Você está na página 1de 7

ASPEK LEGAL ABORSI OLEH DWI ANANTO W 1.

Pengertian Abortus : Pengakhiran kehamilan dengan sengaja (buatan) atau tanpa sengaja, menggunakan berbagai macam cara (terminasi kehamilan). Abortus buatan masuk dalam kodifikasi hukum terutama aspek pidana. Terkait dengan aspek pidana karena abortus bertentangan dengan : 1) Norma hukum 2) Norma Agama 3) Norma kesusilaan 4) Norma kesopanan 2. 1) Menurut aspek legalitas aborsi dibedakan : Abortus Provocatus Criminalis : Terminasi kehamilan yang bersifat ilegal yang dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten. Kompeten : 2) Legalitas praktek tenaga Alat yang dipakai Cara yang dipilih Indikasi yang dilakukan

SEMUA SENDI-SENDI NORMA KEHIDUPAN

Abortus Provokatus Therapeuticus Terminasi kehamilan yang bersifat legal yang kompeten. Legal & Kompeten : Ada indikasi medik yang jelas Ada informed concent dari ibu Dilakukan disarana kesehatan tertentu Dilakukan dengan cara-cara profesional / ilmiah Dilakukan oleh dokter atau tenaga paramedis tertentu lainya yang kompeten dan status jelas INDIKASI MEDIS ABORTUS PROVOCATUS THERAPEUTICUS 1. Pengguguran hanya dilakukan karena suatu tindakan therapeutic yang dilakukan oleh tenaga

2.

Keputusan tindakan harus dilakukan sedapat mungkin oleh dua orang tenaga medis profesional

3.

Prosedur

dilaksanakan

di

instansi

yang

sah

dan

diakui

otoritasnya 4. Jika petugas merasa tidak sesuai dengan hati nuraninya boleh mengundurkan diri. DASAR HUKUM LEGALITAS ABORSI : 1. UUK No 23 Tahun 1992 Pasal 15 : ayat 1 : Dalam keadaan darurat untuk meyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu ayat 2 : Tindakan medis tertentu sebagai mana dimaksud dalam ayat 1 hanya dapat dilakukan : a. Berdasarkan indikasi medik yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut. b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlihan dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli. c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya d. Pada sarana kesehatan tertentu ayat 3 : Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu, dengan ketentuan : a. Keadaan darurat b. Menyelamatkan ibu dan atau janinnya. c. Oleh tenaga kesehatan yang punya keahlihan dan

kewenangan khusus. d. Ada bentuk persetujuan khusus e. Dilakukan disarana kesehatan yang sudah ditunjuk

2. Kep Menkes RI No 434 Tahun 1983 pasal 10 Penjelasan abortus provocatus medialis. Sterelisasi Menstrual regulation

DASAR HUKUM ILEGALITAS ABORSI a. Pasal 299 Ayat 1 : Barang siapa dengan sengaja mengobati seseorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena

pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, akan diancam pidana penjara paling lama empat tahun. Ayat 2 : jika berbuat demikian sebagai pencari

keuntungan maka pidananya akan ditambah 1/3 lagi b. Pasal 346 : Seorang wanita yang sengaja menggugurkan

kandungan atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam pidana paling lama 4 tahun. c. Pasal 347 Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan kandungan tanpa persetujuan, diancam pidana paling lama 12 tahun. d. Pasal 348 (2) jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita penjara 7 tahun e. Pasal 349 Siapapun yang membantu (tabib, dukun, bidan, dokter akan dipidana seperti pasal 346,347,348 ditambah 1/3 dari semua ancaman ditambah dicabutnya hak mata

pencariannya.

EUTHANASIA
1) Pengertian Bersal dari bahasa Yunani Euthanathos : EU = Baik, tanpa

penderitaan ; Thanathos = Mati Mati dengan baik tanpa penderitaan Mati cepat tanpa derita Dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau dengan sengaja melakukan sesuatu untuk

memperpendek hidup atau mengakhiri hidup pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri. Terdapat dua penafsiran tentang euthanasia : a. Euthanasia walaupun ada causa mati b. 2) c. Euthanasia sama dengan pembunuhan Beberapa alasan penentang euthanasia : Sumpah hipocrates dalam bidang pelayanan medis senantiasa menghormati nyawa seseorang. d. Setiap manusia mempunyai hak untuk menentukan dirinya sendiri (The Right to Self Determination) e. Bahwa nilai hak atas atas hidup mempunyai nilai yang sama dengan hak untuk mengkhiri hidup. tidak sama dengan pembunuhan

f. g. -

Semakin dipahaminya tentang definisi hidup. Bahwa dalam pranata hukum mengenal : Keadaan darurat / noodtostand Keadaan memaksa / overmacht

Kedua keadaan ini sama dengan yang ada di bidang kesehatan, begitu juga dalam aspek perdata. 3) a. b. c. d. 4) Pembagian Euthanasia menurut hukum : Euthanasia secara sukarela aktiv Euthanasia secara sukarela pasif ** Euthanasia tidak sukarela aktiv Euthanasia tidak suka rela pasiv Ukuran medis normative atas tuntutan dan tidak adanya tuntutan dalam tindakan euthanasia : a. Menyangkut orang yang menderita penyakit yang secara medis tidak dapat disembuhkan lagi. b. Penderitaan pasien sedemikian hebat (perasaan sakit yang tak tertahankan) c. d. e. Pelakunya dokter yang mengobatinya Pasien sudah masuk tahap akhir hidup. Pasien sudah berkali-kali mengajukan permohonan untuk mengakhiri hidupnya f. namanya Harus dicantumkan ada pada konsultasi daftar dengan dokter yang

yang

dibuat

kementrian

kesehatan.

g. 5)

Yurisprudensi Prinsip Hukum Euthanasia di Indonesia

Tidak hanya di Indonesia bahkan diseluruh duniapun pada dasarnya menentang tindakan euthanasia. Karena terkait dengan KUHPidana : Pasal 344 (langsung) Pasal 338 (tidak langsung) Pasal 340 (tidak langsung) Pasal 359 (tidak langsung).

Você também pode gostar