Você está na página 1de 10

Nama : Annas Nasrudin

NIM : 1211703004
Semester : 3(tiga)
Jurusan : Fisika


TUGAS UAS TAUHID


BAB 1 Pengertian Taaruf
Arti Taaruf secara bahasa adalah perkenalan. Biasanya kita sering mengenali teman kita, guru kita,
saudara kita atapun pasangan kita. Kita lebih memahami dan mengenali orang lain lebih dari mengenali
ke diri kita. Ada pepatah mengatakan bahwa tak kenal maka tak sayang. Sejauh mana kita mengenali
sejauh mana kita menyanyangi. Tak hanya kepada orang lain. Kita juga harus saying terhadap diri kita
sendiri. Disini muncul sebuah pertanyaan, sejauh mana kita mengenali diri kita? Apa kita terlalu sibuk
mengenali orang lain sehingga tak sempat untuk mengenali diri kita sendiri? Oleh karena itu mari kita
coba cari tahu siapa sebenarnya diri kita itu. Yang lebih tau diri kita itu seharusnya kita bukan orang lain.
Kita memandang diri kita itu apa , ataukah kita dipandang apa oleh orang lain. Kita seharusnya tahu kita
itu siapa, mengapa kita ada, tujuan hidup kita itu apa. Sejauh mana kita mengenali diri semakin dekat kita
dengan pencipta kita. Coba kita telusuri sebenarnya kita berasal dari mana. Apa dari ibu kita? Ibu kita dari
mana. Dari ibunya juga. Dan terus sampai ke nenek moyang kita. Sebenarnya manusia itu berasal dari
mana. Pasti ada satu dzat yang menciptakan manusia yaitu Tuhan. Namun ada kalanya sebuah
pertanyaan muncul Tuhan di ciptakan oleh siapa. Jika memang Tuhan itu di ciptakan, pasti ada dzat yang
lebih tinggi lagi. Tiada hentinya. Pasti ada dzat yang maha dari segala maha yaitu Alloh SWT. Dia lah
yang menciptakan segala sesuatu yang di alam semesta ini. Sejauh manakah kita mengenal Tuhan kita?
Tuhan adalah sesuatu yang tak dapat masuk akal, karena kemampuan manusialah yang tak dapat
menerima kebesarannya. Jadi untuk mengenal Tuhan kita salah satu cara nya adalah mengenal ciptaan-
Nya. Dengan ilmu kita bisa lebih mengenal ada na pencipta.


BAB 2 Kenapa Harus Bertuhan
Mungkin dalam kasus ini muncul pertanyaan kenapa kita harus bertuhan, sebenarnya kita telah
bertuhan. Tuhan itu banyak. Bisa tuhan kerja, tuhan uang, atau apa saja yang kita sangan agung-agung
kan dapat menjadi tuhan bagi kita. Maka dari itu sebenarnya yang paling maha dari segala maha adalah
Alloh SWT. Karena Dia dapat memberi kita ketenangan hati jikala kita susah, jikala kita kesusahan dalam
permasalahan di dunia. Tidak ada yang dapat paling sayang kepada kita selain Allah. Tak ada ada yang
dapat kita memohon selain Allah.
:| .> ,, _. _., :, _. `>L .`,: >.: _ls .. `.l >,, l! _l,
!..: _ l1. , ..,1l !.| !. _s ..> _.s __
172. dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab:
"Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)",


BAB 3 Wujud
Wujud dalam arti bahasa itu ada. Namun jika dikaitkan dengan materi kita coba kita jelaskan.
Sesuatu dapat dikatakan ada itu seperti apa. Kita dapat mengatakan ada jika ada secara fisik. Namun jika
muncul pertanyaan apa tuhan itu ada? Seperti apa Tuhan itu? Kita tak dapat menjelaskan secara fisik
tuhan itu seperti apa. Tapi kita dapat menjelaskan dengan pendekatan secara akal. Tuhan itu ada tapi tak
dapat kita rasakan dengan panca indra kita karena keterbatasan panca indra kita. Namun kita dapat
merasakan dengan akal kita. Apa semua yang tercipta ini hanya sekedar kebetulan. Salah jika kita
menganggap semua keteraturan alam kita yang telah terjadi bertahun-tahun itu secara kebetulan. Pasti ada
satu yang mengatur segalanya. Kita dapat mengatakan Tuhan itu ada karena ada ciptaan-Nya. Bukan
berarti tuhan itu ada karena ada yang menciptakan juga. Tuhan itu maha segalanya . karena tuhan itu
berdiri sendiri.


BAB 4 Kholifah Alloh Di Bumi
:| _! , >.l.ll _.| _sl> _ _ ,l> l! `_-> !, _. ..`, !, ,`.
,!. _> _,.. ..> '_.1. ,l _! _.| `ls !. .l-. _
30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Q.S Albaqarah :30
Dari ayat diatas terjadi konflik, bahwa malaikat seakan menyanggah kepada Alloh bahwa
makhluk Alloh ini jika di turun kan kebumi dengan sifat-sifat nya begitu ditambah lagi dengan
dijadikannya khalifah. Sesungguh nya Allah menurunkan manusia ke bumi karena manusia
mempunyai potensi yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Yaitu kemampuan menamai dan
kemampuan dalam memilih. Itulah kenapa manusia dijadikan sebagai kholifah si bumi. Di dalam
alquran di jelaskan bagaimana nabi adam turun dari surga. Karena nabi adam telah memakan
buah khuldi. Buah khuldi dalam artian buah keabadian. Manusia di goda oleh syaitan untuk
memakan buah itu karena jika memakan, manusia akan kekal. Makhluk Allah yang lain tidak ada
yang mampu untuk memakan, hanya manusia lah yang dapat memakan karena potensi yang ia
miliki. Mungkin karena alas an inilah Allah menjadikan manusia khalidah di muka bumi.
Ada juga alsan lain. Di bumi juga terdapat beberapa makhluk Allah, seperti hewan,
tumbuhan, syaitan dan malaikat juga. Namun jika hewan dan tumbuhan, mereka tak dapat
menjadi khalifah di muka bumi karena mereka tidak emiliki akal. Dan adapun juga malaikat dan
syaitan, mereka juga tak dapat menjadi khalifah, karena mereka berbeda dimensi dengan dimensi
yang kita hidupi ini.
Yang dimaksud dengan khalifah ialah wakil Allah. Dalam artian pemimpin yang di
percaya oleh Allah untuk mengelola alam ini.
Manusia itu terdiri dari beberapa bagian. Fisik, jiwa dan ruh. Raga itu terikat dengan ruang
dan waktu. Jiwa tidak terikat oleh ruang dan waktu .


BAB 5 Iman Dan Kebebasan
Jika kita berbicara soal iman, ada beberapa pokok bahasan. Iman tidak hanya diucapkan
dengan lisan, tapi dihayati dengan hati , dirasakan dengan akal, dan dilakukan dengan ikhlas.
Mungkin muncul beberapa pertanyaan mengenai kebebasan, apa sih yang disebut dengan
bebas itu? Apaka bebas itu lepas dari aturan? Mari kita analogikan dengan contoh, apabila
seseorang berjalan, apabila dia bebas berjalan, maka dia bisa saja jalan di tengah jalan atau jalan
ke mana saja semau nya ? atau menyetel music keras-keras karena bebas? Apakaah seperti itu?
Bebas itu sebenarnya muncul karena ada aturan. Bukan lepas dari aturan. Kita bebas
melakukan apa saja semau kita asalkan tidak mengganggu kebebasan orang lain. Kata asalkan itu
sendiri merupakan sebuah aturan yang mengikat kebebasan seseorang.
Namun jika dikaitkan dengan keimanan. Apasih yang di maksud dengan keimanan yang
bebas itu? Sebenarnya tuhan itu banyak, seperti tuhan uang, tuhan jabatan, tuhan kerja.
Maksudnya bebas beriman itu adalah membebas kan iman kita dari Tuhan-Tuhan yang lain.
Sehingga Tuhan kita hanya Allah.


BAB 6 Kenabian

Nabi adalah seorang yang diberi wahyu oleh Allah untuk melanjutkan syari'at yang diemban oleh
Rasul sebelumnya. Berbeda dengan Rasul yang membawa risalah / syari'at baru.
Al-Qur'an menyebut beberapa orang sebagai nabi. Nabi pertama adalah Adam, sedangkan nabi
sekaligus rasul terakhir ialah Nabi Muhammad. Percaya kepada para nabi dan para rasul merupakan salah
satu Rukun Iman dalam Islam.
Dalam Islam terdapat banyak nabi, tetapi yang harus diketahui hanya 25 nabi dan 4 di antaranya
adalah penerima Kitab Suci:
Daud (Zabur),
Musa (Taurat),
Isa (Injil),
Muhammad (Al-Quran)
Kenapa nabi itu banyak, karena nabi itu di utus oleh Alloh untuk menyelesaikan masalah umat
pada zamannya. Karena berbeda-beda zaman, maka nabi pun tergolong sangat banyak.
Rasul (Arab: Rasl; Plural Rusul) adalah seorang yang mendapat wahyu dari Allah
dengan suatu syari'at dan ia diperintahkan untuk menyampaikannya dan mengamalkannya. Setiap rasul
pasti seorang nabi, namun tidak setiap nabi itu seorang rasul. Jadi jumlah para nabi itu jauh lebih banyak
ketimbang para rasul.
Menurut syariat Islam jumlah rasul ada 312,sesuai dengan hadits yang telah disebutkan oleh
Muhammad, yang diriwayatkan oleh At-Turmudzi.
Kenapa di dalam islam itu nabi Muhammad menjadi nabi dan rasul yang paling akhir dan paling
baik. Karena Alquran lah yang telah menyempurnakan kitab-kitab pendahulunya. Dan kennapa sih islam
menjadi agama yang terbaik? Karena di islam ajarannya memadukan antara kasih dan tegas. Berbeda
dengan agama yahudi, mereka hanya keras-keras saja. Dan juga berbeda dengan Kristen, ajarannya hanya
mengajarkan kelembutan saja tanpa kekerasan.

BAB 7 Keadilan
Adil berasal dari bahasa Arab yang berarti berada di tengah-tengah, jujur, lurus, dan tulus. Secara
terminologis adil bermakna suatu sikap yang bebas dari diskriminasi, ketidakjujuran. Dengan
demikian orang yang adil adalah orang yang sesuai dengan standar hukum baik hukum agama,
hukum positif (hukum negara), maupun hukum sosial (hukum adat) yang berlaku. Dalam Al
Quran, kata adl disebut juga dengan qisth (QS Al Hujurat 49:9).

Dengan demikian, orang yang adil selalu bersikap imparsial, suatu sikap yang tidak memihak
kecuali kepada kebenaran. Bukan berpihak karena pertemanan, persamaan suku, bangsa maupun
agama. Keberpihakan karena faktor-faktor terakhirbukan berdasarkan pada kebenaran dalam
Al Quran disebut sebagai keberpihakan yang mengikuti hawa nafsu dan itu dilarang keras (QS
An Nisa 4:135). Dengan sangat jelas Allah menegaskan bahwa kebencian terhadap suatu
golongan, atau individu, janganlah menjadi pendorong untuk bertindak tidak adil (QS Al Maidah
5:8).
Zalim (Arab: , Dholim) adalah meletakkan sesuatu/ perkara bukan pada tempatnya. Orang
yang berbuat zalim disebut zalimin. Lawan kata zalim adalah adil.
Adil muncul dalam kesadaran nurani dan iman.
Kita bersikap adil kepada diri kita/terhadap orang lain, caranya dengan tujuan baik.
Jangan lah kamu membenci orang yang. Bukan berarti kita menilai salah semua kelakuannya
its not fair.
Keadilan tidak hanya bersifat materi, namun imateri juga. Keadilan itu bertujuan mulia.
Pada saat orang tidak menempatkan sesuatu pada tempat nya maka akan datang lah kehancuran.

BAB 8 Kalam

Kalam menurut bahasa ialah ilmu yang membicarakan/membahas tentang masalah ke-
Tuhanan/ketauhidan (meng-Esakan Tuhan), atau kalam menurut loghatnya ialah omongan atau perkataan.
Sedangkan menurut istilah Ilmu Kalam ialah sebagai berikut:

a. Menurut Ibnu Khaldun, Ilmu Kalam ialah ilmu yang berisi alasan alasan mempertahankan
kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-
orang yang menyeleweng dari kepecayaan aliran golongan salaf dan ahli sunah
b. Menurut Husain Tripoli, Ilmu Kalam ialah ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan
kepercayaan-kepercayaan keagamaan agama Islam dengan bukti- bukti yang yakin
c. Menurut Syekh Muhammad Abduh definisi Ilmu Kalam adalah ilmu yang membahas tentang
wujud Allah, sifat-sifat yang wajib bagi-Nya, sifat-sifat yang jaiz bagi-Nya dan tentang sifat-sifat yang
ditiadakan dari-Nya dan juga tentang rasul-rasul Allah baik mengenai sifat wajib, jaiz dan mustahil dari
mereka[2]
d. Menurut Al-Farabi definisi Ilmu Kalam adalah disiplin ilmu yang membahas Dzat dan Sifat Allah
beserta eksistensi semua yang mungkin mulai yang berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah
sesudah mati yang berlandaskan doktrin Islam
e. Menurut Musthafa Abdul Razak, Ilmu Kalam ialah ilmu yang berkaitan dengan akidah imani yang
di bangun dengan argumentasi-argumentasi rasional

Kadangkala kalam Ilahi didefinisikan dengan makna lebih luas dari huruf-huruf dan suara-suara. Pada
makna ini, kalam Ilahi mencakup seluruh makhluk-Nya dan setiap eksistensi tidak hanya merupakan hasil
perbuatan dan kreasi-Nya, melainkan merupakan kalimat dari kalimat-kalimat-Nya. Dari sini muncul
pertanyaan bahwa bagaimana mungkin kata "kalam" digunakan untuk makhluk dan benda-benda luar,
sedangkan berdasarkan penggunaan umum, kalam adalah kata-kata yang tertulis atau terdengar?

Jawaban ringkas soal di atas adalah dengan mengamati penggunaan dan manfaat kata-kata, maka akan
menjadi jelas bahwa substansi kalam adalah menjabarkan dan menguraikan makna-makna yang ada di
benak pembicara. Oleh karena itu, hakikat kalam tidak lain adalah hikayat, petunjuk, dan implikasi. Pada
sisi lain, aktifitas pelaku (penciptaan makhluk) selain menunjukkan keberadaan pelaku juga menceritakan
kekhususan wujudnya, dan perbedaan yang ada pada keduanya hanyalah bahwa implikasi yang ada pada
kata-kata adalah perjanjian dan penetapan yang bersifat relatif dan nisbi, sementara implikasi perbuatan
pelaku (seluruh makhluk) adalah bersifat hakiki dan realistis-rasional. Dengan demikian, makna kalam
bisa diperlebar dan mengisyaratkan pada perbuatan Tuhan, karena setiap aktifitas menggambarkan
kekhususan, tujuan, dan kehendak pelakunya. Sebagaimana yang dilihat pada al-Qur'an dan hadis-hadis
Ahlulbait As yang memberikan legitimasi pada perluasan pemaknaan ini, sebagian maujud yang
merupakan tanda-tanda Ilahi diperkenalkan sebagai kalimatullah.
Dalam al-Qur'an kata Mutakallim tidak dimunculkan sebagai sifat Tuhan, akan tetapi pada sebagian ayat
kata ini digunakan dalam bentuk kata kerja dengan kata dasar takallum (berbicara)

Dalam surah an-Nisa ayat 164, Allah Swt berfirman, "Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang
sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami
kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung

Al-Qur'an al-Karim dalam tiga tempat menyebut kata kalam dengan Kalamullah (perkataan Tuhan), dan
satu tempat dengan ungkapan Kalmi (Perkataan-Ku)Di tempat-tempat lain, kita bisa menyaksikan
ungkapan seperti Kalimatu rabbika dan Kalimatullah. Adanya ungkapan-ungkapan ini bisa disimpulkan
bahwa al-Qur'an sepakat bahwa Tuhan mempunyai sifat takallum (berbicara).

Al-Qur'an al-Karim pada sebagian ayatnya berbicara tentang kalam verbal dan yang terdengar. Dalam
surah Qashash ayat 30, Allah Swt berfirman, "Maka tatakala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah ia
dari arah pinggir lembah sebelah kanan pada tempat yang diberkahi, dari sebotong pohon kayu, yaitu:
"Ya Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam.

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Swt mengajak Nabi Musa As berbicara dengan menggunakan suara-
suara yang terdengar dan dari konteks yang terdapat pada ayat ini dan ayat-ayat setelahnya menjadi jelas
bahwa suara-suara tersebut didengar oleh Nabi Musa As. Pada ayat lain disebutkan adanya tiga metode
pembicaraan Tuhan kepada manusia. Dalam surah as-Syuura ayat 51, berfirman, "Dan tidak mungkin
bagi seorang manusia pun akan bercakap dengan Allah kecuali dengan perantaraan wahyu atau di
belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu mewahyukan kepadanya dengan
seizin Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana


BAB 9 Takdir
Takdir adalah ketentuan suatu peristiwa yang terjadi di alam raya ini yang meliputi semua sisi
kejadiannya baik itu mengenai kadar atau ukurannya, tempatnya maupun waktunya. Dengan demikian
segala sesuatu yang terjadi tentu ada takdirnya, termasuk manusia.
DIMENSI KETUHANAN
Dimensi ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al Quran yang menginformasikan bahwa Allah
maha kuasa menciptakan segala sesuatu termasuk menciptakan Takdir.
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir ,Yang Zhahir dan Yang Bathin (QS. Al Hadid [57]:3). Allah tidak
terikat ruang dan waktu, bagi-Nya tidak memerlukan apakah itu masa lalu, kini atau akan datang).
Dia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu dan sungguh telah menetapkannya (takdirnya). (QS. Al-
Furqaan25]:2)
Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan bumi.
Sesungguhnya itu semua telah ada dalam kitab, sesungguhnya itu sangat mudah bagi Allah. (QS. Al-
Hajj[22]:70)
Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya (QS. Al Maa'idah[5]:17)
Kalau Dia (Allah) menghendaki maka Dia memberi petunjuk kepadamu semuanya. (QS. Al-
An'am[6]:149)
Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat. (QS. As-Safat[37]:96)
Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. (QS. Luqman[31]:22). Allah yang menentukan
segala akibat.

DIMENSI KEMANUSIAAN
Dimensi ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al Quran yang meginformasikan bahwa Allah
memperintahkan manusia untuk berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita dan tujuan
hidup yang dipilihnya.
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak
ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia (QS. Ar
Ra'd[13]:11)
(Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih
baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS. Al Mulk[67]:2)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, Nasrani, Shabiin (orang-orang yang
mengikuti syariat Nabi zaman dahulu, atau orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa), siapa
saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan beramal saleh,
maka mereka akan menerima ganjaran mereka di sisi Tuhan mereka, tidak ada rasa takut atas mereka, dan
tidak juga mereka akan bersedih (QS. Al-Baqarah[2]:62). Iman kepada Allah dan hari kemudian dalam
arti juga beriman kepada Rasul, kitab suci, malaikat, dan takdir.
... barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia
kafir... (QS. Al Kahfi[18]:29)
IMPLIKSI IMAN KEPADA TAKDIR
Kesadaran manusia untuk beragama merupakan kesadaran akan kelemahan dirinya. Terkait dengan
fenomena takdir, maka wujud kelemahan manusia itu ialah ketidaktahuannya akan takdirnya. Manusia
tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi. Kemampuan berfikirnya memang dapat membawa dirinya
kepada perhitungan, proyeksi dan perencanaan yang canggih. Namun setelah diusahakan realisasinya
tidak selalu sesuai dengan keinginannya. Manuisa hanya tahu takdirnya setelah terjadi.

Oleh sebab itu sekiranya manusia menginginkan perubahan kondisi dalam menjalani hidup di dunia ini,
diperintah oleh Allah untuk berusaha dan berdoa untuk merubahnya. Usaha perubahan yang dilakukan
oleh manusia itu, kalau berhasil seperti yang diinginkannya maka Allah melarangnya untuk menepuk
dada sebagai hasil karyanya sendiri. Bahkan sekiranya usahanya itu dinialianya gagal dan bahkan
manusia itu sedih bermuram durja menganggap dirinya sumber kegagalan, maka Allah juga menganggap
hal itu sebagai kesombongan yang dilarang juga (QS. Al Hadiid[57]:23).

BAB 10 Iman dan Islam
Pada saat Malaikat Jibril bertanya tentang konsep Iman, Islam dan Ihsan, Rasulullah SAW menjawab
:Bahwa Iman ialah hendaklah Engkau mengimankan Allah, Malaikat Allah, Kitab kitab Allah, para
Uusan Allah, Hari Qiyamat, dan mengimankan Taqdir, baik dan buruknya adalah ketentuan Allah. Islam
ialah hendaklah engkau bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan yang patut disembah melainkan Allah, dan
nabi Muhammad adalah UtusaNYA, mendirikan Shalat, Menunaikan Zakat, berpuasa Ramadhan, dan
berangkat Haji bila telah mampu. Sedangkan Ihsan yaitu hendaklah engkau beribadah kepada Allah
seperti engkau melihatNYA, apabila tidak bias demikian ,maka sesungguhnya Allah melihat engkau.

Melihat makna Hadist yang diriwayatkan Imam Bukhari diatas, Iman berarti kepercayaan hati dibarengi
dengan membenarkan segala apa yang disampaikan Rasulullah. Islam berarti kepatuhan dan penyeragan
lahiriyah dengan mengucapkan kalimat syahadat. Dan Ihsan berarti, kejernihan dan keihlasan hati
beribadah karena Allah dengan sungguh sungguh. Antara ketiga kekuatan itu saling kerja sama dan saling
membutuhkan dalam mencapai puncak kerelaan Allah.

Iman sebagai landasan Islam dan Ihsan, Islam sebagai bentuk manifestasi Iman dan Ihsan, sedangkan
Ihsan mengusahakan agar keimanan dan keislaman yang sempurna. Secara lahiriyah orang tidak dapat
dikatakan Islam manakala tidak mengucapkan syahadat, ibadah shalat, zakat berpuasa ramadhan, dan
menunaikan haji yang merupakan pelaksanaan Ihsan secara lahiriyah, atau kesempurnaan Islam itu sama
sekali tidak berarti, jika tidak dilandasi Iman ( Tashdiq ) dan Islam ( membaca syahadat ). Ibadah shalat,
zakat, puasa, haji dan lain lain akan menjadi berarti manakala ada Iman dan Islam, karena syarat Ihsan
secara lahiriyah harus dengan Iman dan Islam, meskipun sahnya Iman dan Islam itu tidak harus dengan
Ihsan.

Tingkatan Islam

Di dalam hadits tersebut, ketika Rosululloh ditanya tentang Islam beliau menjawab, Islam itu engkau
bersaksi bahwa tidak ada sesembahan (yang haq) selain Alloh dan bahwasanya Muhammad adalah utusan
Alloh, engkau dirikan sholat, tunaikan zakat, berpuasa romadhon dan berhaji ke Baitulloh jika engkau
mampu untuk menempuh perjalanan ke sana. Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan: Diantara faedah yang
bisa dipetik dari hadits ini ialah bahwa Islam itu terdiri dari 5 rukun (Taliq Syarah Arbain hlm. 14). Jadi
Islam yang dimaksud disini adalah amalan-amalan lahiriyah yang meliputi syahadat, sholat, puasa, zakat
dan haji.

Tingkatan Iman

Selanjutnya Nabi ditanya mengenai iman. Beliau bersabda, Iman itu ialah engkau beriman kepada Alloh,
para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rosul-Nya, hari akhir dan engkau beriman terhadap qodho dan
qodar; yang baik maupun yang buruk. Jadi Iman yang dimaksud disini mencakup perkara-perkara
batiniyah yang ada di dalam hati. Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan: Diantara faedah yang bisa dipetik
dari hadits ini adalah pembedaan antara islam dan iman, ini terjadi apabila kedua-duanya disebutkan
secara bersama-sama, maka ketika itu islam ditafsirkan dengan amalan-amalan anggota badan sedangkan
iman ditafsirkan dengan amalan-amalan hati, akan tetapi bila sebutkan secara mutlak salah satunya (islam
saja atau iman saja) maka sudah mencakup yang lainnya. Seperti dalam firman Alloh Taala, Dan Aku
telah ridho Islam menjadi agama kalian. (Al Maidah : 3) maka kata Islam di sini sudah mencakup islam
dan iman (Taliq Syarah Arbain hlm. 17).

Você também pode gostar