Você está na página 1de 4

Analgetik non-opiod (perifer) Semua analgetik non-opiod (kecuali asetaminofen) merupakan obat anti peradangan nonsteroid (NSAID, nonsteroidal

anti-inflammatory drug). Obat-obat ini bekerja melalui 2 cara: 1. Mempengaruhi sistem prostaglandin, yaitu suatu sistem yang bertanggungjawab terhadap timbulnya rasa nyeri. 2. Mengurangi peradangan, pembengkakan dan iritasi yang seringkali terjadi di sekitar luka dan memperburuk rasa nyeri Obat analgetik non-opiod digunakan untuk : Meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran juga tidak menimbulkan ketagihan Diberikan untuk nyeri ringan sampai sedang : nyeri kepala, gigi, otot atau sendi, perut, nyeri haid, nyeri akibat benturan Berdasarkan derivatnya, analgetik non-opiod dibedakan atas 8 kelompok yaitu : Derivat paraaminofenol : Parasetamol Derivat Asam Salisilat : asetosal, salisilamid dan benorilat Derivat asam propionat : ibuprofen, ketoprofen Derivat Asam fenamat : asam mefenamat Derivat asam fenilasetat : diklofenak Derivat asam asetat indol : indometasin Derivat pirazolon : fenilbutazon Derivat oksikam : piroksikam Parasetamol Merupakan penghambat prostaglandin yang lemah. Parasetamol mempunyai efek analgetik dan antipiretik, tetapi kemampuan antiinflamasinya sangat lemah Asetosal (Aspirin)

Mempunyai efek analgetik, anitipiretik, dan antiinflamasi. Efek samping utama : perpanjangan masa perdarahan, hepatotoksik (dosis besar) dan iritasi lambung. Diindikasikan pada demam, nyeri tidak spesifik seperti sakit kepala, nyeri otot dan sendi (artritis rematoid). Aspirin juga digunakan untuk pencegahan terjadinya trombus (bekuan darah) pada pembuluh darah koroner jantung dan pembuluh darah otak Asam Mefenamat Mempunyai efek analgetik dan antiinflamasi, tetapi tidak memberikan efek antipiretik. Efek samping : dispepsia Dosis : 2-3 kali 250-500 mg sehari Kontraindikasi : anak di bawah 14 tahun dan wanita hamil Ibuprofen Mempunyai efek analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi, namun efek antiinflamasinya memerlukan dosis lebih besar Efek sampingnya ringan, seperti sakit kepala dan iritasi lambung ringan. Absorbsi cepat melalui lambung Waktu paruh 2 jam Ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap (90%) Dosis 4 kali 400 mg sehari Diklofenak Diberikan untuk antiinflamasi dan bisa diberikan untuk terapi simtomatik jangka panjang untuk artritis rematoid, osteoartritis, dan spondilitis ankilosa. Absorbsi melalui saluran cerna cepat dan lengkap Waktu paruh 1-3 jam Efek samping : mual, gastritis, eritema kulit

Dosis : 100-150 mg, 2-3 kali sehari Indometasin Mempunyai efek antipiretik, antiinflamasi dan analgetik sebanding dengan aspirin, tetapi lebih toksik. Metabolisme terjadi di hati Efek samping : diare, perdarahan lambung, sakit kepala, alergi Dosis lazim : 2-4 kali 25 mg sehari Piroksikam Hanya diindikasikan untuk inflamasi sendi. Waktu paruh : > 45 jam Absorbsi cepat dilambung Efek samping : gangguan saluran cerna, pusing, tinitus, nyeri kepala dan eritema kulit. Dosis : 10-20 mg sehari Fenilbutazon Hanya digunakan untuk antiinflamasi, mempunyai efek meningkatkan ekskresi asam urat melalui urin, sehingga bisa digunakan pada artritis gout. Diabsorbsi cepat dan sempurna pada pemberian oral. Waktu paruh 50-65 jam Efek samping Efek samping yang sering timbul pada analgetik non-opiod dikelompokkan sebagai berikut : Gangguan lambung-usus (asetosal, ibuprofen, metamizol) Kerusakan darah (parasetamol, asetosal,mefenaminat, metamizol) Kerusakan hati dan ginjal (parasetamol dan ibuprofen) Alergi kulit Kehamilan dan laktasi Analgetik yang mempunyai pengaruh pada kehamilan dan laktasi antara lain adalah : Parasetamol : dianggap aman walaupun mencapai air susu

Asetosal dan salisilat, dan metamizol : pada kehamilan dapat menyebabkan perkembangan janin terganggu

Você também pode gostar