Você está na página 1de 17

ASESMEN, PENGUKURAN DAN TES I.

PENDAHULUAN Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Asesmen merupakan Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hsil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran. Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Pengukuran terbagi dua yaitu tes dan non tes. Tes merupakan alat yang dapat di gunakn untuk menilai keberhasilan mengajar. Tes juga merupakan seperangkat pertanyaan atau tugas yang

dierancanakan utuk memperoleh informasi tentang trait, atribut pendidikan, psikologi atau hasil belajar. Secara umum, tes diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap perangkat konten dan materi tertentu.

II.

ASESMEN

2.1 Pengertian Asesmen Ada beberapa pengertian tentang asesmen menurut para ahli : a. MenurutRobertMSmith(2002) Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hsil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran. b. MenurutJamesA.Mc.Lounghlin&RenaBLewis Proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan kenyataan objektif. c. Menurut Bomstein dan Kazdin (1985) Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi Memilih dan mendesain program treatmen Mengukur dampak treatmen yang diberikan secara terus menerus. Mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketepatan dari terapi.

d. MenurutLidz2003 Proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak yang meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami

kelebihan dan kelemahannya, serta peran penting yang dibutuhkan anak. Hasil Kajian dari Pengertian diatas adalah sebagai berikut : Tujuan asesmen adalah untuk melihat kondisi anak saat itu. Dalam rangka menyusun suatu program pembelajaran yang tepat sehingga dapat melakukan layanan pembelajaran secara tepat. 2.2 Bentuk Asesmen Bentuk-bentuk asesmen alternatif menurut OMalley and Pierce (1996): 1. Asesmen kinerja (Performance assessment) 2. Observasi dan pertanyaan (Observation and Question), 3. Presentasi dan Diskusi (Presentation and Discussion). 4. Proyek/ Pameran (Project/ Exhibition) 5. Eksperimen/ demonstrasi (Experiment/ demonstration) 6. Bercerita (Story or text reteling) 7. Evaluasi diri oleh siswa (Self assessment) 8. Portofolio dan jurnal. 3.3 Langkah-langkah Dalam Menerapkan Asesmen Dalam menerapkan asesmen kinerja anda perlu memperhatikan beberapa tahapan. Berikut langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk membuat penilaian kinerja yang baik antara lain: 1. Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir yang terbaik.

2. Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan siperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir yang terbaik. 3. Usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak sehingga semua criteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas. 4. Definisikan dengan jelas criteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristik produk yang dihasilkan. Urutkan kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati.

III.

PENGUKURAN

3.1 Pengertian Pengukuran Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untu menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Pengukuran dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah measurement merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dalam arti memberi angka terhadap sesuatu yang disebut objek pengukuran atau objek ukur. Mengukur pada hakekatnya adalah pemasangan atau korespondensi 1-1 antara angka yang diberikan dengan fakta dan diberi angka atau diukur. Pengukuran dapat diartikan sebagai proses memasangkan fakta suatu objek dengan satuan-satuan ukuran tertentu. Pengertian pengukuran menurut para ahli: 1 Menurut Budi Hatoro pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. 2 Menurut Akmad Sudrajat pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. 3 Menurut Lien pengukuran adalah sejumlah data yang dikumpul dengan menggunakan alat ukur yang objektif untuk keperluan analisis dan interpretasi. 4 Menurut Suharsimi Arikunto pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran. 5 Menurut Pflanzagls pengukuran adalah proses menyebutkan dengan pasti angka-angka tertentu untuk mendiskripsikan suatu atribut empiri dari suatu produk atau kejadian dengan ketentuan tertentu.

3.2 Pengukuran Dalam Pendidikan Objek-objek pengukuran dalam bidang pendidikan ialah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Prestasi hasil belajar siswa Sikap Motivasi Intelegensi Bakat Kecerdasan emosional Minat Kepribadian

Dalam bidang pendidikan, pengukuran memegang peranan yang sangat penting. Data hasil pengukuran dalam bidang pendidikan memiliki arti penting baik bagi sekolah atau lembaga pendidikan, guru maupun bagi siswa dan masyarakat. Bagi guru misalnya hasil pengukuran berfungsi untuk membandingkan tingkat kemampuan siswa dengan siswa-siswa lain dalam kelompok yang diajarnya. Di sekolah pengukuran dilakukan guru untuk menaksir prestasi siswa. Alat yang digunakan untuk mengukur prestasi siswa pada umumnya adalah tes yang disebut tes hasil belajar. 3.3 Skala Pengukuran Skala pengukuran merupakan seperangkat aturan yang diperlukan untuk menghitung kuantitatif data pengukuran dari suatu variabel. Dilihat dari bentuk data yang dihasilkan melalui kegiatan pengukuran, maka skala pengukuran dibagi menjadi: 1. Skala Nominal

Adalah pengelompokkan kejadian atau fenomena ke dalam kelas-kelas atau kategori, sehingga yang masuk dalam satu kelas atau kategori adalah sama dalam hal atribut atau sifatnya. Skala nominal merupakan skala yang paling mudah dilakukan karena hanya menempatkan objek pengukuran dengan cara memberikan nomor urut atau label lain. Contoh skala nominal adalah pemberian label 1 dan 2 untukvariabel jenis kelamin di mana laki-laki diberi label 1 dan perempuan diberi label 2.

2.

Skala Ordinal

Pengukuran dengan skala ordinal berasumsi bahwa nilai suatu variabel dapat diurut berdasarkan tingkatan atribut atau sifat yang dimiliki oleh variabel yang ada pada unit operasi. Skala ordinal merupakan skala yang membedakan satu jenis data dengan data yang lain berdasarkan besar-kecilnya, tinggi-rendahnya, baik-buruknya, dan sebagainya. 3. Skala Interval

Skala interval menunjukkan tingkat karakter individu dalam suatu variabel. Skala ini mendeskripsikan perbedaan jarak antara titik-titik angka tertentu dengan nilai interval yang sama untuk setiap angka karena menggunakan unit pengukuran yang konsisten. 4. Skala Rasio

Skala rasio menunjukkan adanya tingkatan atribut variabel, yakni dengan membandingkan nilainya. Skala rasio memiliki interval yang sama antara satu angka dengan angka lainnya. Contoh skala rasio seperti pengukuran terhadap besarnya gaji pegawai atau karyawan, pengukuran panjang benda, pengukuran intelegensi, dan sebagainya. 3.4 Bentuk Skala pengukuran Dilihat dari bentuk instrumen dan pernyataan yang dikembangkan dalam instrumen, skala yang dapat digunakan dalam pengukuran bidang pendidikan yaitu: 1. Skala Likert

Adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan. Contoh: pertanyaan positif diberi skor 5, 4,3, 2, dan 1; pertanyaan negatif diberi skor 1, 2, 3, 4, 5 atau -2, -1, 0, 1, 2. Bentuk jawaban skala Likert ialah sangat setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. 2. Skala Guttman

Yaitu skala yang menginginkan tipe jawaban tegas, seperti jawaban benar-salah, ya-tidak, pernah-tidak pernah, positif-negatif dan seterusnya. Pada skala Guttman hanya ada dua interval yaitu setuju dan tidak setuju. Selain dapat dibuat dalam bentuk

pertanyaan pilihan ganda, skala Guttman juga dapat dibuat dalam bentuk daftar checklist. 3. Semantik differensial

Yaitu skala untuk mengukur sikap yang tersusun dalam satu garis kontinum, dimana jawaban yang sangat positif terletak pada bagian kanan garis, sedangkan jawaban yang sangat negatif terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. 4. Rating Scale

Pada rating scale, data yang dihasilkan adalah data kuantitatif (angka) yang kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam rating scale, responden akan memilih salah satu jawaban kuantitatif yang telah tersedia. Rating scale dapat digunakan untuk mengukur status sosial ekonomi, pengetahuan, kemampuan dan lain-lain. Yang paling penting dalam rating scale adalah kemampuan menterjemahkan alternatif jawaban yang dipilih responden. 5. Skala Thurstone

Ialah skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala interval. Setiap butir memiliki kunci skor dan jika diurut, kunci skor menghasilkan nilai dengan jarak yang sama. Skala Thurstone dibuat dalam bentuk sejumlah (40-50) pernyataan yang relevan dengan variabel yang hendak diukur kemudian sejumlah ahli (20-40) orang menilai relevansi pernyataan itu dengan konten atau konstruk variabel yang hendak diukur. 3.5 Unsur Pokok pengukuran 1 2 3 4 5 tujuan pengukuran. ada objek ukur alat ukur proses pengukuran hasil pengukuran kuantitatif

IV.

TES

4.1 Pengertian Tes Menurut Linn & Gronlund (1990: 5) tes adalah an Instrument or systematic procedure for measuring a sample behaviour. Disatu sisi Djemari Mardapi (2004: 71) menambahkan bahwa tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah. Secara lebih lengkap, Lee J. Cronbach (1970) menambahkan bahwa tes adalah a systematic procedure for observing a person's behaviour and describing it with the aid of a numerical scale or a category system.

Dari beberapa pengertian yang disampaikan oleh beberapa ahli di atas, ada beberapa aspek yang bisa disimpulkan berkaitan dengan pengertian tes yaitu : 1. Prosedur yang digunakan dalam penyusunan tes adalah sistematis. Prosedur yang sistematis itu sendiri bermakna ada aturan-aturan tertentu yang harus dipenuhi dalam penyusunan tes mencakup pengertian obyektif, standar dan syarat-syarat kualitas lainnya. 2. Isi tes merupakan sample dari hal yang hendak diukur. Hal ini bermakna, tidak semua yang ingin diukur dapat tercakup dalam tes. Karenanya kelayakan sebuah tes ditentukan oleh sejauhmana butir-butir soal yang terdapat dalam tes tersebut mewakili kawasan (domain) yang hendakdiukur.

3. Hal yang ingin diukur oleh tes adalah prilaku. Hal ini bermakna bahwa butir-butir yang terdapat dalam tes bermaksud menunjukkan apa yang diketahui peserta tes. Jawaban peserta tes merupakan sumber utama untuk menemukan apa yang sebenarnya diinginkan oleh tes.

Sebagai salah satu alat ukur dalam bidang ilmu sosial khususnya pendidikan, tes merupakan alat untuk menaksir tingkat kemampuan seseorang secara tidak langsung melalui respon yang diberikannya atas soal-soal yang terdapat dalam tes. Hasil tes kemudian biasa digunakan untuk

memantauperkembanganmutupendidikan.

4.2 Fungsi Tes Secara umum fungsi tes adalah: Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa Sebagai motivator dalam pembelajaran Berfungsi untuk upaya perubahan kualitas pembelajaran Tes formatif pada dasarnya adalah tes yang bertujuan untuk mendapatkan umpan balik bagi usaha perbaikan kualitas pembelajaran dalam konteks kelas. Dimaksudkan untuk menentukan berhasil atau tidaknya siswa sebagai isyarat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi (tes sumatif)

4.3 Klasifikasi Tes Ada dua cara yang sering digunakan untuk mengukur aspek psikologi seseorang termasuk belajar yaitu dengan tes dan nontes. Sebagai salah satu alat untuk mengkuantifikasi sampel prilaku, maka para ahli memberikan berbagai macam klasifikasi tes yang berbeda tergantung perspektif sang ahli tersebut. Beberapa klasifikasi tersebut disebutkan di bawah ini.

Cangelosi (1995: 23) membedakan tes menjadi 2 buah yaitu tes baku dan tes buatan guru. Sumadi Suryabrata (2005: 14) membuat penggolongan tes berdasarkan atribut psikologis menjadi : (1) tes kepribadian, (2) tes intelegensi, (3) tes potensi intelektual dan (4) tes hasil belajar. Cronbach (1970) sebagaimana dikutip Saifuddin Azwar (2004: 5) membedakan tes menjadi dua kelompok besar yaitu tes yang mengukur performansi maksimal (maximal performance) dan tes yang mengukur performansi tipikal(typicalperformance). Klasifikasi tes yang lebih lengkap disampaikan oleh Anas Sudijono (2005: 68 - 75) yang mengklasifikasikan tes berdasarkan perspektif tertentu. Jika tes digolongkan berdasarkan fungsi sebagai alat ukur perkembangan, maka ada 6 jenis tes yaitu : tes

10

seleksi, tes awal, tes akhir, tes diagnostik, tes formatif dan tes sumatif. Berdasarkan aspek psikis yang ingin dinilai, tes dibedakan menjadi tes intelegensi, tes kemampuan, tes sikap, tes kepribadian dan tes hasil belajar. Berdasarkan banyaknya orang yang mengikuti maka tes dibedakan menjadi tes individu dan tes kelompok. Jika digolongkan berdasarkan waktu yang disediakan, maka akan ada dua jenis tes yaitu power test dan speed test. Ditinjau dari segi respon tes dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu tes verbal dan tes non verbal. Dan jika ditinjau dari cara mengajukan pertanyaan, akan ada dua tes yaitu tes tertulis dan tes lisan.

Dari sekian banyak pengklasifikasian tes yang telah dilakukan, maka jika dikaitkan dengan penelitian ini, maka jenis tes yang akan dikaji dan digunakan adalah jenis tes prestasi hasil belajar(achievementtest). Ditinjau dari fungsinya sebagai alat untuk mengukur hasil belajar siswa sebagai efek kegiatan pembelajaran, tes dibedakan menjadi dua golongan yaitu tes awal dan tes akhir. Ditinjau dari aspek psiksis, tes dibedakan menjadi lima golongan: a. Tes intelegensi, tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk memprediksi tingkat kecerdasan seseorang b. Tes kemampuan, yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh peserta tes c. Tes sikap, yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu respon terhadap objekyang disikapi d. Tes kepribadian, yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang yang sedikit banyaknya bersifat lahiriah e. Tes hasil belajar, yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap tingkat pencapaian terhadap tujuan pembelajaran. Ditinjau dari jumlah peserta yang mengikuti tes, tes dibedakan menjadi tes individual dan tes kelompok. Ditinjau dari waktu yang disediakan bagi peserta tes untuk menjawab butir-butir tes, tes dibedakan menjadi power test dan speed test. Ditinjau dari bentuk respon, tes dibedakan menjadi tes verbal dan

11

tes nonverbal. Ditinjau dari cara mengajukan pertanyaan, tes dibedakan menjadi tes tertulis, tes tidak tertulis, dan tes perbuatan. 4.4 Pengembangan Tes Sebagai Alat Evaluasi Langkah-langkah konstruksi tes: 1) Menetapkan tujuan tes 2) Analisis kurikulum 3) Analisis buku pelajaran dan sumber dari materi belajar lainnya 4) Membuat kisi-kisi 5) Penulisan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) 6) Penulisan soal 7) Reproduksi tes terbatas 8) Uji-coba tes 9) Analisis hasil uji coba 10) Revisi soal 11) Merakit soal menjadi tes

2.

Nontes

a. Pedoman observasi Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati. Observasi dapat berbentuk observasi eksperimental yaitu observasi yang dilakukan dalam situasi yang dibuat dan observasi non-eksperimental yaitu observasi yang dilakukan dalam situasi yang wajar. b. Pedoman wawancara

Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan tanya jawab baik secara lisan, sepihak, berhadapan muka, maupun dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Ada dua jenis wawancara,yaitu: Wawancara terpimpin Wawancara tidak terpimpin

12

c. Angket Angket pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif. Angket dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau bentuk skala sikap. d. Pemeriksaan dokumen

Untuk mengukur kemajuan belajar siswa dapat juga dilakukan dengan tanpa pengujian tetapi dengan cara melakukan pemeriksaan dokumendokumen.

4.5 Teknik Penulisan Tes Setiap kegiatan belajar harus diketahui sejauhmana proses belajar tersebut telah memberikan nilai tambah bagi kemampuan siswa. Salah satu cara untuk melihat peningkatan kemampuan tersebut adalah dengan melakukan tes. Tes yang berkaitan dengan tujuan ini sering disebut tes prestasi hasil belajar (TPHB). Saifuddin Azwar (2003: 9) menyatakan bahwa tes prestasi hasil belajar adalah tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap informasi subyek atas bahan-bahan yang telah diajarkan. Menurut Anas Sudijono (2005: 73) tes prestasi hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian belajar. Dari beberapa pengertian di atas, ada satu benang merah yang sepertinya disepakati yaitu bahwa tes prestasi hasil belajar merupakan salah satu cara untuk menelusuri kemampuankemampuan yang telah dimiliki siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar selama waktu tertentu. Meskipun tes bukanlah satu-satunya cara untuk mengungkap hasil belajar siswa, tetapi ia merupakan alat yang paling sering digunakan karena kepraktisan penggunaannya serta biaya yang murah.

Tidak seperti alat pengukur ilmu alam yang tunggal, alat pengukur dalam ilmu-ilmu sosial dapat terdiri lebih dari satu macam. Tes sendiri jika ditinjau dari bentuk soalnya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tes hasil belajar dalam bentuk uraian (non obyektif dan tes hasil belajar bentuk obyektif. Disebut tes obyektif karena siapapun yang memeriksa hasil tes akan menghasilkan skor yang sama sedangkan tes uraian hasilnya dipengaruhi oleh pemberi skor. Tes bentuk uraian dapat digolongkan

13

kedalam dua bagian yaitu tes uraian bentuk terbuka dan tes uraian terbatas. Pada tes uraian terbuka setiap peserta tes sepenuhnya memiliki kebebasan untuk menjawab sesuai dengan yang dipikirkannya. Sedangkan tes uraian terbatas jawaban yang dikehendaki adalah jawaban yang sifatnya sudah dibatasi. Tes bentuk obyektif memiliki model yang lebih banyak dan variatif dibandingkan tes bentuk uraian. karena itulah tes obyektif lebih sering digunakan dalam tes prestasi hasil belajar dibandingkan tes bentuk uraian. ada beberapa penggolongan tes obyektif yaitu :

a.Tesbenarsalah

Tes benar salah adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa pernyataan yang bernilai benar atau salah. Biasanya ada dua pilihan jawaban yaitu huruf B yang berarti pernyataan tersebut benar dan S yang berarti pernyataan tersebut salah. Tugas peserta tes adalah menentukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah. Contoh salahsatutesbentukuraianadalah :

BS: BS:

Ibukota Manado

Peru adalah

berjumlah Ibukota propinsi

lima Sulawesi

buah. Utara

b.TesMenjodohkan Tes menjodohkan ini memiliki satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Tugas peserta tes adalah mencari pasangan setiap pertanyaan yang terdapat dalam seri pertanyaan dan seri jawaban. Contoh bentuk tes menjodohkan adalah :

14

c.TesIsian Tes bentuk isian dapat digunakan dalam bentuk paragraf-paragraf yang merupakan rangkaian cerita atau karangan atau berupa satu pernyataan. Beberapa bagian kalimatnya yang merupakan kata-kata penting telah dikosongkan terlebih dahulu. Tugas peserta tes adalah mengisi bagian-bagian yang kosong dengan jawaban yang sesuai. Salah satu contoh tes isian adalah sebagai berikut :

1. Yang merupakan nama asli dari Sultan Hamengkubuwono X adalah .. 2. Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu.

d.TesPilihanganda

Tes bentuk pilihan ganda merupakan tes yang memiliki satu pemberitahuan tentang suatu materi tertentu yang belum sempurna serta beberapa alternatif jawaban yang terdiri dari kunci jawaban dan pengecoh. Tugas peserta tes adalah memilih jawaban dari pilihan yang tersedia dan paling sesuai dengan pernyataan yang ada dalam soal.

Dari beberapa bentuk tes yang tersedia, tidak semuanya dapat digunakan secara bersamaan dalam satu kesempatan. Ada beberapa pertimbangan yang diperlukan untuk memilih bentuk tes yang paling sesuai. Menurut Djemari Mardapi (2004: 73) pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta, waktu yang tersedia untuk pemeriksaan lembar jawaban, cakupan materi tes dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan.

15

16

DAFTAR PUSTAKA

Slameto (1995). Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Susilana, dkk (2008). Media Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima Hamzah . Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Hamalik, Oemar.(2002). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

17

Você também pode gostar