Você está na página 1de 16

PEMBUATAN dan PEMERIKSAAN PREPARAT MALARIA Semester Hari/tanggal : III (Tiga) : (Pembuatan Preparat Malaria) (Pembacaan Preparat Malaria)

(Pemantapan Pembacaan Preparat Malaria) (Pemantapan Pembacaan Preparat Malaria)

1. Senin, 8 Oktober 2012 2. Senin, 15 Oktober 2012 3. Senin, 5 Nopember 2012 4. Senin, 3 Desember 2012 I. TUJUAN I.1 I.2 I.3 I.4

Mahasiswa dapat membuat sediaan darah tipis dan darah tebal Mahasiswa dapat melakukan pewarnaan terhadap sediaan darah tipis dan tebal dengan menggunakan cat giemsa 10 % Mahasiswa dapat mengamati sediaan malaria pada tetes tebal dan tipis Mahasiswa dapat mengetahui morfologi parasit serta menentukan jumlah parasit (tingkat infeksi) pada sediaan malaria tetes tebal.

II.

METODE II.1Pembuatan preparat malaria Sediaan hapusan tetes tebal Sediaan hapusan tetes tipis Indirect preparat 2.2 Pemeriksaan preparat malaria Pemerikssan indirect sediaan darah tebal Pemeriksaan indirect sediaan darah tipis

III.

PRINSIP III.1 Pembuatan preparat malaria III.1.1 Pembuatan sediaan tetes tebal Darah kapiler diambil secara aseptis lalu diteteskan 12 mikron pada kaca objek. Kemudian darah dibuat melingkar dari luar ke dalam 1x1 cm. Dibiarkan sampai mengering.

III.1.2 Pembuatan sediaan tetes tipis Darah kapiler diambil secara aseptis lalu diteteskan 6 mikron pada kaca objek. Kemudian darah dihapuskan dengan kaca objek lain hingga membentuk seperti lidah kucing. Lalu dibiarkan hingga mengering. III.1.3 Pewarnaan sediaan darah tetes tebal dan tipis dengan Giemsa 10 % Sediaan tetes tebal dihemolisa dengan aquades selama 3 menit. Sediaan tetes tipis difiksasi dengan metanol p.a selama 3 menit. Lalu masingmasing ditambahkan giemsa 10 % dan dibiarkan 30 menit. Kemudian dibilas dengan aquades. III.2 Pemeriksaan preparat malaria Preparat malaria ditetesi dengan oil imersi kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop binokuler pembesaran lensa onjektif 100 x. Dibaca 100 lapang pandang sehingga didapat jumlah parasit malaria (Plasmodium sp.) IV. DASAR TEORI
4.1 Definisi Malaria

Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya, malaria disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamsuk malaria (anopeles) betina. Selain berasal dari vektor nyamuk, malaria juga dapat ditularkan melalui transfusi darah atau jarum suntik yang terkontaminasi darah penderita malaria. Malaria kongenital disebabkan oleh penularan agen penyebab melalui barier plasenta, namun kejadian ini jarang terjadi. Sebaliknya, malaria neonatus, agak sering terjadi dan merupakan akibat dari pencampuran darah ibu yang terinfeksi dengan darah bayi selama proses kelahiran.(Safar, 2010)
4.2 Klasifikasi Malaria Berikut ini merupakan klasifikasi parasit malaria (Safar,2010)

Phylum Kelas Subkelas Ordo Sub-ordo Famili Genus

: Apicocomplexa : Sporozoa : Coccidiida : Eucoccidies : Haemosporidiidea : Plasmodiidae : Plasmodium

Sub-genus Spesies

: Laverania : Plasmodium falciparum Plasmodium vivax Plasmodium malariae Plasmodium ovale

Untuk tujuan klinis dan diagnostik malaria dapat dianggap sebagai dua wujud penyakit. Malaria yang paling berbahaya disebabkan oleh Plasmodium falciparum dan disebut sebagai malaria tertiana maligna. Malaria ini menyebabkan timbulnya berbagai manifestasi klinis akut yang bila tidak diobati dapat mematikan dalam beberapa hari sejak mulai terinfeksinya. Malaria jenis kedua yaitu malaria yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan Plasmodium malariae. Malaria tersebut disebut dengan malaria tertiana benigna, karena malaria tersebut hampir tidak pernah mematikan penderitanya. (Safar,2010)
4.3 Jenis-jenis Malaria

Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :
a. Malaria Tropika (Plasmodium falcifarum)

Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini memiliki morfologi: (Safar,2010)
1. Trofozoit muda (bentuk accole atau applique) 2. Trofozoit muda (salah satu cincin seperti headphone atau bintik

kromatin ganda)
3. Trofozoit muda dengan titik titik Maurer 4. Trofozoit lanjut dengan cincin yang besar dan titik titik Maurer 5. Skizon matang dengan merozoit (24) 6. Mikrogametosit dengan kromatin tersebar 7. Makrogametosit kromatin kompak

Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika: Plasmodium falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada

lapisan endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water Fever).
b. Malaria Kwartana (Plasmoduim malariae)

Plasmodium malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan kadang-kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/ rossete. Bentuk gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil. Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.
c. Malaria Ovale (Plasmodium ovale)

Malaria Tersiana (Plasmodium ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae. Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan fibriated. Morfologi Plasmodium ovale adalah: (Safar,2010)
1. Trofozoit muda (bentuk cincin) dengan titik titik Schuffner 2. Trofozoit muda (terjadi pembesaran sel darah merah) 3. Trofozoit

lanjut dalam sel darah merah dengan tepi berumbai

(fimbriated)
4. Skizon muda dengan sel darah merah yang tidak teratur 5. Skizon matang dengan merozoit (8) tersusun tidak teratur 6. Mikrogametosit dengan kromatin tersebar 7. Makrogametosit dengan kromatin kompak

Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.

d. Malaria Tersiana (Plasmodium vivax)

Malaria Tersiana (Plasmodium vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan Plasmodium palcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam. Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya komplikasi. 4.4 Diagnosis Diagnosis malaria dapat ditegakkan dengan mikroskop cahaya : (Safar,2010) Sediaan darah dipulas dengan Giemsa. Metode semikuantitatif untuk menghitung parasit pada sediaan darah tebal, yaitu: + ++ +++ ++++ +++++ 4.5 : 1-10 parasit per 100 lapangan : 11-100 parasit per 100 lapangan : 1-10 parasit per 1 lapangan : lebih dari 10 parasit per 1 lapangan : >100 parasit per 1 lapangan, setara dengan 40.000 parasit/l

Pembuatan Sediaan Apus Darah Tepi Tujuan dari pemeriksaan sediaan apus darah tepi anatara lain: menilai berbagai unsur sel darah tepi, seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit dan mencari adanya parasit seperti malaria, tripanosoma, mikrofilaria dan sebagainya. Terdapat 2 macam sediaan permanen darah yang dipakai untuk menemukan dan mengidentifikasi spesies parasit dan macam sediaan memberikan informasi yang berbeda. Pada sediaan darah tebal, jumlah darah yang dipaki lebih banyak, sehingga lebih mudah untuk menemukan infeksi yang ringan. Sedangkan, pada sediaan darah tipis, morfologi parasit dapat dipelajari lebih baik (Hadidjaja,1994).

4.6

Pengecatan Giemsa Pada umumnya, sediaan darah harus segera dipulas, oleh karena penyimpanan sediaan darah yang lama menghasilkan pulasan yang tidak baik sehingga morfologi parasit tidak khas lagi (Hadidjaja, 1994). Giemsa adalah zat warna yang terdiri eosin dan metilen azur memberi warna merah muda pada sitoplasma dan metilen biru memberi memberi warna biru pada inti leukosit. Ketiga jenis zat warna ini dilarutkan dengan metil alkohol dan gliserin. Larutan ini dikemas dalam botol coklat (100-500-1000 cc) dan dikenal sebagai Giemsa stock yang pH-nya 7. (Tjockronegoro, 1996). Faktor yang harus diperhatikan untuk mencapai pulasan yang baik : 1. Kualitas dari stock giemsa yang digunakan standart mutu 2. Kualitas dari air pencemar Giemsa 3. Kualitas pembuatan sediaan darah 4. Kebersihan sediaan darah (Depkes RI, 1993).

V.

ALAT dan BAHAN 4.1 Alat 1. Objek glass 2. Cover glass 3. Rak pewarnaan 4. Auto click 5. Beaker glass 50 mL 6. Pipet tetes 7. Pipet ukur 1 mL dan 10 mL 8. Ball pipet 9. Botol semprot 10. Mikroskop binokuler 4.2 Bahan 1. Larutan warna Giemsa 10% 2. Aquadest 3. Metanol p.a 4. Buffer phosfat pH 6,8 5. Alkohol 70% 6. Lancet

7. Kapas kering 8. Alkohol swab 9. Tissue 10. Label 11. Preparat malaria 12. Oil imersi VI. CARA KERJA 6.1 Pengambilan Sampel Darah Kapiler 1. Alat dan bahan disiapkan 2. Kaca objek dibersihkan dengan alcohol 70% (jika ada sebaiknya digunakan alcohol 96%) 3. Kaca objek diberi label (nama, umur, jenis kelamin, tanggal pembuatan) 4. Jari tengah atau jari manis (tangan kiri) pasien didesinfeksi dengan alcohol swab 5. Ujung jari dibendung dengan cara ditekan, namun jangan dipijat pijat 6. Bagian pinggir jari pasien ditusuk dengan lanset steril dengan bantuan auto click. 7. Darah yang pertama keluar dihapus dengan tissue 8. Darah yang keluar berikutnya diteteskan pada objek glass secara terpisah untuk sediaan darah tebal (12 m) dan sediaan darah tipis (6 m) 6.2 Pembuatan Sediaan Tetes Tebal 1. Tetesan darah dilebarkan dari luar ke dalam dengan diameter + 1 cm menggunakan salah satu ujung kaca objek lain yang bersih 2. Dibiarkan sampai mengering. 6.3 Pembuatan Sediaan Tetes Tipis 1. Pada tepi tetesan darah, diletakkan tepi kaca objek lain yang bersih dengan membentuk sudut 30o 40o sehingga darah akan menyebar ditepi kaca objek lain tersebut. 2. Bila darah telah menyebar rata, maka kaca objek yang digunakan untuk membuat apusan didorong perlahan membentuk apusan darah yang tipis dan rata dengan ujung berbentuk lidah. 3. Apusan darah dikeringkan 6.4 Pembuatan Cat Giemsa 10%

1. 1 mL Giemsa dimasukkan ke dalam gelas beaker dengan pipet ukur. 2. Dilarutkan dengan 9 mL Buffer Fosfat pH 6,8 3. Larutan Giemsa 10% dihomogenkan dan ditutup dengan aluminium foil 6.5 Pewarnaan Tetes Tebal dengan Giemsa 10% 1. Sediaan darah diletakkan di rak pewarnaan dan diatur jaraknya 2. Sediaan darah tebal diteteskan dengan aquades secara merata, dibiarkan sampai lisis ( + 3 menit ) 3. Aquades ditiriskan 4. Sediaan diteteskan dengan larutan Giemsa 10% secara merata, lalu dibiarkan 30 menit 5. Setelah 30 menit, warna Giemsa ditiriskan dan sediaan dibilas dengan aquades 6. Sediaan dibiarkan kering dalam suhu ruang 6.6 Pewarnaan Tetes Tipis dengan Menggunakan Giemsa 10% 1. Sediaan darah diletakkan di rak pewarnaan dan diatur jaraknya 2. Sediaan darah tipis diteteskan dengan methanol p.a secara merata, dibiarkan + 5 menit 3. Setelah 5 menit metanol ditiriskan 4. Sediaan diteteskan dengan larutan Giemsa 10% secara merata, lalu dibiarkan 30 menit 5. Setelah 30 menit, warna Giemsa ditiriskan dan sediaan dibilas dengan aquades 6. Sediaan dibiarkan kering dalam suhu ruang 6.7 Pembacaan Preparat Malaria 1. Alat dan bahan disiapkan 2. Mikroskop dihidupkan dan disetting sesuai kenyamanan praktikan 3. Preparat malaria diletakkan pada meja objek, lalu diamati pada sediaan darah tebal 4. Digunakan pembesaran lensa objektif 10 x untuk mencari lapang pandang yang jelas 5. Setelah ditemukan lapang pandang yang jelas, preparat ditetesi oil imersi 6. Digunakan lensa objektif dengan pembesaran 100 x untuk mengamati preparat 7. Diamati dalam 100 lapang pandang dan dihitung jumlah parasit yang ditemukan, baik stadium trofozoit,schizont ataupun gametosit 8. Hasil penghitungan dicatat

9. Diamati pada apusan tipis darah untuk mengamati morfologi parasit secara lebih jelas. VII. HASIL PENGAMATAN 1. Senin, 8 Oktober 2012 (Pembuatan Preparat Malaria)

2.

Senin, 15 Oktober 2012 (Pembacaan Preparat Malaria)

3.

Senin, 5 Nopember 2012 (Pemantapan Pembacaan Preparat Malaria)

4.

Senin, 3 Desember 2012 (Pemantapan Pembacaan Preparat Malaria)

VIII.

PEMBAHASAN Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Beberapa jenis spesies dari Plasmodium yang menyebabkan malaria adalah Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Pemeriksaan atau diagnosis malaria dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan darah tepi/kapiler secara mikroskopis. Beberapa jenis parasit seperti Plasmodium dapat ditemukan dalam darah segar hanya dengan melihat bentuknya. Pembuatan Preparat Malaria Sebelum pemeriksaan, dilakukan terlebih dahulu pengambilan sampel darah tepi. Pengambilan sampel darah tepi dilakukan pada jari tengan dan jari manis tangan kiri karena tangan kiri lebih sedikit bekerja dibandingkan tangan kanan. Sebelum pengambilan darah, jari yang akan ditusuk didesinfeksi dengan kapas alkohol 70% atau dengan alkohol swab agar terbebas dari bakteri. Desinfeksi dilakukan dengan mengusap/memutar alkohol swab dari dalam ke luar secara searah. Hal ini bertujuan agar kotoran yang sudah dibersihkan tidak kembali lagi kebagian yang sudah dibersihkan. Saat pengambilan darah, jari ditekan agar terbendung pada bagian yang akan ditusuk. Jari ditusuk dengan lanset dengan bantuan autoclick dimana kedalaman penusukan disesuaikan dengan jari pasien. Darah yang keluar pertama dihapuskan dengan tissue. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir kontaminasi oleh alkohol. Darah berikutnya diteteskan secara terpisah pada kaca objek. Untuk sediaan darah tebal diteteskan 12 mikron darah ( 3 tetes) sedangkan untuk sediaan darah tipis diteteskan 6 mikron darah ( 2 tetes). Dalam Praktikum ini, pengambilan sampel darah tepi diambil dar pasien Coratry Shovariah (19 thn). Tetesan darah yang diambil kemudian dihapuskan menjadi sediaan apus tebal dan apus tipis. Perbedaan sediaan apus tebal dan tipis : Sediaan apus tebal Lebih banyak membutuhkan darah. Jumlah selnya lebih banyak dalam satu lapang pandang. Dalam sediaan ini, lebih mudah menginfeksi yang ringan.

Sediaan apus tipis Lebih sedikit membutuhkan darah. Sediaan apus tipis yang baik bentuknya seperti lidah. Dalam sediaan ini, morfologi parasit lebih jelas dan perubahan pada eritrosit dapat terlihat jelas. Kriteria Preparat yang baik:

1. Lebar dan panjangnya tidak memenuhi seluruh kaca benda sehingga masih ada tempat untuk pemberian label 2. Penebalannya nampak berangsur-angsur menipis dari kepala ke ekor 3. Ujung atau ekornya tidak membentuk kepala robek 4. Tidak berlubang-lubang karena bekas lemak masih ada diatas kaca objek 5. Tidak terputus-putus karena gerakan gesekan yang ragu-ragu 6. Tidak terlalu tebal atau tidak terlalu tipis Setelah itu apusan darah dikeringkan dalam kamar bebas debu. Setelah kering sediaan segera diwarnai dengan Giemsa 10%. Prinsip pewarnaan giemsa adalah presipitasi hitam yang terbentuk dari penambahan larutan metilen biru dan eosin yang dilarutkan didalam metanol. Pengecatan Giemsa dilakukan dengan menggunakan Giemsa 10% . Larutan ini dapat dibuat dengan melarutkan 1 ml Giemsa dengan 9 ml Buffer Phosphat pH 6,8. Sebaoknya larutan Buffer Phosphat yang digunakan dengan pH 7,2 agar memperoleh hasil pewarnaan yang baik. Sediaan darah tipis difiksasi dengan metanol p.a. dengan cara diteteskan dan dibiarkan 3 menit. Sedangkan sediaan darah tebal dihemolisis dengan aquadest sampai seluruh hemoglobin hilang ( 3 menit). Setelah itu sediaan ditetesi dengan larutan Giemsa 10% sampai menutupi seluruh permukaan dan dibiarkan selama 30 menit. Sediaan darah dibilas dengan aquades yang mengalir sehingga larutan Giemsa turut mengalir dengan air. Dengan demikian tidak ada sisa cat yang mengendap pada sediaan darah. Sediaan darah tpis yang difiksasi dengan metanol p.a. bertujuan untuk melekatkan sel-sel darah dan mikroorganisme pada kaca objek, menon-aktifkan mikroorganisme dan mengawetkan mikroorganisme pada slide. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pewarnaan Giemsa adalah 1. Dalam pengeringan sediaan darah tebal tidak boleh dipanasi karena tindakan ini menyebabkan eritrosit susah dihemolisis pada proses pewarnaan.

2. Pewarnaan tidak boleh >24 jam setelah kering, karena jika terlalu lama didiamkan eritrosit sukar dihemolisis saat pewarnaan. 3. Metanol tidak boleh menegnai sediaan tetes tebal karena akan membuat bagian tersebut terfiksasi dan hasil pewarnaan tidak sesuai keinginan. 4. Hati-hati membilas sediaan tetes tebal karena bagian tersebut tidak terfiksasi dan tidak menempel pada objek gelas 5. Sediaan darah tipis tidak boleh terkena aquades agar sel-sel darah tidak lisis. Pembacaan Preparat Malaria Dalam praktikum ini, dilakukan pengamatan sediaan darah tebal untuk mengamati bentuk parasit malaria ini dan untuk menghitung jumlah parasit per 100 lapang pandang. Pada sediaan darah tebal, jumlah darah yang dipakai lebih banyak sehingga lebih mudah untuk menemukan parasit pada infeksi ringan. Sensitivitas pemeriksaan mikroskopis akan meningkat 10 20 kali dibandingkan sediaan darah tipis. Pengamatan ini dilakukan dengan pembesaran lensa objektif 100 x dan ditambahkan oil imersi pada preparat sehingga objek terlihat lebih jelas. Jumlah parasit lalu dihitung per lapang pandang. Dalam pengamatan tanggal 15 Oktober 2012, ditemukan 13 parasit per 100 lapang pandang, dimana parasit yang ditemukan terdiri dari 2 stadium gametosit, 5 stadium schizont, dan 6 stadium trofozoit (ring form) yang berupa single dot maupun double dot. Namun tidak bisa ditentukan stadium parasit yang ditemukan dalam sediaan darah tebal termasuk dalam spesies Plasmodium jenis apa. Metode semikuantitatif untuk menghitung parasit pada sediaan darah tebal, yaitu: + ++ +++ ++++ +++++ : 1-10 parasit per 100 lapangan : 11-100 parasit per 100 lapangan : 1-10 parasit per 1 lapangan : lebih dari 10 parasit per 1 lapangan : >100 parasit per 1 lapangan, setara dengan 40.000 parasit/l

Berdasarkan hal tersebut, dapat ditentukan tingkat infeksi parasit pada preparat ini adalah ++ karena ditemukan 11 100 parasit per 100 lapang pandang. Dalam pengamatan tanggal 5 November 2012, dilakukan pengamatan pada preparat awetan malaria, tepatnya pada sediaan darah tipis yang diwarnai dengan Giemsa. Sediaan darah tipis dapat digunakan untuk konfirmasi spesies Plasmodium. Selain itu juga dapat melihat perubahan bentuk eritrosit, sehingga dapat membedakan

keempat spesies Plasmodium. Yang terlihat di dalam sediaan tipis adalah sel eritrosit, leukosit, trombosit, dan parasit yang biasanya berada di dalam eritosit. Kelebihan dari sediaan tipis adalah parasit akan berada dalam eritrosit sehingga didapatkan bentuk parasit yang utuh dan morfologinya sempurna serta lebih muda untuk menentukan spesies. Kelemahannya adalah kemungkinan ditemukannya parasit lebih kecil karena volume darah yang digunakan relative sedikit. Pengamatan ini dilakukan dengan pembesaran lensa objektif 100x dan ditambahkan oil imersi pada preparat sehingga objek terlihat jelas. Pengamatan lebih baik dilakukan pada counting area, yaitu area ujung tipis dari sediian tipis yang biasanya bagian lidah pada bentuk apusan. Karena pada area ini eritrositnya menyebar (tidak bertumpuk tumpuk), sehingga mempermudah untuk mengetahui bentuk parasit Plasmodium serta morfologinya. Dari hasil pengamatan, ditemukan 49 buah parasit malaria dalam 100 lapang pandang yang terdiri dari ring form, (trofozoit) dan schizont. Diprediksi bahwa parasit yang terdapat dalam perparat ini adalah Plasmodium vivax,dengan cirri cirri : Eritrosit yang terinfeksi parasit ini terlihat membesar darah tepi Ring form matang cenderung besar dan kasar Titik schuffner sering tampak pada sitoplasma eritrosit Sitoplasma parasit tidak teratur (ameboid) - Parasit stadium tua (trofozoit maupun schizont) sering ditemukan pada sediaan

Namun praktikan belum bisa memastikan bahwa itu benar benar Plasmodium vivax karena praktikan belum terampil dalam mengamati dan membedakan jenis jenis Plasmodium tersebut. Schizont yang ditemukan juga susah dibedakan dengan kotoran. Selain itu lensa mikroskop juga buram, sehingga praktikan kesulitan dalam mengamati. Pada praktikum pemantapan tanggal 3 Desember 2012, tidak dilakukan penghitungan jumlah parasit. Melainkan, mengamati bentuk bentuk dari stadium Plasmodium. Pengamatan dilakukan pada bagian ekor karena eritrosit tidak bertumpuk sehingga pengamatan lebih mudah dilakukan. Dalam pengamatan ini, dapat ditemukan parasit Plasmodium falciparum, karena memenuhi beberapa poin diagnosis untuk Plasmodium falciparum, yaitu: - Eritrosit tidak membesar - Ringform dan gametosit sering ditemukan pada pemeriksaan darah tepi

- Trofozoit dan schizont jarang pada darah tepi, bila ditemukan menunjukan malaria berat - Sitoplasma parasit halus, berwarna biru - Inti (kromatin) berwarna merah atau violet, beberapa ring mempunyai 2 inti - Dalam 1 eritrosit diinfeksi oleh 2 parasit/lebih (double / multiple infections) - Adanya arasit pada membrane eritrosit - Gametosit bentuknya seperti pisang atau bulan sabit - Pada sitoplasma terdapat Maurers dot IX. KESIMPULAN 1. Pada pembuatan sediaan darah tebal yang dilakukan, didapatkan tetes tebal yang baik 2. Pada pembuatan sediaan darah tipis yang dilakukan didapatkan tetes tipis yang kurang baik, dimana bentuknya tidak seperti lidah, penebalan dari kepala ke ekor tidak berangsur angsur menipis, dan tidak rata karena gesekan yang ragu ragu. 3. Pada pewarnaan, sediaan tetes tebal dihemolisis dengan aquades lalu diwarnai denagn cat Giemsa 10%, sedangkan pada sediaan tetes tipis difiksasi dengan methanol p.a lalu diwarnai dengan cat Giemsa 10%. Hasil pewarnaan yang diperoleh sudah baik, secara makroskopis sediaan berwarna biru. 4. Diagnosis malaria dapat ditegakkan dengan pemeriksaan darah tepi yaitu dengan menghitung jumlah parasit dalam sediaan tetes tebal. 5. Dalam praktikum pembacaan preparat malaria, ditemukan hasil: Tanggal 15 Oktober 2012 ditemukan 13 parasit dalam 100 lapang pandang yang terdiri dari 2 stadium gametosit, 5 stadium schizont dan 6 stadium trofozoit. Tingkat infeksi ++ Tanggal 5 Nopember 2012 ditemukan 49 parasit dalam 100 lapang pandang yang terdiri dari stadium schizont dan stadium trofozoit. Tingkat infeksi ++ Tanggal 3 Desember 2012 dapat diamati morfologi parasit Plasmodium falciparum malaria. pada apusan tipis preparat

X.

DAFTAR PUSTAKA Direktorat Laboratorium Kesehatan RI. 2004. Pedoman Praktek Laboratorium Yang Benar, (cetakan 3) Hadidjaja,Pinardi. 1994. Penuntun Laboratorium Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Jakarta Natadisastra, Djaenudin dan Ridad Agoes. 2005. Parasitologi Kedokteran. Jakarta : EGC Safar, Rosdiana. 2010. Parasitologi Kedokteran. Bandung : Yrama Widya

Você também pode gostar