Você está na página 1de 5

D.

SISTEMATIKA MASALAH

Struktur Makroskopis & Mikroskopis Regio Colli

Pembentukan Sekresi Regulasi Hormon Thyroid Mekanisme Hipertiroidisme

Sistem Endokrin

Penyebab Bejolan Pada Leher

Macam Kelenjar Endokrin

Pemeriksaan Kelenjar Tiroid

E. SASARAN BELAJAR 1. Jelaskan struktur makroskopis dan mikroskopis regio Colli 2. Apa penyebab dari Benjolan pada leher? 3. Macam-macam hormon yang di hasilkan kelenjar tiroid 4. Macam-macam kelenjar tiroid 5. Pembentukan hormon tiroid, sekresi hormon tiroid, regulasi horon tiroid 6. Mekanisme dan penyebab takikardi, eksophtalmus, dan tremor 7. Penyebab terjadinya dada berdebar-debar, berkeringat, gemetar, dan berat badan menurun 8. Mekanisme penyebab hipertiroidisme

9. Pemeriksaan kelenjar tiroid

Regio Colli Batas atas : tepi bawah mandibula, angulus mandibula, processus mastoideus, linea nuchalis superior dan protuberentia. Batas bawah : incisura juguaris sterni, dataran atas clavicula, articulatio acromioclavicularis, spinosus vertebra cervicalis VII. 1. Sususan dinding leher a. kulit b. fascia cervicalis superficialis c. fascia cervicalis profunda 1. lamina superficialis 2. lamina pretrachealis 3. lamina prevertebralis 2. Musculus a. m.platysma myoides b. m.sternocelidomastoideus c. m.trapezius d. m.splenius capitis e. m.levator scapulae f. m.semispinalis capitis g. mm.suprahyoidei h. mm.infrahyoidei i. mm.scaleni j. m longus colli k. m.longus capitis l. m.rectus capitis anterior m. m rectus capitis 3. Limfatik Semua pembulu limpe dari kepala dan leher ditampung oleh nnll. Cervicalis profunda, nnll. Cervicalis superficialis kan mencurahkan isinya ke nnll. Cervicalis profunda. Kemudian dari nnll. Cervicales profundi akan mengalirkan limfe ke dalam runcus jugularis dan akhirnya ke ductus thoracicus (sisi kiri) dan ductus lymphaticus dexter (sisi kanan). 4. Trigonum cervicale Leher dibagi menjadi trigonum cervicale anterius dan posterius oleh m sternocleidomastoideus. a. Trigonum cervicale posterius 1. Trigonum occipitale 2. Trigonum supraclaviculare/ subclavia/ omoclaviculare b. Trigonum cervicale anterius

1. 2. 3. 4.

Trigonum submental Trigonum Submandibulare/ digastricus Trigonum Caroticum Trigonum Musculare/ omotrecheale

Viscera colli 1. Glandula thyroidea Arteri - A. Thyroidea superior, cabang a. Carotis externa - A. Thyroidea inferior, cabang truncus thyrocervicalis - A. Thyroidea ima, cabang a. Anonyma/ arcus aorta dan aa. Thyroidea accesoria cabang r. Trachealis/ r. Oesophageales vena - v. Thyroidea supeior, berakhir pda v. Facialis/ v. Jugularis interna - v. Thyroidea Media, berakhir pada v. Jugularis interna - v. Thyroidea Inferior, berakhir pada v. Brachiocephalica sinistra - v. Thyroidea quartana (kocher) keluar di antara v. Thyroidea media dan inferior untuk berakhir pada v. Jugularis interna nervi - postganglioner sympathis dari ganglion cervicale medius, dan sebagai dari ganglion cervicale superius dan inferius. Innervasi bersifat vasosecresi - preganglioner parasympathis, berjalan dalam n. Larygeus externus dan n.laryngeus reccurens. Innervasi bersifat secremotorik. Lymphe - Lymphe dicurahkan ke lnn. Coli profunda (grupanterior dari posteroinferior) dan sebagianke lnn. Pretrachelais. 2. Galndula Parathyroidea Arteri - A. Thyroidea superior - A. Thyroidea inferior Vena - V. Thyroidea - V. Trachea 3. Laring a. Cartilago thyroidea b. Cartilago cricoidea c. Epiglotis d. Cartilago Arytenoidea e. Cartilago Cornuculata f. Cartilago Cuneiformis - Musculus Eksterinsik : m.infrahyoidea = depresor os.hyoideum dan laryng m.suprahyoidea, m.stylopharinfeus - Intrinsik

Gerak laryng, mengubah panjang, ketegangan plica vocalis, luas dan bentuk rima glotis. Dipesarafi n. Laryngeus recurens cabang n. Vagus kecuali m. Cricoththyroideus, n laryngeus externus. 4. Faring a. Nasopharynx b. Oropharynx c. Laryngopharynx - Musculus Sirkuler : Sebelah luar m. Konstruktor superior, media, dan inferior. Fungsinya mendorong makan ke oseophagus. Longitudinal Sebelah dalam m. Palatopharingeus, m.stylopharyngeus, m.salphingopharyngeus. fungsinya elevator faring dan larynx saat menelan dan berbicara.

Hipertiroid berpengaruh terhadap fungsi ventrikel. Penderita hipertiroid menunjukan hipertrofi jantung. Pada hewan, percobaan yang mengalami hipertiroid dalam satu miggu pemberian T4 pada jantung terjadi peningkatan ukuran ventrikel sebesar 135%. Karena hormon tiroid meningkatkan sintesis protein jantung maka hal ini diduga sebagai penyebab hipertrofi jantug pada tiroid. Peningkatan kerja jantung mengakibatkan terjadinya hipertrofi jantung. Jaringan orbita dan otot-otot mata di infiltrasi oleh limfosit, sel mast, dan sel-sel plasma yang mengakibatkan eksophtalmus (protursi bola mata), okulopati kongestive dan kelemahan gerakan ekstraokular. Pada jantung, akan mengakibatkan peningkatan kerja otot jantung, sehingga denyut jantung meningkat bersamaan dengan meningkatnya kardiak output. Oleh karena itu, terjadi takikardia yang menyebabkan metabolisme basal semakin meningkat. Karena metabolisme basal naik dan tertimbunnya panas tubuh yang semakin lama semakin berlebih, maka terjadi intoleransi terhadap panas dari lingkungan. Oleh karena itu, pada pasien yang terkena hipertiroid umumnya cenderung memilih yang dingin. Selain itu, takikardi juga akan berbanding lurus dengan peningkatan tekanan darah serta palpitasi pada pasien hipertiroid.

Pada sistem darah, akan terjadi aksi sistem saraf perifer yang lebih cepat. Mekanisme kontraksi otot perifer umumnya di kontrol lewat cerebrum dan ganglion basalis. Namun, pada pasien hipertiroid terjadi rangsangan lebih pada ganglion basalis. Oleh karena itu, pada otot yang di ekstremitas terjadi kontraksi berlebih saat ada kegiatan yang akan mengakibatkan tremor. Pada hipertiroid, terbentuk suatu antibodi terhadap kelenjar hipertiroid itu sendiri, yang bernama cytotoxic antibodi yang merangsang peningkatan TSH-R (Thyroid Stimulating Hormone Reseptor) yang ada di fibroblas mata dan folikel tiroid. Peningkatan TSH-R itu juga akan merangsang limfosit sehingga mengakibatkan radang pada otot ekstraokular, proptosis dan diplopia yang meliputi kemerahan, kongesti, dan periorbita edema sehingga mengakibatkan eksophtalmus pada pasien penderita hipertiroid. Retensi ion natrium juga diketahui sebagai penyebab eksophtalmus. Pada hipertiroid, terjadi peningkatan metabolisme basal 60-100% diatas normal, sehingga lemak dan protein yang digunakan pada keadaan basal, akan mengalami lisis yang terjadi secara cepat. Oleh karena itulah, orang yang menderita hipertiroid berat badannya dapat menurun.

Você também pode gostar