Você está na página 1de 21

BAB 1

PENDAHULUAN

Page | 1

1.1 Latar Belakang

Industri Telekomunikasi di Indonesia melalui Departemen Komunikasi dan


Informatika (Depkominfo), Pemerintah mengatur dan mengawasi
penyelenggaraan jasa dan jaringan telekomunikasi di Indonesia.
Depkominfo juga memiliki otoritas untuk mengatur alokasi spektrum
frekuensi radio untuk penyelenggaraan jasa telekomunikasi di mana
setiap operator pengguna diwajibkan untuk membayar Biaya Hak
Penggunaan frekuensi ( BHP ) yang besarnya disesuaikan dengan suatu
formula tertentu. Pemerintah juga mewajibkan operator untuk membayar
dana kontribusi Universal Service Obligation ( USO ) sebesar 0.75%
( tahun depan 1% ) dari gross revenue operator dipotong beban
interkoneksi dan bad debt setiap tahunnya. Dana USO tersebut akan
digunakan untuk pengembangan sarana dan penetrasi telekomunikasi di
seluruh desa di Indonesia guna menopang target fixed line teledensity
rate yang sebesar 8%.

Pada dasarnya layanan seluler di Indonesia terbagi menjadi dua jenis


layanan, yakni full mobility dan fixed wireless access. Pada layanan full
mobility, mobilitas jaringan aksestanpa kabel tidak dibatasi pada suatu
area tertentu ( Simpati, As, Halo, Mentari, IM3,Matrix, Xplor, Bebas, Jempol
) sementara layanan fixed wireless access dibatasi pada area operasi
tertentu ( Esia, Fleksi, Star One ), sehingga tarif untuk fixed wireless
access adalah sama dengan tarif telepon tetap PSTN. Terdapat 12
operator telekomunikasi bergerak yang memiliki izin di Indonesia, yang
terbagi menjadi operator full mobility dan operator FWA.

Total pelanggan seluler ( termasuk Flexi ) di Indonesia pada FY05


diestimasikan telahmencapai 51.6 juta pelanggan. Dimana lebih dari 80%

showmethecode@live.com
pangsa pasar dikuasai oleh Telkom, Indosat dan Excelcomindo. Teledensity
rate untuk seluler sendiri diprediksi akan mencapai 40% di FY10.

Dibandingkan dengan Malaysia, Thailand dan Filipina, Indonesia memiliki


teledensity rate seluler terendah sementara profil GDP per kapita Page | 2
Indonesia relatif sama jika dibandingkan dengan Thailand dan Filipina. Hal
ini mengindikasikan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk
menyamai teledensity rate kedua negara tersebut. Pada tahun 2010
pelanggan seluler di Indonesia diprediksi akan melampaui 90
jutapelanggan, yang merefleksikan teledensity rate 38%. Jika saat ini
pelanggan layanan telekomunikasi bergerak ( termasuk FWA ) di
Indonesia mencapai 51.6 juta pelanggan, maka setidaknya masih ada
potensi pertumbuhan 40 juta pelanggan dalam lima tahun ke depan.

Sementara itu, Selama 8 tahun terakhir (tahun 1996 – 2004) industri


seluler Indonesia mengalami pertumbuhan pelanggan. Pertumbuhan yang
fenomenal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

1. Variasi handset yang makin beragam

2. Diperkenalkannya kartu pra-bayar oleh operator seluler pada tahun


1998

3. Harga handset yang makin murah / terjangkau yang disebabkan oleh:

a) Persaingan antar produsen telepon seluler yang semakin ketat


dan juga tingkat produksi produsen telepon seluler yang telah
mencapai skala ekonomis

b) Munculnya pasar handset bekas (second hand) baik handset


bekas dari dalam negeri maupun handset bekas dari luar negeri
(refurbishment)

4. Adanya fasilitas pembiayaan konsumen sehingga handset dapat dicicil

5. Daerah jangkauan operator seluler (coverage area) yang semakin luas


sampai ke daerah terpencil seiring dengan ekspansi yang dilakukan
oleh para operator seluler

showmethecode@live.com
6. Perubahan pola hidup masyarakat (terutama di kota-kota besar) yang
semakin membutuhkan sarana komunikasi yang fleksibel dan mobile
(membutuhkan mobilitas tinggi), hal ini dapat dilihat juga dari
pengguna telepon seluler yang tidak terbatas pada kalangan tertentu
Page | 3
saja (kaum eksekutif) namun sekarang pengguna telepon seluler sudah
mencakup berbagai lapisan masyarakat dari segala tingkat ekonomi
maupun usia. Selain karena kebutuhan, sekarang ini penggunaan
telepon juga merupakan bagian dari gaya hidup dari masyarakat
modern yang telah lebih maju dalam hal pengetahuan teknologi.

7. Persaingan antar operator seluler yang menguntungkan konsumen


seperti: harga kartu perdana (starter pack) yang semakin murah, tarif
pulsa yang semakin kompetitif, bebas roaming antar daerah, dan
produk-produk inovatif lainnya.

Namun dibalik pertumbuhan industri seluler yang tinggi, persaingan antar


operator juga semakin ketat (fierce competition) yang membawa dampak
sebagai berikut:

1. Average Revenue Per User (ARPU) yang semakin rendah akibat


terjadinya perang tariff antar

operator seluler dan diluncurkannya produk voucher pulsa isi ulang (untuk
kartu pra-bayar) yang sangat murah sebagai upaya menjaring pelanggan
yang memiliki daya beli relatif rendah.

2. Tingkat kartu hangus (churn rate) yang tinggi akibat harga jual starter
pack yang ditekan sangat rendah demi menjaring pelanggan sebanyak-
banyaknya. Rendahnya harga jual starter pack ini mengakibatkan banyak
pelanggan yang memperlakukan starter pack hanya sebagai calling card
yang akan segera dibuang setelah pulsa habis digunakan. Adapun churn
rate pada tahun 2004 adalah 8% dan kemudian meningkat menjadi 12%
pada kuartal I tahun 2005. yang cukup tinggi dengan pertumbuhan 65%
CAGR pertahun dan tingkat penetrasi seluler (teledensitas) yang

showmethecode@live.com
meningkat secara signifikan dari hanya 1,7% pada tahun 2000 menjadi
14,4% pada tahun 2004.

Layanan seluler sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu:


Page | 4
1. Full Mobility: Layanan mobilitas jaringan akses tanpa kabel yang tidak
dibatasi pada suatu daerah operasi tertentu, dengan contoh produk
seperti: Fren, Bebas, Xplore, Jempol, Simpati, Kartu AS, Halo, IM3, Smart,
Matrix dan Mentari

2. Limited Mobility / Fixed Wireless Access: Layanan mobilitas jaringan


akses tanpa kabel yang terbatas pada suatu daerah operasi tertentu
dengan contoh produk seperti: Esia, Flexi, StarOne,

Saat ini, sebagian besar pelanggan seluler di Indonesia menggunakan


layanan Full Mobility, dimana terdapat 3 operator seluler utama yang
menguasai pangsa pasar industri seluler di Indonesia yaitu PT Telkomsel
(±55,15%), PT Indosat Tbk (31,37%) dan PT Excelcomindo Tbk (11,03%).
Adapun operator seluler Indonesia yang saat ini aktif melakukan penetrasi
pasar adalah PT Telkom Tbk, PT Telkomsel, PT Indosat Tbk, PT Exelcomindo
Tbk, PT Mobile-8 Telecom, PT Bakrie Telecom Tbk, PT Mandara Seluler
Indonesia (d/h Mobisel)

Code Division Multiple Access (CDMA)

Secara umum teknologi seluler dikembangkan oleh dua pengembang


teknologi seluler utama dunia yaitu dari Amerika Serikat dan benua Eropa.
Pada awalnya Amerika Serikat mengembangkan teknologi yang diberi
nama Advance Mobile Phone System (AMPS), namun dalam
perkembangannya penggunaan teknologi AMPS tidak bertumbuh dengan
baik dan kalah bersaing dibanding penggunaan teknologi Global System
for Mobile Communication (GSM) yang pengembangannya berasal dari
benua Eropa yang disebabkan oleh beberapa keterbatasan teknologi
AMPS.

showmethecode@live.com
Lalu seiring dengan semakin berkembangnya teknologi, Amerika Serikat
telah mengembangkan teknologi yang diberi nama Code Division Multiple
Access jenis 2000-1X (CDMA 2000-1X) yang disebut juga teknologi CDMA
2000-1X juga disebut teknologi pra-3G atau sering juga dikenal sebagai
Page | 5
teknologi 2½G atau 2¾G karena memiliki kemampuan transmisi data
yang tinggi yang hanya bisa dibandingkan dengan GSM teknologi GPRS
(2½G) atau EDGE (2¾G).

Dengan kemajuan teknologi CDMA dan adopsi oleh operator-operator di


seluruh dunia, pengguna Dengan kemajuan teknologi CDMA dan adopsi
oleh operator-operator di seluruh dunia, pengguna teknologi CDMA dunia
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat yaitu mencapai 67x dalam
kurun waktu 8 tahun atau mengalami pertumbuhan CAGR 69,22%.
teknologi CDMA dunia mengalami pertumbuhan yang sangat pesat yaitu
mencapai 67x dalam kurun waktu 8 tahun atau mengalami pertumbuhan
CAGR 69,22%.

1.2Tujuan

Dasar dari diadakannya penulisan ini adalah untuk mengetahui strategi


pemasaran apa yang diterapkan oleh perusahaan Bakrie Telecom dalam
persaingan pasar CDMA.

showmethecode@live.com
Page | 6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Segmenting, Targeting, Positioning

2.1.1 Definisi Segmenting

Menurut Hermawan Kartajaya dalam bukunya, “MarkPlus on Strategy”,


Segmenting merupakan pemetaan (mapping) suatu pasar menjadi
beberapa kategori dengan mengumpulkan perilaku yang serupa dari
pelanggan kedalam sebuah segmen.

Freddy Rangkuti dalam bukunya “Business Plan” mendefinisikan


segmentasi sebagai identifikasi kelompok-kelompok pelanggan yang
memberikan respon yang berbeda dibandingkan dengan kelompok
pelanggan lain.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, Segmentasi merupakan


pemetaan suatu pasar menjadi beberapa kategori dengan identifikasi
perilaku dan respon yang berbeda menjadi segmen-segmen.

2.1.2 Definisi Targeting

Hermawan Kartajaya dalam bukunya, “Hermawan Kartajaya on Targeting”


mendefinisikan targeting sebagai penentuan segmen-segmen pasar yang
potensial bagi perusahaan dalam mengalokasikan segala sumber daya
secara efektif.

showmethecode@live.com
Lalu, Kalman Applbaum dalam bukunya “The Marketing Era” mendefinisikan
targeting sebagai,

“The act developing measures of segment attractiveness and selecting one or


more market segments to enter” Page | 7

Maka, dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa targeting merupakan proses
mengkaji pasar potensial untuk dimasuki dan dibangun dengan pengalokasian
sumber daya secara efektif.

2.1.3 Definisi Positioning

Menurut Al Ries dan Jack Trout dalam buku “Business Plan”, Positioning
merupakan suatu cara menempatkan produk sehingga tertanam dalam benak
pelanggan.

Sementara Wind dalam buku “MarkPlus on Strategy” mengatakan bahwa,


positioning merupakan posisi yang ditempati suatu produk dalam suatu pasar
sebagaimana yang dipersepsikan oleh target market.

Dapat disimpulkan bahwa positioning merupakan, cara menempatkan produk


dalam suatu pasar hingga tertanam dalam benak target market.

2.2 Definisi Marketing Concept

Kotler (2000:18) mendefinisikan Marketing Concept, “The marketing concept


holds that the key to achieving all the organizational goals consist in determining
the needs and wants of target market and delivering the desired satisfactions
more effectively and efficiently than competitors”

Pada definisi Kotler tersebut jelas bahwa konsep pemasaran menekankan pada
kepuasan konsumen sebagai suatu tujuan yang harus dicapai.

2.3. Definisi Selling Concept

showmethecode@live.com
David Barnes dalam bukunya, “Understanding Business” mendefinisikan Selling
Concept sebagai “emphasizes action directed at stimulating consumers interest
through aggressive sales and promotion efforts”

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa usaha penekanan pada pemberian Page | 8
rangsangan kepada target market agar berminat pada suatu produk melalui
usaha penjualan dan promosi yang agresif.

2.4Definisi Needs dan Wants

Kotler mendefinisikan needs sebagai persyaratan dasar manusia seperti


makanan, udara, air, pakaian, tempat berteduh, rekreasi, pendidikan, dan
hiburan.

Sementara wants sebagai keinginan pada produk spesifik yang didukung


oleh kemampuan untuk membayar.

2.5Definisi Product Attribute

Kotler dalam bukunya,”Marketing Management: Analysis, Planning,


Implementation and Control” menyebutkan bahwa, “Atribut produk
memiliki dimensi dimensi yang terkait dengan produk atau merek seperti
performance, conformance, daya tahan, keandalan, desain, gaya,
reputasi dll yang menjadi petimbangan bagi konsumen dalam
menentukan pilihannya”

2.6Definisi Analisis SWOT

Dalam Wikipedia.org disebutkan bahwa, “SWOT Analysis is a strategic


planning method used to evaluate the Strengths, Weaknesses,
Opportunities, and Threats involved in a project or in a business venture”

showmethecode@live.com
Page | 9

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Segmenting, Targeting, Positioning ESIA

Sekarang ini, jumlah penduduk negara kita sekitar 220 juta jiwa. Kira-kira
30% dari jumlah itu adalah usia balita dan usia lanjut, jadi sisanya sekitar
160 juta jiwa. Angka ini tidak otomatis menjadi pasar seluler. Setelah
dikurangi kelompok ekonomi kelas terendah, angkanya menjadi sekitar
140 juta saja. Hingga kini terdapat kurang-lebih 90 juta nomor yang
beredar di pasar. Angka ini juga tidak langsung menunjukkan jumlah
pemakainya hanya sekitar 60 juta saja. Sehingga, bisa ditarik angka kasar
bahwa masih ada sekitar 80 juta konsumen Indonesia yang belum
terjamah telepon seluler. Mereka ini kebanyakan berasal dari kelas
menengah-bawah yang tinggal di perkotaan dan pedesaan. Gambaran

showmethecode@live.com
profesi mereka adalah pedagang sayur di pasar-pasar tradisional, penjual
bakso, supir angkutan umum, dan lain-lain. Jadi, tantangan dan peluang
yang bakal dihadapi para operator telekomunikasi ke depan adalah
melayani pasar kelas bawah dengan menyiapkan program yang benar-
Page | 10
benar pas dengan segmen tersebut. Beberapa pemain seluler tampak
mulai melirik pasar ini. Ceria yang dikeluarkan oleh anak perusahaan
Sampoerna fokus menggarap pasar pedesaan dengan CDMA. Lalu, di
perkotaan, sepertinya Esia paling getol menyusup di pasar menengah-
bawah.

3.1.1 Segmenting ESIA


ATAS

ATAS MENENGA
H

BAWAH

ATAS

Kelas MENENGA MENENGA


H H
Ekonomi
BAWAH

ATAS

BAWAH MENENGA
H

BAWAH

3.1.2 Targeting ESIA

Dengan prediksi pertumbuhan industri seluler yang semakin meningkat di


2008 dan prediksi market growth akan tumbuh jauh di atas 30%. Asumsi
itu, salah satunya, juga berdasarkan pada munculnya pemain baru di
bisnis ini.

Esia sendiri terus memperluas pasar dengan meningkatkan pemakai


seluler. Tahun ini, Bakrie Telecom memang disibukkan dengan ekspansi
nasional. Banjarmasin, Palembang, Pekanbaru, Batam, Pontianak,

showmethecode@live.com
Balikpapan, Lampung, Makassar, Denpasar, Manado, Surabaya,
Semarang, Solo, Yogyakarta, Medan, Padang, Kediri, Batu dan Malang.
Target mereka selanjutnya adalah bisa beroperasi di semua kota besar di
Indonesia.
Page | 11

Maka dapat dipastikan bahwa ESIA menetapkan konsumen menengah-


bawah yang berdomisili diperkotaan.

ATAS

ATAS MENENGA
H

BAWAH

ATAS

Kelas MENENGA MENENGA


H H
Ekonomi
BAWAH

ATAS

BAWAH MENENGA
H

BAWAH

3.1.3. Positioning ESIA

Dengan positioning statement, “provider telekomunikasi termurah di


Indonesia”. ESIA menawarkan produk- produk berkualitas, murah dan
terjangkau namun tidak murahan demi mendukung dan memperkuat
positioning statement.

showmethecode@live.com
Marketing dan Selling Concept ESIA

Page | 12

Kartu
Produksi Perdana Penjualan Profit

Target Tarif Servis


Market Telpon Print Ad, TV dan
Murah Ad Pelayanan

Model Marketing dan Selling Concept ESIA

Marketing Concept ESIA dimulai dari analisa pasar dan target market
melalui berbagai pendekatan, dan diperoleh data bahwa

80 juta konsumen Indonesia yang belum terjamah telepon seluler. Mereka


ini kebanyakan berasal dari kelas menengah-bawah yang tinggal di
perkotaan dan pedesaan. Gambaran profesi mereka adalah pedagang

showmethecode@live.com
sayur di pasar-pasar tradisional, penjual bakso, supir angkutan umum,
dan lain-lain.

Hingga akhirnya ESIA menawarkan produk termurah dengan tarif dasar:


Page | 13
Nelpon ke semua nomor ESIA se-Indonesia

Dari menit Pertama Rp 50,-/menit


Sejam non stop Rp 1000,-/jam
Tarif setelah 1 jam Rp 15,-/menit Nelpon ke luar kota, tekan 01010
+ kode area + no esia tujuan
Contoh menelepon ke Denpasar: 0101003619909999
Nelpon ke Luar Negeri

Nelpon ke 59 negara Rp 1500,-/menit


Tekan 01010 + kode negara + kode area + no telepon
Contoh menelepon ke Kuala Lumpur, Malaysia: 0101006031234xxxx

Tarif Per Menit Jangkauan lokal esia kini DIPERLUAS hingga 200
km Telepon ke semua operator seluler jauuuh lebih hemat

showmethecode@live.com
Pukul
Pukul

Page | 14

06.00 - 21.59
22.00 - 05.59

Dalam kota (lokal)


Rp. 800,-
Rp. 800,-

Antar kota, zona <


200 km
Rp. 800,-
Rp. 800,-

Antar kota, zona >


200 km
Rp 2.727,-
Rp. 1.818,-

Tarif Per Menit Telepon ke telepon Rumah

showmethecode@live.com
Pukul
Pukul

Page | 15

06.00 - 21.59
22.00 - 05.59

Dalam kota (lokal)


Rp. 250,-
Rp. 250,-

Antar kota, zona <


200 km
Rp. 1.000,-
Rp. 1.000,-

Antar kota, zona >


200 km
Rp 2.273,-
Rp. 1.364,-

SMS

Ke semua nomor telepon se-Indonesia Rp. 1/ karakter


tidak berlaku untuk SMS Premium, SMS layanan dan karakter khusus

showmethecode@live.com
Operator Luar Negeri Rp. 1.000,- /SMS
Cara : 01010+kode negara+kode area+no telepon
SMS NON STOP

Page | 16
Non Stop 1 hari Rp 750,-
Non Stop 7 hari Rp 4.000,- Contoh menelepon ke Kuala Lumpur, Malaysia:
0101006031234xxxx
DV8.88

(telepon ke 888) Rp 750,- /menit


Akses WAP dan data Rp 250,- /menit
Nada Sambung Rp 9.000,- /lagu/bulan
Rp 3.000,- /lagu/minggu
Esia GoGo

Call Forwarding
(biaya pengalihan panggilan) Rp 50,- /menit
SMS Forwarding
(biaya pengalihan SMS) GRATIS

Terakhir, Menghasilkan profit dari kepuasan konsumen dengan berbagai


layanan berikut:

Jenis layanan ESIA


terdiri atas ESIA prabayar dan esia pasca bayar
Perdana murah
Rp, 15.000 sudah termasuk pulsa Rp. 20.000
Bonus Talktime

Bila menerima telpon dari nomor GSM Indonesia yang dikenal oleh sistem dan tidak
diberikan bila menerima telpon dari nomor CDMA, PSTN, SLI ataupun menerima SMS
TalkTime
waktu bicara yg lebih lama diperoleh pelanggan Nilai Rupiah dalam voucher bisa
sama tetapi lamanya bicara berbeda-beda untuk tiap operator……dan TalkTime
ESIA adalah yang paling lama.
Tarif 1000 / 1 jam

showmethecode@live.com
Untuk percakapan sesama esia selama 60 menit atau 1 jam nonstop
hanya dikenakan biaya Rp. 1000 (exclude ppn 10 %) Karena sesama esia
hanya telepon Rp 50 per menit sedangkan telepon antar GSM BISA
MENCAPAI Rp 80 ribu lebih untuk per jamnya
Page | 17

3.3 Product Attribute Provider CDMA

Dari pengamatan yang dilakukan, dapat dijabarkan atribut produk CDMA


adalah sebagai berikut:

1. Merek

2. Area Coverage

3. Kualitas Suara

4. Tarif

5. Servis dan Layanan Pelanggan

6. Fitur

7. Variasi Jenis Voucher

8. Variasi Program Layanan

9. Handphone khusus

10.Variasi Konten

11.Kemudahan Memperoleh/Distribusi

3.4 Analisis SWOT ESIA

Strength

showmethecode@live.com
Menurut pengamatan dari data yang diperoleh, ESIA memiliki keunggulan
sebagai berikut

1. Biaya modal untuk teknologi yang relative lebih rendah disbanding


pemain lamasebagai pemain Sebagai pemain baru di industri Page | 18
telekomunikasi, ESIA dapat mengakses teknologi terbaru dengan
harga yang lebih rendah dibandingkan dengan pemain – pemain
lama. Dalam dua tahun terakhir harga untuk sebuah teknologi
telah mengalami penurunan sekitar 40%, sementara itu fitur – fitur
yang ditawarkasn cenderung meningkat.

Weakness

1. Jaringan Distribusi yang Relatif Lemah

Jaringan distribusi ESIA saat ini hanya terdiri dari 20 gerai dan 50
distributor, sangat lemah jika dibandingkan dengan Telkom Flexi
yang bersinergi dengan Telkomsel yang setidaknya memiliki 15-20
gerai di tiap provinsi.

2. Lack of Coverage

ESIA hanya memiliki total 198 Base Transceiver Station (BTS).


Sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah BTS Telkom Flexi
yang mencapai 1.382 BTS.

Opportunity

1. Big Number of Untapped Network

Jumlah penduduk Negara kita sekitar 220 juta jiwa. Sekitar 30% dari
jumlah itu adalah usia balita dan usia lanjut. Jadi tersisa sekitar 160
juta jiwa. Dipotong kelompok ekonomi kelas terendah, angkanya
menjadi sekitar 140 juta jiwa saja. Hingga kini terdapat kurang lebih
90 juta nomor yang beredar dipasar, angka ini juga tidak langsung
menunjukkan jumlah pemakainya yang hanya 60 juta jiwa saja.
Sehinnga bisa ditarik kesimpulan bahwa masih ada sekitar 80 juta
konsumen yang belum terjamah telepon seluler.

showmethecode@live.com
Page | 19

Threat

1. Kompetisi yang Semakin Ketat

Persaingan tidak hanya datang dari Flexi dan StarOne sebagai


kompetitor utama, namun juga produk GSM yang semakin agresif.
Masuknya Hutchisson dan Maxis yang juga masuk ke industri
melalui layanan berbasis GSM juga menambah ketat persaingan
dalam memperebutkan pangsa pasar.

Strength Weaknes
s
Lower Cost Weak
Distribution
for Network
technology
Lack of
Coverage

Big Strong
Number of Competitio
Untapped n and New
Network Entrance

Threat Opportun
ity

showmethecode@live.com
Page | 20

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pasar telekomunikasi seluler di Indonesia masih terbuka lebar dan


menarik minat investor. Namun, persaingan di industri ini juga bakal
bertambah ketat, terutama di segmen menengah ke bawah.
Telekomunikasi seluler beberapa tahun belakangan ini menjadi industri
yang paling bersinar pertumbuhannya. Ini tidak mengherankan karena
semua pemain seluler begitu gencar menjaring konsumen dengan
menawarkan tarif murah.

Untuk itulah ESIA dengan berbagai strategi pemasarannya masuk dan


terlibat dalam pasar tersebut guna memenuhi kebutuhan masyarakat
akan layanan telekomunikasi yang murah.

showmethecode@live.com
Page | 21

DAFTAR PUSTAKA

Applbaum, Kalman. The Marketing Era: from professional practice to


global provisioning. Routledge. 2004

Desselle, Shane P. Pharmacy Management: Essentials for All Practice


Settings. McGraw-Hill Profesional. 2008

Kartajaya, Hermawan. MarkPlus on strategy: 12 tahun perjalanan


MarkPlus&Co membangun strategi perusahaan. Gramedia Pustaka
Utama.2002

Rangkuti, Freddy. Business plan: teknik membuat perencanaan bisnis dan


analisis kasus. Gramedia. 2000

showmethecode@live.com

Você também pode gostar