Você está na página 1de 90

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi serta mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat manusia ataupun susu hewan, seperti susu sapi. Air susu ibu mengandung lebih dari 200 unsur pokok antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara proporsional dan seimbang antara satu dengan yang lainnya. Menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologi dan kejiwaan yang unik terhadap kesehatan ibu dan bayi. Zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu melindungi bayi terhadap penyakit, selain itu terdapat hubungan penting antara menyusui dengan penjarangan kehamilan (KB), (Perinasia,1994). Keunggulan ASI tersebut perlu ditunjang dengan cara pemberian air susu ibu (ASI) yang benar misalnya pemberian ASI segera setelah lahir (30 menit pertama bayi harus sudah disusui) kemudian pemberian ASI saja sampai bayi umur 6 bulan (ASI eksklusif), selanjutnya pemberian ASI sampai 2 tahun dengan pemberian makanan pendamping (MP-ASI) yang benar (Dep. Kes.

RI,1998 / 1999). Pada saat sekarang ini memang banyak terdapat ibu bekerja yang mempunyai bayi, tetapi karena tuntutan pekerjaan banyak dari mereka yang cenderung tidak menyusui bayinya sampai dengan usia 6 bulan, ibu lebih tertarik menggantinya dengan susu formula walaupun hal ini salah. Keadaan ini ditunjang dengan adanya data yang menunjukkan penurunan nyata dalam kebiasaan menyusu ibu. Dengan peraturan dan sanksi yang tegas serta programprogram mendukung, diharapkan angka pemberian ASI dapat ditingkatkan dari kondisi sekarang. Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, didapati data jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan hanya mencapai 64% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi. Yakni 46% pada bayi usia 2-3 bulan, dan 14% pada bayi usia 4-5 bulan. Yang lebih memprihatinkan adalah 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan (MP-ASI). Pada waktu lahir sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI mampu memberikan perlindungan yang baik secara aktif maupun pasif, ASI tidak saja menyediakan perlindungan yang unik terhadap infeksi dan alergi, tetapi juga merangsang sistem kekebalan bayi itu sendiri. Dengan adanya zat antibodi yang terkandung dalam ASI eksklusif maka bayi akan terhindar dari berbagai macam infeksi atau penyakit.

Penurunan pemberian ASI disebabkan oleh berbagai hal antara lain kurangnya pengetahuan ibu terhadap manfaat pemberian ASI atau keuntungan dari ASI untuk anaknya, terjadinya pergeseran pandangan bahwa pemberian susu formula dikatakan lebih modern, pengertian yang salah tentang menyusui akan cepat sekali kelihatan tua dan berkurangnya kecantikan serta banyaknya wanita / ibu yang turut bekerja untuk mencari nafkah sehingga tidak dapat menyusui secara teratur. Menyusui khususnya yang secara eksklusif merupakan cara pemberian makanan bayi yang alamiah, dan ini oleh ibu dianggap hal biasa yang tidak perlu diketahui atau dipelajari, padahal ASI khususnya ASI eksklusif adalah suatu ilmu yang relatif baru, sehingga masih harus dipelajari dan dikembangkan. Kurangnya informasi dan bahkan seringkali ibu mendapatkan informasi yang salah tentang pemberian ASI eksklusif mengakibatkan muncul berbagai macam persepsi, hal ini akan lebih menambah kompleks permasalahan pemberian ASI eksklusif. Persepsi yang salah tentunya akan berdampak terhadap perilaku yang salah pula. Berdasarkan permasalahan tersebut maka diprioritaskan program peningkatan penggunaan air susu Ibu (PP-ASI), karena dampaknya yang luas terhadap status gizi dan kesehatan balita. Program prioritas ini berkaitan juga dengan kesepakatan global antara lain: Deklarasi Innocenti (Italia) tahun 1990 tentang perlindungan, promosi, dan dukungan terhadap penggunaan air susu Ibu (ASI). Disepakati pula untuk pemberian ASI eksklusif sebesar 80% pada tahun

2000. Konferensi tingkat tinggi tentang kesejahteraan anak tahun 1990 salah satu kesepakatannya adalah semua keluarga mengetahui arti penting untuk mendukung wanita dalam tugas pemberian ASI saja untuk 6 bulan pertama kehidupan anak dan memenuhi kebutuhan makanan anak berusia muda pada tahun-tahun rawan (Roesli U, 2000). Pada peringatan pekan ASI sedunia tahun 1999, telah dicanangkan kembali gerakan masyarakat peduli ASI pada tanggal 2 Agustus oleh Presiden Republik Indonesia. Menurut Soetjiningsih (1997) penurunan pemberian air susu ibu (ASI) dimungkinkan karena berbagai alasan, alasan tersebut diantaranya : 1. Kurangnya pengetahuan ibu terhadap manfaat atau keuntungan air susu ibu (ASI) untuk anaknya, rasa takut yang akan mempengaruhi produksi ASI, sehingga jumlah ASI yang dihasilkan cenderung sedikit. 2. Terjadinya pergeseran pandangan, bahwa pemberian susu formula akan dikatakan lebih modern. 3. Pengertian yang salah tentang menyusui akan cepat sekali kelihatan tua dan berkurangnya kecantikan. 4. Banyaknya wanita yang turut bekerja untuk mencari nafkah sehingga tidak dapat menyusui secara teratur. Dari alasan tersebut terlihat pentingnya pengetahuan atau pengertian ibu tentang ASI dalam upaya membantu pertumbuhan dan perkembangan bayinya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang akan datang.

Sampai sekarang ini kalangan medis maupun pemerintah memang sedang gencar mempromosikan penggunaan ASI eksklusif, hal ini dilakukan karena masih banyak persepsi yang cenderung keliru tentang pemberian ASI eksklusif. Menyadari akan hal ini maka perlu dilakukan penelitian tentang pengetahuan antara pemberian ASI eksklusif dengan pola laktasi pada ibu post partum, sehingga hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat digunakan sebagai bahan kajian bagi para perawat dan bidan dalam meningkatkan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan pada ibu menyusui terutama dalam hal meluruskan persepsi yang salah tersebut. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Penerimaan perilaku baru dalam diri seseorang melalui tahap-tahap kesadaran, merasa tertarik, menilai dan mencoba serta mengadopsi. Perilaku yang didasari atas pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng

(Notoatmodjo,1993), berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif terhadap teknik menyusui pada Ibu post partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009.

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan permasalahan yaitu Adakah hubungan antara pengetahuan pemberian ASI

eksklusif dengan teknik menyusui pada ibu post partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009 ?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Sesuai dengan rumusan masalah diatas penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Antara Pemberian ASI Eksklusif Dengan Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pengetahuan pemberian ASI eksklusif pada ibu post partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009. b. Mengidentifikasi teknik menyusui pada ibu post partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009. c. Menganalisa hubungan antara pengetahuan pemberian ASI eksklusif dengan teknik menyusui pada ibu post partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Instansi pelayanan kesehatan

Sebagai dasar untuk memberikan informasi tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif dan pola laktasi yang benar pada ibu post partum yang menyusui bayi baru lahir sampai usia 6 bulan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu. 1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan Secara teori penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi pengembangan ilmu keperawatan dimasa mendatang serta dapat menjadi salah satu sumber informasi untuk penelitian selanjutnya. 1.4.3 Bagi Peneliti a. Sebagai media belajar dan acuan untuk melaksanakan karya tulis serta dapat dipergunakan untuk kepentingan pembuatan model penelitian berikutnya. b. Dapat menambah pengetahuan tentang pola laktasi sehingga dapat melakukan intervensi keperawatan yang lebih tepat. 1.4.4 Bagi Responden Dapat memberikan informasi yang benar tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif sejak bayi lahir sampai dengan usia 6 bulan dan dapat memberikan tambahan pengetahuannya mengenai ASI eksklusif dan pola laktasi sehingga dapat memberikan stimulasi untuk mengetahui lebih mendalam tentang ASI eksklusif dan teknik menyusui pada ibu post partum yang baik dan benar.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat fakta, simbol, prosedur dan teori. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terjadi melalui indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 1997 ). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Menurut Roger (1974) bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut, terjadi proses yang berurutan yaitu Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui lebih dahulu terhadap stimulus (obyek), Interest (merasa tertarik), dimana orang mulai tertarik pada stimulasi, Evaluation (menilai) dimana

seseorang mulai menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, Trial 9mencoba) orang telah molai mencoba berpelilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus. Selanjutnya Roger menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti proses di atas yaitu didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan langgeng.

Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan, kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 1993). Domain kognitif atau pengetahuan mempunyai 6 tingkatan : 1. Tahu Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah diajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang telah diterima. 2. Memahami Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan kemampuan menggunakan hukum, rumus, metode dan prinsip. 4. Analisis Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut. 5. Sintesa

10

Sintesa kemampuan menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang benar serta kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. 6. Evaluasi Evalusi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek berdasarkan pada kriteria yang ada. Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan adalah suatu proses mulai dari mengingat, memahami, selanjutnya mampu menggunakan dan mampu menghubungkan bagiannya serta mampu untuk menilai sesuatu (Notoatmodjo, 1993). 2.1.1 Faktor yang berpengaruh terhadap tingkatan pengetahuan a. Pendidikan Saat ini pendidikan memang memegang peranan penting pada setiap perubahan perilaku untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan tingginya pendidikan yang ditempuh diharapkan tingkat pengetahuan seseorang yang bertambah sehingga memudahkan dalam menerima atau mengadopsi perilaku yang positif. b. Pengalaman Pengalaman juga merupakan sumber pengetahuan, pengalaman

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang

11

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. c. Usia Usia juga mempengaruhi pengetahuan seseorang karena dengan betambahnya usia biasanya akan lebih dewasa pula intelektualnya. d. Penyuluhan Meningkatkan pengatahuan masyarakat juga melalui metode

penyuluhan, dengan pengetahuan bertambah seseorang akan merubah perilakunya. e. Media massa Dengan majunya teknologi akan tersedia pula bermacam media yang dapat mempengaruhipengatahuan masyarakat tentang inovasi baru. f. Sosial budaya Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya (Notoatmodjo, 2000: 121-124).

2.2 Konsep ASI Eksklusif 2.2.1 Pengertian ASI Eksklusif ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI tanpa diberi tambahan tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu

12

setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan (Roesli, 2000). ASI ekslusif adalah memberikan ASI saja tanpa makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan (Depkes RI, 2003). Pada tahun 2002 World Health Organization menyatakan bahwa ASI eksklusif selama 6 bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup 4 bulan) sudah tidak berlaku lagi. Menyusui eksekusif adalah memberikan hanya ASI segera setelah lahir sampai bayi berusia 6 bulan dan memberikan kolostrum (Depkes RI, 2005) 2.2.2 Pemberian ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai 6 bulan tanpa tambahan makanan/ cairan seperti susu formula, madu, air teh, jeruk, air putih atau makanan padat seperti pisang ,pepaya,bubur susu,biskuit ,nasi tim, dan sebagainya (Roesli, 2000). Menurut Depkes RI (2001), pemberian ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI segera setelah lahir sampai bayi berusia 6 bulan dan memberikan kolostrum. 2.2.3 Komposisi ASI Komposisi dan volume dapat berubah saat dilahirkan dan 6 bulan kemudian. Berdasarkan waktu produksinya, ASI digolongan dalam tiga kelompok yakni :

13

1. Kolostrum Kolostrum (susu awal) adalah ASI yang keluar pada hari pertama. Setelah kelahiran bayi, berwarna kekuningan dan lebih kental, karena menagandung banyak vitamin A, protein dan zat kekebalan yang penting untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi. Kolostrum juga mengandung vitamin A, E, dan K serta beberapa mineral seperti Natrium dan Zn (Depkes RI, 2001). Menurut Roesli (2000) kolostrum adalah ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari ke-4 yang merupakan cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti infeksi dan berprotein tinggi. Volume kolostrum adalah 150 300 ml / 24 jam. 2. ASI transisi/peralihan ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi matang. Biasanya diproduksi pada hari ke 4-10 setelah kelahiran. Kandungan protein akan makin rendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi dibandingkan pada kolostrum, juga volume akan makin meningkat (Krisnatuti, 2000) 3. ASI matang/mature ASI matang/mature adalah ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan seterusnya komposisi relatif tetap (Roesli, 2000). Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuningan yang diakibatkan warna dari gambar Ca-casenat riboflavin, dan karoten yang terdapat di dalamnya.

14

Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan (Soetjiningsih, 1997). Selama 6 bulan pertama, volume ASI pada ibu sekurang-kurangnya sekitar 500 700 ml/hari, bulan kedua sekitar 400 600 ml/hari dan 300 500 ml/hari setelah bayi berusia satu tahun (Suhardjo, 1998). 2.2.4 Manfaat Menyusui Manfaat ASI sangat besar dalam upaya meningkatkan kualitas hidup anak, karena dengan menyusui tidak hanya memberi keuntungan pada bayi saja, tetapi juga bagi ibu dan keluarga, bahkan bagi negara. a) Keuntungan menyusui bagi bayi 1. Ditinjau dari aspek gizi Kandungan gizi lengkap dan sesuai dengan kebutuhan bayi untuk tumbuh kembang yang optimal. Mudah dicerna dan diserap, karena perbandingan whey protein /casein adalah 80/20, sedangkan susu sapi 40/60. Disamping itu ASI mengandung lipase yang memecah trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Laktosa dalam ASI mudah terurai menjadi glukosa dan galaktosa, dan enzim laktase sudah ada sejak bayi lahir. 2) Ditinjau dari aspek imonologi Mengandung kekebalan antara lain:

15

Imunitas selular yaitu lekosit sekitar 4000/ml ASI yang terutama terdiri dari Makrofag Imunitas humoral, misalnya IgA- enzim pada ASI yang mempunyai efek antibakteri misalnya lisozim, katalase dan peroksidase.Laktoferin Faktor bifidus Antibodi lainnya: Interferon, faktor antistafilokokus, antibodi HSV, B12 binding protein, dan komplemen C3 dan C4. Tidak menyebabkan alergi. 3) Ditinjau dari aspek psikologis Mendekatkan hubungan ibu dan bayi menimbulkan perasaan aman bagi bayi, yang penting untuk mengembangkan dasar kepercayaan dengan mulai mempercayai orang lain / ibu dan akhirnya mempunyai kepercayaan pada diri sendiri. 4) Manfaat lainnya bagi bayi 1. Mengurangi insidens karies dentis 2. Mengurangi maloklusi rahang 3. Asi mengandung sekitar 13 macam hormon antara lain ACTH, TRH, TSH, EGF, Prolaktin, Kortikosteroit, Prostaglandin, dll. b) Keuntungan Menyusui bagi Ibu 1) Aspek kesehatan Ibu Dapat mengurangi pendarahan post partum,mempercepat involusi uterus dan mengurangi insidens karsinoma payudara. 2) Aspek psikologis

16

Mendekatkan hubungan ibu dan anak serta memberikan perasaan dipelukan. 3) Aspek keluarga berencana Menunda kembalinya kesuburan, sehingga dapat menjarangkan kehamilan. Perlu diketahui bahwa frekuensi menyusui yang sering baru mempunyai efek keluarga berencana. b) Keuntungan menyusui bagi keluarga 1. Hemat karena tidak perlu menyediakan dana untuk membeli susu formula 2. Bayi jarang sakit, bisa menghemat biaya pengobatan 3. Mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga. d) Keuntungan bagi bangsa dan Negara 1. Dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian anak. Karena nilai gizi yang optimal dan adanya faktor protektif pada ASI, maka anak jarang sakit dan kematian anak yang minum ASI lebih rendah 2. Mengurangi subsidi rumah sakit untuk perawatan Ibu dan anak. Rumah sakit tidak perlu membeli susu formula, botol dot, bahan bakar untuk mensterilkan botol, dll. Disamping itu dengan rawat gabung akan menurunkan insiden infeksi nusokomial, sehingga selain perawatan Ibu dan anak lebih pendek, juga menghemat pembelian antibiotika, cairan infus, dll.

17

3. Mengurangi subsidi biaya perawatan anak sakit. Telah terbukti bahwa bayi yang minum susu botol lebih sering sakit diare, penyakit infeksi saluran pernafasan dan malnutrisi dari pada yang minum ASI. 4. Mengurangi devisa negara untuk membeli susu formula. 5. Meningkatkan kualitas generasi penerus. Karena anak yang mendapatkan ASI tumbuh kembang secara optimal, dengan demikian kualitas generasi penerus terjamin. Jadi betapa besarnya andil menyusui dalam hidup ini, sehingga sangat disayangkan kalau sampai ada ibu yang tidak mau menyusui bayinya sendiri. Sikap dan perilaku yang salah seperti ini harus kita luruskan, agar tercipta anak-anak yang sehat j jasmani, mental, maupun sosial.

2.3 Teknik Menyusui Teknik menyusui adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994).yang terdiri dari: 2.3.1 Permulaan Menyusui Bayi Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, sebaiknya Ibu mulai menyusui bayinya, karena refleks hisap bayi paling kuat pada jam pertama dan hisapan bayi pada puting susu ibu akan merangsang pengeluaran

18

hormon prolaktin untuk sekresi dan hormon oksitosi untuk mengeluarkan ASI dan mempercepat kontraksi uterus. Selain itu kontak dini akan memperkuat hubungan bayi dan ibu. Cairan yang pertama kali disekresikan oleh kelenjar payudara disebut kolustrum, dalam kolustrum konsentrasi imunoglobulin sangat tinggi. Volumenya berkisar 150-300 ml/24jam, yang merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning- kuningan lebih banyak mengandung antibody yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan, juga merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekoneum dari usus bayi yang baru lahir dan

mempersiapkan saluran pencernakan makanan bayi. 2.3.2 Cara Menyusui Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai masalah karena tidak mengetahuinya cara menyusui yang benar. Oleh sebab itu untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik menyusui. a. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan: b. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk. c. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi. d. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi

19

Terdapat macam posisi menyusui, cara menyususi yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring. Gambar 2.1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar (Perinasia, 1994)

Gambar 2.2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar (Perinasia, 1994)

Gambar 2.3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar (Perinasia, 1994)

20

Gambar 2.4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal (Perinasia, 1994)

Gambar 2.5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan (Perinasia, 2004)

Gambar 2.6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah (Perinasia, 2004)

21

Gambar 2.7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh (Perinasia, 2004)

Gambar 2.8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan (Perinasia, 2004)

2.3.3 Langkah-langkah menyusui yang benar 1. Sebelum menyusui puting susu dan areola mammae dibersihkan dengan kapas basah atau ASI dekeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan sekitar kalang payudara. 2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu / payudara.

22

Gambar 2.9. Cara meletakan bayi (Perinasia, 2004)

a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. b. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan menggunakan satu lengan, kepala bayi terletak pada siku ibu (kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan). c. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satunya di depan. d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya menoleh atau membelokkan kepala bayi). e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang. 3. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan menekan putting susu atau kalang payudara saja

23

Gambar 2.10. Cara memegang payudara (Perinasia, 2004)

4. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (roting refleks) dengan cara: a. Menyentuh pipi dengan puting susu atau b. Menyentuh sisi mulut bayi Gambar 2.11. Cara merangsang mulut bayi (Perinasia, 2004)

5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting susu serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi.

24

Gambar 2.12. Perlekatan benar (Perinasia, 2004)

a. Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk kedalam mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah kalang payudara. b. Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disangga. c. Melepas isapan bayi Setelah menyusui pada satu payudara sampai kosong, sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi yaitu jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.

25

6. Menyendawakan bayi Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusu. Cara menyendawakan bayi adalah: a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan. b. Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan. 2.3.4 Lama menyusui (Soetjiningsih, 1997) Pada hari pertama biasanya ASI belum keluar dan bayi cukup disusukan selama 4-5 menit untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan putting susu dihisap oleh bayi. Setelah hari ke 4-5 boleh disusukan selama 10 menit, bila produksi ASI cukup dan lancar boleh disusukan selama 15 menit. Jumlah Asi yang terhisap bayi pada 5 menit pertama 112 ml, kedua 64 ml dan terakhir 16 ml. ASI yang dihisap bayi pada menit pertama dibanding terakhir adalah berbeda dimana menit pertama lebih cepat dan encer dan kemudian akan lebih kental dan menit terakhir mengandung lemak 4-5 x dan protein 1,5 x lebih banyak dibandingkan dengan ASI pada menit pertama. Jadi lama meyusui setiap payudara adalah sekitar 10-15 menit untuk bayi usia 1-12 bulan, volume ASI akan menurun sesuai dengan waktu yaitu: a. Tahun pertama : 400 - 700 ml / 24 jam

26

b. Tahun kedua c. Sesudah itu sekitar

: 200 - 400 ml / 24 jam. : 200 ml / 24 jam.

Juga terbukti tidak ada perubahan yang bermakna pada konsentrasi protein antara bulan ke 6 sampai tahun ke 2 masa laktasi, hanya konsentrasi lemak bervariasi luas. Produksi ASI dipengaruhi oleh status gizi ibu dan ibu usia muda produksi asinya lebih banyak dibanding dengan ibu usia tua. 2.3.5 Frekuensi menyusui Ibu menyusui sebaiknya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan bayi, tanpa dijadwal karena kadar protein ASI rendah bayi akan menyusu sering, biasanya antara 1,5 - 2 jam sekali dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Sehingga frekwensi menyusui kira-kira 8 - 12 kali /24 jam setiap kali menyusui harus digunakan kedua payudara dan usahakan sampai payu dara terasa kosong agar produksi ASI tetap baik. 2.3.6 Kriteria untuk mengetahui banyaknya produksi ASI : a. ASI yang bayak merembes keluar melalui putting. b. Sebelum disusukan payudara terasa tegang c. Berat badan bayi naik sesuai dengan umur d. Jika ASI cukup bayi akan tertidur selama 3-4 Jam e. Bayi kencing lebih sering, sekitar 8x sehari 2.3.7 Gerakan Bayi Menyusui Penghisapan oleh bayi pada waktu menetek hanyalah merupakan sebagian kecil dari proses laktasi dan proses ini sendiri meliputi beberapa

27

tahap. Payudara yang menempel pada pipi bayi akan menimbulkan rooting refleks yaitu bayi secara refleks akan memutar kepalanya kearah putting susu yang menempel pada pipinya, diikuti oleh membukanya mulut, kemudian putting akan ditarik masuk kedalam mulut. Penghisapan ini dibantu oleh lidah yang menarik putting sehingga masuk kedalam orofarings, maka rahang bayi akan memulai gerakan berirama yang menekan sinus laktiferus (gerakan menggilas dibawah puting susu). Dan peristiwa inilah yang menyebabkan keluarnya ASI. 2.3.8 Cara penyimpanan ASI ASI dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat dengan syarat : a. Disimpan di udara bebas dalam tempat yang bersih selama 6 - 8 jam b. ASI yang disimpan dalam lemari es (tidak dibekukan) harus diberikan dalam 2 x 24 jam sejak ASI tersebut dikeluarkan dari payudara. c. Untuk didimpal lama, harus dibukukan pada temperatur pendingin sampai 18o C dapat disimpan sampai 6 bulan. Pada penyimpanan dengan cara dibekukan tidak berpengaruh terhadap komponen kekebalan yang dikandungnya. Apabila ASI akan diberikan pada bayi setelah didinginkan tidak boleh dipanaskan karena akan merusak kualitas khususnya unsur kekebalan, ASI cukup didiamkan beberapa saat dalam suhu kamar agar tidak terlalu dingin. 2.3.9 faktor yang mempengaruhi teknik menyusui

28

a. Pengalaman Pengalaman ibu dalam menyusui menunjang keberhasilan teknik menyusui yang benar, dalam hal ini pengalaman dapat digunakan sebagai cara untuk memperbaiki cara menyusui yang kurang benar. b. Waktu dan tempat Menyusui membutuhkan waktu dan kondisi yang nyaman, sehingga perlu disiapkan kondisi yang aman dan tenang sehingga ibu dan bayi merasa nyaman tanpa ada gangguan, Agar menyusui berjalan lancar. c. Pendidikan Pendidikan juga mempengaruhi teknik menyusui pada ibu post partum, karena dengan pendidikan yang lebih tinggi ibu mendapatkan informasi banyak dalam teknik menyusui yang benar d. Keadaan ibu dan bayi Keadaan ibu dan bayi yang sehat akan mempengaruhi teknik pemberian ASI, Karena keadaan sehat pada ibu dan bayi menunjang proses keberhasilan teknik menyusui.

2.3.10 Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI a. Rangsangan Otot Buah Dada Produksi ASI memerlukan rangsangan pada otot buah dada agar kelenjar buah dada bekerja lebih efektif, otot buah dada yang terdiri dari otot polos dengan adanya rangsangan akan berkontraksi lebih baik

29

misalnya dengan melakukan massage / mengurut buah dada, menyiram buah dada dengan air hangat dan dingin secara bergantian. b. Keteraturan Anak Menghisap Penghisapan oleh anak mempunyai pengaruh dalam pengeluaran hormon pituitrin dengan adanya pengeluaran hormon pituitrin yang lebih banyak, akan mempengaruhi kuatnya kontraksi otot polos buah dada dan uterus dimana kontraksi pada buah dada berpengaruh pada pembentukan air susu Ibu sedang kontraksi pada uterus untuk mempercepat involusi. c. Keadaan Ibu Untuk dapat menghasilkan air susu Ibu yang cukup, keadaan Ibu harus sehat baik jasmani dan rohani. Keadaan ini berpengaruh pada pembentukan produksi ASI karena untuk pembentukannya bahan diambil dari Ibu. Bila Ibu tidak dapat mensuplay bahan karena tubuh tidak sehat, input makanan yang kurang, untuk membawa bahan yang akan diolah sel acini di buah dada maka bahan tidak sampai pada sel acini tersebut. Dengan demikian, sel acini tidak memiliki bahan mentah yang akan diolah menjadi ASI sehingga produksi ASI menurun. d. Faktor Makanan Makanan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan ASI, karena ASI dibuat dari zat makanan yang diambil dari darah Ibu yang sudah disiapkan sejak terjadinya kehamilan, karena itu Ibu hamil harus

30

mendapatkan yang cukup kualitas dan kuantitasnya untuk kebnutuhan sendiri, pertumbuhan janin dan persiapan laktasi. e. Faktor Istirahat Istirahat berarti mengadakan pelemasan pada otot dan syaraf setelah mengalami ketegangan dalam melaksanakan kegiatan. Dengan istirahat, akan timbul penyegaran kembali demikian juga pada Ibu menyusui yang membutuhkan istirahat yang lebih banyak di luar maupun di dalam tubuhnya yaitu untuk memproduksi ASI. Dalam beristirahat sel dan jaringan akan mendapatkan kesegaran kembali dan dapat bekerja lebih giat, hingga demikian, prosuksi ASI dapat dipertahankan atau ditingkatkan. f. Faktor fisiologis Terbentuknya ASI dipengaruhi oleh hormon prolactin yang dikeluarkan sel alfa dari lobus anterior kelenjar hypofise. Hormon ini merangsang sel acini untuk membentuk ASI apabila ada kelainan misalnya hormone ini tidak terbentuk atau kurang yang dikeluarkan dengan sendirinya rangsangan pada sel acini juga berkurang sehingga sel acini pun jumlahnya kurang atau tidak dapat membentuk ASI g. Faktor Obat Obat yang mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI adalah obat yang mengandung hormone. Hormon tersebut dikhawatirkan

mempengaruhi hormone prolaktin dan pituitrine yang berpengaruh

31

pada pruduksi dan pengeluaran ASI. Apabila hormone prolactin terhambat pengeluarannya karena obat yang mengandung hormone tersebut,tentu rangsangan kepada sel acini untuk membentuk air susu akan berkurang.

2.4 Ibu Post partum Puerperium (nifas) ialah masa sesudah persalinaan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Kejadian yang terpenting dalam masa nifas adalah: involusi uterus dan proses laktasi. 2.4.1 Perubahan dari alat badan a. Involusi rahim Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot. Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak seberapa berkurang tetapi setelah 2 hari ini uterus mengecil dengan cepat, sehingga pada hari ke 10 tidak teraba lagi dari luar. Setelah 6 minggu tercapai lagi ukurannya yang normal. Proses involusi uteri pada bekas implantasi plasenta, terdapat gambaran sebagai berikut : 1. Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12 X 15 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh dasar besar bermuara. 2. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose, di samping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim.

32

3. Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke -2 sebesar 6 sampai 8 cm, dan akhir puerperium sebesar 2 cm. 4. Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama dengan lokia. 5. Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium. 6. Kesembuhan sempurna pada saat akhir dari masa puerperium. b. Gambaran klinis masa puerperium Segera setalah persalinan dapat terjadi peningkatan suhu badan, tetapi tidak lebih dari 38 derajat. Uterus yang telah menyelesaikan tugasnya, akan menjadi keras karena kontraksinya, sehingga terdapat penutupan pembuluh darah. Kontraksi uteerus yang diikuti his pengiring menimbulkan rasa nyeri disebut nyeri ikutan atau after pain terutama pada multipara. Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai berikut: 1. Lochea rubra (kruenta) a. 1 sampai 3 hari, berwarna merah dan hitam b. Terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah. 2. Lochea sanginolenta a. 3 sampai 7 hari

33

b. Berwarna putih dan bercampur merah 3. Lochea serosa a. 7 sampai 14 hari b. Berwarna kekuningan 4. lochea alba a. Setelah hari ke 14 b. Berwarna putih c. Perawatan masa puerperium Perawatan puerperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini (early mobilization). Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan: 1. Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium 2. Mempercepat involusi alat kandungan 3. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan 4. Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme. d. Perawatan puerperium dilakukan dalam bentuk pengawasan Perawatan yang di lakukan oleh tenaga kesehatan meliputi: 1. Rawat gabung Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama sehingga ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI, sehingga kelancaran ASI lebih terjamin.

34

2. Pemeriksaan umum a. b. Kesadaran penderita Keluhan yang terjadi setelah persalinan

3. Pemeriksaan khusus a. Fisik:Tekanan darah, nadi dan suhu b. Fundus uteri: Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus c. Payudara: Puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI d. Patrun lochea : Lochea rubra, lochea sanguinolenta e. Luka jahitan episiotomi: Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda infeksi ( kolor, dolor, fungsiolesa, dan pernanahan ). 4. Pemulangan dan pengawasan ikutan Pemulangan dengan persalinan spontan dapat dipulangkan setelah mencapai keadaan baik dan tidak ada keluhan, dipulangkan setelah 2-3 hari dirawat. Nasehat yang perlu diberikan saat memulangkan adalah: a. Diet Masalah diet perlu mendapat perhatian pada kala nifas untuk dapat meningkatkan kesehatan dasn memberikan ASI. b. Pakaian Pakian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat dengan kencang kerena tidakn akan mempengaruhi involusi.

35

c. Miksi dan buang air besar Miksi dan buang air besar diatur sehingga kelancaran kedua sistem tersebut dapat berlangsung dengan baik. d. ASI dan puting susu Pemberian ASI jangan pilih kasih, karena keenakan

memberikan ASI pada satu sisi. Kedua payudara harus dikosongkan saat memberikan ASI sehingga kelancaran pembentukan ASI akan berjalan dengan baik. e. Kembalinya datang bulan atau menstruasi Dalam waktu tiga bulan belum menstruasi, dapat menjamin bertindak sebagai kontrasepsi. Setelah melampaui tiga bulan perlu mempergunakan alat kontrasepsi sehingga terlindung dari kemungkinan hamil dalam waktu singkat.

36

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara kerangka konsep satu terhadap konsep yang lainnya dan masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2005 )

Pengetahuan Faktor yang mempengaruhi pengetahuan:

Ibu

post

partum tentang pemberian ASI eksklusif

Pendidikan Pengalaman Umur Penyuluhan Media masa Sosial budaya

Teknik menyusui pada ibu post partum

Faktor yang mempengaruhi produksi ASI


faktor fisiologis faktor keteraturan isapan anak faktor rangsangan otot buah dada faktor psikologis Ibu Obat-obatan Makanan

Produksi ASI Mencukupi

(meningkat)

Bayi sehat

BB Bayi meningkat

Derajat kesehatan bayi meningkat

Keterangan : : Yang diteliti : Tidak diteliti

37

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Penerimaan perilaku baru dalam diri seseorang melalui tahap-tahap kesadaran, merasa tertarik, menilai dan mencoba serta mengadopsi. Perilaku yang didasari atas pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (Notoatmodjo,1993) Teknik menyusui pada ibu primipara dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang ASI utamanya ASI eksklusif dan manfaat meneteki yang digunakan sebagai dasar untuk menerapkan teknik menyusui yang baik dan benar. Melalui teknik menyusui yang benar akan memberikan dampak pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal (Soetjiningsih, 1997).

3.2 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pernyataan penelitian (Nursalam, 2003) Dalam penelitian ini hipotesisnya adalah Ada hubungan antara pengetahuan pemberian ASI eksklusif dengan tehnik menyusui pada ibu post partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009

38

BAB 4 METODE PENELITIAN

Dalam

suatu

penelitian

ilmiah

tentunya

dihadapkan

kepada

suatu

permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan metode, dimana dalam pemakaian metode ini harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Metode penelitian adalah cara menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode keilmuan. Pada bab ini akan disajikan tentang desain penelitian, populasi, sample dan sampling, identifikasi variabel, pengumpulan data, analisa data, masalah etika dan keterbatasan.

4.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, yang memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2003). Sedangkan menurut Burn and Grove (1991) desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelasional yaitu penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek, dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu untuk mencari hubungan di antara variabel yang diteliti. Dimana jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran / observasi data variabel independen

39

dan variabel dependen hanya satu kali pada satu saat, dan tiap subyek penelitian hanya diobservasi satu kali saja. Sedangkan pengukuran variabel dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada saat pemeriksaan (Nursalam, 2003). Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama. Pada penelitian ini dicari hubungan antara pengetahuan pemberian ASI eksklusif dengan teknik menyusui pada ibu post partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009. Langkah-langkah penelitian : pengumpulan data, klasifikasi data, pengolahan atau analisis data, membuat kesimpulan dan laporan.

40

4.2 Kerangka Kerja Penelitian Kerangka kerja adalah suatu yang abstrak, logika, secara harfiah dan akan membantu peneliti dan menghubungkan hasil penelitian dengan body of knowledge (Nursalam, 2001).
Populasi : Ibu postpartum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar, sejumlah 45 orang Sampling Purposive sampling Sampel : Ibu postpartum di

Desa Bedali Kecamatan Ngancar sejumlah 36 orang

Menentukan dan menyusun instrumen

Pengukuran variable, pengambilan data dengan pemberian kuesioner

Pengumpulan data dan tabulasi data Skala Kuantitatif: 76%-100% : Baik 56%-75% : Cukup 41%-55% : Kurang Skor : 1 : Untuk jawaban benar 0 : Untuk jawaban salah

Analisis statistic dengan Spearman rho for windows

Analisis data dengan analisis kuantitatif

Pengolahan hasil dan kesimpulan

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian

41

4.3 Identifikasi Variabel Dalam suatu penelitian seseorang memiliki titik perhatian yang akan diteliti atau sering disebut sebagai objek penelitian. Sebagaimana dikemukakan oleh Sugiono (2005) bahwa variabel penelitian adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2005) Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang ukuran konsep pengertian tertentu, misalnya: umur, jenis kelamin, pekerajaan, pengetahuan, pendapatan, perilaku, penyakit dan sebagainya (Notoatmodjo, 2002) Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu variabel bebas, sebab mempengaruhi atau variabel independen.variabel tergantung, akibat terpengaruh atau variabel dependen.

4.3.1 Variabel Independen Variabel ini sering disebut sebagai variabel prediktor / variabel bebas. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen). Variabel independen disebut juga variabel yang nilainya menentukan variabel lain. Pada penelitian ini variabel independennya adalah pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif.

42

4.3.2 Variabel Dependen Variabel ini disebut sebagai variabel out put atau terikat. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (independen). (Notoatmodjo, 1993). Variabel dependen disebut juga variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah Teknik menyusui pada ibu post partum.

4.4 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2003) Definisi Operasional Independen Segala sesuatu : yang diketahui Pengetahuan ibu /dimengerti tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir sampai umur 6 bulan Variabel Parameter Jawaban tepat tentang: - Pengertian ASI - Manfaat menyusui - Frekuensi menyusui - Cara penyimpanan ASI - Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI - Komposisi ASI - Mencuci tangan sebelum menyusui - Membersihkan puting susu - Posisi bayi menghadap perut Ibu / payudara - Meletakkan ibu jari di atas Alat Skala Ukur kuesioner Ordinal Kategori
Kriteria pengukuran: - 76%-100% : Baik Kode 3 - 56%-75% : Cukup Kode 2 - 41%-55% : Kurang Kode 1 Skor : - 1 : Untuk jawaban benar - 0 : Untuk jawaban salah

43

Dependen : Teknik menyusui

Tehnik / cara menyusui ibu pada bayi yang merupakan kemampuan Ibu untuk menyusui bayi secara benar

1. 2. 3.

4.

5.

6.

payudara, jari lain Merangsang bayi untuk membuka mulut Mendekatkan payudara (puting dan areola) ke mulut bayi Membiarkan bayi menyusui sampai payudara terasa kosong. Waktu menyusu 10 -15 menit. Melepaskan isapan bayi dengan cara memasukkan jari kelingking Ibu ke mulut bayi, dagu bayi ditekan ke- bawah Menyendawakan bayi dan mencuci tangan sesudahnya Mencuci tangan Lembar sebelum menyusui observasi Membersihkan Cek list puting susu Posisi bayi menghadap perut Ibu / payudara Meletakkan ibu jari di atas payudara, jari lain Merangsang bayi untuk membuka mulut Mendekatkan payudara (puting dan areola) ke mulut bayi

Ordinal

Kriteria pengukuran: - 76%-100% : Baik Kode 3 - 56%-75% : Cukup Kode 2 - 41%-55% : Kurang Kode 1

Skor : - 1 : tehnik benar - 0 : tehnik salah

7. Membiarkan bayi menyusui sampai

44

payudara terasa kosong. 8. Waktu menyusu antara 10 -15 menit. 9. Melepaskan isapan bayi dengan cara memasukkan jari kelingking Ibu ke mulut bayi, dagu bayi ditekan kebawah 10. Menyendawakan bayi dan mencuci tangan sesudahnya .

4.5 Populasi, Sampel, dan Sampling 4.5.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002) Sedangkan menurut Notoatmodjo, 2005 populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh Ibu meneteki primipara yang berada di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri yang berjumlah 45 orang. Sebagaimana pendapat (Arikunto, 2002) sebagai patokan dasar apabila subjeknya kurang dari seratus lebih baik diambil semua, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25%.

45

4.5.2 Sampel Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu meneteki primipara yang berada di Desa Bedali, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri yang berjumlah 36 orang. a. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam & Siti Pariani, 2001). Pada penelitian ini kriteria inklusinya adalah sebagai berikut : 1. Ibu primipara yang meneteki bayi yang berumur 0 6 bulan, 2. Bersedia diteliti dan menandatangani informed concent b. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusif adalah karakteristik sampel yang tidak dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti yaitu : 1. Ibu meneteki primipara dengan bayi umur 0 6 bulan tidak bersedia diteliti 2. Ibu meneteki primipara dengan bayi umur 6 bulan 3. Ibu meneteki primipara dengan kontra indikasi absolut

46

4.4.3 Teknik Sampling Teknik sampling adalah cara atau teknik tertentu dalam mengambil sampel penelitian sehingga sampel dapat mewakili populasinya

(Notoatmodjo, 2005). Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling.

4.6 Tempat dan Waktu Penelitian 4.6.1 Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009. 4.6.2 Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2009.

4.7 Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data mengenai pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif dilakukan dengan cara menyebar kuesioner. Sedangkan untuk memperoleh data tentang teknik menyusui pada ibu post partum dilakukan dengan cara observasi.

4.8 Alat dan Bahan Instrumen Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner, kuesioner adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah

47

pertanyaan tertulis untuk dijawab oleh responden. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tipe tertutup, yaitu suatu kuesioner yang sudah disediakan lembar observasi untuk responden.

4.9 Teknik Pengolahan Data Setelah semua data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Editing Setelah semua data terkumpul, peneliti melakukan pengecekan ulang. Hal tersebut dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dari hasil jawaban responden pada setiap lembar jawaban kuesioner.

b.

Coding Coding data dilakukan dengan cara memberi kode pada setiap jawaban yang diberikan oleh responden untuk memudahkan analisis jawaban dari responden.

c.

Scoring Scoring yaitu pemberian skor atau nilai terdapat bagian-bagian yang perlu diberi skor. Untuk pengukuran tingkat pengetahuan dan pola laktasi setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Kemudian jawaban benar dari semua pertanyaan dijumlahkan lalu dibandingkan dengan semua jumlah pertanyaan dan dikalikan 100%.

48

P = f x 100 % n Keterangan : P f N : Prosentase : Frekuensi jawaban : Skor total soal Hasil prosentase diatas kemudian diinterpretasikan kedalam skala kualitatif dengan menggunakan skala ordinal, yaitu: a. 76% - 100% b. 56% - 75% c. 40% - 55% (Arikunto, 1998) : Baik, kode 3 : Cukup, kode 2 : Kurang, kode 1

d.

Tabulating Tabulasi data dilakukan secara manual dan dengan bantuan komputer. Dalam tahap ini dari data master tabel dipindahkan kedalam tabel distribusi frekuensi sesuai dengan variabel yang diteliti. Tabulasi data diperoleh sesuai dengan item pertanyaan yang disajikan. Data pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif terdiri dari jawaban benar dan salah, dengan kategori pengetahuan baik, pengetahuan cukup dan pengetahuan kurang. Sedangkan data tentang pola laktasi pada ibu post partum terdiri dari jawaban setuju dan tidak setuju, dengan kategori baik, cukup dan kurang.

49

4.10 Teknik Analisis Data Mengingat peneliti bertujuan untuk menganalisa hubungan antara 2 variabel di mana variabel independen dan dependen berskala ordinal maka uji statistik yang dipilih adalah menggunakan rumus korelasi Spearman rho, yaitu : 1

6 D n(n 2 1)

Keterangan : = Koefisien korelasi spearman D = Perbedaan skor antar 2 variabel n = Jumlah kelompok 4.10.1 Pengujian hipotesis : a. Pengujian hipotesis adalah sebagai berikut : 1. Ho = > 0 (tidak ada hubungan antara dua variabel) 2. H1 = < 0 (ada hubungan dua variabel). b. Kaidah pengambilan keputusan 1. Sig. (2-tailed) 2. Sig. (2-tailed) > 4.10.2 Cara penarikan kesimpulan Cara penarikan kesimpulan didasarkan dari hasil uji korelasi Spearman. Jika Ho ditolak maka dapat disimpulkan ada hubungan dan sebaliknya jika Ho diterima maka tidak ada hubungan. = ditolak Ho. = ditolak H1

50

Selanjutnya menurut Arikunto 2002 dari indeks korelasi dapat diketahui 4 hal, yakni arah korelasi, ada tidaknya korelasi, interpretasi tinggi rendahnya korelasi dan tingkat signifikan. Arah korelasi dinyatakan dalam tanda (+) plus dan (-) minus. Tanda (+) menunjukkan adanya korelasi sejajar searah. Tanda () menunjukkan korelasi sejajar berlawanan arah. 1. Korelasi + : Semakin baik pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif, maka semakin baik teknik menyusui pada ibu post partum. 2. Korelasi : Semakin baik pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif, maka semakin kurang teknik menyusui pada ibu post partum. Ada tidaknya korelasi dinyatakan dalam angka pada indeks. Betapapun kecilnya indeks korelasi, jika bukan 0,000 dapat diartikan bahwa antara kedua variabel yang dikorelasikan, terdapat korelasi. Interpretasi tinggi rendahnya korelasi dapat diketahui juga dari besar kecilnya angka dalam indeks korelasi. Makin besar angka dalam indeks korelasi, makin tinggi pula korelasi kedua variabel yang dikorelasikan. Dengan indeks korelasi saja, penelitian belum berarti apa-apa. Angka ini harus dikonsultasikan dengan tabel yang sesuai mengenai hal ini.

51

Tabel 3.2 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan Antara 0,00-0,199 Sangat rendah (Tak berkorelasi) Antara 0,20-0,399 Rendah Antara 0,40-0,599 Sedang Antara 0,60-0,799 Kuat Antara 0,80-0,000 Sangat kuat (Sugiono, 2004) Data yang telah diedit disajikan secara tabulasi silang antara variabel independen dan variabel dependen, selanjutnya dilakukan uji statistik korelasi dengan menggunakan Spearman Rho dengan derajat kemaknaan p < 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna antara dua variabel, maka H1 diterima. Penghitungan nilai signifikansi dari Spearman dilakukan dengan bantuan program komputer, dan uji statistik yang akan digunakan adalah dengan menggunakan program SPSS 11. Hasil analisis data digunakan untuk menjawab hipotesis dari penelitian ini. 4.11 Penyajian Data Cara penyajian data penelitian ini dilakukan dalam bentuk, antara lain: a. b. Penyajian dalam bentuk tabel Penyajian dalam bentuk diagram pie

4.12 Etik Penelitian Etik penelitian adalah suatu norma atau aturan yang mengacu pada perilaku peneliti mengenai tindakan baik atau buruk yang merupakan kewajiban dan tanggung jawab peneliti (Ismani, 2001)

52

Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subyek, oleh karena itu harus dihormati dan dilindungi haknya sebagai responden dengan meminta izin dan menggunakan etika sebagai berikut: a. Lembar persetujuan (Informed Consent) Informed Consent adalah informasi secara lengkap tentang tujuan riset yang akan dilaksanakan dan mempunyai kebebasan dalam berpartisipasi atau menolak menjadi responden (Nursalam, 2001). Setiap ibu yang menjadi responden diberikan lembar persetujuan beserta penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian, jika menandatangani lembar persetujuan tersebut berarti bersedia, tetapi jika subjek tidak besedia menjadi responden maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghargai haknya. b. Tanpa nama (Anonimity) Anonimity adalah kerahasiaan identitas atau biodata responden (Nursalam, 2001). Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi nomor kode (nama inisial) pada masing-masing lembar untuk menjaga privasi. c. Kerahasiaan (Confidentiality) Confidentiality adalah kerahasiaan informasi kelompok data tertentu sebagai hasil riset (Nursalam, 2001). Segala informasi yang diperoleh dari responden, peneliti bersedia menjamin kerahasiaannya, hanya pada kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.

53

BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 5.1 Hasil Penelitian Di dalam hasil penelitian ini akan diuraikan tentang gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik demografi responden, dan data tentang hubungan antara pengetahuan pemberian ASI eksklusif dengan teknik menyusui pada Ibu post partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tahun 2009. 5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Bedali Ngancar Kediri pada tanggal 23 Maret sampai tanggal 28 Maret Tahun 2009. Jumlah ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan pada saat penelitian dilakukan adalah sebanyak 45 orang sedangkan yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 36 orang. 5.1.2 Karakteristik Demografi Responden Karakteristik demografi responden akan diuraikan berdasarkan umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan umur bayi. 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
6% 22% 17% <20Th 21-25 Th 26-30 Th 31-35 Th

Sumber : Data primer tahun 2009 55% Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tanggal 23 Maret sampai dengan tanggal 28 Maret Tahun 2009.

54

Berdasarkan gambar 5.1 diagram pie menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan umur ibu post partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri sebagian besar adalah berumur 2125 tahun sejumlah 20 responden (55%) dari total responden. 2) Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan 11% IRT swasta PNS

28% 61%

Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2009 Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tanggal 23 Maret sampai dengan 28 Maret Tahun 2009. Berdasarkan gambar 5.2 diagram pie menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan ibu post partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri sebagian besar adalah ibu rumah tangga sejumlah 22 orang (61%) dari total responden 3) Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
25% 28% SLTP SLTA PT 47%

Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2009

55

Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tanggal 23 Maret sampai dengan tanggal 28 Maret Tahun 2009. Berdasarkan gambar 5.3 diagram pie menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan ibu post partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri sebagian adalah SLTA yaitu sebanyak 17 orang (47%) dari total responden. Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2009 4) Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Bayinya

11% 19%

8% 26%

14%

22%

1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Buln 6 Bulan

Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2009 Gambar 5.4 Diagram Pie Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Bayi Di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tanggal 23 Maret sampai dengan 28 Maret Tahun 2009. Berdasarkan gambar 5.4 diagram pie menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan umur bayi di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri sebagian adalah berumur 2 bulan yaitu sejumlah 9 orang (26%) dari total responden.

56

5.2 Data Khusus 1) Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Post Partum Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan ASI Eksklusif Pada Ibu Post Partum Di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tanggal 23 Maret sampai dengan tanggal 28 Maret Tahun 2009. No 1 2 3 Kategori Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total Frekuensi 25 11 0 36 Prosentase 69,4% 30,6% 0,0% 100%

Sumber : Data primer penelitian tahun 2009 Berdasarkan table 5.1 menunjukkan hasil skor kuesioner dari 36 resonden, diperoleh deskripsi pengetahuan Ibu tentang ASI eksklusif dengan teknik menyusui pada Ibu post partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tahun 2009 sebagian besar adalah baik sejumlah 69,4 % (25 responden) dari total responden. 2) Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Penerapan Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum Di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tanggal 23 Maret 2009 sampai dengan 28 Maret Tahun 2009.

Kategori Teknik Frekuensi Menyusui 1 Baik 8 2 Cukup 16 3 Kurang 12 Total 36 Sumber : Data primer penelitian tahun 2009 No

Prosentase 22,8% 44,4% 33,3% 100%

57

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan hasil skor kuesioner dari 36 responden, diperoleh deskripsi Penerapan teknik menyusui pada Ibu post partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tahun 2009 sebagian adalah cukup yaitu sejumlah 44,4 % (16 responden). 3) Tabulasi Silang Antara Pengetahuan ASI Eksklusif Dengan Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum Tabel 5.3 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan ASI Eksklusif Dengan Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum Di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tanggal 23 Maret sampai dengan 28 Maret Tahun 2009.

No 1 2 3

Kategori Pengetahuan Kurang Cukup Baik Total

Kurang 0 7 5 12

Kategogi Teknik Menyusui % Cukup % Baik 0,0 % 0 0,0 % 0 19,4 % 4 11,1 % 0 13,8 % 12 33,3 % 8 33,3 % 16 44,4 % 8

% 0,0 % 0,0 % 22,2 % 22,2 %

Total 0 11 25 36 0,0 % 30,5 % 69,4 % 100 %

Sumber : Data primer penelitian tahun 2009 Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan tabulasi silang antara pengetahuan ASI eksklusif dengan teknik menyusui pada Ibu post partum, diperoleh deskripsi responden berdasarkan pengetahuan ASI eksklusif dengan teknik menyusui pada Ibu post partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tahun 2009 yaitu sebanyak 25 Responden (69,4 %) berpengetahuan baik, dan sebanyak 16 Responden (44,4 %) teknik menyusuinya cukup.

58

4) Hubungan Antara Pengetahuan ASI Eksklusif Dengan Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum.

Tabel 5.4 Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Pengetahuan ASI Eksklusif Dengan Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum Di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tanggal 23 Maret sampai dengan 28 Maret Tahun 2009.
Cor relations Teknik Pengetahuan Menyus ui 1,000 ,474** , ,003 36 36 ,474** 1,000 ,003 , 36 36

Spearman's rho

Pengetahuan

Teknik Meny usui

Correlation Coef f ic ient Sig. (2-tailed) N Correlation Coef f ic ient Sig. (2-tailed) N

**. Correlation is s ignif icant at the .01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan hasil uji statistik dengan menggunakan korelasi Spearman Rho antara pengetahuan ASI eksklusif dengan teknik menyusui pada Ibu post partum didapatkan tingkat kemaknaan p (0,003) (0,01) dan mempunyai arah korelasi sejajar searah artinya semakin baik pengatahuan tentang ASI eksklusif, maka semakin baik teknik menyusui pada Ibu post partum, dengan koefisien korelasi 0,474 artinya mempunyai koefisien korelasi yang sedang. Ho ditolak dan H1 diterima artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ASI eksklusif dengan teknik menyusui pada Ibu post partum di Desa Bedali Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Tahun 2009.

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1 Pengetahuan ASI Eksklusif Pada Ibu Post Partum Berdasarkan hasil penelitian ini pada table 5.1 didapatkan tingkat pengetahuan responden tentang ASI eksklusif sebagian besar baik yaitu sebanyak 25 responden (69,4%). Pengetahuan yang baik ini didukung oleh faktor pendidikan, di mana tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SLTA (47 %) dan relatif lebih baik dari pada responden yang berpendidikan SD dan SLTP. Tingkat pendidikan yang tinggi memungkinkan tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu tentang ASI lebih baik pula. Tingkat pendidikan yang baik ini juga mempengaruhi peningkatan kesadaran (awareness) ibu tentang teknik menyusui yang benar pada bayinya. Jenjang pendidikan SLTA pada sebagian besar responden memungkinkan responden lebih banyak mendapat informasi tentang teknik menyusui yang benar pada bayinya dari pada tingkat pendidikan dibawahnya, sehingga dapat menerapkan teknik menyusui yang benar pada bayinya. Faktor lain yang juga mempengaruhi tingkat pengetahuan sebagian besar responden pada penelitian ini adalah saat ini sudah banyak tersedia media informasi baik media elektronik maupun media massa yang lain yang menyajikan informasi tentang teknik menyusui yang benar. Hal ini merupakan suatu bentuk edukasi persuasif kepada masyarakat yang secara lambat laun dapat

60

meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI pada bayi sampai usia 6 bulan. Dengan demikian secara perlahan-lahan hal itu akan merubah perilaku Faktor lingkungan sosial juga mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu tentang pentingnya pemberian ASI pada bayi sampai usia 6 bulan. Pada penelitian ini lingkungan sosial responden adalah lingkungan yang

berpendidikan sehingga lebih banyak informasi yang dapat diterima dari para Ibu yang lain di lingkungannya sehingga penegtahuan ibu lebih meningkat. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang malakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu dalam hal ini adalah melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga dan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Jadi pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah orang melakukan penginderaan melalui panca indera yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan dalam mempergunakan suatu tindakan dalam hal ini menyangkut pengetahuan ibu post partumtentang pemberian ASI eksklusif. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan, pengalaman, usia, penyuluhan, media massa televisi dan sosial budaya (Notoatmodjo, 2001).

61

6.2 Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum Berdasarkan hasil penelitian ini pada tabel 5.2 didapatkan sebagian responden menerapkan teknik menyusui yang cukup pada bayinya yaitu sebanyak 16 responden (44,4%). Penerapan teknik menyusui yang benar pada penelitian ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antar lain adalah faktor pengetahuan Ibu tentang pentingnya pemberian ASI yang benar pada bayi, kondisi fisik Ibu terutama yang menyangkut anatomi dan fisiologi payudara. Faktor hormonal yang

memproduksi dan mengeluarkan ASI (prolactin dan oxytocin) Faktor pekerjaan ibu juga mempengaruhi penerapan teknik menyusui yang benar. Pada penelitian ini sebagian besar responden tidak bekerja (Ibu rumah tangga) sehingga lebih banyak memiliki waktu luang untuk bayinya. Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah kesehatan bayi yang diberi ASI. Bayi yang dalam keadaan sehat akan dapat menerima ASI dengan baik. Sebaliknya kondisi bayi yang dalam keadaan sakit tidak akan dapat menerima ASI yang diberikan ibunya dengan baik sehingga teknik menyusui yang diterapkan oleh Ibunya menjadi terhambat. Faktor yang mempengaruhi teknik menyusui : 1. Pengalaman Pengalaman Ibu dalam menyusui menunjang keberhasilan teknik menyusui yang benar, dalam hal ini pengalaman dapat digunakan sebagai cara untuk memperbaiki cara menyusui yang kurang benar.

62

2. Waktu dan tempat Menyusui membutuhkan waktu dan kondisi yang nyaman, sehingga perlu disiapkan kondisi yang aman dan tenang sehingga ibu dan bayi merasa nyaman tanpa ada gangguan, Agar menyusui berjalan lancar. 3. Pendidikan juga mempengaruhi teknik menyusui pada Ibu post partum, karena dengan pendidikan yang lebih tinggi Ibu mendapatkan informasi banyak dalam teknik menyusui yang benar 4. Keadaan Ibu dan bayi Keadaan Ibu dan bayi yang sehat akan mempengaruhi teknik pemberian ASI, Karena keadaan sehat pada Ibu dan bayi menunjang proses keberhasilan teknik menyusui (Perinasia, 1994). Tampak bahwa penerapan teknik menyusui tidak selalu dipengaruhi oleh pengetahuan, dan pengatahuan baik belum tentu menerapkan teknik menyusui yang baik pula, demikian sebaliknya.kenyataan ini didukung / dibuktikan dari jawaban pertanyaan teknik menyusui pada ceklist yang sebagian responden pada katagori yang cukup. Hal ini dimungkinkan karena teknik menyusui pada ibu post partum belum begitu diterapkan, faktor budaya, kebiasaan dan pengalaman yang kurang dan belum mengerti tentang pentingnya penerapan teknik menyusui yang baik dan benar.

63

6.3 Hubungan Antara Pengetahuan ASI Eksklusif Dengan Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum Hasil pengolahan data dengan menggunakan uji statistik spearman rho diperoleh hasil penelitian bahwa pengetahuan ASI eksklusif dengan teknik menyusui pada Ibu post partum menunjukkan tingkat kemaknaan p = 0,003 pada tingkat = 0,01 dengan koefisien korelasi 0,474 artinya mempunyai kekuatan hubungan yang sedang. Hipotesis (H1) diterima artinya ada hubungan siknifikan antara pengetahuan ASI eksklusif dengan teknik menyusui pada Ibu post partum dan mempunyai arah korelasi sejajar searah artinya semakin baik pengatahuan tentang ASI eksklusif, maka semakin baik teknik menyusui pada Ibu post partum. Pada tabel 5.3 didapatkan sebagian besar dari Ibu mempunyai pengetahuan baik sebesar 25 responden (69,4%), dari pengumpulan data diperoleh tingkat pendidikan responden sebagian besar (47%) adalah SLTA sehingga tingkat pemahaman klien relatif baik. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu tindakan, secara psikologias akan mendorong kesadaran orang tersebut untuk mengikuti dengan baik bahkan memiliki komitmen yang sangat tinggi untuk melakukan tindakan yang diperlukan sesuai dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini relevan jika dikaikan dengan teori Notoadmodjo (2003) yang memberikan gambaran pemahaman pengetahuan pada tingkat kognitif yang merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan seseorang.

64

Pemahaman tentang teknik menyusui yang baik dan benar tidak selalu didorong oleh adanya pemahaman pengetahuan, ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden yang baik sebagai aspek kognitif belum dapat menggerakkan seseorang untuk dapat menerapkan teknik menyusui yang baik dan benar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden memberi jawaban cukup pada pertanyaan ceklis teknik menyusui. Hal ini didukung dari hasil jawaban ceklis yang diperoleh dari 36 responden didapatkan sebanyak 16 responden (44,4%) memberi jawaban cukup dalam menerapkan teknik menyusui pada bayinya. Bila seseorang telah memahami tentang teknik menyusui yang benar, maka seseorang akan dapat mengadopsi dan mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari-harinya untuk menerapkan teknik menyusui yang baik dan benar. Habit / kebiasaan yang telah dilaksanakan sehari-hari akan membentuk suatu perilaku bagi individu. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (1993) bahwa memahami merupakan domain kognitif tingkatan yang kedua. Setelah proses memahami maka individu akan mengaplikasikan apa yang dipahaminya kemudian menganalisis, mensintesa dan mengevaluasi. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Roger yang dikutip dari Notoatmodjo (1993) menyatakan bahwa penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari

65

oleh pengetahuan, kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Faktor lain yang mempengaruhi penerapan teknik menyusui yang cukup baik pada penelitian ini adalah pekerjaan responden. Di dalam penelitian ini sebagian besar responden tidak bekerja sehingga lebih banyak mempunyai waktu luang dalam merawat bayinya termasuk dalam hal cara menyusui yang benar dan lama menyusui. Bagi Ibu yang bekerja di luar rumah relatif lebih sedikit mempunyai waktu untuk merawat bayinya. Frekwensi meneteki menjadi berkurang, faktor kelelahan sehabis bekerja juga mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis ibu di dalam menerapkan teknik menyusui yang baik dan benar. Faktor kesehatan fisik dan psikologis Ibu sangat menentukan teknik menyusui yang benar pada bayinya. Kondisi fisik Ibu yang sehat dapat membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi ASI. Faktor fisik ini juga berkaitan erat dalam proses laktasi. Sedangkan faktor psikologis juga mempengaruhi teknik menyusui dalam proses Bonding dan Attachment. Jenis hormon yang sangat berkaitan dengan proses laktasi adalah hormon prolaktin dan oxytocin. Hormon prolaktin berperan di dalam produksi ASI, sedangkan hormon oxytocin berperan penting dalam pengeluaran ASI saat bayi menetek. Kondisi psikologis/emosional ibu yang tidak stabil menimbulkan keengganan ibu untuk meneteki bayinya. Faktor makanan dan obat-obatan yang dikonsumsi Ibu sangat menentukan juga teknik menyusui. Makanan yang mengandung zat-zat gizi yang berkualitas akan menghasilkan ASI yang berkualitas pula, karena ASI

66

sendiri dibuat dari dari zat-zat makanan yang diambil dari darah Ibu. Obatobatan yang dikonsumsi ibu juga mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI. Umur ibu juga turut mempengaruhi penerapan teknik menyusui. Umur ini berkaitan erat dengan kondisi fisik dan psikologis Ibu. Pada penelitian ini sebagian besar responden berumur antara 21-25 tahun (55%). Rentang umur tersebut merupakan umur yang cukup matang bagi Ibu baik dari segi fisik maupun segi psikologis di dalam tanggung jawab merawat seorang bayi. Dalam usia yang cukup matang dari segi fisik, seorang Ibu mampu mempunyai status kesehatan yang optimal karena dikaitkan dengan kehamilan maka rentang usia tersebut tidak termasuk dalam golongan resiko tinggi Ibu hamil sehingga relatif tidak ada komplikasi kehamilan dan persalinan pada Ibu yang berkaitan dengan proses laktasi selanjutnya. Segi psikologis usia yang sudah matang seorang ibu mampu menerima bayinya dan menyadari bahwa bayinya merupakan penerusnya yang harus dirawat dengan baik dan benar.

6.4 Kelemahan Penelitian (Keterbatasan) 6.4.1 Instrumen / alat ukur dalam pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner berupa pertanyaan tertutup memungkinkan ketelitian responden terhadap pertanyaan serta memiliki kelemahan untuk diisi apa adanya atau menurut subjektifitas responden, sehingga hasilnya kurang terwakili secara kualitatif 6.4.2 Isi dalam variabel penelitian ini kurang mewakili pernyataan tentang pengetahuan ASI eksklusif dan teknik menyusui sehingga hasilnya kurang representatif untuk mewakili seluruh pernyataan pengetahuan dan teknik menyusui. .

67

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: 7.1.1 Sebagian besar responden dalam penelitian ini mempunyai tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif yang baik yaitu sebesar 25 responden (69,4%) dari total keseluruhan responden yang diteliti memberi jawaban baik pada pertanyaan kuesioner yang diberikan. 7.1.2 Sebagian responden menerapkan teknik menyusui pada bayinya adalah cukup yaitu sebesar 16 responden (44,4%) dari total keseluruhan responden yang diteliti memberi jawaban cukup pada pertanyaan kuesioner yang diberikan. 7.1.3 Adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan ASI eksklusif dengan teknik menyusui pada ibu post partum di Desa Bedali kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri, dengan tingkat kemaknaan p = 0,003 pada tingkat = 0,05 dengan koefisien korelasi 0,474 artinya mempunyai koefisien korelasi yang sedang, mempunyai arah korelasi yang sejajar searah artinya semakin baik pengetahuan tentang ASI eksklusif, maka semakin baik teknik menyusui pada Ibu post partum. 7.2 Saran 7.2.1 Penelitian selanjutnya

68

Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat lebih spesifik dalam menentukan instrumen, variabel penelitian, metode penelitian dan waktu penelitian agar hasilnya lebih sempurna. 7.2.2 Lahan penelitian Hendaknya bagi tenaga kesehatan dan pengurus desa selalu memberikan informasi terutama yang berkaitan dengan pentingnya pemberian ASI pada bayi karena semakin banyak informasi yang diterima maka akan semakin tinggi tingkat pengetahuannya tentang pentingnya pemberian ASI yang benar pada bayi 7.2.3 Responden Hendaknya senantiasa menjaga kesehatan ibu dan bayi serta berusaha meningkatkan pengetahuan melalui berbagai media yang telah tersedia tentang teknik menyusui yang baik dan benar untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di dalam memberikan ASI kepada bayinya 7.2.4 Institusi pendidikan. Pendidikan sebagai tempat menuntut ilmu dan ajang pengembangan pendidikan hendaknya lebih memotifasi mahasiswa dalam belajar. Skripsi ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi pengembangan ilmu kebidanan sehingga dapat meningkatkan kesehatan bayi.

69

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi (2002), prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, PT. RINEKA CIPTA, Jakarta. Christina S Ibrahim (1980), Perawatan Kebidanan Jilid III, Bratara Karya Aksara Jakarta. Durdjati Sri B (1996), Pemberian Makanan Untuk Bayi (Dasar-dasar Fisiologis), PERINASIA, Jakarta Maria Surya Budi (1979), Cara Merawat Bayi Dan Anak, Pioner, Jaya Bandung. Notoatmodjo, Soekidjo (1993), Pengantar Pendidikan Kesehatan Dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Andi Offset, Jogjakarta. Notoatmodjo, Soekidjo (2003), Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, PT. RHINEKA CIPTA, Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo (2005), Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. RHINEKA CIPTA, Jakarta. Nursalam (2001), Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, CV. SAGUNG SETO, Jakarta. Nursalam (2002), Metodologi Riset Keperawatan, CV. SAGUNG SETO, Jakarta. Nursalam (2003), Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, SALEMBA MEDIKA, Jakarta. Oswari E. (1997), Perawatan Ibu Hamil Dan Bayi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Perinasia ( 1994 ), Menyusui, Wito, Jakarta

70

Purwanto, Heri (1999), Pengantar Perilaku Manusia, ECG, Jakarta. Savage King (1991), Menolong Ibu Menyusui,GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA, Jakarta Singgih Dirgagunarsa, (1975), Pengantar Psikologi, MUTIARA, Jakarta. Soetjiningsih, (1997), Asi Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, EGC, Jakarta. Soetjiningsih (1995), Tumbuh Kembang Anak, LAB. IKA UNAIR, Surabaya. Subdit Penyuluhan Kesehatan (1994), Pedoman Bagi Prokesa, Bagian Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat PROP. JATIM, Surabaya. Sugiyono (2004), Metode Penelitian Administrasi, CV. ALFABETA, Bandung. Sugiyono (2005), Metode Penelitian Bisnis, CV. ALFABETA, Bandung. Widayatun, Rusmi (1999), Ilmu Perilaku, CV. SAGUNG SETO, Jakarta. Depkes RI (1992), Asi Dan Rawat Gabung, Depkes RI, Jakarta. Depkes RI (1993), Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga, Depkes Ri, Jakarta. Depkes RI (1991), Manajemen Laktasi, Dirjen Pelayanan Medis, Jakarta Depkes RI (1992), Perawatan Anak Di Puskesmas, Depkes RI, Jakarta. IDI Vol. 43 (1993), Persepsi Dan Perilaku Menyusui Bayi, IDI Jakarta.

71

Lampiran 1 HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN TEHNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI DESA BEDALI, NGANCAR KEDIRI LEMBAR PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN Kediri, Maret 2009 Kepada Yth. Ny. . Di Desa Bedali, Ngancar-Kediri

Dengan hormat, Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama NIM Status : Sukomiharjo : 001136019 : Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Bhakti Mulia Pare-Kediri Bahwa saya akan mengadakan penelitian sebagai tugas akhir dalam rangka menyesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Bhakti Mulia Pare-Kediridengan judul skripsi saya Hubungan Antara Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum Di Desa Bedali, Ngancar-Kediri 2009. Dalam hal ini saya mengharapkan Ibu bersedia menjadi responden dalam

72

penelitian ini dengan mengisi kuesioner (pertanyaan) yang saya berikan. Partisipasi Ibu dalam penelitian ini sifatnya bebas, tanpa paksaan atau sanksi dalam bentuk apapun, dan mengenai identitas atau data Ibu akan dirahasiakan oleh peneliti. Apabila Ibu bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini, dimohon untuk mengisi lembar pernyataan persetujuan menjadi responden yang telah disediakan. Demikian informasi penelitian ini saya buat, atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Kediri, ...... Maret 2009 Pemohon

Sukomiharjo

73

Lampiran 2 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN TEHNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI DESA BEDALI, NGANCAR - KEDIRI

LEMBAR PERSETUJUAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini saya : Nama Umur Pendidikan Pekerjaan : ............................ : ............................ : ............................ : ............................

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta mengetahui manfaat dan resiko penelitian dengan judul karya tulis Hubungan Antara Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum Di Desa Bedali, Ngancar-Kediri 2009. Bila penelitian yang diajukan menimbulkan ketidak nyamanan bagi saya, peneliti akan menghentikan penelitian ini dan saya berhak untuk mengundurkan diri. Bersedia / Tidak Bersedia* Untuk berpartisipasi menjadi responden tanpa adanya pihak dari manapun. Segala informasi, pendapat, dan identitas yang terkait dengan penelitian ini dijamin kerahasiaannya. Kediri, ...... Maret 2009 Peneliti Kediri, ...... Maret 2009 Responden

Sukomiharjo NIM. 001136019


Keterangan : * Coret yang tidak perlu

74

Lampiran 3 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DENGANTEHNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI DESA BEDALI, NGANCAR KEDIRI LEMBAR KUESIONER PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF Tanggal Penelitian : ................................

No. Kode Responden : ................................ I. Identitas Responden Umur ibu /bayi Pendidikan Pekerjaan : ............................... : ............................... : ...............................

II. Petunjuk Pengisian Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda () pada setiap jawaban yang anda pilih. III. Lembar Kuesioner No 1. 2. Soal ASI eksklusif adalah menyusui bayi selama 6 bulan tanpa makanan pendamping ASI (MP-ASI) Kandungan gizi dalam ASI banyak mengandung zat kekebalan tubuh (daya tahan tubuh) untuk kesehatan bayi Dengan minum ASI bayi akan tidak mudah terserang penyakit Sebelum menyusui bayi ASI tidak perlu dikeluarkan dan dioleskan pada puting susu ibu Pada saat menyusui bayi diletakkan dekat dengan ibu dan menyentuh kulit ibu. Ibu menyusui bayinya dalam waktu 10 sampai 15 menit pada satu payudara dan 10 sampai 15 menit pada payudara satunya Ibu selalu menyusui banyinya setiap 2 jam sekali Ibu menyimpan ASI didalam lemari es selama dua hari saja Benar Salah

3. 4. 5. 6.

7. 8.

75

9. 10. 11 12 13 14 15

16 17 18 19

20

Jika ibu makan yang bergizi dan banyak mengkonsumsi sayuran, ASI yang keluar akan lebih banyak. Apa ASI Ibu keluar sedikit pada saat Ibu kurang istirahat. Apakah Ibu selalu mencuci tangan sebelum menyusui Apakah Ibu membersihkan puting susu sebelum menyusui Pada waktu menyusui ibu memposisikan bayi menghadap perut/ payudara ibu Meletakkan ibu jari di atas payudara dan jari lain menyangga dibawah payudara Apakah Ibu merangsang bayi untuk membuka mulut, dengan menyentuh ujung mulut bayi dengan tangan atau puting Apakah Ibu mendekatkan payudara (puting dan areola) ke mulut bayi Apakah Ibu menyusui bayinya sampai payudara terlihat kosong dan memindah pada payudara yang satu Pada waktu menyusui dibutuhkan waktu 10-15 menit Apakah Ibu melepaskan isapan bayi dengan cara memasukkan jari kelingking ibu kemulut bayi dan dagu bayi ditekan ke bawah Apakah Ibu menyendawakan bayi setelah disusui

76

Lampiran 4 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DENGANTEHNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI DESA BEDALI, NGANCAR KEDIRI LEMBAR OBSERVASI TEKNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM Tanggal Penelitian : ................................

No. Kode Responden : ................................ I. Identitas Responden Nama Umur ibu /bayi Pendidikan Pekerjaan : ............................... : ............................... : ............................... : ...............................

II. Petunjuk Pengisian Jawaban pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda ( ) pada setiap jawaban yang anda dipilih. III. Lembar Ceklist Pernyataan Ibu selalu mencuci tangan sebelum menyusui Ibu membersihkan puting susu sebelum menyusui 3. Pada waktu menyusui ibu memposisikan bayi menghadap perut/ payudara ibu 4. Meletakkan ibu jari di atas payudara dan jari lain menyangga dibawah payudara 5. Ibu merangsang bayi untuk membuka mulut, dengan menyentuh ujung mulut bayi dengan tangan atau puting 6. Ibu mendekatkan payudara (puting dan areola) ke mulut bayi 7. Ibu menyusui bayinya sampai payudara terlihat kosong dan memindah pada payudara yang satu 8. Pada waktu menyusui dibutuhkan waktu 10-15 menit 9. Ibu melepaskan isapan bayi dengan cara memasukkan jari kelingking ibu kemulut bayi dan dagu bayi ditekan ke bawah 10. Ibu menyendawakan bayi setelah disusui No 1. 2. Ya Tidak

77

Lampiran 5 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DENGANTEHNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI DESA BEDALI, NGANCAR KEDIRI TABULASI DATA PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF
N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 3 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 5 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 6 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 8 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 9 10 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 11 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 No Soal 12 13 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 14 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 15 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 16 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 17 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 18 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 19 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 20 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 Ttl Skor 18 15 16 18 12 17 18 12 16 18 16 17 12 16 17 13 16 16 17 12 18 18 12 19 12 17 16 18 12 17 16 13 14 16 16 17 % 90 75 80 90 60 85 90 60 80 90 80 85 60 80 85 65 80 80 85 60 90 90 60 95 60 85 80 90 60 85 80 65 70 80 80 85 Kriteria Kode Baik Cukup Baik Baik Cukup Baik Baik Cukup Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Cukup Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Cukup Baik Cukup Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Cukup Cukup Baik Baik Baik 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3

78

Lampiran 6 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DENGANTEHNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI DESA BEDALI, NGANCAR KEDIRI TABULASI DATA TEKNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM

Kod e Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

No Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0

1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1

Tota l Skor 6 2 5 2 5 8 6 3 8 6 3 8 2 6 8 2 6 3 9 5 5 3 5 6 3 8 6 6

Prosentas e 60 20 50 20 50 80 60 30 80 60 30 80 20 60 80 20 60 30 90 50 50 30 50 60 30 80 60 60

Kriteri a Cukup Kurang Cukup Kurang Cukup Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Kurang Cukup Baik Kurang Cukup Kurang Baik Cukup Cukup Kurang Cukup Cukup Kurang Baik Cukup Cukup

Kod e 2 1 2 1 2 3 2 1 3 2 1 3 1 2 3 1 2 1 3 2 2 1 2 2 1 3 2 2

79

29 30 31 32 33 34 35 36

0 0 1 1 0 1 1 1

0 1 0 0 0 0 1 0

1 0 1 1 1 0 1 1

0 1 0 1 0 0 0 1

0 1 0 0 0 1 0 0

1 0 0 1 0 0 1 1

0 0 1 1 0 0 1 1

0 1 0 0 0 0 1 0

0 0 0 0 1 1 1 1

1 1 0 0 0 0 1 0

3 5 3 5 2 3 8 6

30 50 30 50 20 30 80 60

Kurang Cukup Kurang Cukup Kurang Kurang Baik Cukup

1 2 1 2 1 1 3 2

80

LAMPIRAN 7
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DENGANTEHNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI DESA BEDALI, NGANCAR KEDIRI UJI VALIDITAS DATA PENGETAHUAN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 X2 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 X3 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 X4 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 X5 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 X6 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 X7 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 X8 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 X9 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 X10 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 Y 3 2 3 3 10 9 10 10 10 10

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 1


Cor relations Y 1,000 , 10 ,772** ,009 10 X1 ,772** ,009 10 1,000 , 10

X1

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

**. Correlation is s ignif icant at the 0.01 level (2-tailed).

Pembacaan: Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,772 Artinya : tingkat validitas butir tes no 1 termasuk cukup

81

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 2


Cor relations Y 1,000 , 10 ,838** ,002 10 X2 ,838** ,002 10 1,000 , 10

X2

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

**. Correlation is s ignif icant at the 0.01 level (2-tailed).

Pembacaan: Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,838 Artinya : tingkat validitas butir tes no2 termasuk cukup Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 3
Cor relations Y 1,000 , 10 ,705* ,023 10 X3 ,705* ,023 10 1,000 , 10

X3

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

*. Correlation is s ignif icant at the 0.05 level (2-tailed).

Pembacaan: Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,705 Artinya : tingkat validitas butir tes no 3termasuk cukup Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 4
Cor relations Y 1,000 , 10 ,705* ,023 10 X4 ,705* ,023 10 1,000 , 10

X4

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

*. Correlation is s ignif icant at the 0.05 level (2-tailed).

Pembacaan: Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,705 Artinya : tingkat validitas butir tes no 4 termasuk cukup

82

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 5


Cor relations Y 1,000 , 10 ,716* ,020 10 X5 ,716* ,020 10 1,000 , 10

X5

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

*. Correlation is s ignif icant at the 0.05 level (2-tailed).

Pembacaan: Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,716 Artinya : tingkat validitas butir tes no 5 termasuk cukup Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 6
Cor relations Y 1,000 , 10 ,640* ,046 10 X6 ,640* ,046 10 1,000 , 10

X6

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

*. Correlation is s ignif icant at the 0.05 level (2-tailed).

Pembacaan: Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,640 Artinya : tingkat validitas butir tes no 6 termasuk cukup Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 7
Cor relations Y 1,000 , 10 ,854** ,002 10 X7 ,854** ,002 10 1,000 , 10

X7

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

**. Correlation is s ignif icant at the 0.01 level (2-tailed).

Pembacaan: Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,854 Artinya : tingkat validitas butir tes no 7 termasuk tinggi

83

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 8


Cor relations Y 1,000 , 10 ,772** ,009 10 X8 ,772** ,009 10 1,000 , 10

X8

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

**. Correlation is s ignif icant at the 0.01 level (2-tailed).

Pembacaan: Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,772 Artinya : tingkat validitas butir tes no 8 termasuk cukup Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 9
Cor relations Y 1,000 , 10 ,716* ,020 10 X9 ,716* ,020 10 1,000 , 10

X9

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

*. Correlation is s ignif icant at the 0.05 level (2-tailed).

Pembacaan: Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,716 Artinya : tingkat validitas butir tes no 9 termasuk cukup Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 10
Cor relations Y 1,000 , 10 ,983** ,000 10 X10 ,983** ,000 10 1,000 , 10

X10

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

**. Correlation is s ignif icant at the 0.01 level (2-tailed).

Pembacaan: Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,983 Artinya : tingkat validitas butir tes no 10 termasuk tinggi

84

Lampiran 8 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DENGANTEHNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI DESA BEDALI, NGANCAR KEDIRI UJI VALIDITAS DATA TEKNIK MENYUSUI No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 X2 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 X3 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 X4 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 X5 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 X6 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 X7 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 X8 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 X9 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 X10 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 Y 4 2 3 2 9 9 10 10 10 10

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 1


Cor relations X1 1,000 , 10 ,983** ,000 10 Y ,983** ,000 10 1,000 , 10

X1

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

**. Correlation is s ignif icant at the 0.01 level (2-tailed).

Pembacaan: Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,983 Artinya : tingkat validitas butir tes no 10 termasuk tinggi

85

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 2


Cor relations Y 1,000 , 10 ,711* ,021 10 X2 ,711* ,021 10 1,000 , 10

X2

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

*. Correlation is s ignif icant at the 0.05 level (2-tailed).

Pembacaan: Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,711 Artinya : tingkat validitas butir tes no 2 termasuk cukup Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 3
Cor relations Y 1,000 , 10 ,740* ,014 10 X3 ,740* ,014 10 1,000 , 10

X3

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

*. Correlation is s ignif icant at the 0.05 level (2-tailed).

Pembacaan: Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,740 Artinya : tingkat validitas butir tes no 3 termasuk cukup Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 4
Cor relations Y 1,000 , 10 ,740* ,014 10 X4 ,740* ,014 10 1,000 , 10

X4

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

*. Correlation is s ignif icant at the 0.05 level (2-tailed).

Pembacaan: Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,740 Artinya : tingkat validitas butir tes no 4 termasuk cukup

86

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 5


Cor relations Y 1,000 , 10 ,740* ,014 10 X5 ,740* ,014 10 1,000 , 10

X5

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

*. Correlation is s ignif icant at the 0.05 level (2-tailed).

Pembacaan: Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,740 Artinya : tingkat validitas butir tes no 5 termasuk cukup Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 6
Cor relations Y 1,000 , 10 ,687* ,028 10 X6 ,687* ,028 10 1,000 , 10

X6

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

*. Correlation is s ignif icant at the 0.05 level (2-tailed).

Pembacaan: Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,687 Artinya : tingkat validitas butir tes no 6 termasuk cukup Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 7
Cor relations Y 1,000 , 10 ,687* ,028 10 X7 ,687* ,028 10 1,000 , 10

X7

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

*. Correlation is s ignif icant at the 0.05 level (2-tailed).

Pembacaan: Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,687 Artinya : tingkat validitas butir tes no 7 termasuk cukup

87

Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 8


Cor relations Y 1,000 , 10 ,804** ,005 10 X8 ,804** ,005 10 1,000 , 10

X8

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

**. Correlation is s ignif icant at the 0.01 level (2-tailed).

Pembacaan: Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,804 Artinya : tingkat validitas butir tes no 8 termasuk tinggi Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 9
Cor relations Y 1,000 , 10 ,638* ,047 10 X9 ,638* ,047 10 1,000 , 10

X9

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

*. Correlation is s ignif icant at the 0.05 level (2-tailed).

Pembacaan: Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,638 Artinya : tingkat validitas butir tes no 8 termasuk cukup Correlations:Uji Validitas Butir Test Nomor 10
Cor relations Y 1,000 , 10 ,804** ,005 10 X10 ,804** ,005 10 1,000 , 10

X10

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

**. Correlation is s ignif icant at the 0.01 level (2-tailed).

Pembacaan: Didapatkan nilai r atau pearson correlation 0,804 Artinya : tingkat validitas butir tes no 8 termasuk tinggi

88

Lampiran 9 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DENGANTEHNIK MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM DI DESA BEDALI, NGANCAR KEDIRI HASIL UJI STATISTIK DENGAN SPSS

Frequencies
Statistics Teknik Menyus ui 36 0 1,89 2,00 2 ,75 ,56 2 1 3

N Mean Median Mode Std. Deviation V arianc e Range Minimum Max imum

V alid Mis sing

Pengetahuan 36 0 2,69 3,00 3 ,47 ,22 1 2 3

Frequency Table
Penge tahuan Cumulativ e Percent 30,6 100,0

Valid

2 3 Total

Frequenc y 11 25 36

Percent 30,6 69,4 100,0

Valid Percent 30,6 69,4 100,0

Tek nik M enyus ui Cumulativ e Percent 33,3 77,8 100,0

V alid

1 2 3 Total

Frequenc y 12 16 8 36

Percent 33,3 44,4 22,2 100,0

V alid Percent 33,3 44,4 22,2 100,0

89

Descriptives
Des criptive Statis tics N Pengetahuan Teknik Menyusui Valid N (lis tw ise) 36 36 36 Minimum 2 1 Max imum 3 3 Mean 2,69 1,89 Std. Deviation ,47 ,75

Crosstabs
Cas e Proce ss ing Summ ary Cases Missing N Percent 0 ,0%

N Pengetahuan * Pola Laktasi

Valid Percent 36 100,0%

Total Percent 36 100,0%

Pengetahuan * Tek nik Me nyus ui Cross tabulation Count Teknik Meny us ui 1 2 7 4 5 12 12 16 3 8 8 Total 11 25 36

Pengetahuan Total

2 3

Nonparametric Correlations
Cor relations Teknik Pengetahuan Menyus ui 1,000 ,474** , ,003 36 36 ,474** 1,000 ,003 , 36 36

Spearman's rho

Pengetahuan

Teknik Meny usui

Correlation Coef f ic ient Sig. (2-tailed) N Correlation Coef f ic ient Sig. (2-tailed) N

**. Correlation is s ignif icant at the .01 level (2-tailed).

90

Você também pode gostar