Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
\
|
1
2
) (
...............................................................................(2)
Tabel 4.7 hasil perhitungan redaman Rungkut ke
Gempol berdasarkan standart ITU.T (Rungkut ke
Gempol)
Core. Panjang kabel
(Km)
f
(dB)
C
(dB)
S
(dB)
Loss
(dB)
Loss/Km
(dB)
37
32.00983
8 1 2.25 11.55 0.36
38 32.00983
8 1 2.25 11.55 0.36
11 32.05065
8.01 1 2.25 11.56 0.36
12 32.05065
8.01 1 2.25 11.56 0.36
15A 37.43834
9.35 1 2.65 13.30 0.35
16A
37.43834
9.35 1 2.65 13.30 0.35
17A
37.38732 9.34 1 2.65 13.29 0.35
18A
37.38732 9.34 1 2.65 13.29 0.35
Tabel 4.8 hasil perhitungan redaman Rungkut ke
Gempol berdasarkan standart ITU.T (Rungkut ke
Sukodono)
Core. Panjang kabel
(Km)
f
(dB
C
(dB)
S
(dB)
Loss
(dB)
Loss/Km
(dB)
11
17737.03
4.43 1 1.18 6.91 0.38
14
8405.51
2.1 1 0.48 3.88 0.46
Dari perhitungan dan pengukuran, maka
diperbandingkan, hasil dari data perbandingan ini
tedapat pada tabel 4.9
Tabel 4.9 Perbandingan Nilai Redaman
No. Nomer
Core
Perhitungan
Redaman/km
Berdasarkan
alat Power
Meter
Redaman/km
berdasarkan
alat ukur
redaman
Perhitungan
Redaman/km
menurut
Standart
I TU.T
J arak
kabel
(Km)
1. 37
0.34
0.31 0.36
32.00983
2. 38
0.38
0.26 0.36
32.00983
3. 11
0.39
0.34 0.36
32.05065
4. 12
0.37
0.27 0.36
32.05065
5. 15A 0.30 0.24 0.35
37.43834
6. 16A 0.30 0.23 0.35
37.43834
7. 17A 0.31 0.27 0.35 37.38732
8. 18A 0.32 0.24 0.35 37.38732
11. 11 0.59 0.36 0.38
17737.03
12. 14 1.63 0.22 0.46
8405.51
Gambar 3.8 Grafik perbandingan nilai redaman
Perhitungan Link power budget.
Untuk mencari perhitungan link poweer budget,
terhadap nilai daya receiver, menggunakan
persamaan 3.
Dimana :
P
S
=Loss daya Total (
total
) yang diperbolehkan
pada sistem.
P (R
x
) =Daya pada receiver.
P (T
x
) = Daya Transmitter pada perangkat
Perbandingan nilai redaman hasil pengukuran, perhitungan
dengan standart ITU. T
pengukuran
pengukuran
Core18A
Core17A
Core16A
Core 15A
Core12
Core11
Core38
Core37
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
32.01 32.01 32.05132.051 37.438 37.438 37.387 37.387 17737 8405.5
Jarak (Km)
R
e
d
a
m
a
n
(
d
B
)
perhitungan
pengukuran
standartITU.T
loss
= (
f
+
c +
s
+Loss Pigtel
) (dB)
+ = ) arg ( in M Loss P P Tx Rx
Hubungan redaman total dengan jarak pada Core 37
0
2
4
6
8
10
12
14
1.94 4.44 5.18 9.47 11.1 21.3 23.3 24.3 24.7 24.9 26.3 26.7 29.1 32
Jarak (Km)
R
e
d
a
m
a
n
(
d
B
)
nilai redaman
hasil
perhitungan
padaCore37
Linear(nilai
redaman hasil
perhitungan
padaCore37)
Halaman 8 dari 10
Loss
= jumlah loss yang terjadi di sepanjang kabel
serat optik.
Margin =nilai yang digunakan untuk mengkompensasi
redaman yang terjadi pada kabel serat optik.
Data yang dipergunakan untuk perhitungan link
power budget terdapat pada tabel 4.10
Tabel 4.10 Data Spesifikasi sistem
Core
no
Tx (dBm)
Pengukuran
NMS
Rx(dBm)
Pengukuran
NMS
Loss
(dB)
J arak
total
(Km)
Margin
(dB)
37 13.98 -18.92 29 91.00983 6
38 13.98 -18.92 29 91.00983 6
11 13.98 -18.92 29.01 91.05065 6
12 13.98 -18.92 29.01 91.05065 6
15A 13.98 -18.92 30.75 96.43834 6
16A 13.98 -18.92 30.75 96.43834 6
17A 13.98 -18.92 30.74 96.38732 6
18A 13.98 -18.92 30.74 96.38732 6
Sehingga data perhitungan yang diperoleh
diperbandinglkan dengan hasil pengukuran di NMS,
daaata tersebut terdapat pada tabel 4.11
Core Rx Pengukuran (NMS)
(dBm)
Rx Perhitungan
(dBm)
Rx Sensitivity
(dBm)
37
-18.28
-21.02
- 27
38
-18.9
-21.02
- 27
11
-18.88
-21.03
- 27
12
-18.9
-21.03
- 27
15A
-20.22
-22.77
- 27
16A
-20.38
-22.77
- 27
17A
-20.4
-22.76
- 27
18A
-20.4
-22.76
- 27
Dan grafik hasil perbandingan terdapat pada
gambar 3.8
Gambar 3.8 Grafik perbandingan Link power budget.
4.3 Analisis Hasil penelitian
Pada analisis redaman ini, membahas
mengenai redaman kabel serat optik yang terjadi di
sepanjang jalur yang digunakan untuk melakukan
penelitian, nilai redaman yang dihasilkan adalah
nilai dari hasil pengukuran dan perhitungan dari
nilai tersebut akan dibandingkan dengan standart
nilai redaman yang digunakan oleh PT. Telkom,
seperti tercantum pada bab 3, yaitu mengenai
penentuan alat ukur, untuk pengambilan data
redaman ini menggunakan dua buah alat ukur, alat
ukur yang pertama adalah alat ukur daya
menggunakan power meter dan light source, dan
alat ukur kedua adalah menggunakan OTDR
didalamAlat JDSU MTS-8000. pengambilan data
level daya di sepanjang kabel serat optik
menggunakan power meter dan laser source secara
Original ke End dan dari End ke Original, bertujuan
untuk mengetahui kondisi fisik dari kabel serat
optik, dalam hal ini dapat dilihat dari nilai daya
input yang dipancarkan oleh power meter dengan
nilai daya output yang diterima oleh power meter,
pembacaan alat ukur ini menggunakan satuan dBm
(Desibel milliwat) karena data yang diambil adalah
merupakan fungsi dari daya per desibel daya yang
dihasilkan. Pengambilan data level daya ini
dilakukan dengan 10 kali pengambilan data pada
tiap core baik secara Original ke End dan dari End
ke Original , core yang digunakan pada jalur
Rungkut-Gempol berjunlah 8 core sedangkan core
yang digunakan pada jalur Rungkut-Sukodono
berjumlah 2 core. Pengambilan core yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan pemilihan dari
beberapa core yang terpasang di OTB. Core yang
digunakan jalur Rungkut-Gempol pada penelitian ini
adalah sebagai bahan evaluasi ketika setelah
dilakukan perbaikan jalur Rungkut ke Gempol.
Sedangkan untuk core yang digunakan pada jalur
Rungkut-Sukodono adalah pemilihan dari jumlah
beberapa jumalh core yang kosong yang mempunyai
status idle (core yang kosong, dan sewaktu
diperlukan, core ini siap untuk dipasang), pada hasil
pengukuran level daya ini didapatkan hasil, baik
pengukuran secara Original ke End dan dari End ke
Original untuk nilai daya input dari light source
adalah 4.33 dBm, pengambilan data input ini
dilakukan dengan cara pengukuran light source
dengan power meter menggunakan patch cord dan
adapter (sambungan patch cord) sebelum alat ini
digunakan untuk mengukur pada jalur Rungkut-
Gempol dan Rungkut-Sukodono. Setelah daya input
didapatkan maka pengukuran kedua dilakukan untuk
mengukur nilai dari daya disepanjang kabel serat
optik pada jalur Rungkut-Gempol dan jalur
Rungkut-Sukodono, dari nilai hasil pengukuran
sebanyak 10 kali secara Original ke End dan dari
End ke Original pengukuran yang dihasilkan dirata-
rata sehingga didapatkan salah satu pembahasan dari
hasil hasil yang telah didapat pada core no. 37 yang
Grafik Perbandingan link power budget antara pengukuran
dengan perhitungan
Core 18A
Core 17A
Core16A
Core 15A
Core12
Core11
Core38
Core 37
-21
-20.5
-20
-19.5
-19
-18.5
-18
-17.5
-17
91.01 91.01 91.05191.05196.43896.438 96.38796.387
Jarak (Km)
L
e
v
e
l
d
a
y
a
R
x
(
d
B
m
)
perhitungan
pengukuran
Halaman 9 dari 10
mempunyai nilai input daya yang dipancarkan dari
rungkut oleh light source bernilai 4.33 maka daya
yang diterima oleh power meter bernilai -6.82 dBm,
penangkapan oleh power meter didapatkan nilai
minus (-) mempunyai arti bahwa pada nilai daya -
6.82 dBmlevel daya yang bekerja disepanjang kabel
adalah berkisar 0.1 mW, berdasarkan perhitungan
pada sub bab 4.2.1 redaman yang dihasilkan oleh
daya bernilai 0.34 dB/kilometer, pada nilai dari
redaman yang dihasilkan dari pengukuran daya jika
disesuaikan oleh standart nilai redaman yang
diterapkan oleh PT. Telkomdengan pada tabel 3.1
bernilai 3 dB/ kmdapat dinyatakan sistemtersebut
untuk redaman 0.34 dB/kmmendekati nilai normal,
sehingga tidak diperlukan penambahan alat untuk
mengkompensasi redaman, dikarenakan dengan
nilai redaman 0.34 dB/km selebihnya jika sistem
beroperasi, maka akan dikompensasi oleh margin
dari daya yang bekerja pada perangkat. Begitu juga
sama dengan core no. 38 hingga sampai core no.
18A. Pada perhitungan redaman serta perbandingan
dengan alat ukur di lapangan dari daya dari core no.
37 hingga core no. 18A redaman tertinggi terjadi
pada core no. 11, dikarenakan pada saat
pembandingan dengan hasil alat ukur redaman
menggunakan OTDR di alat J DSU MTS-8000 pada
jarak 32.050 Kmjalur Rungkut-Gempol yang terjadi
didapatkan patahan hingga bernilai 0.211 dB,
sehingga redaman total yang terjadi sebesar 10.911
patahan tersebut diakibatkan karena pada saat
perbaikan jaringan kabel, kabel serat optik yang
digunakan berbeda jenis, untuk jenis kabel sebelum
jarak 5.183 Km menggunakan kabel G.652
sedangkan untuk setelah jarak 5.183 Km,
menggunakan kabel jenis G.653. Dari perbedaan
fisik dari jenis G.652 dan G.653 terdapat pada
diameter core yang disambung (Splice), yang
mengakibatkan pola penyebaran berkas tidak merata
akbibat dari nilai indeks bias dari core dan cladding
berbeda, untuk diameter core dan cladding jenis
G.652 bernilai 50 m dan diameter core dan
cladding jenis G.653 bernilai 62.5 m.
Sedangkan pada analisa redaman
berikutnya, pengukuran redaman kedua dilakukan
menggunakan OTDR di J DSU MTS-8000,
pengukuran dilakukan secara Original ke end,
dikarenakan pada penelitian diberi perijinan untuk
melakukan pngambilan data secara Original ke End.
dari hasil pengukuran di OTDR didapatkan hasil
redaman Total dan redaman per kilometer di setiap
core, untuk melakukan perbandingan hasil
pengukuran redaman dengan hasil perhitungan
redamaan secara teoritis, maka redaman total dan
redaman perkilometer baik dari pengukuran maupun
dari perhitungan secara teoritis diambil pada jarak
maksimumhingga berakhir pada titik ukur end. Dari
hasil perhitungan redaman secara teoritis didapatkan
pada jalur Rungkut ke Gempol hasil untuk core no.
37 bernilai redaman total 0.39 dB, core no. 38
bernilai 0.35dB, core 11 bernilai 0.35 dB, core 12
bernilai 0.36 dB, core 15A bernilai 0.35 dB, core
16A bernilai 0.3 dB, core 17A bernilai 0.33 dB,
core 18A bernilai 0.36 dB. Seangkan dari hasil
perhitungan teoritis jalur Rungkut ke Sukodono
didapatkan hasil untuk core no. 11 bernilai 0.59 dB,
dan core no. 14 bernilai 1.43 dB.
Dari hasil perhitungan tersebut, analisa
redaman di sepanjang kabel serat optik
diperbandingkan dengan hasil redaman dari alat
ukur serta hasil redaman dari perhitungan daya. Dari
hasil perbandingan tersebut diperoleh, hasil dari
pengukuran dilapangan lebih kecil daripada hasil
perhitungan secara toeritis, hal ini menunjukkan
bahwa instalasi jaringan kabel serat optik pada jalur
Rungkut ke Gempol serta rungkut ke Sukodono
layak untuk dioperasikan. Pada tabel 4.17
didapatkan hasil nilai redaman/Kmredaman terbesar
disepanjang kabel serat optik untuk jalur Rungkut ke
gempol terjadi pada core no. 11. dikarenakan pada
core no. 11. pada jarak 29.295 Kmterjadi patahan
dengan total redaman 10.758 dB. Patahan tersebut
yang mengakibatkan degradasi sinar, sehingga
ketika sampai pada jarak 32.050 Kmtotal redaman
yang dihasilkan menjadi 10.911, hal ini diakibatkan
oleh banyak faktor salah satu faktor penyebabnya
adalah perbedaan jenis kabel serat optik yang
digunakan, solusi untuk mengkompensasi redaman
pada core no. 38 ini adalah disambung (splice)
ulang, atau diberikan varibale attenuator untuk
mengkompensasi daya yang hilang. Sedangkan
pada jalur Rungkut ke Sukodono didapatkan hasil
untuk nilai redaman yang tertinggi terdapat pada
core no. 14, setelah dilakukan pengecekkan ulang,
pada core no. 14 redaman terbesar jatuh pada jarak
8.405 Km, jika dibandingkan dengan core no. 11
jalur rungkut ke sukodono, jika redaman jatuh pada
jarak 8.405 Kmmaka pengiriman sinar jatuh pada
daerah sepanjang, setelah dikonfirmasi ke
sepanjang, konektor yang berada pada OTB yang
digunakan untuk melakukan true connect ke
Sukodono tidak berfungsi, sehingga redaman jatuh
pada daerah Sepanjang, namun dari hasil
perbandingan pengukuran redaman di lapangan
dengan perhitungan secara teoritis, didapatkan hasil
pada pengukuran dilapangan jalur Rungkut ke
Sukodono mempunyai nilai yang kecil jika
dibandingkan dengan perhitungan teoritis hal ini
instalasi jaringan kabel untuk lokasi Rungkut
menuju ke Sukodono, serta Rungkut menuju ke
Sepanjang layak untuk dioperasikan.
4.2.3 Analisis link power budget.
Halaman 10 dari 10
Analisis link power budget digunakan untuk
mengetahui tingkat kinerja dari pemasangan
jaringan kabel yang baru sebelumdioperasikan ke
dalam perangkat. Analisis ini bertujuan untuk
menyesuaikan apakah sistem jika disesuaikan
dengan redaman yang terjadi di sepanjang kabel
serat optik dan daya yang bekerja pada perangkat
transmisi, bisa bekerja dengan baik maupun
sebaliknya. Pengambilan daya T
x
dan daya R
x
dilakukan dari pengamatan di NMS (Network
Monitoring System) yang berada di ruang transmisi.
Pada penelitian ini link power budget
digunakan untuk menghitung daya dari transmitter
hingga sampai pada receiver optik dan hasil akhir
dari perhitungan ini akan dibandingkan dengan nilai
R
x
sensitivity didalam perangkat Transmisi,
pehitungan link power budget dilakukan pada jalur
Rungkut ke Malang menggunakan ruas Gempol.
Sedangkan untuk jalur Rungkut ke Sukodono tidak
dilakukan analisa link power budget, dikarenakan
pada jalur Rungkut ke Sukodono tidak terdapat
NMS (Network Monitoring System), salah satu dari
area wilayah pengoperasisan NMS mencakup pada
daerah transmisi Rungkut-Malang yang berada pada
topologi jaringan Ring 5 wilayah operasional
TelkomArnet SBT.
Perhitungan link power budget dilakukan
dengan cara penjumlahan dari redaman (
Loss
) di
sepanjang kabel serat optik dengan nilai Margin
yang digunakan untuk mengkompensasi redaman
yang terjadi, pada perhitungan redaman kabel
didapatkan hasil pada sub bab 4.2.1, dari nilai hasil
perhitungan redaman tersebut ditambahkan dengan
nilai redaman yang terjadi pada jalur Gempol ke
Malang, untuk nilai redaman dari Gempol ke
Malang adalah 17.45 dB yang didapatkan
berdasarkan asumsi dari operator di Telkom
Malang, dikarenakan wilayah dan wewenag dari
Tekom Rungkut hingga mencapai Gempol,
sedangkan untuk jarak jaringan kabel dari Rungkut
ke malang didapatkan dari penjumlahan jarak kabel
dari Rungkut ke Gempol dengan Gempol Ke
Malang, pada jarak Rungkut ke Gempol diketahui
dari alat ukur OTDR di J DSU-MTS 8000, jarak
yang diambil adalah jarak maksimum dari total
pengukuran. Sedangkan untuk jarak dari Gempol ke
Malang didapatkan nilai 59 Km, jarak tersebut
didapatkan dari hasil konfirmasi TelkomRungkut
kepada TelkomMalang.
Data dari hasil perhitungan link power
budget didapatkan untuk core 37 dengan daya yang
bekerja sebesar 13.98 dBm dan jarak transmisi
91.009 Kmserta redaman total 26.9 dB maka daya
yang diterima receiver sebesar -18.92 dBm, yang
berarti pada kinerja sitemdaya yang bekerja sebesar
0.01 mW. J ika daya dari hasil perhitungan link
power budget dibandingkan dengan nilai R
X
sensitivity (-27 dBm) nilai daya hasil perhitungan
tersebut lebih kecil, maka jika sistem tersebut
digunakan untuk transmisi dalamkeadaan normal.
Dari pengukuran serta perhitungan link
power budget yang didapatkan pada jalur Rungkut-
Malang didapatkan hasil pada tabel 4.19, dari tabel
tersebut jika dilihat nilai R
x
pada core 37 hingga
core 18A digunakan untuk transmisi ke Malang,
maka pada perhitungan link power budget dengan
menggunakan daya transmitt 13.98 dBm pada
perangkat, maka kinerja dari sistemtersebut layak
untuk dioperasionalkan dengan kondisi normal.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan Hasil analisis redaman kabel serat
optic terhadap kinerja systemkomunikasi serat optic
menggunakan metode link power budget, maka
dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :
1. jika ditinjau dari fungi pengukuran redaman di
sepanjang kabel serat optik, pada hasil dari
pengukuran dilapangan, alat ukur yang sesuai
untuk mengukur redaman adalah menggunakan
OTDR di JDSU MTS-8000, dikarenakan pada
alat ukur OTDR pengukuran lebih valid karena
didalam perangkat OTDR terdapat parameter
Dead Zone, Dynamics Range, Event Zone, serta
End Of Fiber. Jika menggunakan alat ukur
power meter, hanya mengetahui kondisi dari
kabel serat optik.
2. Berdasarkan hasil dari perbandingan nilai
redaman yang dihasilkan dari pengukuran
dilapangan dengan perhitungan secara teoritis
pada jalur Rungkut-Gempol, didapatkan hasil
untuk nilai redaman tertinggi terdapat pada core
no. 11 dengan nilai total redaman 10.911 dB
pada jarak 32.050 Km, dan redaman per
kilometer bernilai 0.39 dB, hal ini diakibatkan
oleh beberapa faktor salah satu diantaranya
adalah perbedaan kabel yang digunakan pada
saat penyambungan berlangsung. Sedangkan
pada jalur Rungkut-Sukodono nilai redaman
tertinggi terdapat pada core no. 14 dengan nilai
total redaman 14.606 dB dan redaman
perkilometer adalah 0.48 dB, redaman tertinggi
terjadi karena sewaktu dilakukan pengecekan
ulang, konektor yang digunakan untuk
melakukan true connect ke sukodono
mengalami kerusakan, sehingga pada saat
pembacaan di alat ukur, pengukuran redaman
jatuh pada daerah sepanjang.
3. Pada hasil perbandingan pengukuran dilapangan
serta perhitungan secara teoritis, hasil yang
Halaman 11 dari 10
didapatkan nilai dari pengukuran lebih kecil jika
dibandingkan dengan hasil perhitungan, dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa instalasi
jaringan kabel Rungkut-Gempol dan jalur
Rungkut-Sukodono, berdasarkan analisis
redaman pada jalur tersebut dalam keadaan
normal dan dapat digunakan untuk beroperasi.
4. Dari hasil perhitungan untuk melakukan analisis
kinerja dari sistemmenggunakan core 37 hingga
18A pada jalur Rungkut-Malang ruas gempol ,
didapatkan bahwa nilai R
X
dari hasil
perhitungan lebih kecil bila dibandingkan
dengan nilai R
X
sensitivity di perangkat, jika
core tersebut digunakan untuk transmisi maka
kinerja dari sistemkomunikasi serat optik dalam
keadaan normal, dikarenakan nilai margin masih
dapat untuk mengkompensasi redaman yang
terjadi.
5.1 Saran
Saran dari penelitian mengenai analisa redaman
serat optik ini adalah pada saat melakukan
perencanaan dari pemasangan jaringan kabel yang
baru maupun penyambungan ulang maka
diusahakan untuk menggunakan kabel yang sejenis.
Sedangkan untuk penelitian selanjutkan diharapkan
agar melakukan penelitian untuk memprediksi umur
dan keandalan dari penggunaan kabel serat optik.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Meyer, J urgen R. Introduction to Classical and
Modern Optics. Prentice Hall, Inc United
States of America. 1989
[2] Keiser, Gerd. Optical Fiber Communication.
,Mc Grow Hill.1989
[3] PT. Telkom, Tbk, Dasar SistemTransmisi
Serat Optik, Bandung , 2000
[4] Penelitian oleh Akhmad Ludfy Engineer Lab
Transport TelkomRisti. Divisi R n D dengan
judul Redaman dan Dispersi : Parameter
Budget Link Transmisi NGN.
[8] Oguz C- elikel, Mehmet Ku c-u kog lu,
Murat Durak, Farhad Samadov. TUBITAK-
Ulusal Metroloji Enstitusu (UME)41470,
Gebze, Kocaeli, Turkey. 2004 Determination
of attenuation coefficients of single mode
optical fiber standards to be used in OTDR
calibrations.
[9] S. SHIBATA and S. TAKAHASHI, Ibaraki
Electrical Communication Laboratory, Nippon
Telegraph and Telephone Public Corporation,
Tokai, Ibaraki, Japan. 1976 EFFECT OF
SOME MANUFACTURING CONDITIONS
ON THE OPTICAL LOSS OF COMPOUND
GLASS FIBERS
[10] Nufus. Hayatun, Perhitungan Rugi-Rugi Pada
Sistem Komunikasi Serat Optik Di STO
Manyar Surabaya, Tugas Akhir : Fisika-ITS
Surabaya, 1999
Biodata Penulis
Nama : Endy Kusuma Wardhana
NRP : 2408100.508
TTL : Mojokerto, 7 Agustus 1987
Alamat : Jl. Made Rejo, no. 04
perumnas made. Lamongan .
Riwayat Pendidikan :
1992 1999 : SDN Made IV Lamongan.
1999 2002 : SLTPN 1 Lamongan.
2002 2005 : SMA N 2 Lamongan.
2005 2008 : D3. Teknik Instrumentasi ITS
2008 Sekarang : S1 Lintas J alur Teknik Fisika-ITS