Você está na página 1de 15

A. LATAR BELAKANG Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang.

Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial (F.J Monks dkk 2002). Hamid (1999) menentukan usia remaja antara 1218 tahun dan menggunakan usia 1220 tahun sebagai batasan remaja. Sementara itu menurut Purwanto (1998), tingkattingkat perkembangan dalam masa remaja yang sesungguhnya dibagi menjadi 4, yaitu masa pra puber, masa puber atau remaja, masa pasca puber dan masa akhir puber. Masa pra puber yaitu 1 atau 2 tahun sebelum masa remaja yang sesungguhnya. Masa puber atau masa remaja yaitu perubahanperubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak perempuan lebih cepat memasuki masa ini daripada pria. Masa ini lamanya berkisar antara 2,53,5 tahun. Masa pasca puber yaitu pertumbuhan yang cepat sudah berlalu, tetapi masih nampak perubahanperubahan yang berlangsung pada beberapa bagian badan. Masa akhir puber yaitu melanjutkan perkembangan sampai mencapai tandatanda kedewasaan. Perubahan paling awal muncul yaitu perkembangan secara biologis. Salah satu tanda keremajaan secara biologi yaitu mulainya remaja mengalami menstruasi. Menstruasi dimulai saat pubertas dan kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak atau masa reproduksi. Menstruasi biasanya dimulai antara usia 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Walaupun begitu, pada kenyataannya banyak wanita yang mengalami masalah menstruasi, diantaranya nyeri haid/dismenore (Sumudarsono 1998). Nyeri haid/dismenore merupakan adalah ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah sehingga mengakibatkan rasa nyeri timbul, faktor psikologis juga ikut berperan terjadinya dismenore pada beberapa wanita. Wanita pernah mengalami dismenore sebanyak 90%. Masalah ini setidaknya mengganggu 50% wanita masa reproduksi dan 60-85% pada usia

remaja, yang mengakibatkan banyaknya absensi pada sekolah maupun kantor. Pada umumnya 50-60% wanita diantaranya memerlukan obat-obatan analgesik untuk mengatasi masalah dismenore ini (Annathayakheisha,2009). Latihan-latihan olahraga yang ringan sangat dianjurkan untuk mengurangi dismenore. Olahraga/senam merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri. Hal ini disebabkan saat melakukan olahraga/senam tubuh akan menghasilkan endorphin. Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak sehingga menimbulkan rasa nyaman (Harry 2007). Dari hasil penelitian ternyata dismenore lebih sedikit terjadi pada olahragawati dibandingkan wanita yang tidak melakukan olahraga/senam (Sumudarsono 1998). Dari uraian diatas dan mengingat sering timbulnya masalah dismenore pada remaja yang dapat mengganggu aktivitas belajar mengajar maka perlu adanya penelitian untuk mencari alternative terapi yang mudah dilakukan dan tidak memerlukan biaya untuk mencegah dan mengatasi masalah dismenore tersebut dengan senam dismenore dalam mengurangi maupun mengatasi masalah nyeri haid. Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis ingin melakukan penelitian tentang Efektifitas Senam Dimenore Dalam Mengurangi Dismenore Pada Siswa Remaja Putri

B. RUMUSAN MASALAH Masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan tingkat dismenore pada remaja putri antara yang melakukan senam dismenore dengan yang tidak melakukan senam dismenore

C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui dan menganalisa efektivitas dari senam dismenore dengan adanya perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah melakukan

senam dismenore pada remaja putri 2. Tujuan Khusus Mengukur perbedaan tingkatan nyeri siswa saat mengalami dismenore sebelum dan setelah melakukan senam dismenore.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Dapat membantu remaja yang mengalami dismenore dalam mengurangi dan mencegah nyeri saat menstruasi sehingga dapat mengikuti pembelajaran dari awal hingga akhir mata pelajaran 2. Sebagai informasi bagi institusi pendidikan bahwa senam merupakan salah satu alternatif terapi untuk mengatasi dan mengurangi siswa-siswa yang mengalami dismenore sehingga mereka dapat lebih berkonsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran dan dapat mengajarkan gerakan senam tersebut kepada siswa-siswanya 3. Dapat menjadikan senam sebagai salah satu alternatif terapi ke dalam intervensi yang diterapkan perawat untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan bagi masalah dismenore yang sering dialami remaja 4. Memberi pengalaman baru bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian dan dapat mengetahui keefektifan terapi senam secara langsung dalam menangani masalah dismenore remaja dan mengaplikasikan teori yang telah didapat untuk mengatasi masalah dismenore pada peneliti sendiri. E. TINJAUAN PUSTAKA 1. Dismenore a. Pengertian Dismenore adalah nyeri kram (tegang) daerah perut mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat bertahan selama 24-36 jam meskipun beratnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama. Kram tersebut terutama dirasakan di daerah perut bagian bawah tetapi dapat menjalar ke punggung atau permukaan dalam paha, yang terkadang menyebabkan penderita tidak berdaya dalam menahan

nyerinya tersebut (Hendrik 2006). b. Jenis-jenis dismenore Smeltzer (2002) menyebutkan bahwa dismenore ada dua yaitu primer dan sekunder: 1) Dismenore Primer Dismenore primer adalah menstruasi yang sangat nyeri, tanpa patologi pelvis yang dapat diidentifikasi, dapat terjadi pada waktu menarche atau segera setelahnya. Dismenore ditandai oleh nyeri kram yang dimulai sebelum atau segera setelah awitan aliran menstrual dan berlanjut selama 48 jam hingga 72 jam. Pemeriksaan pelvis menunjukkan temuan yang normal. Dismenore diduga sebagai akibat dari pembentukan prostaglandin yang berlebihan, yang menyebabkan uterus untuk berkontraksi secara berlebihan dan juga mengakibatkan vasospasme arteriolar. Dengan bertambahnya usia wanita, nyeri cenderung untuk menurun dan akhirnya hilang sama sekali setelah melahirkan anak (Smeltzer 2002). Bisa juga nyeri pada pantat, rasa nyeri pada paha bagian dalam, mual, muntah, diare, pusing atau bahkan pingsan. Jadi Anda menderita dismenore, biasanya keluhan-keluhan yang paling hebat muncul pada hari pertama haid. Keluhan akan mulai berkurang pada hari-hari berikutnya. Umumnya berlangsung tidak lebih dari 12-16 jam. Namun, ada juga wanita yang mengalami mulai dari awal hingga hari terakhir haid, yaitu sekitar 5-6 hari (Ramaiah 2006) 2) Dismenore Sekunder Dismenore sekunder berhubungan dengan kelainan yang jelas, kelainan anatomis ini kemungkinan adalah haid disertai infeksi, endometriosis, mioma uteri, polip endometrial, stenosis serviks, IUD juga dapat merupakan penyebab dismenore ini (Bobak 2004). Pasien dismenore sekunder sering mengalami nyeri yang terjadi beberapa hari sebelum haid disertai ovulasi dan kadangkala

pada saat melakukan hubungan seksual (Smeltzer 2002). c. Derajat Nyeri Haid (Dismenore) Riyanto (2002) menyebutkan bahwa derajat dimenore ada empat yaitu derajat 0-3. 1) Derajat 0 Tanpa rasa nyeri dan aktifitas sehari-hari tak terpengaruhi. 2) Derajat 1 Nyeri ringan dan memerlukan obat rasa nyeri, namun aktifitas jarang terpengaruh. 3) Derajat 2 Nyeri sedang dan tertolong dengan obat penghilang nyeri namun aktifitas sehari-hari terganggu. 4) Derajat 3 Nyeri sangat hebat dan tak berkurang walaupun telah menggunakan obat dan tidak dapat bekerja, kasus ini segera ditangani dokter. Sementara itu menurut Potter (2005), karakakteristik paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai nyeri ringan, sedang atau parah. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Deskriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari 3-5 kata. Pendeskripsi ini dirangking dari tidak terasa nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan. Alat VDS ini memungkinkan klien untuk mendeskripsi nyeri. Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scale, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. d. Etiologi (Penyebab) Banyak teori dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenore primer, tetapi tetap belum jelas penyebabnya hingga saat ini. Dahulu disebutkan faktor keturunan, psikis, dan lingkungan dapat

mempengaruhi penyebab hal itu, namun penelitian dalam tahun-tahun terakhir ini menunjukkan adanya pengaruh zat kimia dalam tubuh yang disebut prostaglandin. Diantara sekian banyak hormon yang beredar dalam darah, terdapat senyawa kimia yang disebut prostaglandin. Telah dibuktikan, prostaglandin berperan dalam mengatur berbagai proses dalam tubuh, termasuk aktifitas usus, perubahan diameter pembuluh darah dan kontraksi uterus. Para ahli berpendapat, bila pada keadaan tertentu, dimana kadar prostaglandin berlebihan, maka kontraksi uterus (rahim) akan bertambah. Hal ini menyebabkan terjadi nyeri yang hebat yang disebut dismenore. Juga beredarnya prostaglandin yang berlebihan ke seluruh tubuh akan berakibat meningkatkan aktifitas usus besar. Jadi prostaglandin inilah yang menimbulkan gejala nyeri kepala, pusing, rasa panas dan dingin pada muka, diare serta mual yang mengiringi nyeri pada waktu haid (Widjajanto 2005). e. Patofisiologi Selama fase luteal dan menstruasi, prostaglandin F2 alfa (PGF2), disekresi. Pelepasan PGF2 yang berlebihan meningkatkan amplitudo dan frekuensi kontraksi uterus dan menyebabkan vasospasme arteriol uterus, sehingga mengakibatkan iskemia dan kram abdomen bawah yang bersifat siklik. Respon sistemik terhadap PGF2 meliputi nyeri punggung, kelemahan, pengeluaran keringat, gejala saluran cerna (anoreksia, mual, muntah, dan diare) dan gejala sistem syaraf pusat meliputi: pusing, sinkop, nyeri kepala dan konsentrasi buruk (Bobak 2004). f. Gejala Klinis Gejala dismenore yang paling umum adalah nyeri mirip kram di bagian bawah perut yang menyebar ke punggung dan kaki. Gejala terkait lainya adalah muntah, sakit kepala, cemas, kelelahan, diare, pusing, dan kembung atau perut terasa penuh bahkan. Bebera wanita

mengalami nyeri sebelum menstruasi dimulai dan bisa berlangsung hingga beberapa hari (Ramaiah 2006). Sedangkan menurut Riyanto (2002) menyebutkan bahwa gejalagejala klinis biasanya dimulai sehari sebelum haid berlangsung selama hari pertama haid dan jarang terjadi setelah itu. Nyeri biasanya merupakan nyeri di garis tengah perut (pada abdomen bawah), punggung, tulang kemaluan. Nyeri terasa timbul, tajam dan bergelombang. Biasanya mengikuti kontraksi dan dapat menjalar kearah pinggang belakang. Selain rasa nyeri, dapat pula disertai mual, sakit kepala, dan mudah tersinggung / depresi. g. Penatalaksanaan Untuk beberapa wanita yang sedang dismenore biasanya nyeri dapat dikurangi dengan pemberian panas (kompres panas atau mandi air panas), masase, latihan fisik, dan tidur cukup untuk meredakan dismenore primer. Panas meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi dan meningkatkan sirkulasi. Perubahan diet dengan mengurangi garam dan peningkatan penggunaan diuretik alami, seperti asparagus atau daun sup dapat mengurangi edema dan rasa tidak nyaman yang timbul. Penggunaan obat analgesik, obat-obatan anti radang bukan steroid (Non Steroid Anti Inflammatory Drugs) dan diuretik untuk relaksasi uterus. Sebagai upaya terahir untuk mengatasi dismenore yang tidak dapat dikendalikan pembedahan dapat

diindikasikan (Bobak 2004). Ramaiah (2006) menyebutkan bahwa, salah satu cara yang sangat efektif untuk mencegah nyeri dismenore ini adalah melakukan aktifitas senam. Beberapa latihan dapat meningkatkan pasokan darah ke organ reproduksi sehingga memperlancar peredaran darah. senam teratur dapat memperbaiki kesehatan secara umum dan membantu menjaga siklus menstruasi yang teratur. Senam setidaknya dilakukan tiga hingga empat kali seminggu, khususnya selama paruh kedua siklus menstruasi. Riset menunjukkan bahwa perempuan yang berolahraga

atau senam teratur dapat meningkatkan sekresi hormon dan pemanfaatannya, khususnya estrogen. Senam penting untuk remaja putri yang menderita dismenore karena latihan yang sedang dan teratur meningkatkan pelepasan endorfin beta (penghilang nyeri alami) ke dalam aliran darah sehingga dapat mengurangi nyeri dismenore. Beberapa penelitian telah mengkaitkan nyeri dismenore dengan perubahan kadar endorfin beta (Rager 1999).

2. Senam Senam berasal dari bahasa Inggris disebut Gymnastic yang berasal dari kata gymnos melakukan latihan senam di ruangan khusus yang disebut Gymnasium atau Gymnasion. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kekuatan dan keindahan jasmani. Cara melakukannya sambil berpakaian minim atau telanjang. Maksudnya mungkin agar dapat leluasa bergerak. Namun yang melakukan senam ini hanya kaum pria. Senam di Negara Indonesia sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda. Pada waktu itu namanya Gymnastiek, zaman jepang dinamakan Taiso. Pemakaian istilah senam sendiri kemungkinkan bersamaan dengan pemakaian kata olahraga sebagai pengganti kata sport. Senam sejak Yunani kuno sampai sekarang ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan itu terlihat dalam bentukbentuk gerakan, sistematika latihan maupun tujuan-tujuannya. Apakah senam itu? Untuk menjawab pertanyaan demikian alangkah baiknya diberi jawaban dengan mengemukakan batasan. Namun itu tidaklah mudah hal ini disebabkan ruang lingkup senam sekarang demikian luasnya. Batasan itu perlu untuk membedakan senam dengan cabang olahraga lainnya; untuk itu perlu dikemukakan dulu apa ciri-ciri dan kaidah-kaidah senam itu.

Ciri dan kaidah senam ialah : a. Bahwa gerakan latihannya selalu dapat direncanakan, dipilih dan disiptakan oleh guru, pelatih bahkan pelaku sendiri. b. Bahwa gerakan latihan terpilih itu harus disusun secara sistematis (merupakan suatu kebulatan latihan). c. Penyusunan pemilihan gerakan itu harus sesuai dengan prinsip-prinsip tertentu sesuai dengna tujuan atau kebutuhan si pelaku. Dengan melihat ciri-ciri dan kaidah-kaidah tersebut, maka batasan mengenai senam dapat dirumuskan sebagai berikut : Senam adalah latihan jasmani / olahraga yang bentuk-bentuk gerakannya dipilih dan disusun secara sistematis berdasarkan prinsipprinsip tertentu sesuai dengan kebutuhan atau tujuan si penyusun. Dari batasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa setiap orang, guru atau pelatih olahraga dapat menentukan tujuan, memilih dan menyusun latihannya sendiri sesuai dengan kebutuhan atau tujuan untuk apa. Mungkin untuk memelihara kesegaran jasmani, menambah

keterampilan, keindahan bentuk dan lain-lain. a. Sejarah Senam Sejarah perkembangan senam dimulai sejak zaman kuno, sebelum Masehi, baik di dunia barat, di dunia timur atau di timur tengah. Materinya dibagi dalam empat bagian yang masing-masing merupakan satu era dengan cirinya masing-masing, yaitu zaman kuno, zaman abad pertengahan dan permulaan zaman modern, zaman modern di eropa dan bagian akhir adalah senam di abad ke Duapuluh. b. Senam Pada Zaman Kuno Sejarah perkembangan senam erat sekali hubungannya dengan perkembangan pendidikan jasmani dan pendidikan pada umumnya. Sejak dahulu, para ahli filsafat percaya bahwa tingkat kesegaran jasmani masyarakat (istilah sekarang) menurun maka tingkat

pendidikannya juga akan menurun. Bila hal ini terjadi, maka para pendidik harus mengarhkan perhatiannya pada faktor peningkatan

kesegaran jasmani nasional. Kenyataan yang berusaha memasukkan senam dan pendidikan jasmani ke dalam kurikulum sekolah adalah para ahli filsafat dan pemimpin masyarakat. Dewasa ini orang percaya bahwa pendidikan jasmani merupakan aspek penting dari program pendidikan umum. Sejarah perkembangan senam dan pendidikan jasmani pada umumnya merupakan evolusi yang dipengaruhi oleh tuntutan dan keadaan negara, pemerintah, kota, lembaga-lembaga maupun kelompok dan individu/perorangan. 3. Senam dan dismenore Berikut ini merupakan pengaruh senam/olahraga terhadap

penurunan dismenore yang dialami oleh remaja putri dari Tjokronegoro (2004) dan Rager (1999): a. Peningkatan efisiensi kerja paru Seorang terlatih dapat menyediakan oksigen hampir dua kali lipat per menit daripada yang tidak terlatih. Sehingga ketika terjadi dismenore, oksigen dapat tersalurkan ke pembuluh-pembuluh darah di organ reproduksi yang saat itu terjadi vasokonstriksi sehingga menyebabkan timbulnya rasa nyeri, disebabkan respon dari oksigen yang tidak tersampaikan ke pembuluh darah paling ujung. Tetapi bila seseorang rutin melakukan senam/olahraga, maka dia dapat

menyediakan oksigen hampir dua kali lipat per menit sehingga oksigen tersampaikan ke pembuluh darah yang mengalami vasokonstriksi dan akan menyebabkan terjadinya penurunan nyeri dismenore. b. Peningkatan efisiensi kerja jantung Jantung semakin kuat dan dapat memompa lebih banyak darah. Akibatnya orang terlatih, denyut jantungnya lebih lambat 20 kali per menit daripada yang tidak terlatih. Konsepnya hampir sama dengan penjelasan di atas, pada orang yang melakukan olahraga/senam darah dipompa lebih banyak ke pembuluh darah organ reproduksi yang mengalami vasokonstriksi. Karena aliran pembuluh darah lancar, maka

10

nyeri dismenore tidak begitu dirasakan. c. Peningkatan jumlah dan ukuran pembuluh-pembuluh darah yang menyalurkan darah ke seluruh tubuh, termasuk organ reproduksi. Pada seseorang yang rutin senam/olahraga, terjadi peningkatan jumlah dan ukuran pembuluh darah yang menyalurkan darah ke seluruh tubuh, termasuk organ reproduksi sehingga memperlancar aliran darah ketika terjadi dismenore dan terjadi penurunan dismenore. d. Peningkatan volum darah yang mengalir ke seluruh tubuh, termasuk organ reproduksi. Dengan senam/olahraga rutin terjadi peningkatan volum darah yang mengalir ke seluruh tubuh, termasuk organ reproduksi. Sehingga memperlancar pasokan oksigen ke pembuluh darah yang mengalami vasokonstriksi, sehingga nyeri dismenore dapat berkurang. e. Senam penting untuk remaja putri yang menderita dismenore karena latihan yang sedang dan teratur meningkatkan pelepasan endorfin beta (penghilang nyeri alami) ke dalam aliran darah sehingga dapat mengurangi nyeri dismenore.

F. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan quasi eksperimen dalam satu kelompok (one group pre test post test design). Karena rancangan ini merupakan bentuk desain eksperimen yang lebih baik validitas internalnya daripada pre eksperimen namun lebih lemah dari true eksperimen. Dengan mengobservasi sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Kelompok diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi kembali setelah intervensi di lain waktu yang telah ditentukan (Setiadi 2007). Disini peneliti mengukur pengalaman skala nyeri remaja yang mengalami dismenore pada bulan lalu sebelum melakukan senam dismenore, kemudian diukur skala nyeri kembali setelah melakukan senam dismenore saat siklus menstruasi bulan berikutnya.

11

2. Populasi dan Sampel a. Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Arikunto 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja putri yang sudah menstruasi. b. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dimana purposive sampling didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, dengan ciri dan syarat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoadmojo 2005). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: 1) Remaja putri yang sudah menstruasi dan sudah mengalami dismenore minimal 3 kali. 2) Remaja putri yang tidak lupa nyeri dismenorenya saat menstruasi sewaktu dilakukan penelitian. 3. Kerangka Teori
Faktor yang mempengaruhi nyeri: a. Usia b. Jenis kelamin c. Pengalaman d. Tingkat pendidikan

Penyebab: a. Pelepasan prostaglandin b. Peningkatan frekuensi kontraksi uterus c. Vasospasme arteriol uterus

Nyeri Dismenore

Penurunan Dismenore

Penatalaksanaan dismenore: 1. Senam Dismenore 2. Kompres hangat 3. Massase 4. Istirahat cukup 5. Perubahan diet: kurangi garam, diuretik alami 6. Obat analgesik Kerangka teori dikutip dari bobak (2004), Tjokronegoro (2004), Rager (1999) Keterangan: Fokus Penelitian pada tulisan yang dicetak tebal

12

4. Kerangka Konsep Variabel Independen Remaja Putri Yang Melakukan Senam Dismenore Variabel dependen

Nyeri Dismenore

Remaja Putri Yang tidak Melakukan Senam Dismenore Kerangka Konsep

Nyeri Dismenore

5. Identifikasi Variabel a. Variabel Independen Senam Dismenore 1) Definisi Operasional Teknik relaksasi merupakan salah satu teknik dalam

memberikan kondisi yang nyaman dan rileks pada remaja saat mengalami dismenore dengan melakukan senam dismenore gerakan sederhana minimal selama 3 hari sebelum menstruasi setiap pagi dan atau sore hari. Diharapkan senam tersebut memberikan efek dalam mengurangi dan mencegah dismenore. Karena senam dapat menyebabkan tubuh menjadi relaks dengan menghasilkan hormon endorphin. 2) Alat ukur Berupa gerakan senam sederhana yang dilakukan minimal 3 hari sebelum menstruasi pada pagi dan atau sore hari. b. Variabel dependen 1) Nyeri saat menstuasi sebelum melakukan senam a) Definisi Operasional Perasaan tidak nyaman yang dirasakan remaja saat menstruasi akibat kontraksi uterus (dismenore) sebelum melakukan teknik relaksasi dengan senam gerakan sederhana. b) Alat Ukur

13

Lembar skala nyeri Universal Pain Assessment Tool yang menampilkan tingkatan nyeri 1-10 dan ekspresi wajah yang ditampilkan dan lembar kuesioner untuk mengetahui lebih mendalam tentang siswa yang mengalami dismenore (Kristiono 2007). 2) Nyeri saat menstuasi setelah melakukan senam a) Definisi Operasional Perasaan tidak nyaman yang dirasakan remaja saat menstruasi akibat kontraksi uterus (dismenore) sebelum melakukan teknik relaksasi dengan senam gerakan sederhana. b) Alat Ukur Lembar skala nyeri Universal Pain Assessment Tool yang menampilkan tingkatan nyeri 1-10 dan ekspresi wajah yang ditampilkan dan lembar kuesioner untuk mengetahui lebih mendalam tentang siswa yang mengalami dismenore (Kristiono 2007). 6. Rencana Pengolahan Data Peneliti mengidentifikasi remaja putri yang mengalami dismenore, mengidentifikasi skala nyeri dismenore yang mereka rasakan dari pengalaman menstruasi bulan lalu, serta waktu remaja tersebut mengalami menstruasi dengan menyebar lembar observasi sebagai tahap pretest. Melakukan pendekatan pada remaja-remaja putri tersebut satu persatu dan melakukan kontrak tempat dan waktu. Kemudian peneliti menjelaskan tujuan dan maksud dari pertemuan yang telah disepakati dan memberikan surat kesediaan mereka menjadi responden. Peneliti mengajarkan tentang gerakan senam dismenore dan tata cara pelaksanaan, kemudian membuat kesepakatan agar remaja bersedia untuk melakukan senam dismenore tersebut di rumah selama minimal 3 hari sebelum menstruasi setiap pagi dan atau sore hari. Peneliti memantau remaja tersebut dengan bertemu langsung dengan remaja-remaja putri tersebut untuk memastikan remaja tersebut, terus bersedia melakukan senam yang telah diajarkan sesuai

14

aturan secara mandiri di rumah. Untuk post test, didapatkan setelah remaja tersebut mengalami dismenore saat menstruasi dan telah melakukan senam selama minimal 3 hari sebelum menstruasi, kemudian diukur skala nyeri yang dirasakan. 7. Hipotesa Hipotesa dalam penelitian ini adalah ada perbedaan tingkat dismenore pada remaja putri antara yang melakukan senam dismenore dengan yang tidak melakukan senam dismenore.

15

Você também pode gostar