Você está na página 1de 10

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beri-beri adalah penyakit yang sekarang sudah hampir tidak ditemukan lagi di Indonesia.

Dokter-dokter generasi muda mungkin sekali hanya mengenal beri-beri dari Text Books dan belum pernah memeriksa sendiri penderita beriberi. Keadaan sangat berlainan dengan pada abad ke-19, waktu beri-beri merajalela di seluruh dunia. Di Indie, pada abad ke-19, selama pemerintah kolonial Belanda dan Inggris beri-beri tercatat sebagai penyakit dengan kesakitan dan kematian yang paling tinggi. Beri-beri dianggap sebagai penyakit yang paling merugikan pemerintah kolonial Belanda. Pekerjaan di pemerintahan, di perkebunan, dan di tentara, terutama di perang Aceh, sangat terganggu. Selain itu, penyebab dan patogenesis beri-beri belum diketahui oleh ilmu kedokteran sehingga beri-beri merupakan penyakit yang misterius serta menakutkan. Penyakit yang mematikan ini pernah mewabah di Indonesia, pada abad ke-19. keganasan penyakit beri-beri setidaknya menggangu pemerintahan Belanda waktu itu. Umumnya, penyakit beri-beri banyak menyerang masyarakat dengan makanan pokoknya beras giling seperti di Indonesia, India, China, Jepang, Malaysia, dan lainnya. Pemerintah Belanda membuat tim khusus yang menanggani penyakit tersebut, di dalam sebuah penelitian yang di komandoi Cornelis Adrianus Pekelharing (1848-1922) sebagai ahli biokimia dan Cornelis Winkler (18551941) merupakan ahli penyakit syaraf, sedangkan Eijkman mengajukan diri mengikuti penelitian tersebut dan kemudian menjadi assisten PekelheringWinkle. Atas saran Commissie Beri-beri, pada 1888 didirikan Laboratorium voor Pathologische Anatomie en Bacteriologie (Laboratorium Anatomi Patologi dan Bakteriologi) di bangsal Rumah Sakit Pusat Militer di Weltevreden (Menteng), yang kemudian menjadi Geneeskundig Laboratorium (Laboratorium Kesehatan) pada 1901. Untuk menghormati Eijkman, atas izin keluarganya pada 1938 nama laboratorium resmi diganti menjadi Eijkman Instituut.Centraal Laboratorium van den Dienst der Volksgezondheid (Lembaga Eijkman. Laboratorium Pusat Dinas Kesehatan Masyarakat).

Eijkman didaulat menjadi Direkturnya, 15 januari 1888. di dalam laboratorium tersebut, dilakukan riset-riset kesehatan, salah satu kajian risetnya mengenai Beri-beri. Eijkman membandingkan cuaca di negara-negara Eropa dengan negara tropis seperti Indonesia. Perbedaan-perbedaan temperatur panas, dilihatnya dengan seksama. Dengan membandingkan suhu Eropa dan negara tropis, Eijkman menemukan bahwa di dalam daerah panas dan berhawa sedang ini ditentukan oleh pekerjaan/aktivitas seseorangnya, setiap perbedaan tersebut berkaitan dengan pernafasan, peluh dan temperatur. Disamping itu untuk memperluas penelitiannya, Eijkman kemudian melanjutkan risetnya pada Unggas, dengan cara menyuntikkan micrococci ke tubuh unggas, meski pada gilirannya uji coba yang dilakukan Eijkman ini gagal. Kemudian di tahun 1890, secercah riset beri-berinya menemukan titik terang, sianosis; penelitian serupa dilakukannya pada ayam, binatang-binatang kehadiran dari mendorong paresis atau kelumpuhan dari kaki-kaki dengan dyspnoea dan pemeriksaan mikroskop dengan menetapkan polineuritis. Eijkman mempertimbangkan polineuritis ini gallinarum sebagai padanan dari polineuritis di beri-beri. Dari ujicoba risetnya, Eijkman berkesimpulan bahwa penyebab penyakit beri-beri ini karena Kekurangan vitamin- vitamin B1. Kesimpulan tersebut merupakan akhir dari spekulasi teori mengenai penyebab dari beri-beri. Atas penelitian medisnya, Eijkman dikenal sebagai penemu Vitamin B, bersama dengan Frederick Hopkin dari Britania Raya. Ia pula yang menemukan penyebab beri-beri. Berkat risetnya itu Eijkman mendapatkan Nobel Physiology atau Medicine. 1.2. Pengertian Beri-beri adalah suatu penyakit yang disebabkan kekurangan vitamin B, akibat yang ditimbulkan biasanya berupa bengkak-bengkak dan pembesaran pada betis. Nama penyakit beri-beri berasal dari nama hewan biri-biri karena penderita beri-beri berjalan dengan gaya jalan seperti biri-biri karena gangguan motorik akibat polineuritis. Nama penyakit beri-beri sudah mulai dimasyarakatkan oleh publikasi Bontius (1629). Penyakit beri-beri dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan yaitu :

a. beri-beri kering, basa dan jantung. Beri-beri kering memiliki gejala kaki terasa tebal dan kesemutan. Beri-beri merupakan penyakit yang mengerikan karenanya penderita penyakit ini bisa meninggal dunia. Penderita beri-beri akan merasakan otot lelah dan kekuatannya berkurang. Tahap akhir, anggota badan layuh dan penderita berjalan seperti ayam. Sering sesak napas dan jantung berdebar-debar bila beraktivitas. b. Beri-beri basah memiliki ciri adanya pembengkakan dari kaki, tungkai bawah, lalu muka, dan bagian tubuh lain. Bila betis yang bengkak ditekan, terbentuk cekungan yang tak segera hilang dan terasa sakit. c. Beri-beri jantung ditandai rasa tekanan di ulu hati, sesak napas, dan berdebar-debar dalam menjalankan kegiatannya. Kelamaan, gejala ini muncul tanpa ada kegiatan, mendadak, dan langsung berat dan penderita bisa meninggal dalam waktu singkat. Penyakit beri-beri ini tidak mengenal jenis kelamin dan usia, karenanya penyakit tersebut dapat terkena pada siapapun, baik orang dewasa maupun anak-anak. Untuk bayi biasanya baru terlihat sebelum bayi berusia 4 bulan. Penyakit akibat kekurangan vitamin B1 atau tiamina disebut beri-beri. Penyakit beri-beri bisa dicegah dengan penambahan vitamin B1 dalam makanan sehari-hari. Makan beras tumbuk akan lebih baik, ditambah ikan, telur, daging, kacang-kacangan, tempe, oncom, tomat, tering, bayam, selada, belinjo, pepaya, terung, dan pisang. 1.3. Pembahasan Makalah akan disampaikan dalam dua bagian yang mencakup 2 kurun waktu yang tidak terpisah secara tajam, tetapi memiliki banyak tumpang-tindih. Bagian pertama makalah akan mencakup kurun waktu mulai dari publikasi paling tua tentang beri-beri di Indie oleh Bontius (19 November 1629) sampai kedatangan Beri-beri Commissie dari Belanda yang terdiri atas dua ilmuwan kedokteran Pekelharing dan Winkler (1886), serta pendirian Laboratorium voor Pathologische Anatomie en Bacteriologie di Batavia pada 1988. Di kurun waktu pertama dunia ilmu kedokteran, masih terdapat kebiasaan untuk melontarkan teori-teori spekulatif dilanjutkan dengan pengamatan untuk membuktikan kebenarannya tanpa melaksanakan eksperimen. Bagian kedua makalah mencakup kurun waktu di mana ilmu kedokteran moderen telah lahir, diawali riset Robert Koch yang mengembangkan konsep kuman dan infeksi. Paradigma infeksi pada waktu itu

mendominasi dunia ilmu kedokteran sehingga apriori dianggap bahwa penyebab beri-beri mungkin hanya infeksi atau intoksikasi. Pada kurun waktu kedua, juga makin banyak digunakan metode ilmiah (scientific method) dengan eksperimen pembuktian. Pada kurun waktu kedua yang juga berakhirnya makalah penemuan vitamin B oleh Jansen dan Donath, membuktikan bahwa beri-beri memang disebabkan oleh defisiensi vitamin B. Pada pembacaan seluruh makalah, diharapkan pembaca dapat untuk sementara melupakan pengetahuannya tentang vitamin dan hubungan makanan dengan kesehatan. Dengan demikian, pembaca dapat mengapresiasi kebingungan yang mendekati putus asa di pemerintahan, masyarakat umum, dan masyarakat kedokteran dalam menghadapai penyakit misterius beri-beri. Publikasi ilmiah yang paling tua tentang beri-beri di Indie adalah dari Dr. Jacobus Bontius (Leiden 1592 - Batavia 1632). Nama sebenarnya adalah Jacob de Bondt, tetapi karena pada waktu itu bahasa Latin merupakan bahasa komunikasi di masyarakat terpelajar maka namanya di tulisan ilmiah selalu ditulis Jacobus Bontius. Karena terdapat banyak keluhan tentang mutu pelayanan kesehatan di Indie yang pada waktu itu dilakukan oleh chirurgijnen maka pemerintah Belanda (de Heeren Zeventien) memutuskan untuk mengirim seorang dokter (pendidikan universitas) ke Indie. Pada 24 Agustus 1626, Bontius berangkat ke Indie naik kapal Vianen yang merupakan bagian armada Jan Pieterzoon Coen yang mendirikan kota Batavia. Bontius berangkat bersama isteri dan anak-anaknya, tetapi isterinya meninggal sebelum kapal sampai di Kaap de Goede Hoop (Tanjung Harapan). Bontius adalah dokter pertama di Indie. Selain menjadi dokter pribadi Gouverneur-Generaal, J.P. Coen menjabat sebagai Archiater (dokter, apoteker, dan pengawas para chirurgijn) serta kepala dinas kesehatan berkedudukan di Batavia. Atas permintaan Bestuurders der Oost-Indische Compagnie (VOC), Bontius menulis buku Methodus Medendi yang selesai pada 19 Nopember 1629. Pada 1642, buku itu dipublikasi oleh Franciscus Hackius di Leiden. Dalam buku tersebut, Bontius membahas beri-beri dan beberapa penyakit lain. Pola penyakit di Indie di abad ke-17 dapat dibaca dari daftar penyakit yang dibahas oleh Bontius dalam bahasa Latin dan dengan menggunakan peristilahan kedokteran sebagaimana lazim digunakan waktu itu. Penyakit-penyakit yang dibahas oleh Bontius adalah :

a. kelumpuhan yang oleh inlanders disebut beri-beri b. kramp (tetanus) c. diare, terutama disenteri d. leverloop e. druiploop (tenesmus) f. peradangan rectum g. cholera h. gangguan usus (ingewand) i. hati abses hati dan pengobatannya j. waterzucht (oedeem) k. Indische geelzucht (ikterus) l. atropi dan emasiasi karena obstipasi yang berasal dari mesenterium m. penyakit paru-paru, khususnya tentang bloedspuwing (haemoptoe) n. phthisis oleh radang paru-paru o. empyeem dan nanah di atas middenrif (diafragma) p. Indische koortsen (demam Indie) yang hanya ditemukan di Indie dan oleh penduduk dikenal sebagai Timoreesche koortsen (demam Timor) q. kebutaan dan penurunan penglihatan pada pelaut yang berlayar ke Ambon dan Maluku serta di lautan sekitarnya. Bontius melaporkan pengamatannya yang teliti dan lengkap tentang beri-beri, tetapi dia tidak menyampaikan pendapatnya tentang penyebab beri-beri. Bontius juga mengenal beri-beri dari dekat dalam hidup pribadinya, dia sendiri, isteri keduanya, dan 2 putranya pernah menderita beri-beri. Publikasi ilmiah tua berikut tentang beri-beri di Indie adalah dari Professor Nicolai Tulpii (nama sebenarnya Klaas Pieterzoon Tulp) di Amsterdam dalam bukunya berjudul Observationes Medicae (1652). Tulp memberi laporan rinci tentang pemeriksaan seorang laki-laki muda Belanda yang dipulangkan dari Indie karena menderita beri-beri. Tulp menjadi sangat terkenal karena diabadikan dalam lukisan de Anatomische Les (Kuliah Anatomi) oleh pelukis Belanda termashur Rembrandt van Rijn. Beri-beri juga dilaporkan oleh domine Francois Valentijn (1666-1727) yang pada 1685 berangkat dari Belanda ke Indie untuk bertugas sebagai veldpredikant (pendeta lapangan tentara) di Jawa Timur untuk kemudian

dipindahtugaskan ke Amboina (1707-1712). Tulisannya berjudul Oudt en Nieuw Oost-Indien, Vervattende een nauwkeurige en uitvoerige Verhandelinge van Nederlands Mogentheijd in de gewesten, terdiri atas 8 jilid dan merupakan encyclopedia pertama tentang Indie. Di tulisannya berjudul Beschrijvingen van Ambon (Gambaran Ambon), disebut beri-beri atau lamheid (kelumpuhan) sebagai penyakit utama di Ambon. Sebagai penyebab disebut udara pagi dan malam, dengan badan yang kurang ditutupi pakaian. Secara khusus disebut pengaruh buruk sinar bulan purnama. Sebagai pengobatan penderita beri-beri, digosok dengan campuran jamu (borbori), penderita dipaksa terus mobile, dan diberi makanan "panas" (verhittende spijzen) seperti daging anjing hitam, kurakura, dan kerbau. Penderita juga dipijat dengan Cajoe-Poeteh-olie dan CoelitLawan-olie. 1.4. Penyebaran Beri-Beri di Dunia Beri-beri dilaporkan dari banyak negara tersebar di seluruh dunia, antara lain dari Pulau Mauritius (1812 Tullok; 1879 Dr.Vinson), Jepang (Jhr.Pompe van Meedervoort; 1562 Simmons; 1715 Tachibance), Cuba (1866 Dr.Haya), Bahia, Brasil (1815 Schnurrer; 1866 Radriques de Mooral, da Silva Lima), Sri Langka (1735 Paxman; 1778 John Clark; 1822 Marshall), Calcutta (1804 Hunter), Rangoon (1824 Mounts), Madras (1828 Malcolm), dan Mesir (1847 Prunner). Di Indie, beri-beri merajalela dan meresahkan masyarakat serta melumpuhkan kegiatan di pemerintahan, perkebunan, perdagangan, dan tentara, khususnya di perang Aceh. 1.5. Penyembuhan dan Pengobatan Penyakit Beri-beri Berdasarkan hasil penelitiannya, pada tahun 1906 seorang ahli biokimia Inggris, Frederick Hopkins menyatakan, dalam makanan terdapat bahan lain selain protein, karbohidrat, lemak, garam, dan air. Tahun 1912, seorang ahli kimia Casimir Funk menyatakan telah menemukan zat yang disebut Eijkman sebagai faktor antiberi-beri. Ia menamakannya vitamine (gabungan dari vital dan amine) yang kemudian umum disebut vitamin. Namun Funk belum berhasil menyintesis zat yang tepat sampai tahun 1926. Struktur Thiamin atau vitamin B1 baru dapat disintesis sepenuhnya pada tahun 1936. Dan sejak tahun 1940, jenis-jenis makanan seperti nasi, tepung, pasta dan sereal telah diperkaya dengan vitamin B1. Sejak itu, penyakit

beri-beri tidak lagi menjadi masalah besar dan praktik makanan bervariasi yang diperkaya dengan vitamin telah menyelamatkan jutaan nyawa. Pengobatan Secara Tradisional 1. Ramuan I Bahan-bahan Setengah sendok serbuk biji mahoni dan satu sendok makan madu. Cara membuat Serbuk biji mahoni diseduh dengan setengah gelas air panas, lalu tambahkan satu sendok makan madu. Cara memakai Diminum dalam keadaan hangat dua kali sehari dengan dosis tiga sendok makan. 2. Ramuan II Bahan-bahan Satu genggam daun pepaya muda segar dan satu sendok makan madu. Cara membuat Daun pepaya muda dicuci bersih, kemudian ditumbuk sampai halus. Tuangkan satu gelas air hangat dan satu sendok makan madu. Peras dan saring airnya. Cara memakai Diminum tiga kali sehari dengan dosis setengah gelas sekali minum. 3. Ramuan III Bahan-bahan Sepuluh lembar daun sirih, tiga jari rimpang lempuyang, enam buah cabai hitam, satu cangkir beras merah, dan dua cangkir arak. Cara membuat Semua bahan dicuci bersih, lalu ditumbuk sampai halus. Campurkan dua cangkir arak ke dalam tumbukan tadi. Remas-remas hingga merata. Cara memakai Gosokkan dan urutkan ke seluruh tubuh 1-2 kali sehari. 4. Ramuan IV Bahan-bahan Satu cangkir kacang hijau, dua cangkir santan, dan dua jari gula aren. Cara membuat

Semua bahan direbus sambil diaduk-aduk sampai menjadi bubur kental. Cara memakai Makan ramuan tersebut selagi hangat dua kali sehari. 5. Ramuan V Bahan-bahan Lima belas gram jahe, dua puluh gram bawang putih, enam puluh gram kacang tanah, dan enam puluh gram kacang merah kecil. Cara membuat Semua bahan dicuci bersih, kemudian di-blender dan dimasak sesuai dengan selera. Cara memakai dimakan 2-3 kali sehari. 6. Ramuan VI Bahan-bahan Sepuluh gram jahe, lima belas gram bawang putih, lima belas gram bawang merah, dan enam puluh gram lobak. Cara membuat Semua bahan dicuci hingga bersih, lalu di-blender dan airnya disaring. Cara memakai Diminum 2-3 kali sehari secara teratur. Sebaiknya diperiksakan ke dokter. Obat untuk beri-beri adalah vitamin B1. Bubur kacang hjiau boleh-boleh saja diberikan. Bahan : Lengkuas (Languas galanga) .. 10 gr. Bengle (Zingiber cassumunar Roxb) ..5 gr. Jahe (Zingiber officinalis Rosc) 10 gr. Kencur (Kaempfena galangal) . 5 gr. Kacang hijau (Phaseous radiatus) 10 gr. Kuning telur (ayam kampung) .. 1 butir. Madu murni .. 1 sendok makan. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia, Crism) ..1 buah. Cara Pembuatan : Lengkua, bengle, kencur diiris-iris, bersama kacang hijau direbus menjadi satu dengan 2 liter air, sampai tinggal 1 liter. Disaring, masukkan kedalam gelas,

masukkan kuning telur, madu dan perasan jeruk nipis, lalu diaduk rata. Cara penggunaan : Diminum pagi dan sore hari, lakukan selama 3 hari berturut-turut. Saran-saran : 1. Hindari tempat lembab. 2. Banyak berjemur di bawah sinar matahari. 3. Lakukan olah raga ringan. 4. Banyak makan sayur dan buah-buahan. 5. Jangan minum es dan jangan makan ikan basah.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Beri-beri http://www.tabloidkampus.com/detail.php?id=123&edisi=15 http://carisehat.com/PenyakitDetil/BERI-BERI_cf8f66ec-b4ed-4317-b424291a89143a16.aspx http://www.tempo.co.id/medika/arsip/052002/hor-1.htm http://klipingut.wordpress.com/2008/01/01/christiaan-eijkman-pelopor-penemuanvitamin-b1/ http://www.tokomarwa.com/index.php?pg=artikel&noid=69 http://tradmedic.blogspot.com/2008/07/resep-jamu-obat-beri-beri.html

Você também pode gostar