Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. Latar Belakang Asma merupakan salah satu penyakit saluran nafas yang banyak dijumpai, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Kata asma (asthma) berasal dari bahasa yunani yang berarti terengah-engah. Lebih dari 200 tahun yang lalu, Hippocrates menggunakan istilah asma untuk menggambarkan kejadian pernafasan yang pendek-pendek (Shortness of Breath). Sejak itu istilah asma sering digunakan untuk menggambarkan gangguan apa saja yang terkait dengan kesulitan bernafas, termasuk ada istilah asma cardiac dan asma bronkial. Menurut Global Initiative For Asthma (GINA) tahun 2008, asma didefinisikan sebagai penyakit inflamasi kronis pada saluran pernafasan dimana berbagai sel dan elemen seluler berperan, terutama sel mast, eosinophil, limfosit T, makrofag, dan sel epithelial. Inflamasi kronis ini berhubungan dengan hiperesponsivitas saluran pernafasan terhadap berbagai stimulus, yang menyebabkan kekambuhan sesak nafas (mengi), kesulitan bernafas, dada terasa sesak, dan batuk-batuk, yang terjadi utamanya pada malam hari atau dini hari. Sumbatan salauran nafas ini bersifat reversible, baik dengan atau tanpa pengobatan. Asma merupakan penyakit yang manifestasinya sangat bervariasi. Sekelompok pasien mungkin bebas dari serangan dalam jangka waktu lama dan hanya mengalami gejala jika mereka berolahraga atau terpapar alergen atau terinfeksi virus pada saluran pernafasannya. Pasien lain mungkin mengalami gejala yang terus menerus atau serangan akut yang sering. Pola gejalanya juga berbeda antara satu pasien dan pasien lainnya. Misalnya, seorang pasien mungkin mengalami batuk hanya pada malam hari, sedangkan pasien lain mengalami gejala dada sesak dan bersin-bersin baik siang maupun malam. Selain itu, dalam satu pasien sendiri, pola, frekuensi, dan intensitas gejala bias bervariasi antara waktu ke waktu.
Page 1
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Setelah membahas tentang Asuhan Keperawatan pada klien Asma, mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan PadaKlienAsma. 2. Tujuan Khusus Setelah membahas tentang Asuhan Keperawatan pada klienAsma mahasiswa mampu : a. Memahami dan menjelaskan Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan. b. Memahami dan menjelaskan Konsep Medik Asma. c. Memahami dan menjelaskan Asuhan Keperawatan Asma
C. Metode Penulisan Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode deskriptif, yang diperoleh dari literatur dari berbagai media baik buku maupun internet yang disajikan dalam bentuk makalah.
D. Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan makalah ini adalah : BAB I : PENDAHULUAN yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan SistematikaPenulisan. BAB II : TINJAUAN TEORI yang terdiri dari Anatomi Fisiologi Sistem PernapasanKonsep MedikAsma dan Asuhan Keperawatan Asma. BAB III : PENUTUP yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
Page 2
Page 3
2) Meringankan berat tulang tenggkorak 3) Mengatur bunyi suara dengan ruang-ruang resonansi. c. Faring Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan, terdapat dibawah dasar tenggkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Rongga faring dibagi dalam 3 bagian : 1) Bagian sebelah atas yang sam tingginya dengan koana disebut nasofaring 2) Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut orofaring 3) Bagian bawah sekali dinamakan laringofaring Fungsinya faring adalah untuk bernapas dan menelan d. Laring laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara, terletak didepan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorok itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglottis, yang terdiri dari tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring. Fungsi laring adalah sebagai pembentukan pita suara. e. Trakea Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk kuku kuda (huruf c). Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel besilia,hanya bergerak kearah luar. Panjang trakea 9-11cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sel bersilia itu fungsinya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama udara pernapasan. Trakea berfungsi sebagai tempat perlintasan udara setelah melewati saluran pernapsan bagian atas yang membawa udara bersih,hangat dan lembab. f. Bronkus bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus itu berjalan ke arah kebawah dan kesamping kearah tampuk paru-paru. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus. Pada bronkioli tak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru/ gelembung hawa atau alveoli.
Page 4
Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru. g. Paru-paru Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung (alveoli, gelembung hawa). Paru-paru dibagi menjadi 2 paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan memiliki 3 lobus dan 2 fisura sedangkan paru-paru kiri memiliki 2 lobus dan 1 fisura. Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
2. Fisiologi Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut, pada waktu bernapas:oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli,dan dapat erat hubungan dengan darah didalam kapiler pulmonalis. Hanya satu lapis membrane, yaitu membrane alveoli-kapiler, memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membrane ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa didalam arteri kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh oksigen. Didalam paru-paru, karbondioksida, salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran alveolar-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea,dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut. Empat proses yang berhungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapsan eksterna; a. Ventilasi pulmoner,atau gerakan pernapsan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar b. Arus darah melalui pari-paru c. Distribusi arus udara dan darah sedemekian sehingga jumlah tepat dari setiapnya dapat mencapai semua bagian tubuh d. Difusi gas menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih mudah berdifusi daripada oksigen.
Page 5
Semua proses diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan lebih banyak darah datang dari paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2 tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapan dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan. Pernapasan ventilasi yang demikian terjadi mengeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2.
B. KONSEP MEDIK ASMA 1. Definisi Asma merupakan salah satu penyakit saluran napas yang banyak di jumpai, baik pada anak-anak maupun dewasa. (Ikawati zullis, 2011, hal. 104) Asma adalah penyakit inflamasi obstruktif yang ditandai oleh periode episodik spasme otot-otot polos dalam dinding saluran udara bronkial (spasme bronkus). Spasme bronkus ini menyempitkan jalan napas, sehingga membuat pernapasan menjadi sulit dan menimbulkan bunyi mengi. (Efendy Christantie, Niluh Gede Yasmin Asih, 2003, Hal. 95) Asma adalah penyakit jalan obstruktif intermitan reversible dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif teradap stimulus tertentu. (Brunner & Suddart, 2001, hal 611) Dari ke tiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa asma adalah sesak napas yang di sebabkan oleh penyempitan bronchial. Penyempitan bronchial yang dapat disebabkan oleh stimulus tertentu. Adapun jenis-jenis asma, menurut Brunner & Suddart, 2001, hal 611. Asma sering dicirikan sebagai alergi, idiopatik, non-alergi atau gabungan. a. Asma alergik Disebabkan oleh alergen atau alergen-alergen yang dikenal (misalnya serbuk sari, binatang, amarah, makanan dan jamur). Kebayakan alergen dapat diudara dan musiman. Pasien dengan asma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga yang alergik dan riwayat medis masa lalu ekzema atau rhinitis alergik. Anak-anak dengan asma alergi sering dapat mengatasi alergik sampai masa remaja.
Asuhan Keperawatan Pada Klien Asma Page 6
b. Asma idiopatik atau non alergik Tidak berhubungan dengan alergen spesifik. Faktor-faktor, seperti commen colt, infeksi traktus respiratorius, latian, emosi, dan polutan lingkungan yang dapat mencetuskan serangan. Beberapa agen farmakologi, seperti aspirin dan agens antiinflamasi non steroid lain, pewarna rambut, antogenis beta-adrenergik, dan agen sulfit (pengawet makanan), juga mungkin menjadi faktor. Sedangkan asma idiopatik atau non alergik menjadi lebi berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berupa menjadi bronkitis kronis dan enfisema. Beberapa pasien akan mengalami beberapa gabungan.
c. Asma gabungan Adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk idopatik atau nonalergik.
2. Etiologi Asma yang terjadi pada anak-anak sangat erat kaitannya dengan alergi. Kurang lebih 80% pasien asma memiliki riwayat alergi. Asma yang muncul pada saat dewasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti : adanya sinusitis, polip hidung, sensitivitas terhadap aspirin atau obat-obat anti inflamasi non steroid (AINS), atau mendapatkan picuan ditempat kerja. Ditempat-tempat kerja tertentu yang banyak terdapat agen-agen yang dapat terhirup seperti debu, bulu binatang, banyak djumpai orang yang menderita asma yang disebut occupational asthma yaitu asma yang disebabkan karena pekerjaan. Kelompok dengan resiko terbesar terhadap
perkembangan asma adalah anak-anak yang mengidap alergi dan memiliki keluarga dengan riwayat asma. Beberapa faktor resiko terjadi asma dapat dibagi menjadi 2, yaitu yang menyebabkan berkembangnya asma pada individu dan yang memicu terjadinya gejala asma. Faktor yang pertama utamanya berasal dari faktor pasien, yang meliputi genetik, obesitas dan jenis kelamin. Obesitas juga merupakan faktor resiko terjadi asma pada individu, dimana kelebihan berat badan dan obesitas meningkatakan resiko kejadian asma sampai 50% baik pada pria maupun wanita.
Page 7
Jenis kelamin merupakan faktor resiko berikutnya, dimana jenis kelamin pria merupaka faktor resiko asma pada anak-anak. Pada anak-anak di bawah umur 14 tahun, prevalensi asma pada anak laki-laki hampir 2 kali lipat pada anak perempuan. Pada usia dewasa keajadian asma lebih banyak pada wanita dari pada pria. Diduga hal ini karena ukuran paru / saluran napas pada pria lebih kecil daripada wanita pada sat anakanak, tetapi menjadi lebih besar pada usia dewasa. Faktor lingkungan lebih berperan dalam memicu kekambuhan asma. Beberapa diantaranya adalah alergen, infeksi, obat/bahan sensitizer, asap rokok dan polusi udara baik didalam maupun diluar ruangan. Adapun faktor lain yang dapat meningkatkan keparahan asma diantaranya adalah rinitis yang tidak diobati atau sinusitis, gangguan refluks gastroesofagal, sensitivitas terhadap aspirin, pemaparan terhadap senyawa sulfid atau obat golongan beta bloked, dan influenza,faktor mekanik dan faktor psikis (misalnya stress). Faktor pencetus serangan asma : Alergen, Infeksi saluran napas, Tekanan jiwa, Olahraga/kegiatan jasmani yang berat, obat-obatan, Polusi udara, Lingkungan Kerja 3. Manifestasi Klinis Tiga gejala umum asma adalah batuk, dipsnea, dan mengi. Pada beberapa keadaan, batuk mungkin merupakan satu-satunya gejala. Serangan asma sering terjadi pada malam hari. Penyebabnya tidak dimengerti dengan jelas tetapi mungkin berubungan dengan variasi sirkadian, yang mempengaruhi ambang reseptor jalan nafas. Serangan asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan merasa sesak dalam dada, disertai dengan pernapasan lambat, mengi, laborius. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang dibanding inspirasi dan mendorong pasien untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot-otot asesori pernafasan. Jalan nafas yang tersumbat menyebabkan dipsnea. Batuk pada awalnya susah dan kering tetapi segera menjadi lebih kuat. Sputum, yang terdiri atas sedikit mukus mengandung masa gelatinosa bulat, kecil yang dibatukan dengan susah payah. Tanda selanjutnya termasuk sianosis sekunder terhadap hipoksia hebat, dan gejala-gejala retensi karbondioksida, termasuk berkeringat, takikardia dan pelebaran tekanan nadi.
Page 8
4. Patofisiologi Secara klasik, asma dibagi dalam dua kategori berdasar faktor pemicunya, yaitu asma ekstrinsik atau alergik dan asma intrinsic atau idiosinkratik. Asma ekstrinsik mengacu pada asma yang diakibatkan karena menghirup alergen, yang biasanya terjadi pada anak-anak yang memiliki keluarga dengan riwayat penyakit alergi (baik eksim, utikaria, atau hay fever). Asma intrinsic mengacu pada asma yang disebabkan karena faktor-faktor diluar mekanisme imunitas seperti commen colt, infeksi traktus
respiratorius, latian, emosi, dan polutan lingkungan yang dapat mencetuskan serangan. Beberapa agen farmakologi, seperti aspirin dan agens antiinflamasi non steroid lain, pewarna rambut, antogenis beta-adrenergik, dan agen sulfit (pengawet makanan), juga mungkin menjadi faktor.Dan umurnya dijumpai pada orang dewasa. Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya asma antara lain : udara dingin, obat-obatan, stress, dan olah raga. Khusus asma yang dipicu oleh olah raga dikenal dengan istilah exerciseinduced asthma. Asma adalah obstruksi jalan nafas dipus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh satu atau lebih dari yang berikut ini: a. Kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronki yang menyempitkan jalan nafas b. Pembengkakan membran yang melapisi bronki c. Pengisisan bronki dengan lupus yang kental. Selain itu otot-otot bronkial dan kelenjar mukosa membesar; sputum yang kental banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi dengan udara terperangkap didalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini tidak diketahui, tetapi apa yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem imunologis dan sistem saraf otonom. Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan prostaklandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat ( SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengarui otot polos dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran mukosa, dan pembentukan mukus yang sangat banyak.
Page 9
Sistem saraf otonom mepersarafi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh impuls saraf vadal melalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau nonalergi, ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi, dan polutan, jumla asetilkoli yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi yang dibahas diatas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah teradap respon parasimpatis.
Page 10
asma
5. Pathway
Bronkospasme
Hipersekresi mukus
Ketidakefektifan bersihan jalan napas hipoksemiahipoksiaasidosis metabolokvasokontriksi paru Kerja otot bertambah berat Peningkatan kerja pernapasan, hipoksemia secara reversibel Co2 - ventilasi alveolar retensi CO2 asidosis respiratorik
Keluhan sistemis, mual, intake nutrisi tidak adekuat, malaise, kelemahan,dan keletihan
Keluhan
psikososial
Ketidaktahuan/pemenuhan informasi
Status Asmatikus
Gagal napas
Kematian
Page 11
6. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik asma (Efendy Christantie, Niluh Gede Yasmin Asih, 2003, Hal. 97-98) a. Ronsen dada Temuan normal selama periode remisi. b. Uji fungsi paru Dilakukan untuk menentukan apakah abnormalitas fungsi bersifat obstruktif atau restriktif ; untuk memperkirakan tingkat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi, misalnya: bronkodilator. Pemeriksaan fungsi pulmonari saat aktivitas juga mungkn dilakukan untuk mengevaluasi toleransi terhadap aktivitas pada mereka yang diketahui mempunyai penyakit polmonari progresif. c. Spirometri 1) TCL Kadang meningkat. Kapasitas inspirasi : meningkat Volume residual 2) FEV/FVC Rasio volume ekspiratori kuat terhadap kapasitas vital kuat menurun. d. AGD (Analisa Gas Darah) PaO2 menurun, PaCO2 menurun, Ph sedang. e. HSD dan hitung banding Eosinofil meningkat. f. Sputum Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen, : meningkat
pemeriksaan sitologik untuk menyingkirkan malignansi yang mendasar atau ganguan alergik. g. EKG Penyimpangan aksis kanan, gelombang P memuncak.
Page 12
7. Penatalaksanaan Medik Menurut zulies Ikawati, 2011, hal. 122-123, penatalaksanaan medik di bedakan menjadi dua, yaitu : a. Pengobatan Nonfarmakologis 1) Penyuluhan.penyuluhan ini ditujukan untuk peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit astma sehingga klien secara sadar menghindari factor-faktor pencetus, menggunakan obat secara benar, dan berkonsultasi pada tim kesehatan. 2) Menghindari Faktor Pencetus. Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan astma yang ada pada lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan mengurangi factor pencetus, termasuk intake cairan yang cukup bagi klien. 3) Fisioterapi, dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan dengan procedural drainase, perkusi, dan fibrasi dada.
b. Pengobatan Farmakologi 1) Agonis Beta : Adrenergik beta-agonis, seperti albuterol dan terbutaline, bekerja pada
reseptor yang terletak pada otot halus dan sel-sel inflamasi di paru-paru. Obat-obatan bronkodilator dapat mengendurkan otot-otot sekitar saluran udara yang mengerut saat serangan asma. metaproterenol (alupent, metrapel). Bentuknya aerosol, bekerja
dengan cepat, diberikan sebanyak 3-4 kali semprot, dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit. 2) Metilxantin, dosis dewasa diberikan 125-200 Mg 4 kali sehari. Golongan metilxantin adalah aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. 3) Kortikosteroid. Jika agonis beta dan epilxantin tidak memberikan respon yang baik, harus diberikan kortikosteroid dalam bentuk aerosol dengan dosis 4 kali semprot setiap hari. Kortikosteroid berfungsi menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam mengurangi gejala penyakit asma. Pemberian kortikosteroid dalam jangka panjang mempunyai efek samping, maka klien yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat. Jika digunakan dalam jangka panjang, secara bertahap kortikosteroid akan menyebabkan berkurangnya kecenderungan terjadinya serangan penyakit asma dengan mengurangi kepekaan saluran udara terhadap sejumlah rangsangan.
Page 13
4) Kromolin dan Iprutropioum Bromide (atroven). Kromolin merupakan obat pencegah astma, khususnya untuk anak-anak. Dosis Iprutropioum Bromide diberikan 1-2 kapsul 4 kali sehari. Kedua obat tersebut diduga menghalangi pelepasan bahan peradangan dari sel mast dan menyebabkan berkurangnya kemungkinan pengkerutan saluran udara. Obat ini digunakan untuk mencegah terjadinya serangan, bukan untuk mengobati serangan. .
Obat ini terutama efektif untuk anak-anak dan untuk penyakit asma karena olah raga. Obat ini sangat aman, tetapi relatif mahal dan harus diminum secara teratur meskipun penderita bebas gejala.
8. Komplikasi a. Pneumothoraks b. Pneumomediastinum dan emfisema subkutis c. Atelectasis d. Gagal napas e. bronkitis
C. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ASMA 1. Pengkajian Keperawatan a. Anamnesis Pengkajian mengenai nama, umur, dan jenis kelamin perlu dilakukan pada klien dengan astma. Serangan astma pada usia dini memberikan implikasi bahwa sangat mungkin terdapat status atopic. Serangan pada usia dewasa memungkinkan adanya factor non atopic. Tempat tinggal menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien berada. Berdasarkan alamat tersebut, dapat diketahui pula factor yang memungkinkan menjadi pencetus serangan asma. Status perkawinan dan emosional yang timbul dalam keluarga atau lingkungan merupakan factor pencetus serangan asma. Pekerjaan serta suku bangsa juga perlu dikaji untuk mengetahui adanya pemaparan bahan alergen. Hal ini perlu dikaji dari identitas klien adalah tanggal masuk rumah sakit, nomor rekam medis, asuransi kesehatan, dan diagnosis medis. Keluhan utama meluputi sesak napas , bernapas terasa berat pada dada, dan adanya keluhan sulit untuk bernapas.
Page 14
b. Riwayat penyakit saat ini Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan pertama dengan terutama dengan keluhan sesak napas yang hebat dan mendadak, kemudian diikuti dengan gejala gejala lain sepereti wheezing, penggunaan otot bantu pernapasan, kelelahan, gangguan kesadaran, sianosis, dan perubahan tekanan darah. Serangan asma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi 3 stadium, stadium pertama ditandai dengan batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada stadium ini terjadi edema dan pembengkakan bronkus. Stadium kedua ditandai dengan batuk disertai mukus yang jernih dan berbusa. Klien merasa sesak napas berusaha untuk bernapas dalam , respirasi memanjang dan diikuti bunyi mengi (wheezing). Klien lebih suka duduk dengan tangan diletakkan pada pinggir tempat tidur, tampak pucat, gelisah, dan warna kulit mulai membiru. Perawat perlu mengkaji opbat obatan yang biasa diminum klien dan memeriksa kembali setiap jenis obat apakah masih relevan untuk diginakan kembali. c. Riwayat penyakit dahulu Penyakit yang pernah diderita pada masa masa dahulu seperti adanya infeksi saluran pernapasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan polip hidung. Riwayat serangan asma, frekuensi, waktu dan alergen alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan. d. Riwayat penyakit keluarga Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat penyakit asma atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitivitas pada penyakit ini lebih ditentunkan oleh faktor genetic dan lingkungan. e. Pemeriksaan fisik Keadaan umum : perawat perlu juga mengkaji tentang kesadaran klien, kecemasan, kegelisahan, kelemahan suara bicara, denyut nadi, frekuensi pernapasan yang meningkat, penggunaan otot bantu pernapasan, sianosis, batuk dengan lender lengket, dan posisi istirahat klien.
Page 15
1) B1 ( Breathing) Inspeksi : pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, serta penggunaan oto bantu pernapasan. Inspeksi dada terutama untuk melihat postur bentuk dan kesimetrisan, adanya peningkatan diameter anterior posterior, retraksi otot otot interkostalis, sifat dan irama pernapasan, dan frekuensi pernapasan. Palpasi : pada palpasi biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil fremitus normal. Perkusi : pada perkusi didapatkan suara hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah. Auskultasi : terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan ekspirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi napas tambahan utama wheezing pada akhir ekspirasi. 2) B2 (Blood) Perawat perlu memonitor dampak asma pada status kardiovaskuler meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan darah, CRT. 3) B3 (Brain) Pada saat inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Disamping itu, diperlukan pemeriksaan GCS untuk menentukan tingkat kesadaran klien apakah komposmentis, somenolen atau koma. 4) B4 (Bladder) Pengukuran volume output urin perlu dilakukan karena berkaitan dengan intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor ada tidaknya oliguria, karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok. 5) B5 ( Bowel) Perlu juga dikaji tentang bentuk, turgor, nyeri, dan tanda-tanda infeksi, mengingat hal-hal tersebut juga dapat merangsang serangan asma. Pengkajian tentang status nutrisi klien meliputi frekuensi, dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Pada klien dengan sesak nafas sangant potensial terjadi pemenuhan kebutuhan nutrisi, hal ini karena terjadi dispnea saat makan, laju metabolisme, serta kecemasan yang dialami klien.
Page 16
6) B6 (Bone) Dikaji adanya edema ektremitas, tremor, dan tanda-tanda infeksi pada ekstremitas karena dapat merangsang serangan asma. Pada integumen perlu dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pluritus, eksim, dan adanya bekasa atau tanda urtikaria atau dermatitis.
f. 11 Pola Gordon
1) Pola penatalaksanaan kesehatan / persepsi sehat Bapak/ibu sebelumnya pernah masuk rumah sakit atau tidak ? Bapak/ibu pernah menderita penyakit seperti ini ? Apa yang Bapak/ibu rasakan sekarang ? Apakah Bapak/ibu mempunyai riwayat penyakit keturunan ?
2) Pola nutrisi metabolic Makan Bapak/ibu makannya berapa x dalam sehari ? Sehari-harinya Bapak/ibu mengkonsumsi menu yang seperti apa ? Bapak/ibu mempunyai pantangan terhadap makanan atau tidak ? minum Bapak/ibu minumnya berapa x dalam sehari ? Sehari-harinya Bapak/ibu mengkonsumsi minuman yang seperti apa ?
3) pola eliminasi Buang Air Kecil Bapak/ibu BAK nya berapa x dalam sehari ? Bapak/ibu biasanya BAK nya berwarna apa , dan apakah ada bau yang khas ? Bapak/ibu , pada saat BAK apakah mengalami kesulitan atau terasa nyeri? Buang Air Besar Bapak/ibu BAB nya berapa x dalam sehari ? Bapak/ibu biasanya BAB nya berwarna apa , dan konsistensinya seperti apa ? Bapak/ibu , pada saat BAB apakah mengalami kesulitan atau terasa nyeri?
Page 17
4) Pola aktivitas dan latihan Aktivitas yang bapak/ibu lakukan sehari-hari seperti apa ?
5) Pola tidur dan istirahat bapak/ibu tidurnya berapa jam/hari ? apakah ada kegiatan khusus sebelum bapak/ibu tidur ?
6) Pola persepsi konsep diri Identitas diri Bapak/ibu namanya siapa? Bapak/ibu bekerja dimana ? Bapak/ibu pekerjaannya apa? Body image Apakah bapak/ibu malu pada saat melakukan aktivitas masih bergantung dengan prang lain? Harga diri Apakah bapak/ibu malu terhadap penyakit yang bapak/ibu derita ? Peran diri Bapak/ibu didalam keluarga berperan sebagai apa? Ideal diri Bapak/ibu apakah sudah menjalankan perannya didalamnya keluarga dengan baik? 7) Pola kognitif preseptual keadekuatan alat sensori Do : Pola penglihatan, penciuman, dan pengecapan baik Saat klien dipanggil, klien menengok dan saat klien ditanya klien menjawab dengan baik (pendengaran). Dapat mengenali orang lain, waktu, tempat dengan baik.
8) Pola peran dan tanggung jawab bapak/ibu sehari-harinya bekerja sebagai apa ?
10) Pola koping dan toleransi stress bapak/ibu dalam menyelesaikan masalah berdikusi dengan orang lain , atau menyelesaikan sendiri ?
11) pola nilai dan keyakinan bapak/ibu agama nya apa ? (apabila islam) shlatnya berapa kali dalam sehari ?
bronkokostriksi, bronkospasme, edema mukosa dan dinding bronkus, serta sekresi mukus yang kental. b. Ketidak efektifan pola napas berhubungandengan bronkospasme. c. Ganggguan pertukaran gas berhubungan dengan serangan asma menetap. d. Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan. e. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat mengenai proses penyakit dan pengobatan.
3. Rencana tindakan Keperawatan a. Dx : Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan adanya
bronkokostriksi, bronkospasme, edema mukosa dan dinding bronkus, serta sekresi mukus yang kental. Tujuan : dalam waktu 3x24 jam telah di berikan intervensi kebersihan jalan napas kembali efektif. Intervensi Rasional
Kaji warna, kekentalan, dan jumlah Karakteristik sputum dapat menunjukan berat sputum ringannya obstruksi
Page 19
Batuk yang terkontrol dan efektif dapat memudahkan pengeluaran sekret yang
melekat di jalan napas Pertahankan intake cairan sedikitnya Hidrasi 2500ml/hari indikasikan Kolaborasi pemberian obat kecuali tidakm yang adekuat membantu
bronkodilator golongan B2. Nebulizer ( via inhalasi) dengan golongan terbutaline 0,25 mg, fenoterol HBr 0,1% solution, horciprenaline sulfur 0,75 mg Pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung menuju area bronkus yang mengalami spasme sehingga lebih cepat berdilatasi
Pemberian secara IV merupakan usaha pemeliharaan agar dilatasi jalan napas dapat optimal.
b. Dx : Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan Bronkospasme Tujuan : dalam waktu 3x24 jam telah diberikan intervensi pola nafas kembali efektif. Intervensi Rasional
Kaji/ freq pernafasan. Catat ratio inspirasi/ Takipnea biasanya ada pada beberapa ekspirasi. derajat dan dapat ditemukan pada
penerimaan atau selama stress/ adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan freq ekspirasi memanjang dibandingkan inspirasi. Auskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas misalnya mengi, krekels, ronchi. Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/ dimanifestasikan adanya bunyi nafas
Page 20
dengan ekspirasi mengi (emfisema), atau tak ada bunyi nafas (asma berat). Catat adanya/ derajat dispnea misalnya Difungsi pernafasan adalah variabel yang keluhan lapar udara gelisah, ansietas, tergantung pada tahap proses kronis selain distress pernafasan, penggunaan otot bantu. proses akut yang menimbulkan perawatan dirumah sakit misalnya infeksi, reaksi alergi. Pertahankan polusi lingkungan minimum, Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang misalnya debu, asap, dan bulu bantal yang dapat mentriger episode akut. berhubungan dengan kondisi individu. Kolaborai : berikan obat sesuai indikasi Merilekskan otot halus dan menurunkan Broncodilator misalnya -agonis : epinefrin kongesti local, menurunkan spasme jalan (adrenalin, vaponefrin), alboterol nafas, mengi, dan produksi mukosa. Obat-
(proventil, ventolin), terbutalin (brethine, obat mungkin peroral, injeksi, atau inhalasi. brethaire), bronkometer). isoetarin (brokosol,
c. Dx : Ganggguan pertukaran gas berhubungan dengan serangan asma menetap. Tujuan :dalam waktu 3x24 jam telah di berikan intervensi pertukaran gas klien adekuat Intervensi Rasional
Kaji secara rutin kulit dan warna Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) membran mukosa atau sentral (terlihat sekitar bibir/ daun telinga). Keabu-abuan dan sianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia Auskultasi bunyi nafas, catat area Bunyi nafas mungkin redup karena
penurunan aliran udara dan/atau penurunan aliran darah atau area konsolidasi. bunyi tambahan Adanya mengi mengindikasikan spasme
Page 21
interstisial/ dekompensasi jantung. Palpasi fremitus Penurunan getaran vibrasi diduga ada
pengumpulan cairan atau udara terjebak. Awasi tanda-tanda vital dan irama Takikardi, disritmia, dan perubahan TD dapat jantung menunjukan efek hipoksemia sistemik pada posisi jantung Kolaborasi tambahan : yang berikan sesuai oksigen Dapat memperbaiki/ mencegah
d. Dx : Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan. Tujuan :Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi Intervensi Kaji kebiasaan diet masukan Pasien distress Rasional pernafasan akut sering
makanan saat ini. Catat derajat anoreksia karena dispnea, produksi sputum, kesulitan makan. Evaluasi berat dan obat. badan dan ukuran tubuh Berikan perawatan oral sering, Rasa tak enak, bau, dan penampilan adalah
buang sekret, berikan wadah khusus pencegahan utama terhadap nafsu makan dan untuk sekali pakai dan tisu. dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan nafas. Dorong periode istirahat malam 1 Membantu menurunkan kelemahan selama jam sebelum dan sesudah makan. waktu makan dan memberikan kesempatan Berikan makan porsi kecil tapi untuk meningkatkan masukan kalori total. sering. Hindari makanan yang sangat panas Suhu atau sangat dingin Kolaborasi : - Konsul ahli gizi/ tim nutrisi untuk - Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi/ kebutuhan ekstrim dapat mencetuskan/
pendukung
Page 22
memberikan
makanan
yang
individu
untuk
memberikan
nutrisi
- Berikan
oksigen
tambahan
e. Dx : Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat mengenai proses penyakit dan pengobatan - Tujuan : dalam waktu 3x24 jam telah diberikan intervensi pengetahuan adekuat mengenai penyakit dan pengobatan
Intervensi Jelaskan atau kuatkan penjelasan penyakit Menurunkn individu. Dorong pasien atau
orang menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan. bibir dan nafas abdominal
Intruksikan rasional untuk latihan nafas, Nafas batuk efektif, dan latihan kondisi umum.
menguatkan otot pernafasan, membantu meminimalkan kolaps jalan nafas kecil, dan memberikan individu arti untuk mengontrol dispnea. Latihan kondisi umum
meningkatkan toleransi aktivitas, kekuatan otot, dan rasa sehat. Diskusikan obat pernafasan, efek samping Pasien ini sering mendapat obat pernafasan dan reaksi yang tidak diinginkan. banyak sekaligus yang mempunyai efek samping yang hampir sama dan potensial interaksi memahami obat. Penting bagi pasien samping
tentang
efek
Page 23
dihentikan atau diganti). Diskusikan meningkatkan faktor kondisi individu misalnya yang Faktor lingkungan ini dapat emnimbulkan udara atau meningkatkan iritasi bronchial
terlalu kering, lingkungan dengan suhu menimbulkan peningkatan produksi secret ekstrem, asap tembakau dan polusi udara. dan hambatan jalan nafas. Dorong pasien atau orang terdekat untuk mencari cara mengontrol faktor ini dan sekitar rumah. Berikan informasi tentang pembatasan Mempunyai aktivitas dan aktivitas pilihan dengan memampukan periode istirahat untuk mencegah pilihan/ pengetahuan pasien untuk informasi ini dapat
membuat untuk
keputusan dispnea,
memaksimalkan
aktivitas, menggunakan nafas bibir, posisi tingkat aktivitas, melakukan aktivitas yang berbaring. diinginkan, s=dan mencegah komplikasi.
Page 24
lingkungan yang dapat mencetuskan serangan. Tiga gejala umum asma adalah batuk, dipsnea, dan mengi. Pada beberapa keadaan, batuk mungkin merupakan satu-satunya gejala. Serangan asma sering terjadi pada malam hari. Pennyebabnya tidak dimengerti dengan jelas tetapi mungkin berubungan dengan variasi sirkadian, yang mempengaruhi ambang reseptor jalan nafas.
B. Saran Setelah pembuatan makalah ini sukses diharapkan agar mahasiswa giat membaca makalah ini, dan mencari ilmu yang lebih banyak diluar dari makalah ini terkait tentang meteri dalam pembahasan, dan tidak hanya berpatokan dengan satu sumber ilmu (materi terkait), sehingga dalam tindakan keperawatan dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan asma
Saran yang disampaikan kepada Mahasiswa Keperawatan adalah : 1. 2. 3. 4. Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan asma Dapat menilai batasan asma Lebih teliti dalam memberikan intervensi keperawatan kepada klien dengan asma Dapat memberikan pendidikan kesehatan terhadap keluarga maupun klien, baik di rumah sakit maupun di rumah.
Page 25
DAFTAR PUSTAKA
Ikawati Zullies. 2011. Penyakit Sistem Pernapasan dan Tatalaksana Terapinya. Yogyakarta : Bursa Ilmu. Muttaqin Arif, 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika Pearce Evelyn, 2008, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Syaifuddin, 2006, Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan, Jakarta : Buku Kedokteran EGC Efendi Christantie, Niluh Gede Yasmin Asih.2003. Keperawatan Medikal Bedah Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Vol. 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Page 26