Você está na página 1de 15

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB IV PEMBAHASAN

Pada meter elektronik,dikenal adanya kondisi normal dan kondisi abnormal. Kondisi normal merupakan kondisi dimana meter elektronik dalam keadaan standar/baik.Sedangkan kondisi abnormal kebalikannya, artinya meter elektronik sedang mengalami gangguan dalam pengoperasiannya. Kondisi normal meter elektronik sebagai berikut : a. Tegangan terukur sesuai spesifikasi b. Beban di pelanggan bersifat induktif c. Daya berada pada kuadran I d. Daya aktif bernilai positif e. Daya reaktif bernilai positif f. Urutan fasa 1-2-3 atau R-S-T g. Arus untuk ketiga fasa relatif seimbang

Kondisi normal dan abnormal meter elektronik dapat dipantau dan dideteksi oleh sistem AMR pada Control Center. Karena pada control center terdapat fitur analisa data yang dinamakan DLPD. DLPD ini singkatan dari Data Langganan yang Perlu Diperhatikan. DLPD ini dapat menampilkan parameter meter elektronik yang mengalami masalah/ gangguan. Parameter DLPD AMR ialah sebagai berikut : a. Tegangan Lebih b. Tegangan Terlalu Rendah c. Arus Tidak Seimbang d. Arus Berlebih

46

47

Politeknik Negeri Sriwijaya

4.1 Analisis DLPD Automatic Meter Reading Analisis DLPD ini diperlukan untuk memudahkan peng-identifikasian gangguan yang terjadi. 4.1.1 Analisis Tegangan Lebih
No. Date Time Phasa R 1 2 3 4 5 Tue Jan 3, 2012 10:30:00 Tue Jan 3, 2012 12:00:00 Fri Jan 6, 2012 12:30:00 Fri Jan 6, 2012 13:00:00 Fri Jan 6, 2012 13:30:00 V Phasa S Phasa T Phasa R A Phasa S Phasa T %

251.728 253.660 254.673 251.566 253.352 253.229 251.532 253.210 254.392 251.420 252.442 253.529 250.037 252.119 253.190

2.567 2.677 2.656 2.439 2.294

2.367 2.385 2.362 2.470 2.286

2.452 110.7 2.446 110.0 2.421 110.6 2.350 110.2 2.319 110.1

Tabel 4.1 Data Tegangan Terlalu Tinggi

Penyebab : 1. Tegangan naik (pada sebagian fasa) Tegangan lebih merupakan suatu gangguan akibat tegangan pada sistem tenaga listrik lebih besar dari yang seharusnya gangguan tegangan lebih dapat terjadi karena kondisi eksternal dan internal pada sistem berikut ini : 1. Kondisi Internal Hal ini terjadi karena osilasi akibat perubahan yang mendadak dari kondisi rangkaian atau karena resonansi. Misalnya operasi hubung pada saluran tanpa beban, perubahan beban yang mendadak, operasi pelepasan pemutus tenaga yang mendadak akibat hubungan singkat pada jaringan, kegagalan isolasi dan sebagainya. Tegangan lebih yang dibangkitkan generator terutama disebabkan oleh putaran akibat pelepasan beban yang mendadak. Governor pada generator mengatur kecepatan putaran agar putarannya tetap normal. Namun rentang waktu yang diperlukan cukup lama sehingga pada saat itu terjadi tegangan lebih yang sangat membahayakan pirantipiranti kelistrikan lainnya.

48

Politeknik Negeri Sriwijaya

Tegangan lebih ini akan merusakkan isolasi kumparan generator akibat panas yang berlebihan. 2. Kondisi Eksternal

Kondisi eksternal akibat adanya sambaran petir. Petir terjadi Disebabkan oleh terkumpulnya muatan listrik, yang mengakibatkan bertemunya muatan positif

dan negatif. Pertemuan ini berakibat terjadinya beda tegangan antara awan bermuatan positif atau negatif dengan tanah.

Gambar 4.1 Grafik Tegangan per fasa pada tegangan lebih

Dari data dan grafik dapat dilihat bahwa tegangan pada fasa T dan sebagian fasa S terlalu tinggi. Batas Tegangan normalnya 110% dari 230 V( tegangan untuk meter dengan meter TM) yaitu 253 V. Ini dapat dilihat pada data tegangan di fasa T dari sebagian fasa S yaitu > 253 V. Dan ini dapat dibuktikan dengan menghitung persen dari data. Tegangan di fasa T pada tanggal 03 Januari 2012 adalah 254,673 V. Dan tegangan untuk meter dengan meter TM (Tegangan Menengah) yaitu 230 V. Sehingga di dapat : x 100 % = 110,7 % Hasil ini telah menunjukkan bahwa tegangan di fasa T terlalu tinggi yaitu >110% yaitu 110,7%

49

Politeknik Negeri Sriwijaya

4.1.2 Analisis Tegangan Terlalu Rendah


No. Date Time Phasa R 57.321 57.425 57.556 57.929 57.127 V Phasa S 56.437 56.290 Phasa T 33.727 33.267 34.578 34.232 34.234 Phasa R 0.176 0.143 0.193 0.159 0.148 A Phasa S 0.197 0.189 0.249 0.271 0.269 Phasa T 0.067 0.078 0.146 0.241 0.263 %

1 2 3 4 5

Mon Nov 14, 2011 23:15:00 Mon Nov 14, 2011 00:30:00 Mon Nov 14, 2011 00:45:00 Mon Nov 14, 2011 01:15:00 Mon Nov 14, 2011 01:30:00

58.6 57.6 59.9 59.3 59.3

56.228
56.249 56.362

Tabel 4.2 Data Tegangan Terlalu Rendah

Penyebab : 1. Tegangan turun (pada sebagian fasa) Tegangan turun bisa dikarenakan arus hubung singkat yang terjadi pada jaringan. 2. Tegangan hilang (pada sebagian fasa) Pada sebagian fasa tegangan hilang atau tidak terbaca dikarenakan koneksi pengawatan tidak sempurna, sehingga harus diperiksa kembali koneksi pengawatan pada meter elektronik pelanggan.

50

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 4.2 Grafik Tegangan Per Fasa Pada Tegangan Terlalu Rendah

Dari data dan grafik dapat dilihat bahwa tegangan pada fasa T terlalu rendah. Batas Tegangan normalnya 70% dari 57,7 V ( tegangan untuk meter dengan meter TR) yaitu 40,39 V. Ini dapat dilihat pada data tegangan di fasa T yaitu < 40,39 V. Dan ini dapat dibuktikan dengan menghitung persen dari data. Sebagai contoh : tegangan di fasa T pada tanggal 14 November 2011 pada jam 00:30:00 adalah sebesar 33.267 V. Dan tegangan untuk meter dengan meter TR (Tegangan

Rendah) yaitu 57,7 V. Sehingga didapat :

x 100% = 57,6 %

Hasil ini telah menunjukkan bahwasanya tegangan di fasa T terlalu rendah yaitu < 70 % yaitu sebesar 58,6%.

51

Politeknik Negeri Sriwijaya

4.1.3 Analisis Arus Tidak Seimbang


V A

No.
1 2 3 4 5

Date time
Fri Mar 16, 2012, 16:00:00 Fri Mar 16, 2012, 16:30:00 Fri Mar 16, 2012, 17:30:00 Sat Mar 17, 2012, 20:15:00 Sat Mar 17, 2012, 20:30:00

Phasa R
214.489 213.335 216.329 218.027 217.126

PhasaS
203.212 198.231 198.763 196.677 195.467

Phasa T
267.710 276.752 197.432 199.896 204.546

Phasa R 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

Phasa S 0.623 0.667 0.843 0.783 0.686

Phasa T 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

% Phase Current = 0 Phase Current = 0 Phase Current = 0 Phase Current = 0 Phase Current = 0

Penyebab : 1. Beban pelanggan tidak seimbang Arus tidak seimbang atau arus di sebagian fase bernilai nol, ini disebabkan dari adanya gangguan ketidakseimbangan beban di generator, biasanya disebabkan adanya kebocoran atau hubungsingkat penghantar ketanah atau antar

penghantar. Gangguan ini menyebabkan adanya arus negatif yang mengalir pada penghantar bernilai nol. Pada keadaan demikian generator harus segera di amankan agar kerusakan dapat dihindari.

2. Koneksi pengawatan arus tidak sempurna Apabila ini terjadi maka harus memperbaiki koneksi pengawatan arus pada meter elektronik.

52

Politeknik Negeri Sriwijaya

4.1.4
No.

Analisis Arus Berlebih


Date Time Phasa R 222.442 221.332 221.390 220.787 220.93 V Phasa S 223.457 223.563 222.683 221.642 220.728 A Phasa S 6.252 6.241 6.341 6.352 6.374 % Phasa T 6.001 5.911 6.031 6.212 6.234

1 2 3 4 5

Tue Feb 24, 2012 04:00:00 Tue Feb 24, 2012 04:30:00 Tue Feb 24, 2012 05:00:00 Tue Feb 24, 2012 05:30:00 Tue Feb 24, 2012 06:00:00

Phasa T 226.473 226.239 226.298 229.321 223.342

Phasa R 5.393 5.840 5.762 6.324 6.039

125.0 124.8 126.8 127.0 127.4

Penyebab : 1. Beban pelanggan melebihi batas 2. Kondisi short circuit di pelanggan

Gangguan arus berlebih seringkali terjadi akibat adanya hubung singkat atau beban lebih. Hubung singkat merupakan terjadinya hubungan penghantar bertegangan atau penghantar tidak bertegangan secara langsung tidak melalui media (resistor/beban) yang semestinya sehingga terjadi aliran arus yang tidak normal (sangat besar). Hubung singkat merupakan jenis gangguan yang sering terjadi pada sistem tenaga listrik, terutama pada saluran udara 3 fasa. Arus hubung singkat yang begitu besar sangat membahayakan peralatan,sehingga

untuk mengamankan peralatan dari kerusakan akibat arus hubung singkat maka hubungan kelistrikan pada seksi yang terganggu perlu diputuskan dengan

peralatan pemutus tenaga atau circuit breaker (CB). Akibat dari Arus lebih ini dapat menimbulkan pemanasan yang berlebihan sehingga bisa menimbulkan kerusakan pada isolasi.

53

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 4.3 Grafik Arus Per Fasa Pada Arus Berlebih

Dari data dan grafik dapat dilihat bahwa Arus pada fasa S dan T terlalu tinggi. Batas arus normalnya 120% dari 5A yaitu 6 A. Ini dapat dilihat pada data arus di fasa S dan sebagian fasa T yaitu > 6 A. Dan ini dapat dibuktikan dengan menghitung persen dari data. Sebagai contoh : arus di fasa S pada tanggal 24 Februari 2012 adalah 6,374 A. Dan arus normalnya yaitu 5 A. Sehingga didapat :

x 100% = 127,4

Hasil ini telah menunjukkan bahwasanya besar arus di fasa S terlalu tinggi yaitu > 120 % yaitu 127,4 % .

54

Politeknik Negeri Sriwijaya

4.2 Analisis Gangguan dengan Menggunakan Program Matlab 4.2.1 Analisis Tegangan Terlalu Tinggi Sebelum membuat program matlab untuk menganalisa tegangan terlalu tinggi,terlebih dahulu kita harus mengetahui data-data yang akan di masukkan. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.
%Grafik Perbandingan Tegangan Lebih x=[1;2;3;4;5]; y1=[251.728;251.566;251.532;251.420;250.037]; y2=[253.660;253.352;253.210;252.442;252.119]; y3=[254.673;253.229;254.392;253.529;253.190]; plot (x,y1,x,y2,x,y3); title ('Grafik Perbandingan Tegangan Lebih') xlabel('Banyaknya Gangguan') ylabel('Tegangan Lebih (V)') legend('Phasa R','Phasa S','Phasa T') grid on;

setelah membuat program pada m-file, hasil dapat dilihat pada command windows.
Grafik Perbandingan Tegangan Lebih 255 254.5 254 253.5
Tegangan Lebih (V)

Phasa R Phasa S Phasa T

253 252.5 252 251.5 251 250.5 250

1.5

2.5 3 3.5 Banyaknya Gangguan

4.5

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Tegangan Lebih

55

Politeknik Negeri Sriwijaya

Dari grafik diatas dapat kita pilih tegangan tertinggi pada fasa T yaitu sebesar 254,673 V. Batas tegangan normalnya 110% dari 230 V yaitu 253 V. Sehingga dapat di hitung besarnya persentase tegangan lebih pada fasa T dengan menggunakan program matlab.
%Perhitungan Persentase Tegangan Lebih Pada Phasa T Ttinggi=254.673;%Tegangan Tertinggi Pada Phasa T Vtinggi= 230; %Tegangan Normal disp ('A. persentase Tegangan Lebih pada Phasa T') persen1 = (Ttinggi/Vtinggi)*100; %dalam satuan persen disp(['persen1 = ',num2str(persen1),' %'])

Setelah membuat program perhitungan persentase tegangan lebih pada fasa T, maka hasilnya seperti dibawah ini : A. persentase Tegangan Lebih pada Phasa T persen1 = 110.7274 % Sehingga persentase pada fasa T tegangan lebihnya adalah 110,7% yang dimana normalnya 110 %.

4.2.2 Analisis Tegangan Terlalu Rendah Sebelum membuat program matlab untuk menganalisa tegangan terlalu Rendah,terlebih dahulu kita harus mengetahui data-data yang akan di masukkan. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2
x=[1;2;3;4;5]; y1=[57.321;57.425;57.556;57.929;57.127]; y2=[56.437;56.290;56.228;56.249;56.362]; y3=[33.727;33.267;34.578;34.232;34.234]; plot (x,y1,x,y2,x,y3); title ('Grafik Perbandingan Tegangan Terlalu Rendah') xlabel('Banyaknya Gangguan') ylabel('Tegangan Terlalu Rendah (V)') legend('Phasa R','Phasa S','Phasa T') grid on;

56

Politeknik Negeri Sriwijaya

Setelah membuat program pada m-file hasilnya dapat dilihat pada command windows.
Grafik Perbandingan Tegangan Terlalu Rendah 60 Phasa R Phasa S Phasa T

55

Tegangan Terlalu Rendah (V)

50

45

40

35

30

1.5

2.5 3 3.5 Banyaknya Gangguan

4.5

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Tegangan Terlalu Rendah Dari gangguan diatas dapat dilihat tegangan terendah berada pada fasa T adalah 33.267 V. Batas tegangan normalnya 70% dari 57,7 V (tegangan untuk meter tegangan rendah). Sehingga dapat dihitung besarnya persentase tegangan rendah pada fasa T dengan menggunakan matlab.
%Perhitungan Persentase Tegangan Terlalu Rendah Pada Phasa T TRendah=33.267;%Tegangan Terendah Pada Phasa T VRendah= 57.7; %Tegangan Normal disp ('A. persentase Tegangan Terlalu Rendah pada Phasa T') persen2 = (TRendah/VRendah)*100; %dalam satuan persen disp(['persen2 = ',num2str(persen2),' %'])

Setelah membuat program perhitungan persentase tegangan rendah pada fasa T, maka hasilnya seperti dibawah ini : A. persentase Tegangan Terlalu Rendah pada Phasa T persen2 = 57.6551 %

57

Politeknik Negeri Sriwijaya

Sehingga persentase pada fasa T tegangan rendahnya adalah 57.6551 % yang dimana normalnya 70%.

4.2.3 Analisis Arus Berlebih Sebelum membuat program matlab untuk menganalisa arus berlebih, terlebih dahulu kita harus mengetahui data-data yang akan dimasukkan. Data arus tidak seimbang dapat dilihat di tabel 4.4
x=[1;2;3;4;5]; y1=[5.393;5.840;5.762;6.324;6.039]; y2=[6.252;6.241;6.341;6.352;6.374]; y3=[6.001;5.911;6.031;6.212;6.234]; plot (x,y1,x,y2,x,y3); title ('Grafik Perbandingan Arus Berlebih') xlabel('Banyaknya Gangguan') ylabel('Arus Lebih (V)') legend('Arus R','Arus S','Arus T') grid on;

Setelah membuat program pada m-file, hasilnya dapat dilihat pada command windows.
Grafik Perbandingan Arus Berlebih 6.6 Arus R Arus S Arus T

6.4

6.2

Arus Lebih (V)

5.8

5.6

5.4

5.2

1.5

2.5 3 3.5 Banyaknya Gangguan

4.5

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Arus Berlebih

58

Politeknik Negeri Sriwijaya

Dari grafik diatas dapat dilihat arus berlebih berada pasa fasa S yaitu 6.374 A. Batas arus normalnya 120% dari 5 A yaitu 6A. Sehingga dapat di hitung besarnya persentase arus berlebih pada fasa S dengan menggunakan program matlab.
%Perhitungan Persentase Arus Berlebih Pada Phasa S Alebih=6.374;%Arus Berlebih Pada Phasa S Arus= 5; %Arus Normal disp ('A. persentase Arus Berlebih pada Phasa S') persen1 = (Alebih/Arus)*100; %dalam satuan persen disp(['persen1 = ',num2str(persen1),' %'])

Setelah membuat program perhitungan persentase arus berlebih pada fasa S, maka hasilnya seperti dibawah ini: A. persentase Arus Berlebih pada Phasa S persen1 = 127.48 % Sehingga persentase pada fasa S arus lebihnya adalah 127,48 % yang dimana normalnya 120 %.

4.3 Pencegahan Gangguan Sistem tenaga listrik dapat dikatakan baik apabila dapat mencatu dan menyalurkan tenaga listrik ke konsumen dengan tingkat keandalan yang tinggi. Keandalan di sini meliputi kelangsungan, stabilitas, dan harga per KWH yang terjangkau oleh konsumen. Pemadaman listrik sering kali terjadi akibat

gangguan yang tidak bisa diatasi oleh sistem pengamannya.Keadaan ini akan sangat mengganggu kelangsungan penyaluran tenaga listrik.Naik turunnya kondisi tegangan dan catu daya listrik pun bisa merusakkan peralatan listrik. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, ada beberapa jenis gangguan pada saluran tenaga listrik yang memang tidak semuanya bisa dihindarkan. Untuk itu perlu dicari cara upaya pencegahan agar bisa memperkecil kerusakan pada peralatan

listrik,terutama pada manusia akibat adanya gangguan. Pencegahan gangguan pada sistem tenaga listrik bisa dikategorikan menjadi 2 langkah sebagai berikut :

59

Politeknik Negeri Sriwijaya

1. Usaha Memperkecil Terjadinya Gangguan Karena gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah hal yang tidak diinginkan tetapi tidak dapat dihindarkan, maka perlu dilakukan usaha usaha untuk

memperkecil terjadinya gangguan dengan memperhatikan hasil analisa gangguan seperti telah diuraikan diatas. Usaha usaha untuk memperkecil terjadinya gangguan dapat dilakukan dengan : a. Merencanakan dan melaksanakan pemeliharaan peralatan sesuai dengan buku Instruksi Pemeliharaan. b. Membuat Rencana Operasi yang mencakup butir a serta juga memperhatikan agar tidak aka bagian bagian instalasi yang mengalami beban lebih. c. Memeriksa alat alat pengaman (relay relay) secara periodik dan juga secara insidentil segera setelah ada laporan yang menyatakan keraguan atas kerjanya suatu relay. d. Membuat isolasi yang baik untuk semua peralatan. e. Dalam operasi real time mengikuti perkembangan cuaca khususnya yang menyangkut petir karena penyebab gangguan terbesar adalah gangguan petir. Jika diketahui bahwa daerah suatu SUTT sedang banyak petir, diusahakan mengurangi bebannya. Selama ini mungkin dilakukan dengan mengatur

alokasi pembangkitan dalam sistem sehingga apabila SUTT tersebut mengalami gangguan diharapkan tidak mengalami gangguan kaskade. f. Memasang kawat tanah pada SUTT dan gardu induk untuk melindungi terhadap sambaran petir. g. Memasang lighting arrester (penangkal petir) untuk mencegah kerusakan pada peralatan akibat sambaran petir. h. Mengadakan analisa gerakan untuk menemukan sebab gangguan dengan tujuan sedapat mungkin mencegah atau mengurangi kemungkinan terulangnya gangguan yang serupa. i. Mengembangkan sistem seirama dengan pertumbuhan beban sehingga dapat dicegah terjadinya beban lebih dalam sistem. Untuk ini diperlukan analisa dan evaluasi secara terus menerus mengenai perkembangan sistem.

60

Politeknik Negeri Sriwijaya

j.

Karena salah satu sumber gangguan yang utama adalah kesalahan dalam montage (pemasangan) peralatan maka perlu adanya pendidikan dan pelatihan secara terus menerus dengan tujuan agar kesalahan montage peralatan dapat dihindarkan.

k. Pada SUTM dan SUTR , tanaman juga merupakan sumber gangguan yang utama karena SUTM dan SUTR tidak mempunyai jalur khusus yang bebas tanaman. Sehingga perlu adanya pemeliharaan yang intensif agar pada jalurnya tidak terdapat tanaman yang menyentuh penghantar.

2. Usaha Mengurangi Kerusakan Akibat Gangguan Beberapa cara untuk mengurangi pengaruh akibat gangguan antara lain sebagai berikut : a. Mengurangi akibat gangguan, misalnya dengan membatasi arus hubung singkat, caranya dengan menghindari konsentrasi pembangkitan atau dengan memakai impedansi pembatas arus, pemasangan tahanan, atau reaktansi untuk sistem pentanahannya sehingga arus gangguan satu fase terbatas. Pemakaian peralatan yang tahan atau andal terhadap terjadinya arus hubung singkat. b.Secepatnya memisahkan bagian sistem yang terganggu dengan memakai pengaman lebur atau dengan relay pengaman dan pemutus beban dengan kapasitas pemutusan yang memadai. c.Merencanakan bagian agar sistem yang terganggu bila harus dipisahkan dari sistem tidak akan mengganggu operasi sistem secara keseluruhan atau penyaluran tenaga listrik ke konsumen tidak terganggu. d.Mempertahankan stabilitas sistem selama terjadi gangguan , yaitu dengan memakai pengatur tegangan otomatis yang cepat dan karakteristik kestabilan generator yang memadai. e.Membuat data/pengamatan gangguan yang sistematis dan efektif,misalnya dengan menggunakan alat pencabut gangguan untuk mengambil langkah-

langkah pencegahan lebih lanjut.

Você também pode gostar

  • Cara Penulisan
    Cara Penulisan
    Documento5 páginas
    Cara Penulisan
    geshima
    Ainda não há avaliações
  • No 1
    No 1
    Documento5 páginas
    No 1
    geshima
    Ainda não há avaliações
  • 1 37
    1 37
    Documento33 páginas
    1 37
    geshima
    Ainda não há avaliações
  • No 3
    No 3
    Documento8 páginas
    No 3
    geshima
    Ainda não há avaliações
  • Transformer Arus
    Transformer Arus
    Documento5 páginas
    Transformer Arus
    geshima
    Ainda não há avaliações
  • Bahan Ajar Kewirausahaan
    Bahan Ajar Kewirausahaan
    Documento101 páginas
    Bahan Ajar Kewirausahaan
    geshima
    50% (2)
  • No 2
    No 2
    Documento6 páginas
    No 2
    geshima
    Ainda não há avaliações
  • Kerusakan Trafo
    Kerusakan Trafo
    Documento14 páginas
    Kerusakan Trafo
    geshima
    Ainda não há avaliações
  • Potongan Bab 2 LA
    Potongan Bab 2 LA
    Documento9 páginas
    Potongan Bab 2 LA
    geshima
    Ainda não há avaliações
  • Potongan Bab 2 LA
    Potongan Bab 2 LA
    Documento9 páginas
    Potongan Bab 2 LA
    geshima
    Ainda não há avaliações
  • Cover (Deal)
    Cover (Deal)
    Documento2 páginas
    Cover (Deal)
    geshima
    Ainda não há avaliações
  • Kerusakan Trafo
    Kerusakan Trafo
    Documento14 páginas
    Kerusakan Trafo
    geshima
    Ainda não há avaliações
  • Mtri Kelistrikan
    Mtri Kelistrikan
    Documento30 páginas
    Mtri Kelistrikan
    geshima
    Ainda não há avaliações
  • Bab 1-Ok
    Bab 1-Ok
    Documento22 páginas
    Bab 1-Ok
    geshima
    Ainda não há avaliações
  • Silabus
    Silabus
    Documento142 páginas
    Silabus
    Indah Purnama Sigalingging
    Ainda não há avaliações
  • Bab 2 - Ok
    Bab 2 - Ok
    Documento18 páginas
    Bab 2 - Ok
    geshima
    Ainda não há avaliações
  • Ukuran Penghantar
    Ukuran Penghantar
    Documento2 páginas
    Ukuran Penghantar
    geshima
    Ainda não há avaliações