Você está na página 1de 1

Rumah Pejabat Dituding 'Biang Keladi' Sinyal Drop

Stefanus Yugo Hindarto - Okezone


Rabu, 3 November 2010 13:48 wib

JAKARTA - Penggunaan penguat sinyal (repeater) yang kian marak di masyarakat menyebabkan sinyal telekomunikasi menjado drop. Parahnya lagi, pengguna repeater kebanyakan untuk kepentingan pribadi, khususnya pejabat. "Pejabat banyak menggunakan dan juga orang-orang tertentu," kata perwakilan Asosiasi Telekomunikasi Selular indonesia (ATSI), Toto Suwandi, di Jakarta, Rabu (3/11/2010). Dikatakan Toto, di Jabodetabek dan Serang terdapat sekira 46 titik penggunaan repeater ilegal.

"Dari 46, baru 20 titik yang diselesaikan, dan masih sisa 20 titik lagi. Kebanyakan perangkat ini berasal dari Surabaya, Batam, dan Jakarta," kata Toto. Sulit memang untuk menghitung kerugian yang ditimbulkan repeater-repeater ilegal ini. Pasalnya selain didapat dari tempat yang tidak terdaftar, repeater ini juga sulit terdeteksi. Bahkan untuk mengetahui adanya repeater ilegal harus menunggu aduan dari masyarakat yang mengalami sinyal drop. "Frekuensi yang rusak kebanyakan GSM di frekuensi 900 mhz tapi ada juga yang di 1800mhz. Kekuatan repeater ini pun beragam mulai dari 96 db," papar Toto. Alih-alih ingin memperkuat sinyal di ponsel pribadi, hal tersebut malah mengakibatkan sinyal telekomunikasi yang digunakan oleh orang lain di sekitarnya menjadi drop. Bagi pelanggan seluler yang tidak tahu, kesalahan drop sinyal akan ditimpakan ke operator. Inilah yang akhirnya merugikan para operator seluler selaku penyedia layanan komunikasi. Jika ketahuan, pengguna repeater ilegal akan dijatuhi hukuman penjara maksimal enam tahun atau denda sekira Rp600 juta, sesuai dengan pasal 38 UU no.36/1999. Dalam pasal tersebut dinyatakan, setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan gangguan fisik dan elektromagnetik terhadap penyelenggara telekomunikasi. Maka sanksi pelanggaran untuk gangguan tersebut diancam pidana penjara paling lama enam tahun dan atau denda paling banyak Rp600.000.000 (enam ratus juta rupiah).

Você também pode gostar