Você está na página 1de 10

PENERAPAN MODEL ELABORASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS-TERPADU DI SMP NEGERI 2 LIKUPANG

Bakri Gobel Prof. Dr. W. Kakansing, M.Si Dra. J. L. Kambey, M.Si Pendidikan Ekonomi ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Likupang Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui Penerapan Model Elaborasi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS-Terpadu di SMP Negeri 2 Likupang dan diterapkan pada siswa VII C dari SMP tersebut Kriteria dan ukuran telah tuntas belajar secara individu apabila dalam penerapan model Elaborasi ini siswa dapat memperoleh nilai 75 atau Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75% atau lebih. Data dalam penelitian ini dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif analitik melalui presentase ketuntasan belajar. Berdasarkan data yang diperoleh nilai mata pelajaran siswa dikelas VII C dengan jumlah siswa 19 siswa pada siklus pertama, 15 siswa nilai yang di capai masih di bawah 70 dengan presentase ketuntasan 73,68 melalui penelitian pada siklus yang kedua ketuntasan belajar siswa telah mencapai 100% atau nilai yang di capai siswa 75 ini menunjukan bahwa proses pembelajaran dengan melalui penerapan model elaborasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran IPS-Terpadu di SMP Negeri 2 Likupang Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah, dengan menerapkan model elaborasi pada Mata Pelajaran IPS-Terpadu ternyata hasil belajar siswa meningkat. Kata Kunci : Model Elaborasi,Hasil Belajar.

PENDAHULUAN Pelajaran IPS-Terpadu merupakan mata pelajarn yang mudah tapi kurang dipahami siswa dan ini menjadi sedikit banyak ikut menjadi faktor pendorong kekurangnya keberhasilan pendidikan pada umumnya. Namun apabila meteri ini dipelajari dengan tekun dan dilandasi motivasi belajar yang tinggi maka kesulitan belajar akan teratasi. Hasil observasi di sekolah dimana cara belajar tergantung dari model penyajian materi pelajaran. Oleh karena itu guru hendaknya memiliki dan menggunakan strategi yang dapat melibatkan siswa aktif belajar, baik fisik maupun mental. Pencapaian hasil belajar yang optimal sebagai indicator keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oeh berbagai faktor yang berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain kurangnya motivasi siswa untuk mengembangkan bahan/materi pelajaran secara mandiri, hal ini Nampak pada hasil belajar siswa yang masih rendah dengan nilai ratarata yang diperoleh 6,8 kenyataan ini menunjukkan bahwa nilai sebagian siswa belum memenuhi Kriteria ketuntasan minimal (KKM) serendahrendahnya 75 sehingga perlu pengadaan suatu paket pembelajaran yang meterinya disusun sedemikian rupa aga siswa lebih mudah untuk memahaminya dan hasil belajar mereka meningkat. Dalam kenyataannya dari hasil pengamatan di SMP Negeri 2 Likupang masih menggunakan caracara yang kurang sesuai dengan materi dalam menggunakan metode

pengajaran terlebih dalam mengajar guru masih mengacu pada buku teks dan tidak ada variasi akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa. Berdasarkan kenyataan yang ada seperti yang dikemukakan di atas maka peneliti berusaha untuk mengatasinya dengan menggunakan model pembelajaran elaborasi dengan judul penelitian adalah; Penerapan Model Elaborasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS-Terpadu di SMP Negeri 2 Likupang Masalah dalam penelitian ini adalah: a. Masih rendahnya hasil belajar siswa b. Penggunaan model pembelajaran yang kurang sesuai Msalah di atas dapat dirumuskan sebagai berikut Apakah dengan penerapan model elaborasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPSTerpadu di Kelas VII C SMP Negeri 2 Likupang Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ; Apakah dengan penerapan model elaborasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS-Terpadu di Kelas VII C SMP Negeri 2 Likupang Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoritis Sebagai bahan bacaan dalam pengembangan ilmu pengetahuan Khususnya bidang pendidikan kepada para pembaca dalam memahami model pembelajaran elaborasi. 2) Manfaat Praktis Diharapkan dapat memberikan informasi kepada guru mengenai penggunaan

model elaborasi dalam kegiatan belajar mengajar dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran elaborasi adalah pembelajaran yang menambahkan ide tambahan berdasarkan apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya (Ormrod, 2006). Elaborasi adalah mengasosiasikan item agar dapat diingat dengan sesuatu yang lain, seperti frase, adegan , pemandangan, tempat, atau cerita (Papalia, 2004). Pembelajaran ini efektif digunakan apabila ide yang ditambahkan sesuai dengan penyimpulan. Implikasi dari strategi belajar ini adalah mendorong siswa untuk menyelami informasi itu sendiri, misalnya untuk menarik kesimpulan dan berspekulasi tentang implikasi yang mungkin. Elaborasi jelas membantu siswa belajar dan mengingat materi dalam kelas lebih efektif daripada jika tidak. Anak-anak mulai mengelaborasi pengalamannya sejak awal masa preschool (Fivush, Haden, & Adam, 1995 dalam Ormrod, 2006). Teori Elaborasi secara exclusive membicarakan mengenai macro level yang menggambarkan metode yang berkaitan dengan hubungan beberapa ide, seperti bagaimana merangkaikan ide-ide tersebut. Teori Elaborasi tidak berhubungan dengan strategic delivery dan management, walaupun itu merupakan variabel penting yang dibutuhkan untuk digabungkan kedalam beberapa teori dan model pembelajaran. Jika akan digunakan secara optimal dan menyeluruh untuk pengembangan pembelajaran dan perencanaan. Teori elaborasi hanya berkaitan dengan strategi organisasional pada macro level. Teori ini memulai pengajaran dengan memberikan penjelasan yang bersifat umum,

sederhana, mendasar tetapi tidak abstrak. Teori ini juga menggambarkan penggunaan rangkaian prerequisit dari bagian yang sederhana menuju rangkaian yang lebih compleks, dan memberikan tinjauan serta kesimpulan dengan cara yang sistimatis. Teori Elaborasi menyajikan tujuh komponen strategi : 1) Urutan elaboratif untuk struktur utama pengajaran 2) Variasi preskripsi untuk pengurutan dalam pengajaran individu suatu kurikulum ( termasuk urutan prasyarat belajar ). 3) Membuat ringkasan 4) Membuat sintesa 5) Membuat analogi 6) Aktivator strategi kognitive 7) Format kontrol siswa. Komponen tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut; Rangkaian elaborative Rangkaian elaborative merupakan sesuatu yang khas dari sederhana ke rangkaian kompleks. Rangkaian elaborative dari sederhana ke rangkaian yang lebih kompleks dimana,* Ide umum yang digambarkan tidak hanya meringkas ide yang ada * Penggambaran (epitomize) dilakukan berdasarkan pada tipe materi tunggal. Epitomizig vs Summarizing Penggambaran (epitomize) dan meringkas dibedakan dalam dua hal penting ; 1) Menyajikan bagian kecil ide yang telah dipelajari kelas 2) Menyajikannya secara konkrit, penu harti, pada tingkat aplikasi. Urutan prasyarat belajar Konsep Perubahan hubungan Komponen kritis pada konsep adalah: 1. mengenal atribut
3

2. hubungan diantaranya. Sedangkan komponen kritis pada prosedur adalah langkah yang digunakan dalam kasus : 1)deskripsi yang lebih detil pada tindakan 2) konsep yang berhubungan dengan tindakan . Membuat ringkasan Didalam pembelajaran sangat penting untuk meninjau secara sistimatik apa yang telah dipelajari. Meringkas adalah komponen strategi yang memberikan : - Pernyataan singkat pada tiap masalah/ide dan fakta yang telah dipelajari Contoh referensi untuk setiap masalah/ide - Beberapa diagnose, tes praktek untuk diri sendiri untuk tiap masalah/ide. Sintesa. Dalam pembelajaran sangat penting menggabungkan dan menghubungkan materi/ide yang yang telah dipelajari seperti : Memberikan macam-macam pengetahuan yang bernilai kepada pelajar . - Memberikan fasilitas pengertian yang mendalam pada indi-vidu melalui perbandingan dan perbedaan. Menambah efek motivasi dan keberartian pada pengetahuan baru Menambah ingatan dengan menambah kreasi yang berhubungan pengetahuan baru dan diantara pengetahuan baru dengan siswa yang relevan dengan pengetahuan sebelumnya. Analogi Analogi adalah komponen strategi yang penting dalam

pembelajaran karena ini akan membuat lebih mudah untuk mengerti masalah/ide Activator Strategi Kognitif Pembelajaran akan lebih efektif untuk memperluas kebutuhan siswa yang sadar atau tidak sadar menggunakan strategi kognitif yang relevan, karena bagaimana proses pemberian input pada siswa merupakan rangkaian yang penting dalam proses belajar. Kontrol Siswa. Siswa diberi kebebasan dalam hal seleksi dan mengurutkan : 1) Materi yang telah dipelajari 2) Peringkat yang akan dipelajari 3) Komponen strategi pembelajaran yang diseleksi dan urutan yang digunakan 4) Strategi kognitif khusus siswa yang mengerjakan ketika berhubungan dengan pembelajaran. Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor (Slametto, 2003:16). Teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perincian menurut Munawan (2009:1-2) adalah sebagai berikut : Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Ranah Afektif Ranah Psikomotor
4

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Howard Kingsley pada tahun 1998 membagi 3 macam hasil belajar yaitu, keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian serta sikap dan cita-cita. Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut (Sudjana, 2006: 22). Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selamalamanya karena hasil belajar turut serta

dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri. Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark pada tahun 1981 bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2006 : 39).

METODOLOGI PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode penelitian ini digunakan oleh karena sifat dan tujuan dari penelitian ini dengan menerapkan bimbingan kelompok kepada siswa agar siswa dapat mencapai ketentuan belajar yang maksimal. Menurut Kemmis dan Tanggark (Dikutip depdikbud: 1999), PTK dilakukan melalui peroses perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi Siklus Penelitian Tindakan Kelas a. Perencanaan Kegiatan perencanaan ini merupakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan penelitian tindakan kelas. Tahap ini peneliti bersama guru, kepala sekolah dan dosen pembimbing
5

mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran dikelas pada mata pelajaran IPSTerpadu. Selanjutya merumuskan masalah serta tindakan kelas yang akan dilakukan sebagai upaya penanggulangannya. Pada tahap ini disusun rencana pelajaran, menyusun tes, menyusun lembar observasi, dan pembelajaran dengan kegiatan meliputi: Persiapan menyusun model pembelajaran, memilih dan menetapkan materi pelajaran yang akan dipelajari, media pembelajaran yang akan digunakan dan alat evaluasi untuk kegiatan pengamatan. Memilih dan menetapkan pihakpihak yang dapat dijadikan sebagai mitra dalam kegiatan pembelalaran. Melaporkan dan mengkonsultasikan rencana pelaksanaan kegiatan penelitian kepada pihak-pihak yang terkait khususnya kepala sekolah dan pembimbing dalam penelitian ini. b. Tindakan Dalam kegiatan penelitian tindakan kelas, penelit menerapkan bimbingan kelompok dalam pemecahan masalah pembelajaran.Tindakan tersebut dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan ketuntasan belajar sisrwa sesuai Dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Langkah -langkahnya sebagai berikut: Guru memberikan materi Siswa membentuk kelompok Siswa mencari masalah yang jelas untuk dipecahkan Siswa mencari data atau keterangan dari buku lPS-

Terpadu atau dari internet yang seuai dengan materi pelajaran untuk mencari jawaban Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Disini siswa harus berusaha mencari jawaban dan memecahkan masalah sehingga yakin bahwa jawaban tersebut cocok. Guru menarik ksimpulan. c. Observasi/pengamatan Dalam kegiatan observasi atau pengamatan, peneliti bersama guru bersama-sama melakukan pengamatan kepada keseluruhan tindakan dalam pelaksanaan kegiatan pembelaiaran, baik tindakan yang dilakukan oleh guru maupun tindakan yang dilakukan oleh siswa. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan hasi yang objektif dan maksimal dalam pengumpulan data melalui pengamatan. d. Refleksi Berdasarkan hasil keseluruhan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan, maka peneliti dengan guru mitra melakukan refleksi berupa analisis dan evaluasi tehadap keseluruhan kegiatan penelitian yang telah dilakukan. Kegiatan refleksi ini selain menganalisis dan melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran dikelas juga ditujukan untuk mengetahui kembali keseluruhan rancangan penelitian. Hasil yang didapatkan dari kegiatan refleksi ini dijadikan sebagai acuan untuk pekakanaan kegiatan penelitian selanjutnya. Definisi operasional adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian atau
6

faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti (Sumadi Suryabrata, 1999). Adapun variable dalam penelitian ini adalah: Model elaborasi Nilai akhir belajar siswa Kegiatan belajar mengajar Menurut suharsini arikunto bahwa populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 2 Likupang yang berjumlah 156 siswa. sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII C yang jumlah 19 siswa. Dengan teknik pengambilan sampel adalah secara purposif (Sampel Pertimbangan). Untuk mendapatkan data, maka digunakan teknik observasi dan wawancara. Sumber data yang diperoleh dari siswa kelas VII C dengan jumlah siswa 19 dan cara pengambilan data melalui: Data tentang situasi belajar mengajar pada sat dilaksanakan tindakan dengan menggunakan lembar observasi Data tentang ketuntasan belajar siswa diambil melalui penilaian setelah proses belajar mengajar (postes) Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis prosentase ketuntasan hasil belajar siswa yakni (75%) terhadap ketercapaian indikator setiap materi. pada siklus I, Siklus II dan nilainya diprosentasekan sehingga dapat diketahui berapa % siswa yang tuntas belajar dan berapa % siswa yang belum tuntas belajar. Sedangkan menghitung rata-rata hasil tes digunakan denga rumus:

Keterangan: = rata-rata x1 = jumlah nilai data N = banyak data Tempat penelitian dilakukan di SMP 2 Negeri Likupang Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 bulan ( Juli Oktober 2012) 1. Perencanaan Tindakan Pertemuan Pertama. Pada pelaksanaan tindakan kelas ini peneliti menerapkan model elaborasi dalam pembelajaran. Tujuan yang diharapkan pada pembelajaran pertemuan pertama ini adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengetahui serta memahami materi yang diajarkan. Peneliti yang bertindak sebagai guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: Mengatur Kelas, yaitu menyiapkan siswa untuk belajar. Menyiapkan pokok materi yang akan dipelajari. Menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar. Menentukan model pembelajaran yang akan digunakan. Membagi siswa dalam beberapa kelompok. Memotivasi siswa agar berperan aktif dalam kelompok. Melakukan evaluasi akhir dengan melaksanakan Test. Pertemuan kedua Pelaksanaan Tindakan Kelas pada pertemuan kedua,
7

peneliti menerapkan model elaborasi dalam pembelajaran. Tujuan yang diharapkan pada pembelajaran pertemuan kedua ini adalah agar siswa dapat menguasai materi yang diberikan memperoleh hasil yang lebih tinggi dari hasi pada pertemuan pertama. Untuk mencapai tujuan di atas, peneliti sebagai guru menempuh langkah-langkah sebagai berikut: Mengelola kelas, agar siswa siap mengikuti kegiatan pembelajaran. Menyiapkan pokok materi yang akan diberikan. Menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar. Menentukan model pembelajaran yang akan digunakan. Membagi siswa dalam bebrapa kelompok. Memotivasi siswa agar berperan aktif dalam proses pembelajaran. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya seputar materi yang diberikan. Guru melakukan test akhir kepada siswa-siswa.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Data Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Kategori Dalam Sistem Penilaian Pendidikan Berdasarkan teknik analisis data yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, maka data hasil penilaian terhadap nilai tes yang diberikan kepada 19 siswa kelas Vll C SMP Negeri 2 Likupang, dapat dianalisis dengan menggunakan teknik analisis persentase dengan tujuan untuk mengetahui ketentuan hasil belajar. Rumus yang digunakan dalam proses analisis data, adalah sebagai berikut : Dimana : P = Presentase F = Data Frekuensi Responden N = Jumlah Responden (Arikunto, 1998 : 246). Hasil Penelitian dan Analisis Data memberikan gambaran bahwa pada siklus I hasil belajar siswa berada pada kategori cukup dengan selang skor antara 60 69 yakni sebanyak 9 siswa atau 47% sedangkan pada kategori baik dengan selang skor antara 70 79 memiliki jumlah 10 siswa atau 53%. Pada siklus II hasil belajar siswa yang diperoleh kategori sangat baik (selang skor antara 80 89) yakni sebanyak 10 siswa atau 53% dari 19 siswa kelas VII C sebagai sampel dalam penelitian ini; sedangkan pada kategori baik sebanyak 9 siswa atau 47%. Analisis ketuntasan belajar dilakukan dengan menggunakan teknik analisis persentase dengan kriteria yakni apabila 75% siswa menjawab pertanyaan dengan benar maka demikian dikategorikan tuntas
8

2. Pelaksanaan Tindakan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VII C SMP 2 Negeri Likupang dengan jumlah siswa 19 siswa. Penelitian ini hanya dilakukan dua kali putaran dengan alokasi waktu 2x45 menit setiap putaran dan hal ini sesuai dengan prosedur perencanaan tindakan

belajar secara perorangan sedangkan secara klasikal dapat dikatakan tuntas dalam belajar apabila jumlah siswa yang tergolong tuntas belajar secara perorangan mencapai 85% atau lebih. pada siklus I memberikan gambaran yang jelas bahwa sebanyak 5 siswa atau 26,32% dengan skor hasil belajar yang diperoleh antara 0 64 yang menunjukkan bahwa siklus I tergolong belum tuntas secara perorangan, sedangkan siklus II menunjukkan bahwa sebanyak 19 siswa atau 100% hasil belajar siswa berada pada skor antara 65 100. Jika data tersebut disesuaikan dengan kriteria analisis ketentuan belajar, maka untuk proses pembelajaran dengan menerapkan model elaborasi pada siklus II tersebut tergolong tuntas secara perorangan. Analisis data ketuntasan belajar klasikal Data ketuntasan belajar klasikal didasarkan pada kriteria apabila 85% siswa mencapai ketuntasan belajar secara perorangan. Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.7 maka dapat disimpulkan bahwa pada siklus I ketuntasan belajar klasikal belum tercapai karena pada siklus I ketuntasan belajar perorangan belum mencapai 85% atau dengan kata lain ketuntasan belajar siswa secara perorangan hanya mencapai 73.68%; sedangkan pada siklus II dapat dikategorikan tuntas secara klasikal karena 100% atau 19 siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini telah mencapai ketuntasan belajar perorangan. Hasil analisis penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh suatu gambaran bahwa penerapan model elaborasi pada mata pelajaran IPS-Terpadu dalam dua siklus pembelajaran menunjukkan angka hasil belajar yang cukup beragam. Pada siklus I menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa yakni 67,89 sedangkan

rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II yakni 86,58. Hasil analisis data tentang hasil belajar siswa berdasarkan standarisasi kategori penilaian pada Kurikulum Berbasis Kompetensi menunjukkan bahwa pada siklus I hasil belajar siswa berada pada kategori cukup yakni berkisar pada skor antara 60 69 (47%), sedangkan pada siklus II, hasil belajar siswa berada pada kategori minimal baik yakni berkisar pada selang skor 70 79 (47%) terjadinya perbedaan yang mencolok menyangkut hasil belajar siswa pada kedua siklus tersebut disebabkan karena pada siklus I proses belajar mengajar kegiatan siswa masih kurang didampingi oleh peneliti dan guru bidang studi, khususnya dalam pemecahan masalah, sedangkan pada siklus II, siswa sudah dapat melakukan aktivitas secara perorangan maupun berkelompok dan siswa lebih banyak berperan dalam kegiatan belajar mengajar, serta guru melakukan bimbingan dalam belajar. Selanjutnya jika ditinjau dari hasil analisis data tentang ketuntasan belajar melalui penerapan model elaborasi, menunjukkan bahwa pada siklus pertama ketuntasan belajar perorangan tergolong belum memenuhi kriteria yang ditetapkan karena penelitian ini yakni hanya 73,68% siswa memiliki hasil belajar dengan selang skor antara 65 100; sendangkan pada siklus kedua yakni 100% siswa yang dikategorikan tuntas belajar secara perorangan. Dilain pihak untuk ketuntasan belajar klasikal, hanya dicapai pada siklus kedua. Perbedaan dari kedua siklus tersebut disebabkan karena pada siklus kedua, siswa sudah lebih banyak berperan aktif dalam kegiatan belajarmengajar; sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai pembimbing dalam proses pembelajaran.

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pada siklus I ketentuan belajar secara individu belum tuntas yakni 73,68% siswa memiliki hasil belajar dengan selang skor antara 65-100; secara klasikal juga tergolong belum tuntas karena tidak mencapai 85%. 2. Pada siklus II, ketentuan belajar secara individu dan klasikal tergolong tuntas yakni 100% siswa memiliki nilai dengan selang skor antara 65 100. Pada siklus ini siswa aktif dalam belajar dan guru tampil sebagai pembimbing belajar siswa dalam proses pembelajaran. Bertitik tolak pada kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bimbingan guru dalam kelompok pada pemahaman isi pelajaran IPS- Terpadu dapat dikembangkan pada konsep ekonomi lainnya yang memiliki karakteristik yang relatif sama. 2. Bahwa penerapan pembelajaran model elaborasi pada mata pelajaran IPS-Terpadu dapat diterapkan pada mata pelajaran lainnya di SMP Negeri 2 Likupang.

Fuad hasan. 1983. Kurikulum pendidikan dasar. GBPP SLTA IPS sejarah. Depdikbud.jakarta. Gagne, 2007. Pembelajaran. http://hernow.wordpress.cam Di undu 03 nopember 2012

Hamalik, 1983. Metode belajar dan kesulitan belajar. Tarsito. Bandung. Hebdroyuwono, 1984. Pengajaran berhasil. UI press. Jakarta khairilusman.wordpress.com/pebelajaranelaborasi di undu 20012/11/24 Mozes dkk, 1988. Pedoman perbaikan pengajaran. UI Press. Jakarta

Nana sudjana, 1989. Cara belajar siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Sinar baru. Bandung orang majalengka.blogspot.com 2012/12/2 di undu

Pasaribu dan simanjuntak,1983. Proses belajar mengajar. Tarsito. Bandung Sagala syaiful, 2003. Konsep dan makna pembeajaran. Alphabet. Bandung Sudirman A. M. 1987, interaksi dan motivasi belajar mengajar. Debdikbud. Jakarta Thursan hakim, 2002. Belajar secara efektif. Puspa swara. Jakarta

DAFTAR PUSTAKA Arikunto,1986. Prosedur Penelitian ( suatu pendekatan pratik), bina aksara, Jakarta. Turang, 1980. Modernisasi guru dan proses belajar. IKIP. Manado

10

Você também pode gostar