Você está na página 1de 2

Membangun Manusia Indonesia Seutuhnya

Pada akhir tahun 2009, Menko Kesra Agung Laksono, di mana penulis sebagai Ketua Umum Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) dan Ketua Lembaga Leadership Danang Girindrawardhana mendampinginya, telah memberikan penghargaan untuk 20 tokoh nasional. Mereka terdiri atas dua orang gubernur dan 18 bupati dan wali kota dari seluruh Indonesia. Para penerima penghargaan tahun 2009 dianggap mempunyai kepemimpinan yang menonjol dalam melaksanakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, sesuai kesepakatan dunia yang dirumuskan sebagai millennium development goals (MDGs) dan berhasil. Kesepakatan dunia itu merupakan komitmen dari lebih 189 pimpinan dunia dalam Sidang Umum PBB tentang Program Pembangunan Manusia Abad Milenium. Program ini merupakan pendekatan pembangunan baru yang dimulai sekitar akhir tahun 1980-an atau awal tahun 1990-an dengan menempatkan manusia sebagai titik sentral pembangunan. Proses ini menghargai manusia dan kemanusiaan, mengakui hak-hak asasi manusia, kemerdekaan dan kebebasan dalam memilih masa depannya. Melalui pendekatan itu, negara-negara di dunia ditempatkan dalam urutan (ranking) berdasarkan pencapaian indikator yang disebut human development index (HDI). Secara teperinci, HDI bertumpu pada ukuran panjangnya usia harapan hidup, rata-rata lamanya pendidikan, dan kemampuan ekonomi penduduk sebagai usaha keberhasilan dalam mengatasi kemiskinan, meningkatkan kesehatan dan kecerdasan anak bangsa. Sejak tahun 1994, para pemimpin dunia menindak-lanjuti upaya itu dengan mengadakan pertemuan akbar di bidang kependudukan, kesejahteraan sosial, wanita dan lainnya, yang mengarah pada upaya peningkatan mutu manusia dan pendapatan rakyatnya yang adil dan merata. Berbagai pertemuan itu menghasilkan kesepakatan yang lebih komprehensif. Akhirnya, pada tahun 2000 dirumuskan sebagai program dan sasaran pembangunan milenium. Program itu disepakati, dikukuhkan, dan ditandatangani dalam Sidang Umum PBB oleh lebih dari 190 pemimpin dunia. Indonesia saat itu diwakili oleh Presiden Megawati. Program pembangunan milenium mengandung delapan sasaran dan target-target yang lebih luas dibandingkan dengan target HDI yang mulai dimasyarakatkan sebelumnya, tanpa adanya komitmen dari pemimpin dunia yang digalang oleh PBB. Delapan sasaran dan target pembangunan milenium itu akan diselesaikan pada tahun 2015. Namun, sampai tahun 2005 banyak negara mengabaikan pelaksanaan sasaran MDGs, sehingga PBB menggelar pertemuan ulang para pemimpin dunia untuk mengoreksi serta menyegarkan komitmen yang telah dicapai pada 2000. Pada waktu itu Indonesia diwakili Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Seperti sebelumnya, program MDGs merupakan upaya perluasan pembangunan dengan menempatkan manusia sebagai titik sentralnya. Pada intinya program ini mengusahakan agar manusia bebas dari kemiskinan dan kelaparan, sehat, cerdas, dan mandiri sehingga mempunyai rasa percaya diri untuk mengembangkan kerja sama internasional yang terhormat. Prioritasnya bertumpu pada upaya mengungkit penduduk tertinggal dalam pembangunan, yaitu pada upaya pengentasan kemiskinan dan kelaparan

melalui peningkatan kesehatan penduduk, utamanya kesehatan ibu dan anak, serta pencegahan terhadap penyakit menular, termasuk penyakit baru seperti HIV-AIDS dan lainnya. Di samping itu, perlu ditingkatkan pula upaya penanganan pendidikan dan kewirausahaan, dengan memperhatikan kesetaraan gender agar semua penduduk memperoleh kesempatan yang adil untuk mengembangkan kesejahteraannya. Manusia yang bebas dari kemiskinan dan kelaparan, sehat dan cerdas, mempunyai pekerjaan yang memberi pendapatan yang memadai, akan mendorong setiap keluarga, suami, istri, dan anak-anaknya bisa membangun keluarga yang sejahtera dan mandiri. Keluarga mandiri mempunyai harga diri yang tinggi serta mampu membangun kemitraan internasional secara terhormat. Dalam konteks itulah pencapaian sasaran MDGs menjadi sangat penting untuk mengantar setiap anak bangsa berdiri sejajar dan terhormat dengan anak bangsa dari negara-negara lain di dunia. Indonesia telah sembilan tahun menggelar pembangunan manusia seutuhnya atas dasar sasaran-sasaran MDGs. Para bupati dan wali kota yang berhasil, antara lain dari Batam, Solok, Bantul, Purbalingga, Karanganyar, dan Merauke, menopang keberhasilannya melalui kepemimpinan dan budaya kerja keras yang unik. Umumnya daerahdaerah itu menganut pola kepemimpinan yang dinamis dan fasilitatif, mampu mengarahkan pemanfaatan sumber daya yang melimpah atau terbatas dengan baik, serta mampu menggerakkan partisipasi masyarakat dengan baik. Di samping itu, pemerintah daerah bekerja keras dan efektif. Artinya, rakyat diajak dan difasilitasi untuk bekerja keras, pantang menyerah, dan secara sungguh-sungguh diajak mempertahankan persatuan dan kesatuan yang kukuh. Beberapa daerah yang sumber dayanya miskin mampu menggerakkan rakyatnya bekerja keras dengan membentuk kelompok bersama untuk memperkuat solidaritas dan forum pemberdayaan keluarga seperti pos pemberdayaan keluarga (posdaya) yang menempatkan manusia sebagai titik sentral pembangunan. Delapan belas kabupaten yang memperoleh penghargaan mempunyai variasi yang menarik. Sebagai contoh, Kabupaten Jembrana, yang semula merupakan sebuah kabupaten termiskin di Bali, sekarang berubah peringkatnya dan telah menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun, bahkan melanjutkannya menjadi wajib belajar 12 tahun. Kabupaten ini mempunyai peta keluarga yang cermat dan didukung jaringan ilmu dan teknologi yang komprehensif. Budaya kerja keras rakyatnya ditopang partisipasi masyarakat yang tinggi. Partisipasi rakyat itu diperkuat melalui silaturahmi yang intens dalam posdaya yang telah dibentuk dan berkembang di setiap banjar. Kami ucapkan "selamat" kepada para penerima penghargaan yang bekerja keras tersebut.

Você também pode gostar