Você está na página 1de 56

HASIL SURVEY

DAN ANALISA DATA


4.1. ANALISA TOPOGRAFI DAN BATIMETRI
4.1.1. Tujuan
Tujuan dari pengolahan data lapangan pengkuran topografi dan batimetri adalah
dihasilkan suatu peta lengkap yang dapat memberikan gambaran bentuk
permukaan tanah berupa situasi dan ketinggian serta posisi kenampakan yang
ada baik untuk area darat maupun area perairan laut di lokasi.
4.1.2. Hitungan Kerangka Horizontal
Dalam rangka penyelenggaraan Kerangka Dasar Peta, dalam hal ini Kerangka
Dasar Horizontal/posisi horizontal (X,Y) digunakan metoda poligon. Dalam
perhitungan poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak
dan sudut jurusan yang akan diuraikan berikut ini:
a. Perhitungan Koordinat Titik Poligon
Prinsip dasar hitungan koordinat titik poligon B dihitung dari koordinat titik
poligon A yang telah diketahui sebagai berikut:

AP AP A P
Sin d X X

+
AP AP A P
Cos d Y Y

+
Dalam hal ini:
X
A
, Y
A
= koordinat titik yang akan ditentukan
d
AP
Sin
AP
= selisih absis ( XAP) definitif (telah diberi koreksi)
d
AP
Cos
AP
= selisih ordinat ( YAP) definitif (telah diberi koreksi)
d
AP
= jarak datar AP definitif

AP
= azimuth AP definitive
IV -1
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Untuk menghitung azimuth poligon dari titik yang diketahui digunakan
rumus sebagai berikut:
( )
( )
( )
( )
( )

180 4
180
180 3
180
180 2
180
180 1
4 3 2 1 A 43
4 34 4 43 B 4
3 2 1 A AP
3 23 3 32 34
2 1 A AP
2 12 1 21 23
1 A AP
1 A 1 12
+ + + + +
+ +
+ + + +
+ +
+ + +
+ +
+ +
+









Koordinat titik kerangka dasar dihitung dengan perataan metoda Bowdith.
Rumus-rumus yang merupakan syarat geometrik poligon dituliskan sebagai
berikut:
Syarat geometriks sudut

Akhir
-
Awal
- + n.180
0
= f
di mana:
= sudut jurusan
= sudut ukuran
n = bilangan kelipatan
f = salah penutup sudut
Syarat geometriks absis

( )


m
i
i Awal Akhir
X X X
1
0
di mana:
D
i
= jarak vektor antara dua titik yang berurutan
d
i
= jumlah jarak
X = absis
X = elemen vektor pada sumbu absis
m = banyak titik ukur
Koreksi ordinat
IV- 2
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur

Y f
d
Y K
di
i


di mana:
d
i
= jarak vektor antara dua titik yang berurutan
d
i
= jumlah jarak
Y = ordinat
Y = elemen vektor pada sumbu ordinat
m = banyak titik ukur
Untuk mengetahui ketelitian jarak linier-(SL) ditentukan berdasarkan
besarnya kesalahan linier jarak (KL)
( )
2 2
Y f X f SL +
( )
000 . 5 : 1
2 2

D
Y f X f
KL
b. Pengamatan Azimuth Astronomis
Untuk menghitung azimuth matahari didasarkan pada rumus-rumus
sebagai berikut:
m Cos Cos
Sinm Sin Sin
Cos
M
. .
.

di mana:

M
= azimuth matahari
= deklinasi matahari dari almanak matahari
m = sudut miring ke matahari
= lintang pengamat (hasil interpolasi peta topografi)
Dalam perhitungan azimuth matahari harga sudut miring (m) atau sudut
Zenith (Z) yang dimasukkan adalah harga definitif sebagai berikut:
i p d r m m
atau i p d r Z Z
u d
u d
t + t
t t +
2
1
2
1

di mana:
Z
d
= sudut zenith definitif
M
d
= sudut miring definitif
Z
u
= sudut zenith hasil ukuran
IV- 3
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
M
u
= sudut zenith hasil ukuran
R = koreksi refraksi
1/2
d
= koreksi semidiameter
p = koreksi paralax
I = salah indeks alat ukur
4.1.3. Hitungan Kerangka Vertikal
Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan
pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi (BM).
Syarat geometris

t FH H H H
Awal Akhir
( )mm D T 8
Hitungan beda tinggi
Btm Btb H
2 1
Hitungan tinggi titik
KH H H H + +
12 1 2
di mana:
H = tinggi titik
H = beda tinggi
Btb = benang tengah belakang
Btm = benang tengah muka
FH = salah penutup beda tinggi
KH = koreksi beda tinggi
FH
d
d


T = toleransi kesalahan penutup sudut
D = jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal (kilo meter)
4.1.4. Perhitungan Situasi Detail
Data-data hasil pengukuran situasi detail sebagai berikut:
Azimuth magnetis
Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)
Sudut zenith atau sudut miring
Tinggi alat ukur
IV- 4
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Untuk menentukan tinggi titik B dari tinggi A yang telah diketahui koordinat (X, Y,
Z), digunakan rumus sebagai berikut:
H T T
A B
+
( ) Bt TA m Sin Bb Ba H +
1
]
1

2 100
2
1

D
d
= D
O
Cos
2
m
D
d
= 100(B
a
- B
b
)Cos
2
m
di mana:
T
A
= titik tinggi A yang telah diketahui
T
B
= titik tinggi B yang akan ditentukan
H = beda tinggi antara titik A dan B
B
a
= bacaan benang diafragma atas
B
b
= bacaan benang diafragma bawah
Bt = bacaan benang diafragma tengah
TA = Tinggi alat
Do = jarak optis (100((Ba-Bb)))
m = sudut miring
Mengingat akan banyaknya titik-titik detail yang diukur, serta terbatasnya
kemampuan jarak yang dapat diukur dengan alat tersebut, maka akan
diperlukan titik-titik bantu yang membentuk jaringan poligon kompas terikat
sempurna. Sebagai konsekuensinya pada jalur poligon kompas akan terjadi
perbedaan arah orientasi utara magnetis dengan arah orientasi utara peta
sehingga sebelum dilakukan hitungan, data azimuth magnetis diberi koreksi
Boussole supaya menjadi azimuth geografis. Hubungan matematik koreksi
boussole (C) adalah:
C = g - m
di mana:
g = azimuth geografis
m = azimuth Magnetis
IV- 5
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
IV- 6
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Gambar 4. 1. Peta Topografi dan Bathimetri
IV -7

,
_

+
N
n
b a
Qa
Qs
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
4.2. ANALISA KONDISI KLIMATOLOGI
4.2.2. Intensitas Cahaya Matahari
Intensitas cahaya matahari dinyatakan dalam satuan persen (%) dan merupakan
rasio antara radiasi yang sampai pada puncak atmosfer (Qa) dan radiasi yang
sampai pada permukaan bumi (Qs). Besarnya radiasi yang sampai pada puncak
atmosfer dapat dtitentukan berdasarkan persamaan :
Qa = Z
R
R
Qs cos
2
'
0

,
_

Dimana :
0
Qs
: Tetapan surya sebesar 1360 Wm -2
R : Jarak rata-rata antara matahari bumi
R : Jarak antara matahari bumi sebenarnya pada waktu tertentu
Z : Sudut yang terbentuk antara permukaan bumi dengan matahari
Sedangkan besarnya radiasi yang sampai pada permukaan bumi dapat diketahui
dari lama penyinaran dan panjang hari, secara empiris dapat dituliskan :
Dimana :
a dan b : adalah konstanta yang tergantung pada kondisi
wilayah
n : adalah lama penyinaran (jam)
N : adalah panjang hari (jam)
Penerimaaan intensitas cahaya matahari sangat bervariasi menurut tempat dan
waktu. Menurut tempat khususnya disebabkan oleh perbedaan letak lintang
serta keadaan atmosfer terutama awan. Pada skala mikro arah lereng sangat
menentukan jumlah radiasi yang diterima. Menurut waktu, perbedaan radiasi
cahaya matahari dipengaruhi oleh lamanya siang dan malam serta perbedaan
musim. Dari tabel di bawah dapat dilihat besarnya intensitas cahaya matahari
rata-rata bulanan pada tahun 2010 yang merupakan data hasil pengamatan
cuaca di Stasiun Klimatologi Kuyuwatu Manado, Provinsi Sulawesi Utara.
Intensitas cahaya matahari rata-rata bulanan adalah berkisar 56.3%. Dimana
IV -8
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
intensitas cahaya matahari rata-rata terendah terjadi pada bulan Januari dan
mei, sedangkan tertinggi pada bulan Maret.
Tabel 4. 1. Data Intensitas Matahari Tahun 2010
N
o Bulan
Penyinaran Matahari
(%)
1 Januari 41
2 Februari 69
3 Maret 71
4 April 48
5 Mei 40
6 Juni 59
7 Juli 59
8 Agustus 57
9
Septembe
r 59
1
0 Oktober 69
1
1
Novembe
r 58
1
2
Desembe
r 45

Rata-
Rata 56.3
Sumber: Stasiun Klimatologi Kayuwatu Manado, Tahun
2011
4.2.3. Suhu Udara
Suhu menggambarkan banyaknya panas yang terdapat pada suatu benda. Suhu
udara sangat dipengaruhi oleh radiasi sinar matahari, dimana peningkatan
radiasi surya akan meningkatkan pula suhu udara. Suhu di permukaan bumi
akan semakin rendah dengan bertambahnya ketinggian dan lintang geografis
begitupun sebaliknya. Permukaan bumi merupakan sumber pemanasan artinya
semakin rendah suatu wilayah maka suhunya akan lebih tinggi. Semakin besar
posisi lintang geografis suatu wilayah, maka radiasi matahari yang diterima akan
semakin berkurang sehingga suhunya pun akan lebih rendah.
Dari data hasil pengamatan cuaca di Stasiun Klimatologi Kuyuwatu Manado,
Provinsi Sulawesi Utara, dapat dilihat suhu rata-rata lokasi perencanaan, berkisar
antara 23,2 C 31 C. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa suhu udara
di daerah lokasi perencanaan relatif panas, seragam dengan tipe suhu di daerah
katulistiwa.
IV- 9
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Tabel 4. 2. Data Suhu Udara Rata-Rata Tahun 2010
N
o
Bulan
Suhu
0
C
Rata-
Rata
Maxim
um
Minim
um
1 Januari
25.6 30 23.3
2 Februari
25.9 30.7 22.9
3 Maret
26.4 31.7 22.8
4 April
26.5 31 23.6
5 Mei
26.6 31.3 23.7
6 Juni
26.6 31.1 23.2
7 Juli
26.4 31 23.1
8 Agustus
26.3 31.2 23
9
Septem
ber
26.5 31.3 23.1
1
0 Oktober
26.6 31.7 23.1
1
1
Novemb
er
25.9 30.7 22.8
1
2
Desemb
er
25.7 30.3 23.3

Rata-
Rata
26.25 31 23.2
Sumber: Stasiun Klimatologi Kayuwatu Manado, Tahun
2011
4.2.4. Curah Hujan
Curah hujan rata-rata tahunan sangat bervariasi menurut tempat. Daerah gurun
memiliki curah hujan rata- rata tahunan berkisar 70 mm, sedangkan untuk
wilayah tropika basah dapat mencapai 4000 mm. Curah hujan juga sangat
ditentukan oleh jumlah hari hujan selama setahun, dimana menurut Badan
Meteorologi dan Geofisika (BMG) hari hujan adalah hari dengan penerimaan
hujan 0,5 mm atau lebih. Daerah ekuator merupakan daerah yang memiliki
curah hujan yang tinggi dan tertinggi pada sabuk 15
0
LU - 10
0
LS akibat
pertemuan dua massa udara (konvergensi) tropis, yaitu angin Pasat Timur Laut
dan Pasat Tenggara yang hangat, lembab, dan tidak stabil. Perubahan pola
curah hujan mengikuti pola pergeseran konvergensi ke utara dan selatan
mengikuti pola pergeseran matahari.
IV- 10
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Jumlah hari hujan di Provinsi Sulawesi Utara menurut pantauan Stasiun
Klimatologi Kuyuwatu Manado, Provinsi Sulawesi Utara mempunyai jarak
(rentang) antara 14-28 hari pada 2010 jumlah hari hujan sebesar 14 hari terjadi
pada bulan maret, Sedangkan jumlah hari hujan 28 hari terjadi pada bulan Mei
2010. Hampir setiap hari di Provinsi Sulawesi Utara turun hujan, hal ini dapat
terlihat dari rentang waktu hari hujan yang berada pada kisaran 14-28 hari
hujan.
Tabel 4. 3. Data Curah Hujan Rata-Rata Tahun 2010
N
o Bulan
Curah Hujan
(mm)
Hari Hujan
(Hari)
1 Januari 387 27
2 Februari 213 15
3 Maret 105 14
4 April 430 23
5 Mei 587 28
6 Juni 259 24
7 Juli 194 22
8 Agustus 242 24
9
Septembe
r 243 21
1
0 Oktober 251 25
1
1
Novembe
r 281 24
1
2
Desembe
r 589 27

Rata-
Rata 315.1 22.8
Sumber: Stasiun Klimatologi Kayuwatu Manado, Tahun 2011
4.2.5. Kelembaban Udara
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat
dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif), maupun
defisit tekanan uap air. Kelembaban nisbi (Relative Humidity) merupakan
perbandingan antara kelembaban aktual (ea) dengan kapasitas udara untuk
menampung uap air (es). Kapasitas udara untuk menampung uap air dalam
keadaan jenuh ditentukan oleh suhu udara. Kelembaban nisbi dinyatakan (RH)
dalam satuan persen (%) dan dapat dituliskan :
IV- 11
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
% 100 x RH
e
e
s
a

Semakin tinggi suhu udara, maka kapasitas udara untuk menampung uap air
akan meningkat dan sebaliknya. Tekanan uap jenuh (es) dapat dihitung dari dari
fungsi suhu udara berdasarkan persamaan empiris sebagai berikut :
es = 6.1078
( ) { } ) 3 . 237 T /( T 239 . 17
e
+
Dimana :
e
s
: Tekanan uap jenuh (mb)
T : Suhu udara (
o
C)
Dari hasil pengamatan cuaca di Stasiun Klimatologi Kuyuwatu Manado, Provinsi
Sulawesi Utara Kelembaban udara di Provinsi Sulawesi Utara rata-rata sebesar
86,7% dengan kelembaban udara tertinggi pada bulan Januari, Mei dan
Desember. Nilai tersebut termasuk kondisi udara yang memiliki kelembaban
yang tinggi. Hal ini didukung dengan besarnya curah hujan dan tingginya suhu
udara. Curah hujan yang tinggi (>100 mm) menyebabkan makin banyak sumber
air yang akan diuapkan, selanjutnya suhu udara yang tinggi juga menimbulkan
energi yang besar dalam meningkatkan evaporasi.
Tabel 4. 4. Kelembaban Udara Rata-Rata Tahun 2010
No Bulan
Kelembaban Udara
(%)
1 Januari 89
2 Februari 86
3 Maret 85
4 April 88
5 Mei 90
6 Juni 86
7 Juli 85
8 Agustus 85
9
Septem
ber 84
10 Oktober 85
11
Novemb
er 88
12
Desemb
er 89

Rata-
Rata 86.7
Sumber: Stasiun Klimatologi Kayuwatu Manado, Tahun
2011
IV- 12
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
4.3. ANALISA HIDRO-OCEANOGRAFI
Tujuan analisa ini adalah untuk melihat gambaran kondisi hidro-oceanogafi dari
perairan di sekitar lokasi yang nantinya akan dibangun bangunan pengaman
pantai.
4.3.1. Analisa Angin
Angin merupakan gerak udara nisbi terhadap permukaan bumi dan dianggap
hanya memiliki satu arah, yaitu arah horizontal. Perbedaan tekanan udara
menimbulkan gradien tekanan yang akan memicu terjadinya angin. Angin akan
bergerak dari daerah tekanan tinggi ke daerah yang memiliki tekanan lebih
rendah, semakin besar perbedaan tekanan ini maka akan semakin cepat angin
bergerak.
Angin muson yang bertiup di atas perairan Indonesia disebabkan karena adanya
perbedaan tekanan udara antara daratan Asia dan daratan Australia. Bulan
Desember-Februari, belahan bumi bagian Utara mengalami musim dingin
sedangkan belahan bumi bagian selatan mengalami musim panas. Kondisi
demikian menyebabkan pusat tekanan tinggi berada pada Benua Asia dan pusat
tekanan rendah berada di Benua Australia. Angin akan berhembus dari daratan
Asia ke daratan Australia yang dikenal dengan angin muson barat laut. Bulan Juli
- Agustus pusat tekanan tinggi berada di daratan Benua Australia dan pusat
tekanan rendah berada di daratan Benua Asia, sehingga angin akan berhembus
dari daratan Australia menuju daratan Asia yang dikenal sebagai angin muson
tenggara.
Angin merupakan pembangkit gelombang laut. Oleh karena itu data angin dapat
digunakan untuk memperkirakan tinggi dan arah gelombang di lokasi. Data
angin yang diperlukan adalah data angin maksimum harian tiap jam berikut
informasi mengenai arahnya yang diperoleh dari Badan Geofisika dan
Meteorologi setempat.
Kecepatan angin diukur dengan sebuah alat yang dikenal sebagai anemometer.
Apabila tidak tersedia anemometer, keadaan angin dapat diperkirakan
berdasarkan keadan lingkungan dengan menggunakan skala Beaufort, seperti
yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. 5. Skala Beaufort
IV- 13
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Tingk
at
Sifat Angin Keadaan Lingkungan
Kecepatan
(Knots)
Tekanan
(kg/m2)
0 Sunyi (calm) Tidak ada angin, asap mengumpul 0-1 0.2
1 Angin sepi
arah angin terlihat pada arah asap
tidak ada bendera angin 1-3 0.8
2
Angin sangat
lemah
Angin terasa pada muka, daun
ringan bergerak 4-6 3.5
3 Angin lemah
Daun/ranting terus menerus
bergerak 7-10 8.1
4 Angin sedang
Daun/ kertas tertiup, ranting dan
cabang kecil bergerak 11-16 15.7
5 Angin agak kuat
Pohoh kecil bergerak, buih kecil di
laut 17-21 26.6
6 Angin kuat
Dahan besar bergerak, suara
mendesir kawat telepon 22-27 41
7 Angin kencang
Pohon seluruhnya bergerak, sukar
berjalan di luar 28-33 60.1
8
Angin sangat
kuat
Ranting pohon patah, berjalan
menentang angin sulit 34-40 83.2
9 Badai
Kerusakankecil pada rumah,
genting tertiup dan terlempar 41-47 102.5
10 Badai kuat
Pohon tumbang dan kerusakan
besar pada rumah 48-55 147.5
11 Angin ribut
Kerusakan karena badai yang
terdapat pada kawasan yang luas 56-63 188
12 Angin topan
Pohon besar tumbang, rumah rusak
berat > 64 > 213
Kecepatan angin biasanya dinyatakan dalam knot. Satu knot adalah panjang
satu menit garis bujur melalui khatulistiwa yang ditempuh dalam satu jam, atau
1 knot = 0.515 m/detik. Data angin ini dicatat setiap jamnya. Dengan pencatatan
angin jam-jaman tersebut akan dapat diketahui angin dengan kecepatan tertentu
dan durasinya, kecepatan angin maksimum, arah angin, dan dapat pula dihitung
kecepatan angin rerata harian.
4.3.1.1. Data kejadian Angin
Data angin harian maksimum selama tahun 2006-2010 diperoleh dari Stasiun
Klimatologi Kuyuwatu Manado, Provinsi Sulawesi Utara Data angin (knots) diolah
menjadi persentase kejadian angin setiap bulan sebagai berikut:
Tabel 4. 6. Data Kejadian Angin Bulan Januari
IV- 14
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Arah
< 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total < 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total
Utara 180 73 1 2 0 256 4.84 1.96 0.03 0.05 0.00 6.88
Timur Laut 22 7 0 0 0 29 0.59 0.19 0.00 0.00 0.00 0.78
Timur 21 8 0 0 0 29 0.56 0.22 0.00 0.00 0.00 0.78
Tenggara 41 3 0 0 0 44 1.10 0.08 0.00 0.00 0.00 1.18
Selatan 138 23 2 1 0 164 3.71 0.62 0.05 0.03 0.00 4.41
Barat Daya 189 23 2 0 0 214 5.08 0.62 0.05 0.00 0.00 5.75
Barat 382 352 89 5 0 828 10.27 9.46 2.39 0.13 0.00 22.26
Barat Laut 283 212 24 3 0 522 7.61 5.70 0.65 0.08 0.00 14.03
Berangin = 2086 = 56.08
Tidak Berangin = 1324 = 35.59
Tidak Tercatat = 310 = 8.33
Total = 3720 = 100.00
Jumlah Jam Persentase
Tabel 4. 7. Data Kejadian Angin Bulan Februari
Arah
< 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total < 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total
Utara 154 117 8 0 0 279 4.55 3.46 0.24 0.00 0.00 8.24
Timur Laut 19 3 0 0 0 22 0.56 0.09 0.00 0.00 0.00 0.65
Timur 17 1 0 0 0 18 0.50 0.03 0.00 0.00 0.00 0.53
Tenggara 27 1 0 0 0 28 0.80 0.03 0.00 0.00 0.00 0.83
Selatan 134 18 4 4 0 160 3.96 0.53 0.12 0.12 0.00 4.73
Barat Daya 169 32 1 1 0 203 4.99 0.95 0.03 0.03 0.00 6.00
Barat 336 279 174 44 0 833 9.93 8.24 5.14 1.30 0.00 24.62
Barat Laut 242 170 28 2 0 442 7.15 5.02 0.83 0.06 0.00 13.06
Berangin = 1985 = 58.66
Tidak Berangin = 1114 = 32.92
Tidak Tercatat = 285 = 8.42
Total = 3384 = 100.00
Jumlah Jam Persentase
Tabel 4. 8. Data Kejadian Angin Bulan Maret
Arah
< 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total < 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total
Utara 230 63 0 0 0 293 6.18 1.69 0.00 0.00 0.00 7.88
Timur Laut 85 17 0 0 0 102 2.28 0.46 0.00 0.00 0.00 2.74
Timur 156 87 4 0 0 247 4.19 2.34 0.11 0.00 0.00 6.64
Tenggara 90 35 0 0 0 125 2.42 0.94 0.00 0.00 0.00 3.36
Selatan 202 34 0 0 0 236 5.43 0.91 0.00 0.00 0.00 6.34
Barat Daya 221 21 2 0 0 244 5.94 0.56 0.05 0.00 0.00 6.56
Barat 228 191 29 2 0 450 6.13 5.13 0.78 0.05 0.00 12.10
Barat Laut 168 123 7 0 0 298 4.52 3.31 0.19 0.00 0.00 8.01
Berangin = 1995 = 53.63
Tidak Berangin = 1415 = 38.04
Tidak Tercatat = 310 = 8.33
Total = 3720 = 100.00
Jumlah Jam Persentase
IV- 15
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Tabel 4. 9. Data Kejadian Angin Bulan April
Arah
< 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total < 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total
Utara 168 75 4 0 0 247 4.67 2.08 0.11 0.00 0.00 6.86
Timur Laut 127 92 1 0 0 220 3.53 2.56 0.03 0.00 0.00 6.11
Timur 206 116 1 0 0 323 5.72 3.22 0.03 0.00 0.00 8.97
Tenggara 140 47 1 0 0 188 3.89 1.31 0.03 0.00 0.00 5.22
Selatan 251 28 2 0 0 281 6.97 0.78 0.06 0.00 0.00 7.81
Barat Daya 177 19 0 0 0 196 4.92 0.53 0.00 0.00 0.00 5.44
Barat 87 79 11 0 0 177 2.42 2.19 0.31 0.00 0.00 4.92
Barat Laut 87 39 3 0 0 129 2.42 1.08 0.08 0.00 0.00 3.58
Berangin = 1761 = 48.92
Tidak Berangin = 1511 = 41.97
Tidak Tercatat = 328 = 9.11
Total = 3600 = 100.00
Jumlah Jam Persentase
Tabel 4. 10. Data Kejadian Angin Bulan Mei
Arah
< 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total < 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total
Utara 131 56 0 0 0 187 3.52 1.51 0.00 0.00 0.00 5.03
Timur Laut 149 93 0 0 0 242 4.01 2.50 0.00 0.00 0.00 6.51
Timur 299 406 10 0 0 715 8.04 10.91 0.27 0.00 0.00 19.22
Tenggara 151 96 6 0 0 253 4.06 2.58 0.16 0.00 0.00 6.80
Selatan 282 25 0 0 0 307 7.58 0.67 0.00 0.00 0.00 8.25
Barat Daya 239 37 0 0 0 276 6.42 0.99 0.00 0.00 0.00 7.42
Barat 33 2 0 0 0 35 0.89 0.05 0.00 0.00 0.00 0.94
Barat Laut 37 5 0 0 0 42 0.99 0.13 0.00 0.00 0.00 1.13
Berangin = 2057 = 55.30
Tidak Berangin = 1423 = 38.25
Tidak Tercatat = 240 = 6.45
Total = 3720 = 100.00
Jumlah Jam Persentase
Tabel 4. 11. Data Kejadian Angin Bulan Juni
Arah
< 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total < 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total
Utara 69 39 0 0 0 108 1.92 1.08 0.00 0.00 0.00 3.00
Timur Laut 134 70 0 0 0 204 3.72 1.94 0.00 0.00 0.00 5.67
Timur 300 432 24 0 0 756 8.33 12.00 0.67 0.00 0.00 21.00
Tenggara 152 190 11 0 0 353 4.22 5.28 0.31 0.00 0.00 9.81
Selatan 277 75 0 0 0 352 7.69 2.08 0.00 0.00 0.00 9.78
Barat Daya 244 110 1 1 0 356 6.78 3.06 0.03 0.03 0.00 9.89
Barat 16 0 0 0 0 16 0.44 0.00 0.00 0.00 0.00 0.44
Barat Laut 20 4 0 0 0 24 0.56 0.11 0.00 0.00 0.00 0.67
Berangin = 2169 = 60.25
Tidak Berangin = 1151 = 31.97
Tidak Tercatat = 280 = 7.78
Total = 3600 = 100.00
Jumlah Jam Persentase
Tabel 4. 12. Data Kejadian Angin Bulan Juli
IV- 16
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Arah
< 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total < 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total
Utara 121 73 1 0 0 195 3.25 1.96 0.03 0.00 0.00 5.24
Timur Laut 126 55 1 0 0 182 3.39 1.48 0.03 0.00 0.00 4.89
Timur 271 547 56 0 0 874 7.28 14.70 1.51 0.00 0.00 23.49
Tenggara 157 265 17 1 0 440 4.22 7.12 0.46 0.03 0.00 11.83
Selatan 394 51 0 0 0 445 10.59 1.37 0.00 0.00 0.00 11.96
Barat Daya 388 88 1 0 0 477 10.43 2.37 0.03 0.00 0.00 12.82
Barat 19 8 0 0 0 27 0.51 0.22 0.00 0.00 0.00 0.73
Barat Laut 17 3 0 0 0 20 0.46 0.08 0.00 0.00 0.00 0.54
Berangin = 2660 = 71.51
Tidak Berangin = 750 = 20.16
Tidak Tercatat = 310 = 8.33
Total = 3720 = 100.00
Jumlah Jam Persentase
Tabel 4. 13. Data Kejadian Angin Bulan Agustus
Arah
< 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total < 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total
Utara 72 36 0 0 0 108 1.94 0.97 0.00 0.00 0.00 2.90
Timur Laut 147 126 6 0 0 279 3.95 3.39 0.16 0.00 0.00 7.50
Timur 253 553 73 0 0 879 6.80 14.87 1.96 0.00 0.00 23.63
Tenggara 246 365 62 2 0 675 6.61 9.81 1.67 0.05 0.00 18.15
Selatan 269 71 9 0 0 349 7.23 1.91 0.24 0.00 0.00 9.38
Barat Daya 244 159 16 0 0 419 6.56 4.27 0.43 0.00 0.00 11.26
Barat 26 4 0 0 0 30 0.70 0.11 0.00 0.00 0.00 0.81
Barat Laut 10 12 0 0 0 22 0.27 0.32 0.00 0.00 0.00 0.59
Berangin = 2761 = 74.22
Tidak Berangin = 625 = 16.80
Tidak Tercatat = 334 = 8.98
Total = 3720 = 100.00
Jumlah Jam Persentase
Tabel 4. 14. Data Kejadian Angin Bulan September
Arah
< 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total < 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total
Utara 120 82 3 0 0 205 3.33 2.28 0.08 0.00 0.00 5.69
Timur Laut 148 83 2 0 0 233 4.11 2.31 0.06 0.00 0.00 6.47
Timur 337 395 10 0 0 742 9.36 10.97 0.28 0.00 0.00 20.61
Tenggara 229 296 9 2 0 536 6.36 8.22 0.25 0.06 0.00 14.89
Selatan 345 50 0 0 0 395 9.58 1.39 0.00 0.00 0.00 10.97
Barat Daya 378 69 0 0 0 447 10.50 1.92 0.00 0.00 0.00 12.42
Barat 23 12 0 0 0 35 0.64 0.33 0.00 0.00 0.00 0.97
Barat Laut 21 4 0 0 0 25 0.58 0.11 0.00 0.00 0.00 0.69
Berangin = 2618 = 72.72
Tidak Berangin = 682 = 18.94
Tidak Tercatat = 300 = 8.33
Total = 3600 = 100.00
Persentase Jumlah Jam
Tabel 4. 15. Data Kejadian Angin Bulan Oktober
IV- 17
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Arah
< 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total < 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total
Utara 126 80 6 0 0 212 3.39 2.15 0.16 0.00 0.00 5.70
Timur Laut 110 57 2 0 0 169 2.96 1.53 0.05 0.00 0.00 4.54
Timur 92 104 1 2 0 199 2.47 2.80 0.03 0.05 0.00 5.35
Tenggara 126 122 5 0 0 253 3.39 3.28 0.13 0.00 0.00 6.80
Selatan 329 51 1 0 0 381 8.84 1.37 0.03 0.00 0.00 10.24
Barat Daya 449 122 1 0 0 572 12.07 3.28 0.03 0.00 0.00 15.38
Barat 16 1 0 0 0 17 0.43 0.03 0.00 0.00 0.00 0.46
Barat Laut 25 3 0 0 0 28 0.67 0.08 0.00 0.00 0.00 0.75
Berangin = 1831 = 49.22
Tidak Berangin = 353 = 9.49
Tidak Tercatat = 1536 = 41.29
Total = 3720 = 100.00
Jumlah Jam Persentase
Tabel 4. 16. Data Kejadian Angin Bulan November
Arah
< 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total < 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total
Utara 185 95 1 0 1 282 5.14 2.64 0.03 0.00 0.03 7.83
Timur Laut 139 66 4 0 0 209 3.86 1.83 0.11 0.00 0.00 5.81
Timur 200 79 0 0 0 279 5.56 2.19 0.00 0.00 0.00 7.75
Tenggara 91 35 1 0 0 127 2.53 0.97 0.03 0.00 0.00 3.53
Selatan 365 47 2 0 0 414 10.14 1.31 0.06 0.00 0.00 11.50
Barat Daya 341 61 2 0 0 404 9.47 1.69 0.06 0.00 0.00 11.22
Barat 56 74 4 0 0 134 1.56 2.06 0.11 0.00 0.00 3.72
Barat Laut 38 10 0 0 0 48 1.06 0.28 0.00 0.00 0.00 1.33
Berangin = 1897 = 52.69
Tidak Berangin = 1351 = 37.53
Tidak Tercatat = 352 = 9.78
Total = 3600 = 100.00
Jumlah Jam Persentase
Tabel 4. 17. Data Kejadian Angin Bulan Desember
Arah
< 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total < 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total
Utara 151 67 1 0 0 219 4.06 1.80 0.03 0.00 0.00 5.89
Timur Laut 47 11 0 0 0 58 1.26 0.30 0.00 0.00 0.00 1.56
Timur 59 24 0 2 0 85 1.59 0.65 0.00 0.05 0.00 2.28
Tenggara 42 6 0 0 0 48 1.13 0.16 0.00 0.00 0.00 1.29
Selatan 171 19 4 0 0 194 4.60 0.51 0.11 0.00 0.00 5.22
Barat Daya 342 86 2 0 0 430 9.19 2.31 0.05 0.00 0.00 11.56
Barat 202 308 112 10 1 633 5.43 8.28 3.01 0.27 0.03 17.02
Barat Laut 96 121 12 1 0 230 2.58 3.25 0.32 0.03 0.00 6.18
Berangin = 1897 = 50.99
Tidak Berangin = 1091 = 29.33
Tidak Tercatat = 732 = 19.68
Total = 3720 = 100.00
Jumlah Jam Persentase
Tabel 4. 18. Data Kejadian Angin Bulan Total (2006-2010)
IV- 18
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Arah
< 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total < 5 5-10 10-15 15-20 > 20 Total
Utara 1707 856 25 2 1 2591 3.90 1.95 0.06 0.00 0.00 5.91
Timur Laut 1253 680 16 0 0 1949 2.86 1.55 0.04 0.00 0.00 4.45
Timur 2211 2752 179 4 0 5146 5.05 6.28 0.41 0.01 0.00 11.74
Tenggara 1492 1461 112 5 0 3070 3.40 3.33 0.26 0.01 0.00 7.01
Selatan 3157 492 24 5 0 3678 7.20 1.12 0.05 0.01 0.00 8.39
Barat Daya 3381 827 28 2 0 4238 7.71 1.89 0.06 0.00 0.00 9.67
Barat 1424 1310 419 61 1 3215 3.25 2.99 0.96 0.14 0.00 7.34
Barat Laut 1044 706 74 6 0 1830 2.38 1.61 0.17 0.01 0.00 4.18
Berangin = 25717 = 58.68
Tidak Berangin = 12790 = 29.18
Tidak Tercatat = 5317 = 12.13
Total = 43824 = 100.00
Jumlah Jam Persentase
Kejadian angin dalam bentuk distribusi kecepatan dan arah angina jam-jaman
dari bulanan 2006-2010 didajikan dalam tabel diatas kemudian disajikan dalam
bentuk windrose sebagai berikut:
IV- 19
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Distribusi Kecepatan dan Arah Angin Jam-jaman
Januari s.d. April 2006-2010
Lokasi: Kotabunan
Jenis tongkat menunjukkan kecepatan angin dalam knot.
Panjang tongkat menunjukkan persentase kejadian.
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Tidak Berangin = 35.59% Tidak Tercatat = 8.33%
JANUARI JANUARI
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Tidak Berangin = 32.92% Tidak Tercatat = 8.42%
FEBRUARI FEBRUARI
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Tidak Berangin = 38.04% Tidak Tercatat = 8.33%
MARET MARET
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Tidak Berangin = 41.97% Tidak Tercatat = 9.11%
APRIL APRIL
Gambar 4.2. Windrose Bulanan (Januari-April)
IV- 20
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Tidak Berangin = 16.80% Tidak Tercatat = 8.98%
AGUSTUS AGUSTUS
Distribusi Kecepatan dan Arah Angin Jam-jaman
Mei s.d. Agustus 2006-2010
Lokasi: Kotabunan
Jenis tongkat menunjukkan kecepatan angin dalam knot.
Panjang tongkat menunjukkan persentase kejadian.
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Tidak Berangin = 38.25% Tidak Tercatat = 6.45%
MEI MEI
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Tidak Berangin = 31.97% Tidak Tercatat = 7.78%
JUNI JUNI
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Tidak Berangin = 20.16% Tidak Tercatat = 8.33%
JULI JULI
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Gambar 4.3. Windrose Bulanan (Mei-Agustus)
IV- 21
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Tidak Berangin = 9.49% Tidak Tercatat = 41.29%
OKTOBER OKTOBER
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Tidak Berangin = 37.53% Tidak Tercatat = 9.78%
NOVEMBER NOVEMBER
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Tidak Berangin = 29.33% Tidak Tercatat = 19.68%
DESEMBER DESEMBER
Tidak Berangin = 18.94% Tidak Tercatat = 8.33%
SEPTEMBER SEPTEMBER
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Distribusi Kecepatan dan Arah Angin Jam-jaman
Septembers.d. Desember 2006-2010
Lokasi: Kotabunan
Jenis tongkat menunjukkan kecepatan angin dalam knot.
Panjang tongkat menunjukkan persentase kejadian.
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Gambar 4.4. Windrose Bulanan (September-Desember)
IV- 22
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Tidak Berangin = 29.18% Tidak Tercatat = 12.13%
Distribusi Kecepatan dan Arah Angin Jam-jaman
2006-2010
Lokasi: Kotabunan
Jenis tongkat menunjukkan kecepatan angin dalam knot.
Panjang tongkat menunjukkan persentase kejadian.
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Gambar 4.5. Windrose Bulanan Total 2006-2010
IV- 23
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa:
Secara keseluruhan angin dari arah Timur (11.74) dan Barat Daya (9.67%).
Pada musim Barat Laut di bulan November hingga Maret, angin bertiup
dominan dari arah Barat, dan Barat Daya.
Saat transisi menuju musim Tenggara di bulan April komponen angin arah
Barat, Barat Daya dan Barat Laut melemah, sedangkan komponen arah yang
menguat adalah angin dari arah Utara, timur dan timur laut.
Dari bulan Mei hingga September di mana terjadi musim Tenggara,
sebagian besar angin dominan bertiup dari arah Timur dan Timur Laut.
Pada bulan Oktober terjadi kondisi transisi menuju musim Barat Laut di mana
angin dari arah Barat menguat kembali.
4.3.1.2. Analisa Frekuensi Angin
Penentuan kecepatan angin rencana desain dengan perioda ulang tertentu
dilakukan mengunakan analisa frekuensi dengan metode distribusi Normal,
Normal 2 parameter, Normal 3 parameter, Gumbel, Pearson III, Log Pearson III.
Data masukkan untuk analisa adalah angin harian maksimum tiap tahunnya
tanpa melihat arah datangnya seperti yang disajikan pada Tabel 4.19.
Tabel 4. 19. Angin Harian Maksimum
Arah Data
N NE E SE S SW W NW Maksimum
K
e
c
.
A
n
g
i
n

(
K
n
o
t
)
15 24 18 23 20 20 30 20 30
13 15 15 9 12 12 15 27 27
15 30 12 30 30 30 15 20 30
12 15 15 10 15 15 15 15 15
20 18 10 15 10 15 20 17 20
Sumber: Analisa dari Data Angin
Untuk menentukan hasil distribusi mana yang akan digunakan untuk
perencanaan maka digunakan pemilihan dengan Probabilitas Error untuk data
angin maksimum tiap tahun (Tabel 5.20) dengan kriteria pemilihan dilakukan
untuk metode dengan error terkecil. Hasil perhitungan Probabilitas Error untuk
masing-masing metode distribusi frekuensi disajikan pada Tabel 4.21.
Tabel 4. 20. Analisa Frekuensi Angin
Weibull MAX Lognormal Pearson Logpearson Gumbel
Prob. DATA Pred. Pred. Pred. Pred.
0.17 18 17.17 19.88 17.94 13.2
0.33 20 19.57 20.21 19.78 17.52
0.5 20 21.74 20.26 21.54 21.59
0.67 22 24.15 20.81 23.61 26.32
0.83 32 27.53 23.14 26.7 33.38
IV- 24
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Tabel 4. 21. Probabilitas Error
Log normal Pearson Log pearson Gumbel
Error Error Error Error
0.6889 3.5344 0.0036 23.04
0.1849 0.0441 0.0484 6.1504
3.0276 0.0676 2.3716 2.5281
4.6225 1.4161 2.5921 18.6624
19.9809 78.4996 28.09 1.9044
4267317.48 2944412 3018693.054 5057238.56
Minimum
Gambar 4.6. Perbandingan Beberapa Analisa Frekuensi Angin
Dari perhitungan pada tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil analisa frekuensi
dengan Prediksi Pearson memiliki error terkecil. Maka dipilih hasil dari Metode
Pearson yang akan digunakan sebagai kecepatan angin rencana untuk
perencanaan.
Hasil perhitungan analisa frekuensi kecepatan dengan beberapa metode untuk
periode ulang H
2
, H
5
, H
10
, H
25
, H
50
dan H
100
dapat dilihat pada table 5.22. Untuk
perencanaan fasilitas-fasilitas bangunan laut diambil kecepatan angin rencana
dengan periode ulang 50 tahun sebesar 38.29 knots.
IV- 25
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Tabel 4. 22. Hasil Perhitungan Analisa Frekuensi Angin untuk Beberapa Periode
Ulang
Pearson Nilai Ekstrim
Periode Ulang (kec.angin Knots)
(tahun)
1 19.71
2 20.26
3 20.81
5 22.37
10 25.81
25 32.24
50 38.29
100 45.21
200 52.92
Sumber: Analisa dari Data Angin
4.3.2. Perhitungan Fetch Efektif
Fetch adalah daerah pembentukan gelombang yang diasumsikan memiliki
kecepatan dan arah angin yang relatif konstan. Penghitungan panjang fetch
efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta topografi lokasi dengan
skala yang cukup besar sehingga dapat terlihat pulau-pulau/daratan yang
mempengaruhi pembentukan gelombang di suatu lokasi. Penentuan titik fetch
diambil pada posisi laut dalam dari perairan yang diamati. Ini karena gelombang
laut yang dibangkitkan oleh angin terbentuk di laut dalam suatu perairan,
kemudian merambat ke arah pantai dan pecah seiring dengan mendangkalnya
perairan dekat pantai.
Panjang fetch dihitung untuk 8 arah mata angin dan ditentukan berdasarkan
rumus berikut:

i
i i
i
cos
cos . Lf
Lf

di mana:
Lf
i
= panjang fetch ke-i

i
= sudut pengukuran fetch ke-i
i = jumlah pengukuran fetch
Jumlah pengukuran i untuk tiap arah mata angin tersebut meliputi
pengukuran-pengukuran dalam wilayah pengaruh fetch (22.50 searah jarum jam
IV- 26
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
dan 22.50 berlawanan arah jarum jam). Panjang daerah pembentukan
gelombang atau fetch ditentukan sebagai berikut:
1. Pertama ditarik garis-garis fetch setiap selang sudut lima derajat.
2. Tiap penjuru angin (arah utama) mempunyai daerah pengaruh selebar 22,5
derajat ke sebelah kiri dan kanannya.
3. Panjang garis fetch dihitung dari wilayah kajian sampai ke daratan di ujung
lainnya. Jika sampai dengan 2000 km ke arah yang diukur tidak terdapat
daratan yang membatasi maka panjang fetch untuk arah tersebut ditentukan
sebesar 2000 km.
4. Masing-masing garis fetch dalam daerah pengaruh suatu penjuru angin (arah
utama) diproyeksikan ke arah penjuru tersebut.
5. Panjang garis fetch diperoleh dengan membagi jumlah panjang proyeksi
garis-garis fetch dengan jumlah cosinus sudutnya.
Hasil dari penghitungan panjang fetch efektif ini kemudian akan digunakan untuk
langkah selanjutnya dari peramalan gelombang.
Gambar 4. 7. Daerah Pembentukan Gelombang Lokasi Pelabuhan Kota Bunan
IV- 27
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Tabel 4. 23. Panjang Fetch Efektif
IV- 28
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Sudut () Panjang Fetch (F) Panjang Fetch (F) cos () F cos ()
(
o
) Peta (km)
-20 0.000 0.000 0.940 0.000
-15 0.000 0.000 0.966 0.000
-10 0.000 0.000 0.985 0.000
-5 0.000 0.000 0.996 0.000
Utara 0 0.000 0.000 1.000 0.000
5 0.000 0.000 0.996 0.000
10 0.000 0.000 0.985 0.000
15 0.000 0.000 0.966 0.000
20 0.000 0.000 0.940 0.000
-20 0.000 0.000 0.940 0.000
-15 0.000 0.000 0.966 0.000
-10 0.000 0.000 0.985 0.000
-5 0.000 0.000 0.996 0.000
Timur Laut 0 3.930 393.000 1.000 393.000
5 3.940 394.000 0.996 392.501
10 20.000 2000.000 0.985 1969.616
15 3.350 335.000 0.966 323.585
20 3.170 317.000 0.940 297.883
-20 2.810 281.000 0.940 264.054
-15 2.710 271.000 0.966 261.766
-10 2.750 275.000 0.985 270.822
-5 2.860 286.000 0.996 284.912
Timur 0 2.950 295.000 1.000 295.000
5 2.980 298.000 0.996 296.866
10 3.049 304.900 0.985 300.268
15 3.170 317.000 0.966 306.198
20 3.340 334.000 0.940 313.857
-20 3.050 305.000 0.940 286.606
-15 3.370 337.000 0.966 325.517
-10 4.030 403.000 0.985 396.878
-5 3.750 375.000 0.996 373.573
Tenggara 0 5.850 585.000 1.000 585.000
5 5.580 558.000 0.996 555.877
10 5.670 567.000 0.985 558.386
15 5.460 546.000 0.966 527.396
20 4.860 486.000 0.940 456.691
-20 4.660 466.000 0.940 437.897
-15 13.570 1357.000 0.966 1310.761
-10 9.390 939.000 0.985 924.734
-5 9.930 993.000 0.996 989.221
Selatan 0 10.030 1003.000 1.000 1003.000
5 10.330 1033.000 0.996 1029.069
10 10.450 1045.000 0.985 1029.124
15 10.680 1068.000 0.966 1031.609
20 6.470 647.000 0.940 607.981
-20 0.000 0.000 0.940 0.000
-15 0.000 0.000 0.966 0.000
-10 0.000 0.000 0.985 0.000
-5 4.820 482.000 0.996 480.166
Barat Daya 0 2.390 239.000 1.000 239.000
5 2.340 234.000 0.996 233.110
10 2.750 275.000 0.985 270.822
15 5.320 532.000 0.966 513.873
20 5.850 585.000 0.940 549.720
-20 0.000 0.000 0.940 0.000
-15 0.000 0.000 0.966 0.000
10 0.000 0.000 0.985 0.000
-5 0.000 0.000 0.996 0.000
Barat 0 0.000 0.000 1.000 0.000
5 0.000 0.000 0.996 0.000
10 0.000 0.000 0.985 0.000
15 0.000 0.000 0.966 0.000
20 0.000 0.000 0.940 0.000
-20 0.000 0.000 0.940 0.000
-15 0.000 0.000 0.966 0.000
10 0.000 0.000 0.985 0.000
-5 0.000 0.000 0.996 0.000
Barat Laut 0 0.000 0.000 1.000 0.000
5 0.000 0.000 0.996 0.000
10 0.000 0.000 0.985 0.000
15 0.000 0.000 0.966 0.000
20 0.000 0.000 0.940 0.000
Arah Utama Fetch Efektif
0.000
384.873
295.642
0.000
463.446
953.285
260.644
0.000
4.3.3. Analisa Gelombang
Metode perhitungan gelombang dengan cara hindcasting menggunakan metode
SMB (Sverdrup-Munk-Brechneider). Langkah awal penentuan gelombang adalah
IV- 29
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
perhitungan fetch efektif. Fetch efektif adalah daerah pembentukan gelombang
yang diasumsikan memiliki kecepatan dan arah angin yang relatif konstan.
Penghitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan
peta topografi lokasi dengan skala yang cukup besar sehingga dapat terlihat
pulau-pulau/daratan yang mempengaruhi pembentukan gelombang di suatu
lokasi.
Fetch angin perairan Kota bunan dibuat dengan titik pusat yang dianggap
mewakili koordinat zona perairan laut dalam. Penggambaran fetch angin untuk
perairan Kota bunan dan Penghitungan panjang fetch efektif secara lengkap
untuk 8 arah mata angin disajikan pada tabel di bawah ini.
Prosedur Perhitungan Metode SMB ini adalah :
1. Penentuan panjang fetch efektif :
Menentukan arah datang angin dominan
Dari arah datang angin dominan dibuat sudut 45
o
ke kiri dan kanan.
Kemudian dibagi menjadi 15 buah jari-jari dengan jarak misalnya 5
o
.
Sebagai sumbu utama adalah jari-jari yang berimpit dengan arah angin
dominan.
Menghitung Panjang jari-jari dari titik peramalan sampai titik dimanan jari-
jari tersebut memotong daratan.
Menghitung Fetch Efektif ( Seperti pada sub bab 5.3.4).
2. Estimasi Angin Permukaan
Angin permukaan sebagai data input pada peramalan gelomban perlu
dikoreksi yaitu:
Koreksi Elevasi
Koreksi ini dilakukan apabila pengukuran angin tidak pada ketinggian 10
m, sehingga perlu ditransformasi ke ketinggian tersebut. Koreksinya
adalah sebagai berikut:
7
1
10
) ( ) 10 (
,
_

z
z U U
Dimana U(10) = Kecepatan angin di elevasi 10 m
Z = elevasi observasi
Koreksi Durasi
IV- 30
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Pada umumnya kecepatan angin yang dilaporkan adalah kecepatan
maksimum (dalam sehari), namun kenyataannya angin tersebut
mempunyai durasi pendek. Untuk itu kecepatan angin maksimum yang
terukur dalam durasi pendek ini digunakan untuk estimasi kecepatan
angin sebagai pembangkit gelombang. Koreksinya adalah sebagai
berikut:
f
U
t
1609


Jika 1<t<3600 detik, maka persamaan untuk menghitung kecepatan
angin pada durasi t adalah:

'

+
t U
U
t
45
log 9 . 0 tanh 296 . 0 277 . 1
10
3600
Selanjutnya jika 3600<t<36000 detik adalah :
5334 . 1 log 15 . 0
10
3600
+ t
U
U
t
Koreksi Stabilitas
Koreksi ini dilakukan jika terdapat perbedaan antara temperatur air
dengan temperatur udara. Hal ini berhubungan dengan tingkat
kestabilan lapisan batas air dan udara.
) 10 ( U R U
T

Jika Informasi data temperatur tidak ada maka dianggap R


T
=1.1
Koreksi lokasi
Umumnya data angin di atas permukaan air tidak tersedia, untuk
memenuhi keperluan ini digunakan data angin di atas permukaan
daratan yang ditransformasikan secara horizontal ke daerah fetch. Jika
gradien tekanan sama dan hanya terdapat perbedaan gesekan
permukaan (Resio & Vincent, 1977b) maka koreksi efek lokasi ini
adalah :
U R U
L

Dimana R
L
adalah koreksi lokasi. Untuk anemometer dekat pantai
maka dianggap R
L
= 1.
IV- 31
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Koefisien gesek
Kecepatan angin yang terkoreksi sebelumnya perlu dikonversikan
terhadap faktor stress angin yaitu:
23 . 1
71 . 0 U U
A

Nilai U
A
ini yang digunakan sebagai input pada formula empiris SMB di
atas.
3. Perhitungan Tinggi dan Periode Gelombang
Pada perhitungan tinggi dan perioda gelombang signifikan diperlukan data
kecepatan angin U
A
yang telah dikoreksi, arah angin , durasi angin t, dan
fetch lapangan yang dihitung dari Peta Lokasi. Dari data ini dilakukan langkah
pengerjaan sebagai berikut:
Peramalan gelombang di Perairan Dalam:
Persamaan semi empiris untuk menentukan tinggi dan perioda gelombang
signifikan di perairan dalam dari data kecepatan dan durasi angin dominan
dan dianggap panjang fetch tebatas:
2
1
2
3
2
10 6 . 1
1
]
1


A A
o
U
gF
x
U
gHm
.......................................... (a)
3
1
2
1
2
10 875 . 2
1
]
1


A A
U
gF
x
U
gTm
.......................................... (b)
3
1
2
1
2
10 8 . 68
1
]
1


A A
U
gF
x
U
gt
.......................................... (c)
Catatan Tm T 95 . 0
9 / 1

Hasil dari persamaan di atas sah (valid) jika lebih kecil dari keadaan
pertumbuhan gelombang jenuh (FDS) yang diberikan sebagai berikut:
1
2
10 433 . 2

x
U
gHm
A
o
.......................................... (d)
134 . 8
2

A
U
gTm
.......................................... (e)
4
2
10 15 . 7

x
U
gt
A
.......................................... (f)
IV- 32
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Dimana
o
Hm
= Tinggi gelombang signifikan
Tm = Perioda gelombang signifikan
F = panjang Fetch
A
U = kecepatan angin (dengan faktor gesek)
g
= gravitasi bumi
Proses perhitungannya adalah sebagai berikut :
a) Masukkan fetch pada persamaan (c) sehingga dapat dihitung durasi (t)
yang selanjutnya disebut t
h
.
b) Bandingkan t
h
dengan durasi dari pengukuran (t
l
)
c) Jika t
h
<t
l
maka langsung hitung
o
Hm
dan Tm dengan memasukkan F
dan
A
U menggunakan persaaan (a) dan persamaan (b).
d) Jika t
h
>t
l
maka masukkan tl pada persamaan (c) dan hitung panjang fetch
(F) yang selanjutnya disebut Fh. Kemudian hitung
o
Hm
dan Tm dengan
memasukkan Fh dan
A
U , menggunakan persamaan (a) dan (b).
e) Selanjutnya kita kontrol dengan keadaan FAS atau FDS yaitu dengan cara
menghitung
o
Hm
dan Tm dari persamaan (d) dan (e).
o
Hm
ini
dibandingkan dengan
o
Hm
dari langkah 3 atau langkah 4 di atas,
kemudian di pilih yang lebih kecil dan secara otomatis perioda
pasangannya ikut terpilih.
f) Arah penjalaran gelombang searah dengan arah angin.
Hasil perhitungan dengan metoda SMB umumnya sedikit berbeda dengan
hasil pengukuran lapangan. Untuk itu konstanta SMB perlu dikoreksi dengan
bantuan data lapangan pada waktu yang sama (diperlukan pengukuran
kecepatan angin dan parameter gelombang secara simultan).
Dari perhitungan fetch efektif kemudian dapat ditentukan gelombang rencana di
lokasi dengan melakukan peramalan gelombang rencana menggunakan data
angin harian maksimum yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi Kuyuwatu
Manado, Provinsi Sulawesi Utara yang di sadur kedalam angin maksimum tiap
tahun dengan arah datangnya angin yang menghasilkan gelombang yaitu arah
Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya dan Barat.
IV- 33
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
4.3.3.1. Perhitungan Kejadian Gelombang
Hasil perhitungan data gelombang setiap bulan (2006-2010) disajikan sebagai
berikut:
Tabel 4.24. Data Kejadian Gelombang Bulan Januari
< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total
Utara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Timur Laut 0.780 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.78
Timur 0.780 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.78
Tenggara 1.183 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.18
Selatan 3.737 0.457 0.000 0.215 0.000 0.000 4.41
Barat Daya 5.645 0.108 0.000 0.000 0.000 0.000 5.75
Barat 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Barat Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Bergelombang = 12.90
Tidak Bergelombang (calm) = 86.83
Tidak Tercatat = 0.27
T o t a l = 100.00
Arah
Tinggi Gelombang (m)
Tabel 5.25. Data Kejadian Gelombang Bulan Februari
< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total
Utara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Timur Laut 0.650 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.65
Timur 0.532 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.53
Tenggara 0.827 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.83
Selatan 4.196 0.355 0.177 0.000 0.000 0.000 4.73
Barat Daya 5.260 0.739 0.000 0.000 0.000 0.000 6.00
Barat 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Barat Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Bergelombang = 12.74
Tidak Bergelombang (calm) = 86.97
Tidak Tercatat = 0.30
T o t a l = 100.00
Tinggi Gelombang (m)
Arah
Tabel 4.26. Data Kejadian Gelombang Bulan Maret
IV- 34
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total
Utara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Timur Laut 2.608 0.134 0.000 0.000 0.000 0.000 2.74
Timur 4.731 1.022 0.242 0.645 0.000 0.000 6.64
Tenggara 3.091 0.376 0.000 0.000 0.000 0.000 3.47
Selatan 6.022 0.323 0.000 0.000 0.000 0.000 6.34
Barat Daya 6.075 0.484 0.000 0.000 0.000 0.000 6.56
Barat 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Barat Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Bergelombang = 25.75
Tidak Bergelombang (calm) = 73.98
Tidak Tercatat = 0.27
T o t a l = 100.00
Arah
Tinggi Gelombang (m)
Tabel 5.27. Data Kejadian Gelombang Bulan April
< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total
Utara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Timur Laut 3.583 1.222 1.306 0.000 0.000 0.000 6.11
Timur 6.083 2.556 0.444 0.000 0.000 0.000 9.08
Tenggara 4.306 0.917 0.000 0.000 0.000 0.000 5.22
Selatan 7.139 0.889 0.000 0.000 0.000 0.000 8.03
Barat Daya 5.194 0.250 0.000 0.000 0.000 0.000 5.44
Barat 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Barat Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Bergelombang = 33.89
Tidak Bergelombang (calm) = 64.50
Tidak Tercatat = 1.61
T o t a l = 100.00
Arah
Tinggi Gelombang (m)
Tabel 4.28. Data Kejadian Gelombang Bulan Mei
< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total
Utara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Timur Laut 3.683 2.097 0.726 0.000 0.000 0.000 6.51
Timur 7.796 5.484 4.462 0.860 0.726 0.000 19.33
Tenggara 5.081 1.532 0.188 0.000 0.000 0.000 6.80
Selatan 7.097 1.156 0.000 0.000 0.000 0.000 8.25
Barat Daya 5.349 0.941 0.484 0.672 0.000 0.000 7.45
Barat 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Barat Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Bergelombang = 48.33
Tidak Bergelombang (calm) = 51.67
Tidak Tercatat = 0.00
T o t a l = 100.00
Arah
Tinggi Gelombang (m)
Tabel 4.29. Data Kejadian Gelombang Bulan Juni
IV- 35
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total
Utara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Timur Laut 3.278 1.444 0.944 0.000 0.000 0.000 5.67
Timur 9.000 6.333 3.583 0.722 1.361 0.000 21.00
Tenggara 5.861 2.417 0.944 0.583 0.000 0.000 9.81
Selatan 7.250 1.833 0.694 0.000 0.000 0.000 9.78
Barat Daya 4.694 1.556 0.944 2.194 0.000 0.500 9.89
Barat 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Barat Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Bergelombang = 56.14
Tidak Bergelombang (calm) = 43.58
Tidak Tercatat = 0.28
T o t a l = 100.00
Tinggi Gelombang (m)
Arah
Tabel 4.30. Data Kejadian Gelombang Bulan Juli
< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total
Utara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Timur Laut 2.796 1.452 0.645 0.000 0.000 0.000 4.89
Timur 6.667 7.392 5.699 1.801 1.801 0.618 23.98
Tenggara 5.054 3.172 1.855 0.887 0.538 0.323 11.83
Selatan 8.710 2.688 0.242 0.323 0.000 0.000 11.96
Barat Daya 7.554 1.882 2.312 1.075 0.000 0.000 12.82
Barat 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Barat Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Bergelombang = 65.48
Tidak Bergelombang (calm) = 34.25
Tidak Tercatat = 0.27
T o t a l = 100.00
Arah
Tinggi Gelombang (m)
Tabel 4.31. Data Kejadian Gelombang Bulan Agustus
< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total
Utara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Timur Laut 3.602 1.801 1.801 0.296 0.000 0.000 7.50
Timur 8.522 6.290 5.215 2.366 1.183 0.806 24.38
Tenggara 7.070 6.317 3.038 1.801 0.484 0.565 19.27
Selatan 7.446 1.613 0.323 0.000 0.000 0.000 9.38
Barat Daya 4.247 3.226 1.613 0.806 0.860 0.511 11.26
Barat 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Barat Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Bergelombang = 71.80
Tidak Bergelombang (calm) = 27.28
Tidak Tercatat = 0.91
T o t a l = 100.00
Arah
Tinggi Gelombang (m)
Tabel 4.32. Data Kejadian Gelombang Bulan September
IV- 36
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total
Utara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Timur Laut 4.389 1.722 0.389 0.000 0.000 0.000 6.50
Timur 10.139 5.361 3.611 2.333 0.000 0.000 21.44
Tenggara 6.806 4.583 2.083 1.111 0.806 0.000 15.39
Selatan 8.417 2.556 0.000 0.000 0.000 0.000 10.97
Barat Daya 7.250 4.417 0.750 0.000 0.000 0.000 12.42
Barat 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Barat Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Bergelombang = 66.72
Tidak Bergelombang (calm) = 33.00
Tidak Tercatat = 0.28
T o t a l = 100.00
Arah
Tinggi Gelombang (m)
Tabel 4.33. Data Kejadian Gelombang Bulan Oktober
< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total
Utara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Timur Laut 3.091 1.237 0.215 0.000 0.000 0.000 4.54
Timur 2.903 1.720 0.618 0.323 0.000 0.000 5.56
Tenggara 3.172 2.392 0.726 0.269 0.430 0.000 6.99
Selatan 7.500 2.823 0.000 0.000 0.000 0.000 10.32
Barat Daya 8.065 5.323 1.667 0.349 0.000 0.000 15.40
Barat 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Barat Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Bergelombang = 42.82
Tidak Bergelombang (calm) = 17.18
Tidak Tercatat = 40.00
T o t a l = 100.00
Arah
Tinggi Gelombang (m)
Tabel 4.34. Data Kejadian Gelombang Bulan November
< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total
Utara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Timur Laut 4.722 1.083 0.000 0.000 0.000 0.000 5.81
Timur 6.139 1.306 0.528 0.000 0.000 0.000 7.97
Tenggara 3.083 0.444 0.000 0.000 0.000 0.000 3.53
Selatan 8.583 2.139 0.000 0.333 0.472 0.000 11.53
Barat Daya 7.639 2.333 1.333 0.000 0.000 0.000 11.31
Barat 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Barat Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Bergelombang = 40.14
Tidak Bergelombang (calm) = 59.58
Tidak Tercatat = 0.28
T o t a l = 100.00
Arah
Tinggi Gelombang (m)
Tabel 4.35. Data Kejadian Gelombang Bulan Desember
IV- 37
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total
Utara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Timur Laut 1.425 0.242 0.000 0.000 0.000 0.000 1.67
Timur 2.070 0.000 0.215 0.000 0.000 0.000 2.28
Tenggara 1.183 0.108 0.000 0.000 0.000 0.000 1.29
Selatan 4.516 0.699 0.000 0.000 0.000 0.000 5.22
Barat Daya 6.129 3.199 0.726 1.505 0.000 0.000 11.56
Barat 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Barat Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Bergelombang = 22.02
Tidak Bergelombang (calm) = 65.83
Tidak Tercatat = 12.15
T o t a l = 100.00
Tinggi Gelombang (m)
Arah
Tabel 4.36. Data Kejadian Gelombang Total (2006-2010)
< 0.5 0.5-1.0 1.0-1.5 1.5-2.0 2.0-2.5 > 2.5 Total
Utara 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Timur Laut 2.889 1.041 0.504 0.025 0.000 0.000 4.46
Timur 5.458 3.138 2.067 0.760 0.427 0.121 11.97
Tenggara 3.904 1.867 0.742 0.390 0.189 0.075 7.17
Selatan 6.725 1.465 0.119 0.073 0.039 0.000 8.42
Barat Daya 6.097 2.047 0.826 0.554 0.073 0.084 9.68
Barat 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Barat Laut 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
Bergelombang = 41.70
Tidak Bergelombang (calm) = 53.50
Tidak Tercatat = 4.80
T o t a l = 100.00
Arah
Tinggi Gelombang (m)
Kejadian gelombang dalam table diatas kemudian disajikan dalam bentuk
Waverose sebagai berikut:
IV- 38
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Calm = 73.98% Tidak Tercatat = 0.27%
MARET
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Calm = 64.50% Tidak Tercatat = 1.61%
APRIL
Distribusi Tinggi dan Arah Gelombang di Lepas Pantai Kotabunan
Diramal Berdasarkan Data Angin Jam-jaman di Manado
Bulan Januari s.d. April 2006-2010
Jenis tongkat menunjukkan tinggi gelombang dalam meter.
Panjang tongkat menunjukkan persentase kejadian.
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Calm = 86.83% Tidak Tercatat = 0.27%
JANUARI
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Calm = 86.97% Tidak Tercatat = 0.30%
FEBRUARI
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Gambar 4.8. Waverose Bulanan (Januari-April)
IV- 39
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Distribusi Tinggi dan Arah Gelombang di Lepas Pantai Kotabunan
Diramal Berdasarkan Data Angin Jam-jaman di Manado
Bulan Mei s.d. Agustus 2006-2010
Jenis tongkat menunjukkan tinggi gelombang dalam meter.
Panjang tongkat menunjukkan persentase kejadian.
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Calm = 51.67% Tidak Tercatat = 0.00%
MEI
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Calm = 34.25% Tidak Tercatat = 0.27%
JULI
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Calm = 43.58% Tidak Tercatat = 0.28%
JUNI
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Calm = 27.28% Tidak Tercatat = 0.91%
AGUSTUS
Gambar 4.9. Waverose Bulanan (Mei-Agustus)
IV- 40
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Calm = 65.83% Tidak Tercatat = 12.15%
DESEMBER
Calm = 17.18% Tidak Tercatat = 40.00%
OKTOBER
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Calm = 59.58% Tidak Tercatat = 0.28%
NOVEMBER
Distribusi Tinggi dan Arah Gelombang di Lepas Pantai Kotabunan
Diramal Berdasarkan Data Angin Jam-jaman di Manado
Bulan September s.d. Desember 2006-2010
Jenis tongkat menunjukkan tinggi gelombang dalam meter.
Panjang tongkat menunjukkan persentase kejadian.
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Calm = 33.00% Tidak Tercatat = 0.28%
SEPTEMBER
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Gambar 4.10. Waverose Bulanan (September-Desember)
IV- 41
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Distribusi Tinggi dan Arah Gelombang di Lepas Pantai Kotabunan
Diramal Berdasarkan Data Angin Jam-jaman di Manado
Total 2006-2010
Jenis tongkat menunjukkan tinggi gelombang dalam meter.
Panjang tongkat menunjukkan persentase kejadian.
U
S
B T
TG BD
TL BL
0%
10%
20%
30%
40%
Calm = 53.50% Tidak Tercatat = 4.80%
Gambar 4.11. Waverose Bulanan Total (2006-2010)
Dari Kejadian Gelombang yang disajikan pada tabel kejadian gelombang dan
dideskripsikan dengan Waverose dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
IV- 42
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Secara umum gelombang dominan datang dari arah Barat Daya, Barat, Timur
dan Timur Laut karena angin dominan dari arah-arah tersebut dipadu dengan
panjang fetch efektif di lokasi lepas pantai. Secara umum apabila melihat
Waverose total didapatkan bahwa gelombang dominan dari arah Timur Laut
(4.46%), dari Timur (11.97%), dari arah Tenggara (7.17%), Selatan(8.42%)
dan Barat Daya(9.68%).
Pada musim Barat Laut di bulan November hingga Maret, gelombang
dominan datang dari Barat Daya, Barat dan Barat Laut.
Dari bulan Mei hingga September di mana terjadi musim Tenggara arah
datang dominan adalah dari arah Timur dan Tenggara.
4.3.3.2. Analisa Frekuensi Gelombang
Perhitungan atau peramalan gelombang rencana dilakukan dengan
menggunakan data angin harian rata-rata yang diperoleh dari Stasiun
Klimatologi Kuyuwatu Manado, Provinsi Sulawesi Utara. Dari besaran angin
harian rata-rata maksimum kemudian dicari besar angin rata-rata maksimum
tiap tahunnya untuk masing-masing arah mata angin utama. Besarnya rata-rata
angin maksimum untuk tiap tahunnya menurut arah mata angin utama dapat
dilihat pada Tabel 4.37.
Tabel 4.37. Besar dan Arah Gelombang Rata-rata Maksium Tiap Tahun Menurut Arah
Terbesar
U TL T TG S BD B BL Absolut
1 2006 0 1.421 1.159 0.583 2.304 1.679 0 0 2.30
0 5.796 4.863 3.076 7.997 6.828 0 0 8.00
2 2007 0 1.804 0.82 0.502 1.904 3.424 0 0 3.42
0 6.796 4.234 2.898 6.516 9.399 0 0 9.40
3 2008 0 0.389 2.806 2.806 0.651 0.82 0 0 2.81
0 2.617 8.825 8.825 4.241 4.234 0 0 8.83
4 2009 0 0.693 2.938 2.08 1.026 0.245 0 0 2.94
0 3.787 8.789 6.911 4.181 1.894 0 0 8.79
5 2010 0 0.693 2.938 2.08 1.026 0.245 0 0 2.94
0 3.787 8.789 6.911 4.181 1.894 0 0 8.79
No. Tahun
Per Arah
Hasil perhitungan atau peramalan gelombang dengan menggunakan data angin
tahunan maksimum akan dihasilkan tinggi gelombang dan periode gelombang
hasil peramalan berikut arah datang gelombang yang disesuaikan dengan
perhitungan fetch efektif di lokasi.
Untuk menentukan tinggi gelombang desain dengan perioda ulang tertentu
digunakan analisa frekuensi dengan menggunakan metode distribusi Normal,
IV- 43
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Normal 2 parameter, Normal 3 parameter, Gumbel, Pearson III, Log Pearson III.
Data masukkan untuk analisa adalah gelombang tertinggi tiap tahunnya tanpa
melihat arah datangnya gelombang seperti yang disajikan pada Tabel 4.38.
Tabel 4.38. Tinggi Gelombang Maksimum Tiap Tahun
Tahun H(m) T(m)
2010 2.938 7.99
2009 2.938 9.19
2008 2.806 8.83
2007 3.312 8.79
2006 2.304 8.79
Sumber: hasil analisa
Untuk menentukan hasil distribusi mana yang akan digunakan untuk
perencanaan maka digunakan pemilihan dengan Probabilitas Error untuk data
gelombang maksimum tiap tahun (Tabel 4.39) dengan kriteria pemilihan
dilakukan untuk metode dengan error terkecil.
Tabel 4.39. Probabilitas Error Tinggi Gelombang Rencana Untuk Berbagai
Distribusi.
Weibull Max
Log
normal Pearson
Log
pearson Gumbel
Data Pred. Pred. Pred. Pred.
0.17 2.3 2.5 2.51 2.44 2.22
0.33 2.81 2.69 2.75 2.74 2.53
0.5 2.94 2.85 2.93 2.96 2.82
0.67 2.94 3.03 3.09 3.16 3.16
0.83 3.42 3.26 3.26 3.36 3.67
Sumber: hasil analisa
Dari perhitungan pada tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil analisa frekuensi
dengan Log Pearson memiliki error terkecil sehingga hasil dari metode log
Pearson digunakan pada pekerjaan perencanaan ini. Hasil peramalan gelombang
dengan metode terpilih dapat dilihat pada Tabel 4.40.
Tabel 4.40. Probabilitas Error Tinggi Gelombang Rencana Untuk Berbagai
Distribusi.
Lognormal Pearson
Log
pearson Gumbel
Error Error Error Error
0.04 0.0441 0.0196 0.0064
0.0144 0.0036 0.0049 0.0784
0.0081 1E-04 0.0004 0.0144
0.0081 0.0225 0.0484 0.0484
0.0256 0.0256 0.0036 0.0625
IV- 44
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
0.0962 0.0959 0.0769 0.2101
Minimum
Sumber: hasil analisa
Gambar 4.12. Perbandingan Beberapa Analisa Frekuensi Angin
Hasil perhitungan analisa frekuensi tinggi gelombang dengan beberapa metode untuk
periode ulang H
2
, H
5
, H
10
, H
25
, H
50
dan H
100
dapat dilihat pada Tabel 4.41.
Tabel 4.41. Tinggi Gelombang Rencana Terpilih (Metode Log Pearson).
Log pearson
Periode Ulang
Tinggi
Gelombang
(tahun) (m)
1 2.76
2 2.96
3 3.16
5 3.32
10 3.46
25 3.58
50 3.64
100 3.69
200 3.72
Sumber: hasil analisa
Untuk perencanaan fasilitas-fasilitas bangunan laut diambil gelombang rencana
dengan periode ulang 50 tahun sebesar 3,64 m.
IV- 45
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
4.3.4. Analisa Transformasi Gelombang
A. Dasar Teori
Refraksi merupakan peristiwa berubahnya arah perambatan dan tinggi
gelombang akibat perubahan kedalaman dasar laut. Ilustrasi sederhana
perubahan arah gelombang dapat disajikan pada Gambar 5.13. Pada perairan
dalam, gelombang laut tidak merasakan'' pengaruh dasar laut karena jarak
vertikal yang jauh antara permukaan laut tempat gelombang beraksi dan dasar
laut. Gelombang akan merambat lebih cepat pada perairan yang dalam dari
pada perairan yang dangkal. Hal ini menyebabkan puncak gelombang membelok
dan menyesuaikan diri dengan kontur dasar laut. Parameter-parameter yang
penting pada analisa refraksi gelombang adalah:
Ks = koefisien pendangkalan
Kr = koefisien refraksi
dimana:
K
C
C
K
b
b
s
g
g
s
o
o

Cg : kecepatan grup gelombang; subscript o menyatakan laut dalam


Sementara, tinggi gelombang yang terjadi pada perairan dangkal (H) dapat
dihitung sebagai berikut:
H = Ho.Ks.Kr
Difraksi merupakan peristiwa transmisi energi gelombang dalam arah ke
samping (lateral) dari arah perambatan gelombang. Peristiwa ini terjadi apabila
terdapat bangunan laut yang menghalangi perambatan gelombang. Ilustrasi
sederhana. Pada bagian yang terlindung oleh bangunan laut, tetap terbentuk
gelombang akibat transmisi lateral tadi. Fenomena difraksi tidak terbatas pada
perairan dangkal saja. Difraksi terjadi dimana terdapat bangunan laut yang
menghalangi perambatan gelombang.
IV- 46
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Gambar 4. 13. Lintasan Gelombang (Wave Ray) Akibat Refraksi
Gambar 4. 14. Difraksi Gelombang
B. Input Data
Dalam permodelan refraksi-defraksi pada pekerjaan ini dipilih model numerik
REF/DIF yang disusun oleh Center for Applied Coastal Research, University of
Delaware, USA, untuk digunakan dalam analisa refraksi/difraksi di perairan lokasi
studi. Bagan alir pengerjaan permodelan ini disajikan pada gambar di bawah ini.
IV- 47
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
MULAI
PEMBUATAN
GRID
Data Gelombang:
- Tinggi
- Perioda
- Arah
REFDAT.DAT INDAT.DAT
REF/DIF Software
Out Put:
- Tinggi Gelombang
- Arah Gelombang
Mengeluarkan Kontur Tinggi
Gelomabang dengan menggunakan
SURFER
SELESAI
Gambar 4. 15. Bagan Alir Permodelan Refraksi-Defraksi Gelombang
Eksekusi untuk permodelan refraksi difraksi ini dilakukan pada saat HWS,
sedangkan data masukan untuk keperluan eksekusi adalah sebagai berikut:
1. Bathimetri Perairan
Bathimetri perairan diambil dari peta topografi. Peta bathimetri lokasi dibuat
grid dengan jarah 50 m dengan jumlah grid 20 x 30.
2. Tinggi Gelombang
Tinggi gelombang yang digunakan sebagai data masukan adalah tinggi
gelombang yang diperoleh dari hasil pasca-kiraan gelombang berdasarkan
data angin. Data angin sekunder yang digunakan diusahakan diambil dari
lokasi pengamatan yang mempunyai karakteristik tidak jauh berbeda dengan
karakteristik lokasi kajian. Tinggi gelombang yang digunakan dalam analisis
refraksi dan difraksi merupakan tinggi gelombang dengan perioda ulang 50
yaitu sebesar 3.64 m sedangkan perioda diambil sebesar 10 detik.
3. Arah Datangnya Gelombang
Untuk daerah kajian refraksi/difraksi di kawasan ini, arah yang ditinjau adalah
arah datangnya gelombang yang cukup dominan yang diambil dari hasil
analisis wave rose yaitu arah Barat Daya, Selatan dan Tenggara.
4.3.5. Hasil Permodelan Refraksi/ Difraksi
Hasil akhir yang akan diperoleh dalam analisa refraksi-difraksi gelombang
berupa ketinggian gelombang di lokasi rencana pelabuhan untuk masing-masing
IV- 48
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
arah datang gelombang. Ketinggian gelombang ini kemudian dapat diplot
sehingga akan tampak kontur tinggi gelombang. Dari gambar kontur gelombang
tersebut kemudian diambil kesimpulan bahwa tinggi gelombang maksimum
(Hmax) di perairan tersebut adalah 0.5-1 m, dimana untuk kapal Container
persyaratan yang harus dipenuhi adalah Hmax< 0.5 m dan untuk Kapal
Penumpang Hmax< 0.7 m. Sehingga perairan tersebut memenuhi syarat untuk
dibangun dermaga dan untuk mengurangi tinggi gelombang disarankan untuk
membangun lagi bangunan penahan gelombang (breakwater).
4.3.6. Analisa Pasang Surut
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik benda-
benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi.
Bumi berotasi sendiri dalam mengelilingi matahari dalam waktu 24 jam,
sedangkan bulan berotasi sendiri dalam mengelilingi bumi pada saat yang
bersamaan dalam waktu 24 jam 50 menit. Selisih 50 menit ini menyebabkan
besar gaya tarik bulan bergeser terlambat 50 menit dari tinggi air yang
ditimbulkan oleh gaya tarik matahari.
Gerak rotasi bumi mengelilingi matahari melalui suatu lintasan yang mempunyai
bentuk elliptis yang disebut bidang elliptis. Sudut inklinasi bumi terhadap bidang
elliptis sebesar 66.5
0
, sedangkan sudut inklinasi bulan terhadap bidang rotasi
bumi adalah 50
o
9. Jarak terdekat antara posisi bulan dan bumi disebut perigee
dan jarak terjauh disebut apogee, seperti yang dapat dilihat pada Gambar di
bawah ini Keadaan pasang pada saat perigee dan keadaan surut pada saat
apogee.
Bm M
Bm
Bm
Bl
Bl
Apogee
Perigee
Bm
orbit bumi
Gambar 4. 16. Pergerakan Bumi Bulan dan Matahari
IV- 49
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Besar pengaruh bulan dan matahari terhadap permukaan air laut di bumi
disesuaikan dengan gaya-gaya yang bekerja satu sama lainnya. Adanya gaya
tarik bulan dan matahari menyebabkan lapisan air yang semula berbentuk bola
menjadi ellips. Peredaran bumi dan bulan pada orbitnya menyebabkan posisi
bumi-bulan-matahari selalu berubah setiap saat. Revolusi bulan terhadap bumi
ditempuh dalam waktu 29.5 hari (jumlah hari dalam satu bulan menurut
kalender tahun kamariah, yaitu tahun yang didasarkan pada peredaran bulan).
Pada sekitar tanggal 1 dan 15 (bulan muda dan purnama) posisi bumi-bulan-
matahari kira-kira berada pada satu garis lurus, seperti yang dapat dilihat pada
Gambar 5.16, sehingga gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi saling
memperkuat. Dalam keadaan ini terjadi pasang surut purnama (pasang besar,
spring tide), di mana tinggi pasang surut sangat besar dibandingkan pada hari-
hari yang lain. Sedangkan sekitar tanggal 7 dan 21 (seperempat dan tiga
perempat revolusi bulan terhadap bumi) di mana bulan dan matahari
membentuk sudut siku-siku terhadap bumi, seperti pada gambar di bawah ini,
maka gaya tarik bulan terhadap bumi saling mengurangi. Dalam keadaan ini
terjadi pasang surut perbani (pasang kecil, neap tide) di mana tinggi pasang
surut kecil dibandingkan dengan hari-hari yang lain.
M Bm
a
b
c
d
Bulan Purnama Bulan Mati
Bl Bl
a : tanpa pengaruh bulan dan
matahari
b : pengaruh matahari
c : pengaruh bulan
d : pengaruh bulan dan matahari
Gambar 4. 17. Kedudukan Bumi-Bulan-Matahari Saat Pasang Purnama
IV- 50
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
M Bm
a
b
c
d
Seperempat
Pertama
Seperempat
Akhir
Bl
Bl
a : tanpa pengaruh bulan dan
matahari
b : pengaruh matahari
c : pengaruh bulan
d : pengaruh bulan dan matahari
Gambar 4. 18. Kedudukan Bumi-Bulan-Matahari saat pasang Perbani
Gerakan benda-benda angkasa yang menimbulkan pasang surut berulang secara
periodik dan memiliki keteraturan tertentu, karena itu karakteristik pasang surut
di suatu lokasi pada masa yang akan datang dapat diramalkan berdasarkan data
pasang surut di lokasi tersebut pada waktu-waktu yang lampau.
Pengetahuan pasang surut adalah penting di dalam perencanaan pelabuhan.
Elevasi muka air tertinggi dan terendah sangat penting untuk merencanakan
bangunan-bangunan pantai dan pelabuhan.
Data masukan untuk menganalisa pasang surut adalah data hasil pengamatan
pasang surut di lapangan yang dilakukan pada lokasi yang representatif dengan
lama pengamatan 15 x 24 jam atau 30 x 24 jam. Pengamatan dilakukan dengan
cara mamasang alat duga muka air yang dibaca setiap jam. Elevasi hasil
pengamatan muka air selanjutnya diikatkan pada titik tetap yang ada (Bench
Mark).
Pengolahan data pasang surut dengan alur sebagaimana disajikan oleh gambar
di bawah ini. Perhitungan konstanta pasang surut dilakukan dengan
menggunakanmetode Least Square. Hasil pencatatan diambil dengan interval 1
jam sebagai data masukan untuk metode Least Square guna penentuan
konstanta pasang surut. Dengan konstanta pasang surut yang ada pada proses
sebelumnya dilakukan penentuan jenis pasang surut menurut rumus berikut :
2 2
1 1
S M
O K
F
+
+


dimana jenis pasut untuk bilangan Fomzahl (F) :
0 - 0,25 = Pasut Ganda (Semidiurnal)
IV- 51
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
0,25 - 1,5 = Pasut campuran dominan ganda
1,5 - 3,0 = Pasut campuran dominan tunggal
> 3,0 = Pasut tunggal
Konstanta pasang surut yang dperoleh dari hasil pengukuran elevasi muka air
selama 15 hari selanjutnya digunakan untuk peramalan elevasi selama 15 hari
sesuai waktu pengamatan. Selanjutnya dilakukan perbandingan antara elevasi
muka air hasil pengukuran dan hasil ramalan. Untuk penentuan muka air
rencana perlu dilakukan pula peramalan elevasi muka air selama 20 tahun.
Gambar 4. 19. Bagan Alir Perhitungan dan Peramalan Perilaku Pasang Surut Laut
Tabel 4. 42. Komponen Pasang Surut Hasil Pengamatan
KONSTITU
EN
AMPLITUD
O BEDA FASA
M2 25.99 121.44
S2 19.25 -74.7
N2 3.63 119.78
K2 4.92 -74.41
K1 17.26 73.37
O1 11.89 123.36
P1 5.69 -31.46
M4 0 160.63
MS4 0 66.47
SO 0.25
Sumber: Analisa 2012
IV- 52
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Keterangan :
A = amplitudo (m)
g = beda fase ()
M2 = komponen utama bulan (semi diurnal)
S2 = komponen utama matahari (semi diurnal)
N2 = komponen eliptis bulan
K2 = komponen bulan
K1 = komponen bulan
O1 = komponen utama bulan (diurnal)
P1 = komponen utama matahari (semi diurnal)
M4 = komponen utama bulan (kuarter diurnal)
MS4 = komponen utama matahari-bulan
Berdasarkan konstanta-konstanta utama pasang surut di atas diperoleh bilangan
Fomzahl sebesar 0,64 artinya tipe pasang surut di lokasi Perencanaan
Pelabuhan Kota bunan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur adalah Tipe
Pasut Campuran, dominan tunggal (mixed tide prevailling semidiurnal).
Artinya dalam 1 hari terjadi 1 kali pasang dan 1 kali surut dengan ketinggian
yang berbeda. Kadang-kadang terjadi 2 kali pasang dalam 1 hari dengan
perbedaan yang besar pada tinggi dan waktu.
Dari hasil peramalan pasang surut muka air laut kemudian diolah menjadi
elevasi muka air untuk berbagai elevasi penting dengan patokan bacaan rambu
pasang surut. Dari beberapa elevasi penting tersebut, kemudian diambil satu
elevasi muka air sebagai titik acuan (referensi) atau nol acuan, yaitu LLWL = 0 m
elevasi muka air rencana yang akan digunakan untuk desain teknis. Dapat dilihat
bahwa untuk lokasi perencanaan, tunggang pasang yang terjadi adalah sebesar
147.9 cm.
Tabel 4. 43. Elevasi Muka Air Acuan Terhadap MSL dan LWS
Elevasi
Thd MSL
(cm)
Thd
LWS(cm)
Kejadi
an
Highest Water Spring (HWS ) : 73.58 147.9 1
Mean High Water
Spring
(MHWS
) : 62.98 137.3 493
Mean High Water
Level
(MHWL
) : 32.71 107.03 13598
Mean Sea Level (MSL ) : 0 74.32
17532
0
Mean Low Water
Level (MLWL) : -32.97 41.35 13600
IV- 53
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Mean Low Water
Spring (MLWS) : -61.34 12.98 493
Lowest Water Spring (LWS ) : -74.32 0 1
Tunggang pasang 147.9
c
m
Sumber: Analisa 2012
4.3.7. Analisa Arus
Pengukuran kecepatan arus dilakukan pada suatu titik di lokasi dengan cara
menambatkan perahu pada lokasi tersebut, dengan menggunakan Current
Meter. Waktu pengukuran kecepatan arus dilakukan 2 (dua) kali saat neap tide
dan spring tide selama 26 jam. Data hasil pengukuran kecepatan arus yang telah
dilakukan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. 44. Data Arus
Ja
m
Kecepatan
(m/det)
Arah
(o)
Ja
m
Kecepatan
(m/det)
Arah
(o)
1 0.153 180 14 0.567 90
2 0.05 0 15 0.354 0
3 0.342 0 16 0.015 0
4 0.571 0 17 0.093 0
5 0.566 0 18 0.232 0
6 0.521 0 19 0.256 90
7 0.342 90 20 0.043 180
8 0.145 180 21 0.032 180
9 0.043 180 22 0.139 180
10 0.452 180 23 0.342 180
11 0.569 180 24 0.53 180
12 0.65 180 25 0.453 180
13 0.546 180 26 0.238 0
Sumber: Survei 2012
IV- 54
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Gambar 4. 20. Kecepatan dan Arah Arus Hasil Survei
Contents
4.1.ANALISA TOPOGRAFI DAN BATIMETRI...........................................................1
4.1.1.Tujuan.................................................................................................... 1
4.1.2.Hitungan Kerangka Horizontal................................................................1
4.1.3.Hitungan Kerangka Vertikal....................................................................4
4.1.4.Perhitungan Situasi Detail......................................................................4
4.2.ANALISA KONDISI KLIMATOLOGI...................................................................8
4.2.2.Intensitas Cahaya Matahari....................................................................8
4.2.3.Suhu Udara............................................................................................. 9
4.2.4.Curah Hujan.......................................................................................... 10
4.2.5.Kelembaban Udara............................................................................... 11
4.3.ANALISA HIDRO-OCEANOGRAFI..................................................................13
4.3.1.Analisa Angin........................................................................................ 13
IV- 55
Laporan Akhir
Penyusunan Master Plan Pelabuhan Kotabunan
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
4.3.1.1.Data kejadian Angin.......................................................................... 14
4.3.1.2.Analisa Frekuensi Angin....................................................................24
4.3.2.Perhitungan Fetch Efektif.....................................................................26
4.3.3.Analisa Gelombang............................................................................... 29
4.3.3.1.Perhitungan Kejadian Gelombang.....................................................34
4.3.3.2.Analisa Frekuensi Gelombang...........................................................43
4.3.4.Analisa Transformasi Gelombang.........................................................46
4.3.5.Hasil Permodelan Refraksi/ Difraksi......................................................48
4.3.6.Analisa Pasang Surut............................................................................ 49
4.3.7.Analisa Arus.......................................................................................... 54
Contents.............................................................................................................. 55
IV- 56

Você também pode gostar