Você está na página 1de 28

1.

Umumnya pertolongan pertama yang diberikan kepada korban yang tidak sadar atau hampir pingsan adalah dengan menelungkupkannya dengan kepala menghadap ke samping dan lidah dikeluarkan untuk mencegah tersedak karena ludah. Jagalah korban agar tetap pada posisi berbaring dan tetap hangat suhu badannya, dan jika diperlukan berilah bantuan pernafasan buatan. Ingat : jangan memberi minuman beralkohol karena dapat mempercepat penyerapan beberapa jenis racun oleh tubuh. Dan terakhir segeralah meminta pertolongan dari petugas kesehatan. 1. Keracunan melalui Mulut/Pencernaan Perlakuan yang dapat diberikan kepada korban adalah dengan memberikan air minum/susu sebanyak 2-4 gelas, Apabila korban pingsan jangan berikan sesuatu melalui mulut. Usahakan supaya muntah segera dengan memasukkan jari tangan ke pangkal lidah atau dengan memberikan air garam hangat (satu sendok makan garam dalam satu gelas air hangat). Ulangi sampai pemuntahan cairan jernih. Pemuntahan jangan dilakukan apabila tertelan minyak tanah, bensin, asam atau alkali kuat, atau apabila korban tidak sadar. Berilah antidote yang cocok, bila tidak diketahui bahan beracunnya, berilah satu sendok antidote umum dalam segelas air hangat umum. Bubuk antidote umum terbuat dari dua bagian arang aktif (roti yang gosong), satu bagian magnesium oksida (milk of magnesia), dan satu bagian asam tannat (teh kering). Jangan berikan minyak atau alkohol kecuali untuk racun tertentu. Berikut adalah beberapa alternatif obat yang dapat anda gunakan untuk pertolongan pertama terhadap korban keracunan bahan kimia : Jenis Peracun Asam-asam korosif seperti asam sulfat (H2SO4), fluoroboric acid, hydrobromic acid 62%, hydrochloric acid 32%, hydrochloric acid fuming 37%, sulfur dioksida, dan lain-lain. Bila tertelan berilah bubur aluminium hidroksida atau milk of magnesia diikuti dengan susu atau putih telur yang dikocok dengan air. Pertolongan Pertama Bila tertelan berilah bubur aluminium hidroksida atau milk of magnesia diikuti dengan susu atau putih telur yang dikocok dengan air. Jangan diberi dengan karbonat atau soda kue.

Bila tertelan berilah asam asetat Alkali (basa) seperti amonia (NH3), amonium hidroksida encer (1%), cuka (1:4), asam (NH4OH), Kalium hidroksida (KOH), Kalsium oksida (CaO), sitrat (1%), atau air jeruk. soda abu, dan lain-lain. Lanjutkan dengan memberi susu atau putih telur. Kation Logam seperti Pb, Hg, Cd, Bi, Sn, dan lain-lain Pestisida Garam Arsen Berikan antidote umum, susu, minum air kelapa, norit, suntikan BAL, atau putih telur. Minum air kelapa, susu, vegeta, norit, suntikan PAM Bila tertelan usahakan

pemuntahan dan berikan milk of magnesia. 2. Keracunan melalui Pernafasan Jika racun yang masuk dalam tubuh terhirup oleh saluran pernafasan, gunakan masker khusus atau kalau terpaksa sama sekali tidak ada, tahanlah nafas saat memberikan pertolongan di tempat beracun. Bawalah korban ke tempat yang berudara sesegera mungkin dan berikan pernafasan buatan secepatnya, apabila korban mengalami kesulitan bernafas. Lakukan hal tersebut berulangulang sampai petugas kesehatan datang. 3. Keracunan melalui Kulit Jika racun masuk ke dalam tubuh melalui kulit, jika memungkinkan tentukan lebih dulu jenis bahan kimia beracun yang masuk dan usahakan agar tidak tersentuh, siramlah bagian tubuh korban yang terkena bahan racun dengan air bersih paling sedikit 15 menit. Langkah selanjutnya, lepaskan pakaian yang dikenakan, berikut sepatu, perhiasan dan benda-benda lain yang terkena racun. Jangan mengoleskan minyak, mentega atau pasta natrium bikarbonat pada kulit yang terkena racun, kecuali diperintahkan oleh petugas kesehatan yang hadir di situ. 4. Keracunan melalui Mata Jika racun yang masuk ke dalam tubuh melalui selaput lendir di mata, segeralah melakukan pencucian pada kedua mata korban dengan air bersih dalam jumlah banyak (disini anda dapat mengunakan air hangat-hangat kuku). Buka kelopak mata atas dan bawah, tarik bulu matanya supaya kelopak mata tidak menyentuh bola mata. Posisi ini memungkinkan masuknya air bersih dan dapat mencuci seluruh permukaan bola mata dan kelopaknya. Teruskan pekerjaan ini sampai paling sedikit 15 menit.

Keracunan obat adalah suatu efek obat yang timbul pada pasien karena beberapa faktor seperti miss use (salah penggunaan), miss dose (salah dosis), salah pemberian obat,dan lain lain yang sifatnya tidak di sengaja atau disengaja. Sedangkan alergi obat adalah suatu reaksi yang ditimbulkan olah tubuh akibat pemberian senyawa asing. Cara menghindarinya: 1. Kenali tubuh

Jika mempunyai alergi pada suatu senyawa (baik obat maupun makanan) maka ingatlah atau bahkan catat agar hal itu tidak terjadi. 2. Kenali obat dan makanan

Tanyakan pada dokter saat memberikan resep atau apoteker saat menebus obat tentang bagaimana cara penggunaan yang tepat, efek apa yang akan ditimbulkan, dapatkah menimbulkan

alergi bagi kebanyakan orang, dan yang paling penting bagaimana cara penangannya saaat terjadi alergi. Jenis-Jenis dan Tipe Obat Jenis Obat bebas : 1. Obat yang dapat dibeli atau didapatkan tanpa adanya resep dari tenaga kesehatan yang berwenang. Contoh : aspirin, obat flu. 2. Obat dengan resep : Obat yang diperjualbelikan secara legal. Contoh : obat dengan tanda tertentu ( ) 3. Obat herbal atau tumbuhan obat , yaitu obat-obatan yang digunakan berasal dari tumbuhan dan belum mengalami proses kimia dilaboratorium. Contoh : ginko biloba, jamu, dan lain lain. Sistem Distribusi Obat 1. Penyediaan obat cadangan/terpusat yaitu persediaan obat didalam ruang rawat Contoh : cairan infus, vitamin . 2. Sediaan dosis obat yaitu penyimpanan ditempat khusus yang sudah diberi label obat .Contoh : kotak obat untuk tiap tiap klien. 3. Sistem pembagian obat secara otomatis

Menggunakan mesin yang berfungsi seperti mesin ATM untuk mengambil obat dengan cepat bila dalam keadaan darurat. 4. Suplai obat mandiri yaitu obat diberikan dan disimpan oleh klien secara langsung. Contoh : obat-obat per oral (tablet, sirup). Legal Aspek Pemberian Obat Tenaga kesehatan yang berwenang untuk memberikan obat : 1. 2. 3. Medis / dokter Farmasist / apoteker Perawat

Legal Aspek Pemberian Obat Resep Obat Dalam resep obat harus tercantum : 1.Nama lengkap klien 2. Nama obat yang diberikan

3.Jumlah dan dosis obat yang diinginkan 4. Frekuensi pemberian selama 1 hari. 5. Tanggal resep dibuat 6.Tanda tangan tenaga kesehatan yang membuat resep Tipe Obat : Order sekali waktu adalah pesanan pemberian obat yang hanya satu kali untuk diberikan, misalnya obat-obat preoperative / anestesi. Stat order adalah pesanan pemberian obat yang segera diberikan kepada klien dan hanya berlaku satu kali pemberian, contoh : laksatif. By phone order adalah pesanan / instruksi melalui telepon, faximile, verbal. Perawat harus melakukan pencatatan pesanan ini, kemudian meminta tanda tangan pemberi pesanan. Manifestasi Klinis Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara pemberian, apakah melalui kulit, mata, paru, lambung atau suntikan, karena hal ini mungkin mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu bahan toksik, tetapi juga jenis dan kecepatan metabolismenya. Pertimbangan lain meliputi perbedaan respons jaringan. Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti pupil sangat kecil (pinpoint), muntah, depresi, dan hilangnya pernapasan pada keracunan akut morfin dan alkaloidnya. Pupil pinpoint merupakan satu-satunya tanda, karena pupil biasanya berdilatasi pada pasien keracunan akut. Kecuali pada pasien yang sangat rendah tingkat kesadarannya, pupilnya mungkin menyempit tetapi tidak sampai berukuran pinpoint Kulit muka merah, banyak keringat, tinnitus, tuli, takikardi, dan hiperventilasi sangat mengarah pada keracunan salisilat akut (Aspirin). Luka bakar berwarna putih pucat dan mukosa mulut dan luka bakar keabu-abuan pada bibir dan dagu menunjukkan pasien telah minum bahan akustik atau korosif, dan bau lisol adalah ciri khas intoksikasi derivat fenol. Ditemukan bula pada kulit pasienyang tidak sadarkan diri, terutama pada daerah kulit yang eritema, sangat mengarah pada dosis barbiturat berlebih sebagai penyebab koma. Frekuensi terjadinya lesi-lesi ini sampai 6% terutama bila menggunakan ppreparat-preparat barbiturat dengan masa kejang sedang. Lesi ini paling sering ditemukan pada lipatan diantara dua permukaan kulit yang mengalami tekanan, seperti celah antar jari dan bagian dalam lipatan lutut. Lesi jarang timbul pada daerah dengan tekanan maksimum. Bila dijumpai, biasanya terjadi pada keracunan akut lain, terutama glutetimid, antidepresan trisiklik, metakualon, meprobamat, dan karbon monoksida.

Penting pula diperiksa adanya tanda-tanda tusukan jarum suntik terutama dipunggung tangan, fosa kubiti, lengan bawah, dan di bagian dala betis serta pleksus vena rektum, vagina, dan sublingual. Luka-luka tususk ini sering disertai infeksi. Ciri lain adalah mainlining, terutama pada penggunaan metakualon dan barbiturat, berupa ulkus dangkal di vena superficialis dengan tercecernya obat ke dalam jaringan subkutan. Kombinasi hipertonik, refleks ekstremitas yang meningkat, sering disertai dengan klonus, respons ekstensor, dan mioklonik di samping menurunnya kesadaran menyokong diagnosis keracunan marax (difenhidramin dan metakualon). Hilangnya kesadaran dengan pupil berdilatasi lebar, distensi vesika urinaria, bisisng usus negatif, aritmia jantung dan gejala-gejala traktus piramidalis sering merupakan akibat dosis berlebih obat antidepresan trisiklik. Riwayat menurunnya kesadaran yang jelas dan cepat, disertai dengan gangguan pernapasan dan kadang-kadang henti jantung pada orang muda sering dihubungkan dengan keracunan akut dekstropropoksifen, terutama bila digunakan bersama alkohol. Anak remaja, yang menunjukkan ciri-ciri yang mengarah pada intoksikasi alkahol tetapi dengan napas yang berbau peralut seperti aseton atau toluen, harus dicurigai telah melakukan solvent sniffing, biasanya karena menghirup perekat buatan pabrik. Untuk zat aditif, gejala terdiri dari dua kelompok besar yaitu: 1. Kelompok sindrom simpatomimetik Gejala yang sering ditemukan adalah dilusi, paranoid, takikardi, hipertensi, hiperpireksia, keringat banyak, midriasis, hiperfleksi, kejang (pada kasus berat), hipotensi (pada kasus berat), dan aritmia (pada kasus berat). Obat-obat dengan gejala tersebut adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Amfetamin MDMA dan derivatnya Kokain Dekongestan intoksikasi teofilin Intoksikasi kafein 1. Golongan opiat (morfin, petidin, heroin, kodein) dan sedatif

Tanda dan gejala yang sering ditemukan adalah koma, depresi napas, miosis, hipotensi, bradikardi, hipotermia, edema paru, bisisng usus menurun, hiporefleksi, dan kejang (pada kasus yang berat). Pada kelompok ini dimasukkan beberapa obat, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. Narkotika Barbiturat Benzodiazepin Meprebamat Etanol

Penatalaksanaan Penetalaksanaan kedaruratan terhadap reaksi obat akut : 1. Kaji keadekuatan pernafasan. Dapatkan control jalan nafas ventilasi dan oksigenasi 1. gunakan selang endotrakeal dan berikan bantuan ventilasi pada pasien dengan depresi berat yang tidak ada reflek batuk 2. dapatkan analisis gas darah untuk hipoksia karena hipoventilasi dan abnormalitas asam basa. 3. Berikan oksigen. 2. Stabilkan system kardiovaskuler ( ini dilakukan simultan dengan penatalaksanaan jalan nafas) 1. mulai kompresi jantung eksternal dan ventilasi pada tidak adanya denyut jantung 2. memulai monitor EGC 3. dapatkan gambaran sample darah untuk tes glukosa, elektrolit, BUN, kreatinin, dan skrin toksikologi yang tepat 4. mulai cairan IV 3. Berikan antagonis obat khusus sesuai ketentuan jika obat diketahui. Nalakso hidroklorida (narcan) sering digunakan, dekstrosa 50% dalam air juga digunakan (untuk hipoglikemia) 4. Singkirkan obat dari lambung sesegera mungkin 1. rangsang muntah jika setelah pasien ditemukan dini setelah mencerna.(Simpan muntahan untuk pemeriksaan toksikologi). 2. Gunakan bilas lambung jika pasien tuidak sadar atau jika tidak ada jalan untuk menentukan kapan obat diminum. (jika pasioen tidak mempunyai rerflek menelan atau batuk, lakukan prosedur ini hanya setelah inkubasi dengan selang endotrakea dikembungkan untuk mencegah aspirasi isi lambung)

3. Karbon teraktivasimungkin dapat digunakan pada terapi, digunakan setelah muntah atau bilas. 4. Simpan aspirasi lambung untuk analisis toksikologik.

1. Sediakan peralatan mendukung 1. ukur suhu rectal : termoregulasi yang ekstrem (hipertermia dan hipotermia) harus diketahui dan ditangani 2. atasi kejang sesuai petunjuk, mulai kewaspadaan kejang. 3. Bantu hemodialisis dan dialysis peritoneal untuk potensi keracunan mematikan 4. Pasang kateter urine untuk mempertahankan aliran urine karena obat atau metabolic dikeluarkan melalui urine. 2. Dapatkan pemeriksaan fisik untuk menghilangkan kemungkinan syok insulin, meningitis, hematoma, subdural, stroke, dan penyebab lain. 1. kaji tanda jarum dan bukti trauma luar 2. lakukan pengkajian neurologik cepat (tingkat respon, ukuran dan reaksi pupil, reflek, temuan vocal neurologoik. 3. Ingat bahwa beberapa pangguna obat menggunakan obat multiple secara simultan. 4. Waspada bahwa terdapat insiden tinggi infeksio HIV AIDS dan hepatitis B, diantaranya pengguna obat kala menggunakan jarum yang tidak steril. 5. Periksa nafas pasien untuk karakteristik bau alcohol, aseton dan lain-lain. 3. Coba untuk mendapat riwayat penggunaan obat (dari orang lain yang ikut bersama pasien) 1. ciptakan hubungfan suportif dan realistis dengan pasien. 2. Jangan meninggalkan pasien sendiri karena ada potensi menyakiti diri, orang lain atau staf di departemen kedaruratan. 4. Masukan pasien ke unit perawatan intensif jika tidak sadar, jika pasien dengan sengaja takar ajak konsultasi ke sokter psikiatrik bila diperlukan. 5. Buat usaha untuk mendaftarkan pasien pada program penanganan obat (detoksifikasi dan rehabilitasi)

KERACUNAN BAHAN KIMIA Definisi Keracunan bahan kimia biasanya melibatkan bahan-bahan kimia biasa seperti bahan kimia rumah, produk pertanian, produk tumbuhan atau produk industri. Keracunan zat-zat kimia pada tubuh manusia dapat membahayakan kelangsungan hidup. Bahan kimia beracun tersebut akan merusak jaringan tubuh terpenting sehingga menggangu atau bahkan menghentikan fungsinya.

Beberapa jaringan tubuh yang rentan terhadap keracunan diantaranya kulit, susunan syaraf, sumsum tulang, ginjal, hati, dan alat-alat pencernaan. Jika organ tersebut terganggu, terjadilah penurunan tingkat kesehatan yang akan membahayakan jiwa manusia, terutama bila pertolongan terlambat diberikan. Beberapa jenis bahan kimia yang harus diperhatikan karena berbahaya adalah : Bahan Kimia AgNO3 Penjelasan Senyawa ini beracun dan korosif. Simpanlah dalam botol berwarna dan ruang yang gelap serta jauhkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar. Senyawa ini beracun dan bersifat korosif terutama dengan kepekatan tinggi. Senyawa ini mudah terbakar dan beracun Senyawa ini sangat korosif, higroskopis, bersifat membakar bahan organik dan dapat merusak jaringan tubuh Gunakan ruang asam untuk proses pengenceran dan hidupkan kipas penghisapnya. Senyawa ini bersifat higroskopis dan menyerap gas CO2. Potensi Bahaya Kesehatan Dapat menyebabkan luka bakar dan kulit melepuh. Gas/uapnya juga menebabkan hal yang sama. Dapat menyebabkan luka bakar dan kulit melepuh. Gas/uapnya juga menebabkan hal yang sama. Menghirup bahan ini dapat menyebabkan pingsan, gangguan pernafasan, bahkan kematian. Jangan menghirup uap asam sulfat pekat karena dapat menyebabkan kerusakan paru-paru, kontak dengan kulit menyebabkan dermatitis, sedangkan kontak dengan mata menyebabkan kebutaan. Dapat merusak jaringan tubuh. Menghirup senyawa ini pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan pembengkakan saluran pernafasan dan sesak nafas. Terkena amonia pada konsentrasi 0.5% (v/v) selama 30 menit dapat menyebabkan kebutaan. Hindarkan kontak dengan kulit. Jangan menghirup gas ini karena dapat menyebabkan pingsan dan kematian. Dapat menyebabkan iritasi kulit, mata, dan saluran pernafasan. Dapat menyebabkan luka bakar, menghirup uapnya dapat menyebabkan kematian.

HCl

H2S

H2SO4

NaOH

NH3

Senyawa ini mempunyai bau yang khas.

HCN HF HNO3

Senyawa ini sangat beracun. Gas/uap maupun larutannya sangat beracun. Senyawa ini bersifat korosif.

Bahan-bahan kimia diatas, jika kita amati adalah bahan-bahan kimia yang umumnya kita gunakan dalam laboratorium. Ternyata bahan-bahan kimia tersebut menyimpan potensi untuk meracuni tubuh. Keracunan bahan kimia diatas, dapat terjadi melalui beberapa cara, sesuai dengan sifatnya. Keracunan dapat terjadi akibat tertelannya bahan kimia dalam saluran pencernaan. Untuk bahan kimia berupa gas, saluran pernafasan merupakan jalan masuk utama ke dalam tubuh seseorang. Bahan beracun dapat pula diserap melalui kulit atau langsung merusak jaringan kulit apabila terjadi persinggungan dengannya. Selaput lendir (mukosa) mata juga dapat menjadi salah satu tempat masuknya bahan kimia yang kemudian meracuni jaringan setempat. Faktor Faktor Risiko Individu yang berisiko mengalami keracunan asid-alkali ialah: Individu yang menyimpan dan menggunakan bahan-bahan kimia di rumah. Anak-anak yang berada di sekitar di mana tersimpannya bahan-bahan kimia . Orang yang bekerja di pabrik pabrik kimia. Tanda Tanda Dan Gejala Gejala-gejala keracunan asid-alkali: Pengeluaran air liur yang berlebihan Kesan luka terbakar pada mulut dan bibir Disfonia (sukar mengeluarkan suara) Air liur menetes atau nafas berbau aneh Sakit dan susah ketika menelan Kesakitan retrosternal (sakit dirasakan dibagian posterior sternum . Plat tulang yang membentuk bagian tengah dinding anterior toraks) Muntah darah Komplikasi Komplikasi akibat keracunan asid-alkali: Penyedotan racun asid-alkali menyebabkan radang trakea dan radang bronkus paru-paru. Komplikasi lainnya ialah tekanan darah tinggi, renjatan, kerusakan hati dan ginjal dan hemolisis . Selain dari itu, penggumpalan darah yang tidak lancar didalam pembuluh darah (satu keadaan di

mana pendarahan terganggu akibat kekurangan faktor pembekuan darah) juga mungkin terjadi. Luka terbakar di perut akan menyebabkan sakit perut yang berlebihan dan gangguan saluran esofagus.

Pemeriksaan Pemeriksaan masalah keracunan meliputi beberapa hal seperti : Pemeriksaan fisik, , mengkaji kejadian keracunan (masa, tempo, lokasi, tujuan, dan sebagainya), nama racun atau bahan kimia atau bahan campuran yang terlibat, keseriusan gejala, jenis-jenis pertolongan cemas yang disediakan. Pada waktu pemeriksaan fisik, maka harus diadakan pemeriksaan pada fungsi saraf dan kardiopulmonari (jantung-paru-paru). Termasuk denyutan nadi, tekanan darah, pernafasan, suhu badan dan status mental. Farmakologi Pengobatan keracunan bertujuan untuk: Mencegah penyerapan racun seterusnya Mengeluarkan racun Menawarkan racun Mengurangkan komplikasi Bila seseorang telah menelan racun, maka harus segera dimuntahkan kecuali ada beberapa alasan agar tidak dimuntahkan sembarangan. Contoh-contoh bahan yang tidak boleh dimuntahkan ialah objek tajam, produk petroleum, lye (air abu) dan asid. Prognosis Bergantung kepada beberapa faktor:

Jenis racun yang ditelan Jumlah racun yang ditelan Jarak antara waktu kejadian dengan waktu perawatan. Jenis pertolongan pertama yang diberikan. Tempo waktu yang didapatkan dalam penanganan segera Penyakit-penyakit lain yang dihadapi.

Pertolongan pada Korban Keracunan


Pada umumnya, tata cara pertolongan akibat keracunan biasanya mengikuti satu pedoman umum, kecuali pada beberapa kasus keracunan khusus seperti sianida, yang memerlukan pertolongan secara khusus. Pedoman utama dalam memberikan pertolongan adalah dengan cara menghilangkan atau membuang bahan beracun dari korban. Umumnya pertolongan pertama yang diberikan kepada korban yang tidak sadar atau hampir pingsan adalah dengan menelungkupkannya dengan kepala menghadap ke samping dan lidah dikeluarkan untuk mencegah tersedak karena ludah. Jagalah korban agar tetap pada posisi berbaring dan tetap hangat suhu badannya, dan jika diperlukan berilah bantuan pernafasan buatan. Ingat : jangan memberi minuman beralkohol karena dapat mempercepat penyerapan beberapa jenis racun oleh tubuh. Dan terakhir segeralah meminta pertolongan dari petugas kesehatan. Secara khusus, perlakuan lanjutan yang harus dilakukan pada setiap jenis keracunan bahan kimia yang berbeda adalah sebagai berikut : 1. Keracunan melalui Mulut/Pencernaan Perlakuan yang dapat diberikan kepada korban adalah dengan memberikan air minum/susu sebanyak 2-4 gelas, Apabila korban pingsan jangan berikan sesuatu melalui mulut. Usahakan supaya muntah segera dengan memasukkan jari tangan ke pangkal lidah atau dengan memberikan air garam hangat (satu sendok makan garam dalam satu gelas air hangat). Ulangi sampai pemuntahan cairan jernih. Pemuntahan jangan dilakukan apabila tertelan minyak tanah, bensin, asam atau alkali kuat, atau apabila korban tidak sadar. Berilah antidote yang cocok, bila tidak diketahui bahan beracunnya, berilah satu sendok antidote umum dalam segelas air hangat umum. Bubuk antidote umum terbuat dari dua bagian arang aktif (roti yang gosong), satu bagian magnesium oksida (milk of magnesia), dan satu bagian asam tannat (teh kering). Jangan berikan minyak atau alkohol kecuali untuk racun tertentu. Berikut adalah beberapa alternatif obat yang dapat anda gunakan untuk pertolongan pertama terhadap korban keracunan bahan kimia : Jenis Peracun Asam-asam korosif seperti asam sulfat (H2SO4), fluoroboric acid, hydrobromic acid 62%, hydrochloric acid 32%, hydrochloric acid fuming 37%, sulfur dioksida, dan lain-lain. Bila tertelan berilah bubur aluminium hidroksida atau milk of magnesia diikuti dengan susu atau putih telur yang dikocok dengan air. Pertolongan Pertama Bila tertelan berilah bubur aluminium hidroksida atau milk of magnesia diikuti dengan susu atau putih telur yang dikocok dengan air. Jangan diberi dengan karbonat atau soda kue. Alkali (basa) seperti amonia (NH3), amonium hidroksida Bila tertelan berilah asam asetat (NH4OH), Kalium hidroksida (KOH), Kalsium oksida (CaO), encer (1%), cuka (1:4), asam

soda abu, dan lain-lain.

Kation Logam seperti Pb, Hg, Cd, Bi, Sn, dan lain-lain

Pestisida Garam Arsen

sitrat (1%), atau air jeruk. Lanjutkan dengan memberi susu atau putih telur. Berikan antidote umum, susu, minum air kelapa, norit, suntikan BAL, atau putih telur. Minum air kelapa, susu, vegeta, norit, suntikan PAM Bila tertelan usahakan pemuntahan dan berikan milk of magnesia.

2. Keracunan melalui Pernafasan Jika racun yang masuk dalam tubuh terhirup oleh saluran pernafasan, gunakan masker khusus atau kalau terpaksa sama sekali tidak ada, tahanlah nafas saat memberikan pertolongan di tempat beracun. Bawalah korban ke tempat yang berudara sesegera mungkin dan berikan pernafasan buatan secepatnya, apabila korban mengalami kesulitan bernafas. Lakukan hal tersebut berulangulang sampai petugas kesehatan datang.

3. Keracunan melalui Kulit Jika racun masuk ke dalam tubuh melalui kulit, jika memungkinkan tentukan lebih dulu jenis bahan kimia beracun yang masuk dan usahakan agar tidak tersentuh, siramlah bagian tubuh korban yang terkena bahan racun dengan air bersih paling sedikit 15 menit. Langkah selanjutnya, lepaskan pakaian yang dikenakan, berikut sepatu, perhiasan dan benda-benda lain yang terkena racun. Jangan mengoleskan minyak, mentega atau pasta natrium bikarbonat pada kulit yang terkena racun, kecuali diperintahkan oleh petugas kesehatan yang hadir di situ. 4. Keracunan melalui Mata Jika racun yang masuk ke dalam tubuh melalui selaput lendir di mata, segeralah melakukan pencucian pada kedua mata korban dengan air bersih dalam jumlah banyak (disini anda dapat mengunakan air hangat-hangat kuku). Buka kelopak mata atas dan bawah, tarik bulu matanya supaya kelopak mata tidak menyentuh bola mata. Posisi ini memungkinkan masuknya air bersih dan dapat mencuci seluruh permukaan bola mata dan kelopaknya. Teruskan pekerjaan ini sampai paling sedikit 15 menit. Perlindungan diri terhadap bahaya kesehatan dari keracunan bahan-bahan kimia di Indonesia, sangat rendah sekali. Hal ini dimungkinkan karena laboratorium-laboratorium kimia di Indonesia

sering mengabaikan standar minimal operasional terutama dalam ketidaksediaan lemari asam. Hal ini juga diperparah oleh para pengunanya yang lalai terhadap perlindungan diri. Banyak terjadi kasus keracunan bahan kimia yang disebabkan oleh kecerobohan dan ketidaktahuan para penguna mengenai potensi bahaya dari suatu bahan kimia. Untuk mencegah terjadinya keracunan selama bekerja di laboratorium, berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan penguna : 1. Mempunyai pengetahuan akan bahaya dari setiap bahan kimia sebelum melakukan analisis. 2. Simpanlah semua bahan kimia pada wadahnya dalam keadaan tertutup dengan label yang sesuai dan peringatan bahayanya. 3. Jangan menyimpan bahan kimia berbahaya dalam wadah bekas makanan/minuman, gunakanlah botol reagen. 4. Jangan makan/minum atau merokok di laboratorium. 5. Gunakan lemari asam untuk bahan-bahan yang mudah menguap dan beracun. 6. Gunakan atau pakailah jas laboratorium selama bekerja di laboratorium. 7. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan bila terjadi keracunan bahan kimia di laboratorium.

KERACUNAN ZAT-ZAT KIMIA DAN OBAT-OBATAN 1.a. Alkohol


Etil alkohol (wiski berkadar 40%, Gin 30%, Anggur 10%, Bir 5%) Alkohol pekat (95% dan 75%) Metil Alkohol (spiritus).

Bahaya: buta mendadak (pada keracuna spiritus). Kematian terjadi karena kelumpuhan pernafasan. Tindakan pertolongan:

Usahakan agar muntah Pembilasan lambung dengan larutan soda kue (1 sendok teh dalam segelas air), setiap satu jam. Kopi pekat diminumkan atau dimasukan lewat dubur. Pernafasan buatan dan elimuti tubuh penderita.

b. Arsen

Racun tikus (warangan). Kertas pembunuh lalat.

Gejala: Perut dan tenggorokan terasa terbakar, muntah dan berak seperti cucian beras, mulut kering, nafas dan kotoran berbau bawang, kejang otot, sakit kepala, tangan dan kaki dingin, pernafasan mendesis, kejang-kejang, pingsan. Tindakan pertolongan:

Pembilasan lambung dengan mempergunakan 30 gram soda kue dalam setengah gelas air, boleh juga dengan larutan arang (norit). Usahakan agar muntah. Berikan putih telur dan susu. Kirim ke rumah sakit.

c. Asam borat

Boorwater adalah larutan asam borat dengan kadar 3%.

Gejala: Mual, muntah, menceret, sakit kepala, keringat dingin, sesak nafas, kulit keluar merahmerah, pingsan. Tindakan pertolongan:

Usahakan agar muntah. Pembilasan lambung dengan air garam atau air biasa sebanyak mungkin dan muntahkan. Bila terjadi kejang-kejang atau shock, bawa ke rumah sakit.

d. Asam keras

Asam cuka pekat (glasial). HCL (asam klorida). Asam Nitrat.. Asam sulfat (air keras) Asam fosfat.

Bahaya: Sangat korosif (menggerus dan merusak jaringan tubuh yang terkena). Tindakan pertolongan:

Jangan dimuntahkan atau dialakukan pembilasan lambung. Pertama-tama netralkan asam tersebut dengan air kapur yang encer, atau kalau ada dengan larutan magnesium oksida. Lunakan dengan susu, putih telur, dan larutan sabun. Jangan mempergunakan larutan kapur kapur tulis atau larutan soda kue untuk menetralkannya, karena zat-zat tersebut dengan asam keras akan membentuk gas CO2 yang dapat membuat peryt menjadi gembung dengan cepat.

e. Asetanilid

Phenacetin (obat penurun panas). Anilin (zat warna untuk batik atau tinta).

Gejala: Bibir dan ujung-ujung membiru (berwarna kebiru-biruan), sesak nafas, pusing kepala, sakit didaerah dada, timbul bintil-bintil merah di kulit (pada kercunan phenacetin). Kematian terjadi kelumpuhan pernafasan. Tindakan pertolongan:

Pembilasan lambung dengan larutan soda kue, dan usahakan agar dimuntahkan. Penderita iselimuti dan dikirim ke rumah sakit.

f. Asetol

Asetosal, Aspirin, Aspro, Naspro, Bufferin.

Gejala: Lambung rasa perih, keringat bercucuran, kuping berdenging, sakit kepala, gelisah, pucat, sesak nafas. Tindakan pertolongan:

Cuci lambung dengan larutan soda kue melalui mulut dan dubur. Usahakan agar dimuntahkan. Kirim ke rumah sakit.

2. a. Barbiturat

Luminal dan obat tidur sejenisnya.

Gejala: Kematian biasanya terjadi setelah tertidur beberapa hari terus menerus. Tindakan pertolongan:

Bersihkan saluran nafas dari lender dan kotoran yang menghalangi. Pembilasan lambung dengan minyak jarak (kastroli, castor olie). Sesudah selesai, beri minum kopi pekat. Bila penderita tidak sadar, bersihkan saluran nafas, dan tariklah lidahnya keluar. Berikan kopi pekat lewat dubur. Kirim ke Rumah sakit

b. Detergent

Gejala: yang hebat hanyalah sakit perut, menceret, dan mungkin muntah-muntah. Selebihnya tidak berbahaya.Bila dimakan dalam jumlah banyak barulah menimbulkan gejala-gejala yang hebat. c. Formalin Bau yang pedas menusuk merupakan tanda yang khas. Tindakan pertolongan:

Pembilasan lambung dengan larutan encer amoniak (0,1%) atau air garam. Muntahkan. Obat-obat pelunak, putih telur dan susu. Apabila ada tanda-tanda shock, kirim ke rumah sakit.

d. Ganja

Hashis Mariyuana.

Gejala: Gembira secara berlebihan, halusinasi (melihat,membau, atau merasakan sesuatau yang tidak ada) mengiggau, mengantuk, kaki merasa lemah, pernafasan melambat, nadi cepat, kejangkejang. Tindakan pertolongan:

Pembilasan lambung dengan air hangat dan muntahkan. Beri minum kopi pekat. Selimuti tubuh penderita.

e. Gas air mata Dipergunakan oleh polisi untuk membubarkan huru-hara. Tindakan pertolongan:

Buka pakaian dengan segera, karena gas dapat menempel pada pakaian dan tetap bekerja,. Mata dicuci dengan boorwater atau air mengalir selama beberapa menit. Kulit dicuci dengan larutan soda. Bawa penderita ke udara yang segar.

f. Kaporit

Bahaya: Korosif Tindakan pertolongan:


Beri minum obat pelunak racun. Beri minum larutan cuka encer atau air jeruk. Pembilasan lambung dan muntahkan secara hati-hati. Kulit yang terkena dicuci sampai bersih. Pindahlakan dari tempat kecelakaan ke udara yang segar.

g.Karbon dioksida Gas yang terbentuk pada waktu ada kebakaran. Apabila kadarnya mencapai 10-15% dalam pernafasan dan dapat mematikan. Tindakan pertolongan:

Bawa penderita ke udara yang segar. Sirami dengan air dingin. Beri pernafasan buatan, kalau perlu dirangsang dengan uap amylnitrit melaui hidung. Kopi pekat melalui dubur, apabila penderita tidak sadar. Pijiti tangan dan kakinya. Tindakan ini mungkin memakan waktu lama sebelum berhasil. Oleh karena itu jangan putus asa.

h. Karbon monoksida

Gas astelin (dari karbit) Gas arang batu (gas dapur) Gas dari knalpot mobil. Gas di atas rawa-rawa

Tindakan pertolongan:

Pindahkan penderita ke tempat udara yang segar, dan tidak boleh banyak bergerak. Selimuti tubuhnya. Beri pernafasan buatan, kalau perlu dengan tambahan oksigen. Kirim penderita ke rumah sakit.

i. Morfin Gejala: pada mulanya penderita merasa gembira secara berlebihan, kemudian sakit kepala, ketakutan, mengantuk. nafas menjadi lambat dan dangkal serta kadang-kadang tidak teratur.

Badan terasa dingin, Pucat dan keringat dingin, manik mata mengecil, apabila kemudian melebar lagi, biasanya dekat kematian. Tindakan pertolongan:

Sebelum penderita pingsan, berikan larutan norit atau air garam untuk membilas lambung dan dimuntahkan. Apabila morfin tersebut dimasukan melalui suntikan, pasanglah torniket. Bersihkan saluran nafas dari kotoran. Usahakan agar penderita tetap terjaga dengan jalan menyuruhnya berjalan, memukulnya dengan handuk basah, dan sebagainya. Selimuti badannya dan kirim ke rumah sakit.

j. Nikotin

Mabuk tembakau

Tidakan pertolongan:

Bilas lambung dengan larutan norit dan muntahkan. Bila perlu berikan pernafasan buatan. Selimuti tubuh penderita.

k. Tembakau

Sama dengan keracunan nikotin.

l. Yodium

Yodoform Tinktura Yodium

Tindakan pertolongan:

Larutan natrium thiosulfat (hypo) 1-5%, atau larutan tepung kanji, beras atau gandum diminumkan. Bila tidak ada, beri minum susu atau putih telur. Pembilasan lambung dengan air atau air garam. Kirim ke rumah sakit.

EFEK SAMPING OBAT ANTI DEPRESI


March 5th, 2012 | Posted by Ilham Arif in KEDOKTERAN | Kesehatan Jiwa

Efek Samping Obat Antidepresi I. Pendahuluan Depresi adalah gangguan di mana keadaan murung setelah 2-3 minggu masih juga bertahan atau bahkan memburuk. Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat) : Afek depresif Kehilangan minat dan kegembiraan, dan Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas. Gejala lainnya : Konsentrasi dan perhatian berkurang; Harga diri dan kepercayaan diri berkurang; Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna; Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis; Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri; Tidur terganggu; Nafsu makan berkurang. Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurangkurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat. Teori monoamin menyatakan bahwa depresi diakibatkan oleh terganggunya keseimbangan antara neurotransmitter didalam otak. Khsusunya akibat terutama kekurangan serotonin (dan atau noradrenalin) di saraf-saraf otak. Obat antidepresiva atau obat antimurung adalah obat yang mampu memperbaiki suasana jiwa (mood) dengan menghilangkan atau meringankan gejala keadaan murung. Obat-obat antidepresi dibagi menjadi empat golongan yaitu obat antidepresi trisiklik, tetrasiklik, Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI), dan Monoamin Oxydase Inhibitor (MAOI). Adapun efek samping dari obat-obat antidepresi ini dapat berupa: Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun) Efek antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus takikardia) Efek anti-adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi) Efek neurotoksis (tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia) Untuk mengatasi keadaan tersebut dapat dilakukan: Mulut kering dapat diatasi dengan meminta pasien mengunyah permen karet tanpa gula atau permen tanpa gula, memakai larutan pilocarpine 1 persen, suatu agonis kolinergik, sebagai larutan pencuci mulut tiga kali sehari, tablet bethanechol, suatu agonis kolinergik lainnya, 10 sampai 30 mg, sekali atau dua kali sehari. Pandangan kabur dapat diatasi dengan tetes mata kolinimimetik, suatu larutan pilocarpine 1 persen sebagai obat tetes mata. Retensi urin dapat diatasi dengan bethanechol Konstipasi dapat diatasi dengan laksatif pembentuk massa Hipotensi ortostatik dapat diatasi dengan memilihkan obat dengan aktivitas adrenergik-1 yang rendah. Atau memberikan instruksi kepada pasien untuk bangkit perlahan-lahan dan duduk

segera jika mengalami rasa pusing. Monitoring EKG untuk deteksi kelainan jantung. II. Penggolongan obat-obat antidepresi a. Antidepresan trisiklik (Tricyclic Antidepressants; TCA): Antidepresan trisiklik disebut demikian karena memiliki karakteristik nukleus dengan tiga-cincin. Yang termasuk golongan ini antara lain amitriptyline, imipramine, clomipramine, tianeptine, opipramol. b. Tetrasiklik; obat-obat generasi kedua dan ketiga: Yang termasuk golongan ini antara lain maprotiline, mianserin, amoxapine c. Inhibitor ambilan kembali serotonin selektif (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor, SSRI): Yang termasuk golongan ini antara lain sertraline, paroxetine, fluvoxamine, fluoxetine, citalopram. d. Inhibitor oksidase monoamine (Monoamine Oxydase [MAO] Inhibitor) Yang termasuk golongan ini antara lain maclobemide, tranylcypromine. III. Kerja farmakologis Farmakokinetik a. Trisiklik dan tetrasiklik: Absorpsi dari pemberian sebagian besar obat trisiklik dan tetrasiklik adalah tidak lengkap, dan terdapat metabolisme bermakna dari efek lintas pertama. Trisiklik dimetabolisme melalui dua jalur utama: transformasi nukleus trisiklik dan perubahan rantai cabang alifatik. Jalur pertama melibatkan hidroksilasi dan konjugasi cincin untuk membentuk glucuronide; jalur kedua, terutama dimetilasi nitrogen. Imipramine pamoate adalah suatu obat dalam bentuk depot yang digunakan untuk pemberian intramuskular (IM); indikasi untuk pemakaian preparat tersebut adalah terbatas. Ikatan protein biasanya lebih dari 75 persen, kelarutan dalam lemak adalah tinggi, dan volume distribusi terentang dari 10 sampai 30 L per kg untuk amin tersier sampai 20 sampai 60 L per kg untuk amin sekunder yang bersangkutan. Waktu paruh obat trisiklik dan tetrasiklik adalah bervariasi dari 10 sampai 70 jam, tetapi nortriptyline, maprotiline, dan terutama protriptyline dapat memiliki waktu paruh yang lebih panjang. Waktu paruh yang panjang memungkinkan semua senyawa diberikan sekali sehari; diperlukan waktu lima sampai tujuh hari untuk mencapai kadar plasma yang stabil.

b. SSRI: Perbedaan utama antara SSRI yang tersedia terletak terutama pada sifat farmakokinetiknya, terutama waktu paruhnya. Fluoxetine memiliki waktu paruh yang terpanjang, dua sampai tiga hari; metabolit aktifnya memiliki waktu paruh tujuh sampai sembilan hari. Waktu paruh SSRI lain adalah jauh lebih pendek, kira-kira 20 jam, dan SSRI tersebut tidak memiliki metabolit aktif yang penting. Semua SSRI diabsorpsi baik setelah pemberian oral dan memiliki efek puncaknya dalam rentang empat sampai delapan jam. Semua SSRI dimetabolisme oleh hati. Paroxetine dan fluoxetine dimetabolisme di hati oleh P450IID6, suatu subtipe enzim yang spesifik, yang menyatakan bahwa klinisi harus berhati-hati dalam pemberian bersama obat lain yang juga dimetabolisme oleh P450IID6. Pada umumnya, makanan tidak memiliki efek yang besar pada absorpsi SSRI; pada kenyataannya, pemberian SSRI dengan makanan sering menurunkan

insidensi gejala mual dan diare yang sering berhubungan dengan pemakaian SSRI. c. MAOI: MAOI yang sekarang tersedia diabsorpsi cepat jika diberikan peroral. Tranylcypromine mencapai konsentrasi plasma puncak dalam kira-kira dua jam dan memiliki waktu paruh dua sampai tiga jam. Tidak seperti MAOI hydrazine, konsentrasi plasma tranylcypromine adalah disertai dengan efek hipotensinya. Dengan demikian, klinisi dapat memberikan tranylcypromine dalam sejumlah dosis kecil harian untuk menurunkan efek hipotensif. Pendekatan pemberian tersebut tidak menurunkan efek hipotensif dari MAOI hydrazine. Farmakodinamik a. Trisiklik dan tetrasiklik: Efek jangka pendek obat trisiklik dan tetrasiklik adalah untuk menurunkan ambilan kembali norepinefrin dan serotonin dan menghambat reseptor asetilkolin muskarinik dan histamin. Trisiklik dan tetrasiklik adalah bervariasi dalam hal efek farmakodinamiknya. Amoxapine, nortriptyline, desipramine, dan maprotiline memiliki aktivitas antikolinergik yang paling kecil; doxepine memiliki aktivitas antihistaminergik yang paling besar; clomipramine adalah trisiklik dan tetrasiklik yang paling selektif serotonin dan seringkali dimasukkan dengan inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin (SSRI) seperti fluoxetine (Prozac). Pemberian jangka panjang obat risiklik dan tetrasiklik menyebabkan penurunan jumlah reseptor adrenergik- dan, kemungkinan, penurunan yang serupa dalam jumlah reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2).

b. SSRI: SSRI memiliki dua ciri yang sama: Pertama, mereka memiliki aktivitas spesifik dalam hal inhibisi ambilan kembali serotonin tanpa efek pada ambilan kembali norepinefrin dan dopamin. Kedua, SSRI pada intinya tidak memiliki sama sekali aktivitas agonis dan antagonis pada tiap reseptor neurotransmiter. Tidak adanya aktivitas pada reseptor antikolinergik, antihistaminergik, dan anti-adrenergik-1 adalah dasar farmakologis untuk rendahnya insidensi efek samping yang terlihat pada pemberian SSRI. c. MAOI: Monoamin oksidase (MAO) adalah enzim yang terdistribusi luas dalam tubuh dan berlokasi terutama intraselular, dimana enzim biasanya berikatan dengan sisi luar membran mitokondrium. Konsentrasi MAO paling tinggi adalah di hati, saluran gastrointestinal, sistem saraf pusat, dan sistem saraf simpatik. MAOA dalam saluran gastrointestinal adalah bertanggung jawab untuk metabolisme tyramine diet; jika MAOA diinhibisi oleh MAOI, tyramine makanan dapat memasuki sirkulasi secara langsung dalam bentuk tidak termetabolisme dan selanjutnya dapat bertindak sebagai presor, yang menyebabkan suatu krisis hipertensif. MAO memiliki dua jenis. MAOA relatif lebih spesifik untuk metabolisme norepinefrin dan serotonin; MAOB relatif spesifik untuk metabolisme phenylethylamine; baik MAOA maupun MAOB terlibat dalam metabolisme dopamin. Jika digunakan MAOI ireversibel untuk mengobati pasien, diperlukan waktu sekurangnya dua minggu setelah dosis obat terakhir sebelum pasien dapat dengan aman memakan makanan yang mengandung tyramine, karena tubuh memerlukan kira-kira dua minggu untuk mensintesis ulang MAO yang telah diinhibisi secara ireversibel dan dihancurkan oleh MAOI yang ireversibel.

IV. Efek samping obat antidepresi Efek samping obat antidepresi dapat berupa: Trisiklik Sedasi Rasa mengantuk, efek aditif dengan sedatif lain Simpatomimetik Gemetar, insomnia Antimuskarinik Penglihatan kabur, konstipasi, susah buang air kecil, kebingungan Kardiovaskular Hipotensi ortostatik, defek konduksi, aritmia Psikiatris Psikosis semakin memburuk, sindroma menarik diri Neurologis Seizure Metabolik-endokrin Berat badan meningkat, gangguan seksual MAOI Gangguan tidur, berat badan meningkat, hipotensi postural, gangguan seksual (pheneizine) Amoxapine Sama seperti efek pada trisiklik dengan tambahan dari efek yang dihubungkan dengan antipsikosis Maprotiline Sama seperti pada trisiklik, seizure tergantung dosis Mirtazapine Somnolen, selera makan meningkat, berat badan bertambah, pusing Trazadone, nefazodone Mengantuk, pusing, insomnia, mual, agitasi Venlafaxine Mual, somnolen, berkeringat, pusing, gangguan seksual, hipertensi, kecemasan Bupropion Pusing, mulut kering, berkeringat, tremor, psikosis semakin memburuk, berpotensi terjadi seizure pada dosis tinggi Fluoxetine dan SRI yang lain Insomnia, tremor, gejala gastrointestinal, ruam, penurunan libido, disfungsi seksual, kecemasan (secara akut) a. Trisiklik dan tetrasiklik Efek psikiatrik: suatu efek merugikan yang utama dari obat trisiklik dan tetrasiklik dan antidepresan lainnya adalah kemungkinan menginduksi episode manik pada pasien gangguan bipolar I dan pada pasien tanpa riwayat gangguan bipolar I. Adalah penting untuk menggunakan dosis rendah obat risiklik dan tetrasiklk pada pasien tersebut atau menggunakan obat seperti fluoxetine (Prozac) atau berupa bupropion (Willbutrin), yang lebih kecil kemungkinannya menyebabkan episode manik. Efek neurologis: dua trisiklik, desipramine dan protriptyline, dikaitkan dengan stimulasi psikomotor. Kedutan mioklonik dan tremor lidah dan anggota gerak atas adalah sering terjadi. Amoxapine adalah unik dalam hal menyebabkan gejala parkinsonisme, akathisia, dan malahan diskinesia karena aktivitas penghambatan dopaminergik yang dimiliki oleh salah satu metabolitnya. Amoxapine juga dapat menyebabkan sindroma neuroleptik malignan pada kasus yang jarang. Maprotiline dapat menyebabkan kejang jika dosis ditingkatkan terlalu cepat atau dipertahankan pada kadar yang tinggi untuk jangka waktu yang lama. Clomipramine dan amoxapine dapat menurunkan ambang kejang lebih dari obat lain dalam kelasnya. Tetapi, sebagai satu kelas, obat trisiklik dan tetrasiklik memiliki risiko relatif rendah untuk menimbulkan kejang, kecuali pada pasien yang memiliki risiko untuk kejang (sebagai contohnya, pasien epileptik dan pasien dengan lesi otak). Dosis awal harus lebih rendah dari biasanya, dan peningkatan dosis selanjutnya harus bertahap. Efek antikolinergik: dapat berupa mulut kering, konstipasi, pandangan kabur, dan retensi urin. Glaukoma sudut sempit juga dapat diperberat oleh obat antikolinergik, dan pencetusan glaukoma memerlukan terapi gawat darurat dengan obat miotik. Obat trisiklik

dan tetrasiklik dapat digunakan pada pasien dengan glaukoma, asalkan tetes mata pilocarpine diberikan bersama-sama. Efek antikolinergik yang berat dapat menyebabkan sindroma antikolinergik sistem saraf pusat dengan konfusi dan delirium, khususnya jika obat trisiklik dan tetrasiklik diberikan dengan obat antipsikotik atau antikolinergik. Sedasi: merupakan efek yang paling sering ditemukan pada obat trisiklik dan tetrasiklik dan dapat diperkirakan jika mengantuk telah menjadi masalah. Efek sedatif dari obat trisiklik dan tetrasiklik adalah akibat dari aktivitas serotonergik, kolinergik dan histaminergik (H1). Efek autonomik: diakibatkan penghambatan adrenergik-1, adalah hipotensi ortostatik, yang dapat menyebabkan terjatuh dan cedera pada pasien yang terkena. Nortriptyline mungkin merupakan obat yang paling kecil kemungkinannya menyebabkan masalah tersebut, dan beberapa pasien berespon terhadap fluorocotisone (Florinef), 0,02 sampai 0,05 mg dua kali sehari. Efek autonomik lain yang mungkin terjadi adalah keringat berlebihan, palpitasi, dan peningkatan tekanan darah. Efek jantung: jika diberikan dalam dosis terapetik yang lazimnya, obat trisiklik dan tetrasiklik dapat menyebabkan takikardia, pendataran gelombang T, perpanjangan interval QT, dan depresi segmen ST dalam pencatatan elektrokardiografik (EKG). Imipramine memiliki efek mirip quinidine pada kadar terapetik plasma dan dapat menurunkan jumlah kontraksi prematur ventrikular. Pada pasien dengan riwayat penyakit jantung, obat trisiklik dan tetrasiklik harus dimulai dengan dosis kecil, dengan peningkatan dosis secara bertahap dan memantau fungsi jantung. Efek merugikan lain: penambahan berat badan terutama suatu efek penghambatan reseptor histamin tipe 2 (H2), sering terjadi. Impotensi suatu masalah yang kadang-kadang ditemukan kemungkinan lebih sering berhubungan dengan amoxapine karena penghambatan reseptor dopamin yang disebabkan oleh obat dalam traktus tuberoinfundibular. b. SSRI: Fluoxetine: efek merugikan yang paling sering dari fluoxetine melibatkan sistem saraf pusat dan sistem gastrointestinal. Efek sistem saraf pusta yang paling sering adalah nyeri kepala, ketegangan, insomnia, mengantuk, dan kecemasan. Keluhan gastrointestinal yang paling sering adalah mual, diare, anoreksia, dan dispepsia. Data menyatakan bahwa mual adalah berhubungan dengan dosis dan merupakan suatu efek merugikan di mana pasien tampaknya mengembangkan toleransi. Efek yang lainnya melibatkan fungsi seksual dan kulit. Fluoxetine dieksresi dalam air susu; dengan demikian, ibu menyusui tidak boleh menggunakan fluoxetine. Fluoxetine juga harus digunakan dengan berhati-hati oleh pasien dengan penyakit hati. SSRI lain: efek merugikan yang ditemukan pada SSRI lainnya serupa dengan yang ditemukan pada fluoxetine. c. MAOI Efek merugikan yang paling sering dari MAOI adalah hipotensi ortostatik, penambahan berat badan, edema, disfungsi seksual, dan insomnia. Jika hipotensi ortostatik berhubungan dengan pemakaian phenelzine atau isocarboxazid adalah parah, keadaan ini mungkin berespon terhadap terapi dengan fludrocortisone (florinef), suatu mineralokortikosteroid 0,1 sampai 0,2 mg sehari; kaus kaki elastik (support stocking); hidrasi; dan peningkatan asupan garam. Hipotensi ortostatik yang berhubungan dengan pemakaian tranylcypromine, adalah suatu krisis hipertensif spontan

yang terjadi setelah pemaparan pertama dengan obat dan tidak berhubungan dengan ingesti tyramine. Penambahan berat badan, edema, dan disfungsi seksual seringkali tidak responsif terhadap terapi apapun dan mungkin mengharuskan mengganti dari hydralazine menjadi MAOI nonhydralazine atau sebaliknya. Mioklonus, nyeri otot, dan parathesia kadang-kadang ditemukan pada pasien yang diobati dengan MAOI. Parathesia mungkin sekunder karena defisiensi pyrodoxine akibat MAOI, yang berespon dengan suplementasi pyrodoxine, 50 sampai 150 mg peroral setiap hari. Kadang-kadang, pasien mengeluh merasa mabuk atau kebingungan, kemungkinan menyatakan bahwa dosis harus diturunkan dan selanjutnya ditingkatkan perlahanlahan. Efek hepatotoksik jarang dilaporkan. MAOI kurang kardiotoksik dan kurang epileptogenik jika dibandingkan obat trisiklik yang digunakan untuk mengobati depresi. MAOI harus digunakan dengan berhati-hati oleh pasien dengan penyakit ginjal, gangguan kejang, penyakit kardiovaskular, atau hipertiroidisme. MAOI dikontraindikasikan selama kehamilan, walaupun data tentang risiko teratogeniknya adalah minimal. MAOI tidak boleh digunakan oleh wanita menyusui karena obat dapat keluar melalui air susu. Krisis Hipertensif akibat Tyramine: jika pasien yang menggunakan MAOI nonselektif mengingesti makanan yang kaya akan tyramine, mereka kemungkinan mengalami reaksi hipertensif yang dapat membahayakn (sebagai contohnya, suatu penyakit serebrovaskular). Pasien juga harus diperingatkan bahwa gigitan lebah dapat menyebabkan krisis hipertensif. V. Kesimpulan Sindrom depresi disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa aminergik neurotransmitter (noreadrenaline, serotonin, dopamine) pada sinaps neuron di susunan saraf pusat (khususnya pada sistem limbik). Mekanisme obat antidepresi adalah menghambat re-uptake aminergik neurotransmitter dan menghambat penghancuran oleh enzim monoamine oxidase sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergic neurotransmitter pada sinaps neuron di susunan saraf pusat. Efek samping obat antidepresi dapat berupa sedasi, efek kolinergik, efek anti-adrenergik alfa dan efek neurotoksis.

Penanganan Keracunan Organofosfat


Posted on 7 June 2010 by moslempharmacy

A. Pendahuluan
Organofosfat adalah nama umum ester dari asam fosfat. Pada tahun 1930an organofosfat digunakan sebagai insektisida, namun pihak militer Jerman mengembangkan senyawa ini sebagai neurotoksin selama perang dunia kedua.

Struktur umum organofosfat Gugus X pada struktur di atas disebut leaving group yang tergantikan saat organofosfat menfosforilasi asetilkholin serta gugus ini paling sensitif terhidrolisis. Sedangkan gugus R1 dan R2 umumnya adalah golongan alkoksi, misalnya OCH3 atau OC2H5. Organofosfat dapat digolongkan menjadi beberapa golongan antara lain, fosfat, fosforothioat, fosforamidat, fosfonat, dan sebagainya. Pada tahun 1983 dilaporkan angka mortalitas keracunan pestisida yang tidak disengaja mencapai 7 per 10 juta laki-laki dan 0,5 per 10 juta wanita. Biasanya, sekitar 20.000 kasus intoksikasi organofosfat dilaporkan setiap tahunnya. Pada tahun 1998, American Association of Poison Control Centers melaporkan sebanyak 16.392 jiwa terpapar organofosfat dan 11 jiwa diantaranya mengalami kematian. Anak-anak yang terpapar senyawa ini sepertinya lebih besar di negara berkembang karena anak-anak banyak yang bekerja di ladang pertanian atau disewa sebagai buruh pertanian. Penggunaan organofosfat sebagai agen bunuh diri ternyata di negara berkembang lebih besar. Bunuh diri dan keracunan organofosfat menyebabkan 200.000 kematian setiap tahunnya di negara berkembang. Penelitian tentang keracunan pestisida selama satu tahun (1999-2000) di tujuh rumah sakit di Jawa melaporkan 126 kasus, 100 kasus terjadi pada pria dan 26 kasus terjadi pada wanita. Sebanyak 11% dari kasus terjadi pada orang dewasa berusia 22-55 tahun. Penyebab keracunan antara lain karena kesengajaan (43%), pekerjaan (37%) dan kecelakaan (16%). Keracunan tersebut paling banyak disebabkan oleh pestisida golongan organofosfat.

B. Mekanisme Aksi
Organofosfat mempunyai aksi sebagai inhibitor enzim kholinesterase. Kholinesterase adalah enzim yang berfungsi agar asetilkholin terhidrolisis menjadi asetat dan kholin. Organofosfat mampu berikatan dengan sisi aktif dari enzim ini sehingga kerja enzim ini terhambat. Akibatnya jumlah asetilkholin dalam sipnasis meningkat sehingga menimbulkan stimulasi reseptor possinap yang persisten. Asetilkholin terdapat di seluruh sistem saraf, terutama sekali asetilkholin berperan penting pada sistem saraf autonom. Senyawa ini berperan sebagai neurotransmiter pada ganglia sistem saraf simpatik dan parasimpatik, yang mana senyawa ini berikatan dengan reseptor nikotinik. Inhibisi kholinesterase pada ganglia sistem saraf simpatik dapat menimbulkan midriasis, takikardi, dan hipertensi. Sedangkan, penghambatan kholinesterase pada ganglia sistem saraf parasimpatik menimbulkan efek miosis, bradikardi, dan salivasi. Asetilkholin juga merupakan neurotransmitter posganglionik pada saraf parasimpatik yang secara langsung mempengaruhi jantung, bermacam-macam kelenjar, otot polos bronchial. Tidak seperti reseptor pada ganglia, reseptor pada organ ini adalah reseptor muskarinink.

C. Biotransformasi

Bioaktivasi senyawa ini terdiri dari desulfurisasi oksidasi yang sebagian besar terjadi di hati tetapi tidak secara eksklusif. Metabolisme dilakukan oleh enzim Sitokrom P450 yang mendorong terbentuknya oxon atau oksigen yang analog dengan induk pestisida. Berbagai macam enzim Sitokrom P450 terlibat dalam aktivasi organofosforotioat menjadi oxonoxonnya dengan spesifitas substrat yang berbeda. Sebagai contoh, diazinon diaktivasi oleh CYP2C19, sementara parathion diaktivasi oleh CYP3A4/5 dan CYP2C8, dan Klorpyrifos diaktivasi oleh CYP2B6. Aktivasi organofosfat tidak hanya melalui desulfurisasi oksidasi tetapi reaksi lain juga dapat mengaktivasi senyawa ini. Sejalan dengan hal tersebut, insektisida organofosfat mengalami oksidasi tioeter (pembentukan sulfoksida S=O, diikuti pembentukan sulfon O=S=O) yang terjadi pada sebagian leaving group yang juga dikatalis oleh Sitokrom P450. Sebagai contoh, pada kasus organofosfat disulfoton, sulfoksida dan sulfon lebih poten sebagai inhibitor kolinesterase dibandung senyawa induknya. Pada biotransformasi pestisida senyawa diubah menjadi metabolit yang lebih poten. Hal tersebut berbeda dengan metabolisme senyawa lain yang bertujuan untuk deaktivasi atau mengubah senyawa menjadi tidak toksik.

D. Penatalaksanaan Keracunan
Untuk mengatasi keracunan karena toksikan, tindakan yang perlu dilakukan adalah stabilisasi pasien, dekontaminasi, dan pemberian antidotum.

1. Stabilisasi Pasien
Pemeriksaan saluran nafas, pernafasan, dan sirkulasi merupakan evaluasi primer yang harus dilakukan serta diikuti evaluasi terhadap tanda dan symptom toksisitas kolinergik yang dialami pasien. Dukungan terhadap saluran pernafasan dan intubasi endotrakeal harus dipertimbangkan bagi pasien yang mengalami perubahan status mental dan kelemahan neuromuskular sejak antidotum tidak memberikan efek. Pasien harus menerima pengobatan secara intravena dan monitoring jantung. Hipotensi yang terjadi harus diberikan normal salin secara intravena dan oksigen harus diberikan untuk mengatasi hipoksia. Terapi suportif ini harus diberikan secara paralel dengan pemberian antidotum.

2. Dekontaminasi
Dekontaminasi harus segera dilakukan pada pasien yang mengalami keracunan. Baju pasien harus segera dilepas dan badan pasien harrus segera dibersihkan dengan sabun. Proses pembersihan ini harus dilakukan pada ruangan yang mempunyai ventilasi yang baik untuk menghindari kontaminasi skunder dari udara. Pelepasan pakaian dan dekontaminasi dermal mampu mengurangi toksikan yang terpapar secara inhalasi atau dermal, namun tidak bisa digunakan untuk dekontaminasi toksikan yang masuk dalam saluran pencernaan. Dekontaminasi pada saluran cerna harus dilakukan setelah kondisi pasien stabil. Dekontaminasi saluran cerna dapat melalui pengosongan orogastrik atau nasogastrik, jika toksikan diharapkan masih berada di

lambung. Pengosongan lambung kurang efektif jika organofosfat dalam bentuk cairan karena absorbsinya yang cepat dan bagi pasien yang mengalami muntah. Arang aktif 1g/kg BB harus diberikan secara rutin untuk menyerap toksikan yang masih tersisa di saluran cerna. Arang aktif harus diberikan setelah pasien mengalami pengosongan lambung. Muntah yang dialami pasien perlu dikontrol untuk menghindari aspirasi arang aktif karena dapat berhubungan dengan pneumonitis dan gangguan paru kronik.

3. Pemberian Antidotum
a) Agen Antimuskarinik

Agen antimuskarinik seperti atropine, ipratopium, glikopirolat, dan skopolamin biasa digunakan mengobati efek muskarinik karena keracunan organofosfat. Salah satu yang sering digunakan adalah Atropin karena memiliki riwayat penggunaan paling luas. Atropin melawan tiga efek yang ditimbulkan karena keracunan organofosfat pada reseptor muskarinik, yaitu bradikardi, bronkospasme, dan bronkorea. Pada orang dewasa, dosis awalnya 1-2 mg yang digandakan setiap 2-3 menit sampai teratropinisasi. Untuk anak-anak dosis awalnya 0,02mg yang digandakan setiap 2-3 menit sampai teratropinisasi. Tidak ada kontraindikasi penanganan keracunan organofosfat dengan Atropin. b) Oxime

Oxime adalah salah satu agen farmakologi yang biasa digunakan untuk melawan efek neuromuskular pada keracunan organofosfat. Terapi ini diperlukan karena Atropine tidak berpengaruh pada efek nikotinik yang ditimbulkan oleh organofosfat. Oxime dapat mereaktivasi enzim kholinesterase dengan membuang fosforil organofosfat dari sisi aktif enzim. Pralidoxime adalah satu-satunya oxime yang tersedia. Pada regimen dosis tinggi (2 g iv load diikuti 1g/jam selam 48 jam), Pralidoxime dapat mengurangi penggunaan Atropine total dan mengurangi jumlah penggunaan ventilator. Dosis yang direkomendasikan WHO, minimal 30mg/kg iv bolus diikuti >8mg/kg/jam dengan infus. Efek samping yang dapat ditimbulkan karena pemakaian Pralidoxime meliputi dizziness, pandangan kabur, pusing, drowsiness, nausea, takikardi, peningkatan tekanan darah, hiperventilasi, penurunan fungsi renal, dan nyeri pada tempat injeksi. Efek samping tersebut jarang terjadi dan tidak ada kontraindikasi pada penggunaan Pralidoxime sebagai antidotum keracunan organofosfat.

Você também pode gostar

  • Tabel Koef Distribusi
    Tabel Koef Distribusi
    Documento2 páginas
    Tabel Koef Distribusi
    Asri Shofi Nugroho
    Ainda não há avaliações
  • Soal pkf1
    Soal pkf1
    Documento2 páginas
    Soal pkf1
    Asri Shofi Nugroho
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Documento2 páginas
    Daftar Isi
    Asri Shofi Nugroho
    Ainda não há avaliações
  • Jadwal Kuliah Kelas B
    Jadwal Kuliah Kelas B
    Documento1 página
    Jadwal Kuliah Kelas B
    Asri Shofi Nugroho
    Ainda não há avaliações
  • Kromatografi Kertas Lampiran
    Kromatografi Kertas Lampiran
    Documento1 página
    Kromatografi Kertas Lampiran
    Asri Shofi Nugroho
    Ainda não há avaliações
  • Tugas Tekbim
    Tugas Tekbim
    Documento1 página
    Tugas Tekbim
    Asri Shofi Nugroho
    Ainda não há avaliações
  • Lampiran Kjehdal
    Lampiran Kjehdal
    Documento4 páginas
    Lampiran Kjehdal
    Asri Shofi Nugroho
    Ainda não há avaliações
  • Jadwal Kuliah Kelas B
    Jadwal Kuliah Kelas B
    Documento1 página
    Jadwal Kuliah Kelas B
    Asri Shofi Nugroho
    Ainda não há avaliações
  • Panas Jenis Zat Padat
    Panas Jenis Zat Padat
    Documento1 página
    Panas Jenis Zat Padat
    Asri Shofi Nugroho
    Ainda não há avaliações
  • Lampiran Fisik
    Lampiran Fisik
    Documento5 páginas
    Lampiran Fisik
    Asri Shofi Nugroho
    Ainda não há avaliações
  • Bab Iii Soal Dan Pembahasan
    Bab Iii Soal Dan Pembahasan
    Documento2 páginas
    Bab Iii Soal Dan Pembahasan
    Asri Shofi Nugroho
    Ainda não há avaliações
  • Glikolisis Adalah Serangkaian
    Glikolisis Adalah Serangkaian
    Documento8 páginas
    Glikolisis Adalah Serangkaian
    Asri Shofi Nugroho
    Ainda não há avaliações
  • Pengenalan KPD Komputer
    Pengenalan KPD Komputer
    Documento9 páginas
    Pengenalan KPD Komputer
    anggur_violet
    Ainda não há avaliações
  • Viskositas
    Viskositas
    Documento2 páginas
    Viskositas
    Asri Shofi Nugroho
    Ainda não há avaliações
  • Tembaga
    Tembaga
    Documento3 páginas
    Tembaga
    Asri Shofi Nugroho
    Ainda não há avaliações
  • Prinsip Titrasi Asam Basa
    Prinsip Titrasi Asam Basa
    Documento5 páginas
    Prinsip Titrasi Asam Basa
    Asri Shofi Nugroho
    100% (1)
  • Data Pengamatan Biokim
    Data Pengamatan Biokim
    Documento1 página
    Data Pengamatan Biokim
    Asri Shofi Nugroho
    Ainda não há avaliações
  • Cerita Suju
    Cerita Suju
    Documento9 páginas
    Cerita Suju
    Asri Shofi Nugroho
    Ainda não há avaliações
  • Kamus Bahasa Sunda
    Kamus Bahasa Sunda
    Documento36 páginas
    Kamus Bahasa Sunda
    Asri Shofi Nugroho
    Ainda não há avaliações
  • Data Pengamatan Biokim
    Data Pengamatan Biokim
    Documento1 página
    Data Pengamatan Biokim
    Asri Shofi Nugroho
    Ainda não há avaliações