada tahap permulaan contohnya penyakit hepatitis B dan infeksi HIV/AIDS.11 Infeksi menular seksual menular lewat kegiatan seksual memang kebanyakan dari penyakit ini dapat disembuhkan. Namun ironisnya banyak sekali korban IMS yang tidak dapat terselamatkan, lebih parahnya kebanyakan adalah generasi muda. Terkadang IMS tidak menunjukan gejala gejala apapun. IMS

dapat bersifat simptomatik (tidak memiliki gejala) baik pria maupun wanita. Beberapa IMS ada yang baru menunjukkan gejalanya setelah berhari hari, berminggu minggu bahkan bertahun tahun.12 B.2 Jenis IMS Jenis jenis IMS diantaranya antara lain gonore, sifilis, clamidia, herpes genetalis, trikomonas vaginitis, condyloma acuminata, candidiasis, HIV/AIDS, vaginitis bacterial dan chancroid. B.3. Gejala IMS Menurut UNAIDS dan WHO 2000, gejala gejala umum IMS sebagai berikut : Tabel Gejala IMS

Tanda dan gejala IMS antara lain :10 1) Keluar lendir yang berbau busuk dari vagina atau saluran kencing. 2) Ulkus di mulut atau alat kelamin. 3) Gatal pada daerah kemaluan. 4) Sakit di bagian bawah abdomen.

5) Bengkak pada pangkal paha. Penyakit kelamin dan gejalanya yaitu sebagai berikut :11 1) Gonore Penyebabnya : Nisseria Gonnoreae Gejala pada wanita : a. Keputihan kental berwarna kekuningan b. Rasa nyeri di rongga panggul c. Dapat juga tanpa gejala Gejala pada laki laki : a. Rasa nyeri pada saat kencing b. Keluarnya nanah kental kuning kehijauan c. Ujung penis agak merah dan bengkak 2) Sifilis Penyebabnya : Kuman Treponema Pallidum Gejala : a. Luka pada kemaluan tanpa nyeri b. Bintil, bercak merah pada tubuh c. Kelainan saraf, jantung, pembuluh darah 3) Klamidia Penyebabnya : Clamidia Trachomatis Gejala : a. Keputihan encer berwarna putih kekuningan b. Nyeri di rongga panggul c. Perdarahan setelah hubungan seksual 4) Herpes Genetalis Penyebabnya : Virus Herpes Genetalis Gejala :

a. Bintil bintil berair dan nyeri pada kemaluan b. Luka akibat pecahnya bintil bintil c. Dapat muncul lagi seperti gejala awal karena stres, haid, makan/ minuman berakohol, hubungan seks berlebihan 5) Trikomonas Vaginitis Penyebabnya : Semacam Protozoa Gejala : a. Keputihan encer, berwarna kekuning kuningan, berbusa dan berbau busuk b.Vulva agak membengkak, kemerahan, gatal dan menggangu 6) Kondiloma Akuminata Penyebabnya : Virus Human Papilloma Gejala : Timbulnya kutil disekitar kemaluan yang dapat membesar dan dapat menyebabkan kanker mulut rahim. 7) Kandidiasis Penyebabnya : Kandida Albicans Gejalanya : Keputihan yang banyak 8) HIV/AIDS Penyebabnya : Virus HIV Gejalanya : Sering menampakan gejalanya sampai bertahun tahun (5 10 tahun) yaitu penurunan daya tahan tubuh 9) Chancroid Penyebab : Bakteri Haemopillus Ducreyi Gejala : a. Luka dan nyeri tanpa radang jelas b. Benjolan mudah pecah dilipatan paha disertai sakit

B.4. Cara Penularan IMS Cara penularan IMS termasuk HIV/AIDS sebagai berikut.11 1) Hubungan seksual penetratik yang tidak terlindungi , baik melalui vagina, anus maupun oral. Cara ini merupakan paling utama (lebih dari 90%). 2) Penularan dari ibu kejanin selama kehamilan (HIV/AIDS, klamidia, ghonore), pada persalinan dan sesudah bayi lahir. 3) Melalui transfusi darah, suntikan atau kontak langsung dengan cairan darah atau produk darah. 4) Tidak memakai kondom saat melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang berisiko. 5) Pemakaian jarum suntik secara bersama sama secara bergantian misalnya pada penderita ketergantungan narkotika. B.5. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penularan IMS Faktor faktor yang dapat mempengaruhi penularan IMS dimasyarakat antara lain 10 : 1) Faktor dasar : a. Adanya penularan penyakit b.Berganti ganti pasangan seksual 2) Faktor medis a.Gejala klinis pada wanita dan homoseksual yang asimtomatik b.Pengobatan modern c.Pengobatan yang mudah, murah, cepat dan efektif sehingga risiko resistensi tinggi dan apabila disalahgunakan akan meningkatkan risiko penyebaran infeksi 3) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dan pil KB hanya bermanfaat bagi pencegahan kehamilannya saja, berbeda dengan kondom yang juga dapat digunakan sebagai alat pencegahan terhadap penularan IMS. 4) Faktor sosial a. Mobilitas penduduk b. Prostitusi

c .Waktu yang santai d. Kebebasan individu e. Ketidaktahuan f. Perilaku Berisiko Terhadap Penularan B.6. Akibat dari IMS IMS jika dibiarkan saja tanpa ditangani, IMS dapat menghancurkan orang yang terinfeksi seperti (UNAIDS dan WHO,2005) :10 1) Kemandulan baik pria atau wanita 2) Kanker leher rahim pada wanita 3) Kehamilan di luar rahim 4) Infeksi yang menyebar 5) Bayi lahir dengan kelahiran yang tidak seharusnya seperti lahir sebelum cukup umur, BBLR atau terinfeksi IMS B.7. Upaya Pencegahan IMS Upaya pencegahan infeksi menular seksual ada 3 antara lain (Emilia, 12 : 1) Pencegahan Primer Pencegahan primer dilakukan pada masing masing individu sebelum menderita sakit. Upaya yang dilakukan ialah: a) Promosi kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan. b) Perlindungan khusus (Specific protection) yaitu perlindungan spesifik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu misalnya melakukan imunisasi, penggunaan kondom dalam melayani pelanggan. 2) Pencegahan Sekunder Pencegahan dilakukan pada masa individu yang mulai sakit. Upaya yang dilakukan ialah : a) Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early diagnosis and promptreatment) yang ditujukan untuk mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit menular, mengobati dan menghentikan proses penyakit,

menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi serta cacat misalnya melakukan tes skrinning secara teratur. b) Pembatasan kecacatan (Disability limitation) pada tahap ini cacat yang terjadi harus diatasi, terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan misalnya pengobatan secara rutin. 3) Pencegahan Tersier Pencegahan tersier meliputi rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar cacat yang diderita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial. C. KERANGKA KONSEP

puskesmas

BAB III METODE DAN LANGKAH YANG DILAKUKAN

A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan rancang bangun deskriptif, dimana semua variabel yang ditetapkan diteliti pada waktu yang bersamaan tanpa ada intervensi pada responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur (kuesioner) dan wawancara dengan responden. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2012 di Desa Kromasan, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah semua kepala keluarga di Desa Kromasan, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung yang berjumlah 1184 Kepala Keluarga yang terbagi ke dalam 4 dusun. 2. Sampel a. Kriteria Sampel Untuk dapat terlibat atau tidak dapat terlibat dalam penelitian, sampel harus memenuhi kriteria sebagai berikut: Kriteria inklusi kepala keluarga di Desa Kromasan Berjenis kelamin laki-laki Setuju untuk terlibat dalam penelitian

Kriteria eksklusi

kepala keluarga yang tidak setuju terlibat dalam penelitian. Teknik sampling simple random sampling digunakan untuk

b. Teknik Sampling pengambilan sampel penelitian. Tahapan penarikan sampel

selengkapnya dijelaskan sesuai dengan urut-urutan sebagai berikut : 1. Peneliti mengumpulkan data mengenai jumlah kepala keluarga Desa Kromasan 2. Dilakukan penghitungan jumlah total sampel yang diperlukan dengan menggunakan rumus Taro Yamane sebagai berikut (Notoatmojo, 2005) :

N = Besarnya Populasi N = Besarnya sampel D = Tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,1) Setelah dilakukan penghitungan, diperoleh jumlah sampel

sebanyak 92,2 sampel yang dibulatkan menjadi 100 sampel. 3. Setelah diperoleh jumlah sampel selanjutnya sampel dibagi ke dalam masing-masing dusun, sehingga masing-masing dusun diambil sebanyak 25 sampel. D. Variabel Penelitian 1. Pengetahuan masyarakat tentang rokok/merokok 2. Sikap masyarakat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan rokok/merokok 3. Perilaku merokok E. Instrumen Penelitian Sumber data penelitian diperoleh melalui data primer dengan pengisian kuesioner untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian dan data

sekunder (profil tahunan) Puskesmas Ngunut. Kuesioner diperoleh dari penelitian terdahulu yang disusun oleh Wibisono (2010) yang sudah melalui uji validitas dan reliabilitas. Teknik pengumpulan data yaitu kuesioner dibagikan dan diisi sendiri atau dibacakan kepada responden yang tidak dapat membaca dan menjawab sendiri item pertanyaan yang diajukan. Responden diberi penjelasan mengenai pertanyaan yang dianggap kurang jelas. Hal ini disebabkan untuk menghindari kesalahan data disebabkan karena kesalahan dalam menjawab pertanyaan dalam kuesioner. F. Definisi Operasional 1. Pengetahuan Pengetahuan dari responden tentang rokok yang meliputi pengertian dari rokok, jenis rokok, zat yang terkandung dalam rokok, bahaya dari kebiasaan merokok dan pengertian dari perokok berat. Cara menjawab dengan memberikan tanda silang ( ) pada jawaban yang paling tepat sesuai dengan pertanyaan yang diberikan. Jawaban akan diberikan skor 1 untuk Benar dan skor 0 untuk Salah. Kategori pengetahuan dibagi menjadi dua kelompok yaitu: 2. Sikap Sikap dari responden dinilai berdasarkan pendirian (pendapat atau keyakinan) yang mendasari suatu perbuatan atau kecenderungan untuk bereaksi secara konsisten tehadap sebuah objek khusus yaitu hal-hal yang berkaitan dengan merokok. Cara menjawab dengan memberikan tanda silang ( ) pada jawaban yang paling tepat sesuai dengan pertanyaan yang diberikan. Jawaban akan diberikan skor 1 untuk Setuju (S) dan skor 0 untuk Tidak Setuju (TS). Kategori sikap dibagi menjadi dua kelompok yaitu: pengetahuan baik : jika nilai skor 5 pengetahuan kurang : jika nilai skor < 5

sikap baik : jika nilai skor <3 sikap tidak baik : jika nilai skor 3

3. Perilaku Perilaku dari responden dinilai berdasarkan tindakan yang dilakukan oleh subjek terhadap rokok. Cara menjawab dengan memberikan tanda silang ( ) pada jawaban yang paling tepat sesuai dengan pertanyaan yang diberikan. Kategori perilaku dibagi menjadi dua kelompok yaitu: perilaku baik : jika responden tidak merokok aktif. perilaku tidak baik : jika responden merokok aktif.

G. Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat. Setiap variabel penelitian yang ada dianalisis secara deskriptif dengan menghitung frekuensi dan persentase dari masing-masing variabel. Variabel yang dianalisis secara univariat dalam penelitian ini adalah karakteristik responden (umur, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan), pengetahuan, sikap dan perilaku merokok.

H. Diagram Langkah Penelitian


Data Sekunder (Profil tahunan Puskesmas) PHBS wilayah kerja puskesmas Percontohan Desa Siaga

Data Primer (Sampel) Kriteria Eksklusi

Wilayah Kromasan Kriteria Inklusi

Tidak dipakai

Mengisi kuisioner/wawancara

Diketahui : Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang bahaya rokok

DAFTAR PUSTAKA 1. United Nations Joint Programme on HIV$/AIDS and World Health Organization. Report of the global AIDS epidemic. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS/ UNHCR/ UNIOCEF/ WFP/ UNDP/ UNFPA/UNESC0/ WHO/ WORLD BANK. Geneva. 2006 2. United Nations Joint Programme on HIV/AIDS and World Health Organization. AIDS Epidemic Update 2006. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS /World Health Organization. Geneva. 2006 3. Depkes RI. Buku Pegangan Pendidikan Kelompok Sebaya dalam penanggulangan HIV/AIDS dan PMS lainnya di kalangan resiko tinggi. Depkes RI Jakarta. 1996/1997.

4. KEMENKES RI. Buku Modul Kebijakan Dalam Penanggulangan IMS, HIV dan AIDS, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Jakarta 2009. 5. 6. ________, Situasi HIV/AIDS di Jawa Tengah tahun 2005. Dinas Kesehatan Kota, Makalah Seminar, Semarang, April 2005. 7. Terence H, Endang S, Gavin W. J. Prostitution in Indonesia (Its History and Evolution). PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 1999. 8. Kartono, K. Patologi Sosial. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2001. 9. BPS Propinsi Jawa Tengah. Laporan Hasil Survey Surveilans Perilaku (SSP) 2003 Jawa Tengah. Semarang. 2003. 10. __________, Mitos-mitos Seputar PMS Http://www.bkkbn.go.id.hqweb/ceria /pengelolaceria/pp3pms.html , Diakses tanggal : 1 Nov 2012 11. Adhi, Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI. Jakarta. 1987. 12. Hartadi. Penyakit Hubungan Seksual. FK Undip/RSU Kariadi Semarang. 1988.

Você também pode gostar