Você está na página 1de 27

ABSTRAK

Konsep gelombang sebenarnya memiliki banyak contoh dan aplikasi di dalam kehidupan nyata, beberapa contoh dari aplikasi-aplikasi gelombang disekitar kita adalah, gelombang cahaya, gelombang radio, gelombang elektromagnetik, dan juga gelombang air.

Gelombang memiliki beberapa sifat, yaitu dapat mengalami dispersi atau pemisahan gelombang, difraksi gelombang, dan juga interferensi gelombang. Interferensi merupakan perpaduan dua atau lebih gelombang sebagai akibat berlakunya prinsip superposisi. Interferensi dapat bersifat membangun dan merusak. Bersifat membangun jika beda fase kedua gelombang sama sehingga gelombang baru yang terbentuk adalah penjumlahan dari kedua gelombang tersebut. Bersifat merusak jika beda fasenya adalah 180 derajat, sehingga kedua gelombang saling menghilangkan.

BAB I PENDAHULUAN

1) Latar Belakang Konsep gelombang banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Gelombang bunyi, gelombang cahaya, gelombang radio, dan gelombang air merupakan beberapa contoh gelombang. Bila kita melihat pada fenomena gelombang pada air, akan kita dapati ketika melakukan pengamatan bahwa gelombang air tidak bergerak maju, tetapi bergerak melingkar secara merata kesemua arah atau sering disebut juga sebagai gelombang spheris. Air yang terkena gelombangpun sebenarnya hanya berosilasi naik turun ketika gelombang airnya melintas. Gelombang air bergerak melintasi jarak dengan kecepatan yang dapat diketahui.

2) Identifikasi Masalah Dalam percobaan ini kita akan mempelajari prinsip penjalaraan gelombang, selain itu, kita juga akan menghitung kecepatan dari penjalaran gelombang tersebut.

3) Tujuan Percobaan 1. Mempelajari prinsip penjalaran gelombang. 2. Menghitung kecepatan penjalaran gelombang. 3. Mengetahui prinsip pembiasan dan pemantulan gelombang.

4) Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Berisi tentang latar belakang permasalahan, identifikasi masalah, tujuan melakukan percobaan, metode yang digunakan dalam percobaan, serta sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka Berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan praktikum serta rumus yang digunakan dan hukum dasar yang terkait dengan praktikum. BAB III Metodologi Percobaan

Berisi tentang alat-alat yang dipergunakan pada saat praktikum serta prosedur praktikum. BAB IV Data Pengamatan dan Analisa Berisi tentang data pengamatan praktikum, perhitungan dan pengolahan data, tampilan grafik, analisis data dan analisis grafik. BAB V Kesimpulan dan Saran Berisi tentang kesimpulan dan saran setelah praktikum.

5) Tempat dan Waktu Percobaan Laboratorium Fisika Eksperimen FMIPA UNPAD, Senin, 08 15 April 2013.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Getaran adalah gerakan bolak balik melalui titik kesetimbangan. Sebagai contoh adalah gerakan pendulum, gerakan ayunan, getaran dawai gitar. Ketika ayunan dalam keadaan diam, berarti ayunan berada dalam keadaan setimbang, setelah digerakkan ayunan akan bergerak bolak balik melewati titik kesetimbangan. Begitu juga pada dawai gitar, ketika dawai gitar dalam keadaan diam, berarti dawai dalam keadaan setimbang, ketika dawai gitar dipetik, maka akan terjadi getaran bolak balik melewati titik kesetimbangan. Itulah yang disebut sebagai getaran. Gelombang adalah getaran yang merambat. Sebagai contoh ketika kita menggerakkan ujung tali pramuka naik turun, maka getaran yang kita lakukan akan merambat, sehingga akan terbentuk gelombang tali. Pernah mencoba? Kalau tidak ada boleh juga pakai tali jemuran tetangga :P. Berdasarkan perlu atau tidaknya medium, gelombang dibedakan menjadi dua yakni gelombang elektromagnetik dan gelombang mekanik. Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang tidak memerlukan medium / perantara. Misalnya adalah gelombang cahaya. Cahaya matahari bisa sampai ke bumi, padahal di atas atmosfer adalah ruang vakum / ruang hampa, tidak ada medium apapaun untuk merambat. Hal itu membuktikan bahwa cahaya tidak memerlukan medium untuk merambat, sehingga cahaya termasuk ke dalam gelombang elektromagnetik. Sedangkan gelombang mekanik adalah gelombang yang memerlukan medium/perantara untuk merambat. Sebagai contoh adalah gelombang tali, gelombang bunyi, gelombang air laut, dsb. Berdasarkan medium perambatannya, gelombang dikelompokkan menjadi dua, yaitu gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik. Gelombang mekanik yaitu gelombang yang memerlukan medium di dalam perambatannya. Contoh gelombang mekanik antara lain: gelombang bunyi, gelombang permukaan air, dan gelombang pada tali. Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang tidak memerlukan medium dalam perambatannya. Contoh : cahaya, gelombang radio, gelombang TV, sinar X, dan sinar gamma.

1. Panjang Gelombang A. Pengertian Panjang Gelombang

Panjang satu gelombang sama dengan jarak yang ditempuh dalam waktu satu periode. 1) Panjang gelombang dari gelombang transversal

Pada gelombang transversal, satu gelombang terdiri atas 3 simpul dan 2 perut. Jarak antara dua simpul atau dua perut yang berurutan disebut setengah panjang gelombang atau (lambda) 2) Panjang gelombang dari gelombang longitudinal

Pada gelombang longitudinal, satu gelombang (1) terdiri dari 1 rapatan dan 1 reggangan. B. Cepat Rambat Gelombang Jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam satu sekon disebut cepat rambat gelombang. Cepat rambat gelombang dilambangkan dengan v dan satuannya m/s atau m s-1. Hubungan antara v, f, , dan T adalah sebagai berikut :

Keterangan : = panjang gelombang , satuannya meter ( m ) v = kecepatan rambatan gelombang, satuannya meter / sekon ( ms-1 ) T = periode gelombang , satuannya detik atau sekon ( s ) f = frekuensi gelombang, satuannya 1/detik atau 1/sekon ( s-1 ) Sifat - sifat Gelombang (a) Dispersi Gelombang

Ketika Anda menyentakkan ujung tali naik-turun (setengah getaran), sebuah pulsa transversal merambat melalui tali (tali sebagai medium). Sesungguhnya bentuk pulsa berubah ketika pulsa merambat sepanjang tali, pulsa tersebar atau mengalami dispersi (perhatikan Gambar 1.16). Jadi, dispersi gelombang adalah perubahan bentuk gelombang ketika gelombang merambat suatu medium.

Gambar 1.16. Dalam suatu medium dispersi, bentuk gelombang Berubah begitu gelombang merambat

Kebanyakan medium nyata di mana gelombang merambat dapat kita dekati sebagai medium non dispersi. Dalam medium non dispersi, gelombang dapat mempertahankan bentuknya. Sebagai contoh medium non dispersi adalah udara sebagai medium perambatan dari gelombang bunyi..

Gelombang-gelombang cahaya dalam vakum adalah nondispersi secara sempurna. Untuk cahaya putih (polikromatik) yang dilewatkan pada prisma kaca mengalami dispersi sehngga membentuk spektrum warna-warna pelangi. Apakah yang bertanggungjawab terhadap dispersi gelombang cahaya ini? Tentu saja dispersi gelombang terjadi dalam prisma kaca karena kaca termasuk medium dispersi untuk gelombang cahaya.

(b) Pemantulan gelombang lingkaran oleh bidang datar

Bagaimanakah jika yang mengenai bidang datar adalah muka gelombang lingkaran? Gambar 1.17 menunjukkan pemantulan gelombang lingkaran sewaktu mengenai batang datar yang merintanginya. Gambar 1.18 adalah adalah analisis dari Gambar 1.17.

Sumber gelombang datang adalah titik O. Dengan menggunakan hukum pemantulan, yaitu sudut datang =sudut pantul, kita peroleh bayangan O adalah I. Titik I merupakan sumber gelombang pantul sehingga muka gelombang pantul adalah lingkaran-lingkaran yang berpusat di I, seperti ditunjukkan pada gambar 1.18.

Gambar 1.17 Pemantulan gelombang Lingkaran oleh bidang datar

Gambar 1.18 Bayangan sumber gelombang datang O adalah I (sumber gelombang pantul)

(c) Pembiasan Gelombang

Pada umumnya cepat rambat gelombang dalam satu medium tetap. Oleh karena frekuensi gelombang selalu tetap, maka panjang gelombang (=v/f) juga tetap untuk gelombang yang menjalar dalam satu medium. Apabila gelombang menjalar pada dua medium yang jenisnya berbeda, misalnya gelombang cahaya dapat merambat dari udara ke air. Di sini , cepat rambat cahaya berbeda. Cepat rambat cahaya di udara lebih besar daripada cepat rambat cahaya di dalam air. Oleh karena (=v/f), maka panjang gelombang cahaya di udara juga lebih besar daripada panjang gelombang cahaya di dalam air. Perhatikan sebanding dengan v. Makin besar nilai v, maka makin besar nilai , demikian juga sebaliknya.

Perubahan panjang gelombang dapat juga diamati di dalam tangki riak dengan cara memasang keping gelas tebal pada dasar tangki sehingga tangki riak memiliki dua kedalaman air yang berbeda, dalam dan dangkal, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.19. Pada gambar tampak bahwa panjang gelombang di tempat yang dalam lebih besar daripada panjang gelombang di tempat yang dangkal (1 > 2). Oleh karena v=f, maka cepat rambat gelombang di tempat yang dalam lebih besar daripada di tempat yang dangkal (v1 > v2).

Gambar 1.19. Panjang gelombang di tempat yang dalam lebih besar daripada panjang gelombang di tempat yang dangkal (1 > 2) Perubahan panjang gelombang menyebabkan pembelokan gelombang seperti diperlihatkan pada foto pembiasan gelombang lurus sewaktu gelombang lurus mengenai bidang batas antara tempat yang dalam ke tempat yang dangkal dalam suatu tangki riak Pembelokan gelombang dinamakan pembiasan.

Diagram pembiasan ditunjukkan pada Gambar 1.20. Mula-mula, muka gelombang datang dan muka gelombang bias dilukis sesuai dengan foto. Kemudian sinar datang dan sinar bias dilukis sebagai garis yang tegaklurus muka gelombang datang dan bias.

Gambar 1.20. Diagram pembiasan

Selanjutnya, garis normal dilukis. Sudut antara sinar bias dan garis normal disebut sudut bias (diberi lambang r). Pada Gambar 1.20 tampak bahwa sudut bias di tempat yang dangkal lebih kecil daripada sudut datang di tempat yang dalam (r < i). Dapat disimpulkan bahwa sinar datang dari tempat yang dalam ke tempat yang dangkal sinar dibiaskan mendekati garis normal (r < i). Sebaliknya, sinar datang dari tempat yang dangkal ke tempat yang dalam dibiaskan menjauhi garis normal (r>i).

(d) Difraksi Gelombang

Di dalam suatu medium yang sama, gelombang merambat lurus. Oleh karena itu, gelombang lurus akan merambat ke seluruh medium dalam bentuk gelombang lurus juga. Hal ini tidak berlaku bila pada medium diberi penghalang atau rintangan berupa celah. Untuk ukuran celah yang tepat, gelombang yang datang dapat melentur setelah melalui celah tersebut. Lenturan gelombang yang disebabkan oleh adanya penghalang berupa celah dinamakan difraksi gelombang.

Jika penghalang celah yang diberikan oleh lebar, maka difraksi tidak begitu jelas terlihat. Muka gelombang yang melalui celah hanya melentur di bagian tepi celah, seperti ditunjukkan pada gambar 1.22. Jika penghalang celah sempit, yaitu berukuran dekat dengan orde panjang gelombang, maka difraksi gelombang sangat jelas. Celah bertindak sebagai sumber

gelombang berupa titik, dan muka gelombang yang melalui celah dipancarkan berbentuk lingkaran-lingkaran dengan celah tersebut sebagai pusatnya seperti ditunjukkan pada gambar 1.23.

Gambar 1.22 Pada celah lebar, hanya muka

Gambar 1.23 Pada celah sempit, difraksi

gelombang pada tepi celah saja melengkung gelombang tampak jelas.

(d) Interferensi Gelombang

Jika pada suatu tempat bertemu dua buah gelombang, maka resultan gelombang di tempat tersebut sama dengan jumlah dari kedua gelombang tersebut. Peristwa ini di sebut sebagai prinsip superposisi linear. Gelombang-gelombang yang terpadu akan mempengaruhi medium. Nah, pengaruh yang ditimbulkan oleh gelombang-gelombang yang terpadu tersebut disebut interferensi gelombang.

Ketika mempelajari gelombang stasioner yang dihasilkan oleh superposisi antara gelombang datang dan gelombang pantul oleh ujung bebas atau ujung tetap, Anda dapatkan bahwa pada titik-titik tertentu, disebut perut, kedua gelombang saling memperkuat (interferensi konstruktif), dan dihasilkan amplitudo paling besar, yaitu dua kali amplitudo semuala. Sedangkan pada titik-titik tertentu, disebut simpul, kedua gelombang saling memperlemah atau meniadakan (interferensi destruktif), dan dihasilkan amplitudo nol.

Dengan menggunakan konsep fase, dapat kita katakan bahwa interferensi konstruktif (saling menguatkan) terjadi bila kedua gelombang yang berpadu memiliki fase yang sama. Amplitudo gelombang paduan sama dengan dua kali amplitudo tiap gelombang. Interferensi destruktif (saling meniadakan) terjadi bila kedua gelombang yang berpadu berlawanan fase. Amplitudo gelombang paduan sama dengan nol. Interferensi konstruktif dan destruktif mudah dipahami dengan menggunakan ilustrasi pada Gambar 1.24.

Gambar 1.24. Interferensi Konstruktif

(e) Polarisasi Gelombang

Pemantulan, pembiasan, difraksi, dan interferensi dapat terjadi pada gelombang tali (satu dimensi), gelombang permukaan air (dua dimensi), gelombang bunyi dan gelombang cahaya (tiga dimensi). Gelombang tali, gelombang permukaan air, dan gelombang cahaya adalah gelombang transversal, sedangkan gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal. Nah, ada satu sifat gelombang yang hanya dapat terjadi pada gelombang transversal, yaitu polarisasi. Jadi, polarisasi gelombang tidak dapat terjadi pada gelombang longitudinal, misalnya pada gelombang bunyi.

Fenomena polarisasi cahaya ditemukan oleh Erasmus Bhartolinus pada tahun 1969. Dalam fenomena polarisasi cahaya, cahaya alami yang getarannya ke segala arah tetapi tegak lurus terhadap arah merambatnya (gelombang transversal) ketika melewati filter polarisasi, getaran horizontal diserap sedang getaran vertikal diserap sebagian (lihat Gambar 1.25). Cahaya alami yang getarannya ke segala arah di sebut cahaya tak terpolarisasi, sedang cahaya yang melewati polaroid hanya memiliki getaran pada satu arah saja, yaitu arah vertikal, disebut cahaya terpolarisasi linear.

Gambar 1.25. Polarisasi cahaya pada polaroid

Hukum Snellius Masih ingatkah Anda mengenai pembiasan? Pembelokkan arah perambatan gelombang dapat terjadi jika gelombang tersebut melewati bidang dua medium yang memiliki indeks bias yang berbeda. Contohnya gelombang cahaya yang merambat dari udara ke air akan mengalami pembelokkan. Pembelokkan arah perambatan gelombang disebut pembiasan gelombang. Menurut Hukum Snellius tentang pembiasan menyatakan sebagai berikut. a) Sinar datang, garis normal, dan sinar bias, terletak pada satu bidang datar. b) Sinar yang datang dari medium dengan indeks bias kecil ke medium dengan indeks bias yang lebih besar dibiaskan mendekati garis normal dan sebaliknya. c) Perbandingan sinus sudut (sin i) terhadap sinus sudut bias (sin r) dari satu medium ke medium lainnya selalu tetap. Perbandingan ini disebut sebagai indeks bias relatif suatu medium terhadap medium lain.

Gambar 1.28 Pemantulan gelombang cahaya. Sudut datang i sama dengan sudut pantul.

Hukum Snellius dapat ditulis persamaannya sebagai berikut. n1 sin i = n2 sin r dengan n1 adalah indeks bias medium pertama, n2 adalah indeks bias medium kedua, i adalah sudut datang, dan r adalah sudut bias. Indeks bias mutlak suatu medium didefinsikan sebagai berikut.

Gambar 1.29 Pembiasan gelombang dari udara ke air. n = c/v dengan: c = laju cahaya di ruang hampa v = laju cahaya dalam suatu medium Indeks bias relatif suatu medium (n2) terhadap medium lainnya (n1) didefinisikan sebagai perbandingan tetap antara sinus sudut datang terhadapsinus sudut bias pada peralihan cahaya dari medium 1 (n1) ke medium 2 (n2).

dengan n21 didefinisikan sebagai indeks bias medium (2) relatif terhadap indeks bias medium (1). Apabila cahaya datang dari ruang hampa (n1 = 1) ke dalam air (n2), indeks bias n2 menjadi indeks mutlak dan dapat ditulis persamaannya sebagai berikut.

Pada peristiwa pembiasan juga mengalami perbedaan panjang gelombang. Persamaannya dapat diturunkan sebagai berikut.

Dari medium satu ke medium lainnya, frekuensi gelombang tetap. Jadi, yang mengalami perubahan adalah kecepatan dan panjang gelombang.

BAB III METODELOGI PERCOBAAN

1)

Alat dan Bahan Percobaan 1. Sroboscope 2. Pembangkit Gelombang 3. Meja Air 4. Kaca Cermin 5. Besi pengetuk gelombang satu sumber dan sumber gelombang pararel 6. Plat Acrylic persegi panjang 7. Tombol Remote Control 8. Power Supply 12V DC 9. Air 10. Penggaris dan Busur Derajat 11. Kertas

2)

Prosedur Percobaan Setting alat seperti gambar 4 Persiapan Sebelum power supply dihidupkan : 1. Mempersiapkan alat percobaan dan mempelajari fungsi masing-masing alat. 2. Membersihkan dan mengisi air (ripple tank) dengan air sampai menutupi permukaan meja setinggi 1 s.d 2 cm (pipa pembuangan air harus dalam kondisi tertutup dengan menggunakan penjepit). 3. Memasang besi pengetuk air pada batang besi yang terhubung dengan alat pembangkit gelombang. 4. Menghidupkan power supply, lalu mensetting frekuensi gelombang dengan memutar tombol reg.frekuensi pada alat stroboscope. 5. Kemudian mengetukan besi pengetuk (dipper) pada permukaan air dengan cara menekan tombol remote controle satu atau berkali-kali. Mengamati gerak gelombang yang terbentuk pada layar proyeksi. Menentukan kecepatan gelombang harmonik

Percobaan 1 : Menggunakan penggaris pada meja air untuk mengukur panjang gelombang dalam meter dan membuat catatan besar frekuensi dalam Hz yang terbaca pada lampu stobe. Memilih frekuensi lain dan mengulangi pengukuran dan f. Membuat data untuk 5 kali pengukuran. Mengamati bentuk gelombang yang terjadi pada layar dan gambar. Percobaan 2 : Persamaan v = . f bisa ditulis sebagai v = . f-1 karena itu sistem koordinat dengan diplot sebagai fungsi f-1 sebagai garis lurus. Garis lurus yang dihasilkan berupa kecepatan (v) gelombang sebagai slope (kemiringan garis). a. Menggambarkan grafik dari data yang diperoleh. b. Menenmukan kemiringan garis dan membandingkan nilai kecepatan rata-rata. Percobaan 3 : Mengulangi percobaan dengan mengukur 5 bukannya . Melakukan sampai 5set data pengukuran. a. Menghitung dan v untuk tiap set data. b. Menghitung nilai rata-rata kecepatan gelombang. c. Menggambarkan grafik seperti percobaan 2, tetapi dengan yang diplot sebagai fungsi dari f-1. Menghitung kemiringan v. d. Membandingkan 4 nilai v yang didapat : nilai rata-rata percobaan 1, kemiringan dari percobaan 2, dan nilai rata-rata dan kemiringan dari percobaan 3. Pembiasan dan pemantulan gelombang

Percobaan 1 : Menseting percobaan seperti gambar 5, menggunakan pengetuk sumber gelombang paralel. Menggunakan frekuensi antara 15 Hz dan 30Hz. menempatkan selembar kertas diatas meja dan mengamati batas antara air dalam dan air dangkal dan mengamati 3 sampai 5 muka gelombang untuk air dalam dan air dangkal. Percobaan 2 : Menseting percobaan seperti percobaan 1 tetapi tinggi permukaan air harus diatur sehingga plat plexiglas tidak tertutup oleh air. Meletakkan lembaran kertas dibawah permukaan air pada meja air dan menggambar muka gelombang dan permukaan

gelombang pantul. Mengukur sudut datang dan sudut pantul dan mengamati sudut keduanya.

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN


1) Tabel Data Pengamatan
Menentukan Kecepatan Gelombang Harmonik

Percobaan 1
lambda f (Hz) 15 20 25 30 35 (m) 0,023 0,018 0,014 0,013 0,01

Percobaan 3

lambda f (Hz) 15 20 25 30 35 (m) 0,022 0,017 0,014 0,0125 0,011

Pembiasan dan Pemantulan Gelombang

Percobaan 1

f = 30 Hz

f = 15 Hz

lambda dangkal lambda dalam

0,008 0,013

0,015 0,02

Percobaan 2

Sudut datang (derajat) 46

Sudut pantul 46

2) Pengolahan data Menentukan Kecepatan Gelombang Harmonik Percobaan 1 Mencari Kecepatan Rambat Gelombang tiap frekuensi

Kecepatan Rambat Gelombang dapat dicari menggunakan hubungan antara panjang gelombang dan frekuensinya yang di rumuskan oleh rumus berikut:

Sebagai contoh, dari f = 15 Hz dan

= 0,023 m, maka didapatkan :

Berikut ini hasil dari keseluruhan pengolahan datanya:

lambda f (Hz) 15 20 25 (m) 0,023 0,018 0,014 v (m/s) 0,345 0,36 0,35 T 0,067 0,050 0,040

30 35

0,013 0,01

0,39 0,35

0,033 0,029

Mencari Kecepatan rata-rata

Kecepatan rata-rata dari keseluruhan data tersebut dapat dicari menggunakan rumus sebagai berikut:

lambda f (Hz) 15 20 25 30 35 V rata2 (m) 0,023 0,018 0,014 0,013 0,01 v (m/s) 0,345 0,36 0,35 0,39 0,35 0,359 T 0,067 0,050 0,040 0,033 0,029

Membuat Grafik hubungan antara T dan

v terhadap lambda dan periode


0.025 0.02 Axis Title 0.015 0.01 0.005 0 y = 0.33x + 0.0012 R = 0.9869 0.000 0.020 0.040 0.060 0.080 Axis Title v terhadap lambda dan periode Linear (v terhadap lambda dan periode)

Percobaan 3 Mencari Kecepatan Rambat Gelombang tiap frekuensi

Kecepatan Rambat Gelombang dapat dicari menggunakan hubungan antara panjang gelombang dan frekuensinya yang di rumuskan oleh rumus berikut:

Sebagai contoh, dari f = 15 Hz dan

= 0,023 m, maka didapatkan :

Berikut ini hasil dari keseluruhan pengolahan datanya:

lambda f (Hz) 15 20 25 30 35 (m) 0,022 0,017 0,014 0,0125 0,011 v (m/s) 0,33 0,34 0,35 0,375 0,385 T 0,067 0,050 0,040 0,033 0,029

Mencari Kecepatan rata-rata

Kecepatan rata-rata dari keseluruhan data tersebut dapat dicari menggunakan rumus sebagai berikut:

lambda f (Hz) 15 20 25 30 35 V rata2 (m) 0,022 0,017 0,014 0,0125 0,011 v (m/s) 0,33 0,34 0,35 0,375 0,385 0,356 T 0,067 0,050 0,040 0,033 0,029

Membuat Grafik hubungan antara T dan

v terhadap lambda dan periode


0.025 0.02 Axis Title 0.015 0.01 0.005 0 0.000 y = 0.2873x + 0.0027 R = 0.9985 v terhadap lambda dan periode Linear (v terhadap lambda dan periode)

0.020

0.040 Axis Title

0.060

0.080

Pembiasan dan Pemantulan Gelombang Percobaan 1 Mencari Sudut Bias dari Gelombang air

Dari percobaan, kita kurang dapat melihat sudut bias dari pemantulan gelombang ketika benda yang menjadi bidang pemantul terendam air, walau kita dapat melihat propagasi dari air dangkal dan air dalam. Dari hubungan antara propagasi gelombang tersebut dan sudut datang gelombang, kita dapat mencari sudut bias gelombang tersebut, sebagaimana rumus dibawah ini:

Contoh, dengan f = 30 Hz, sudut datang = 300, m, akan kita dapatkan,

= 0,013 m,

= 0,008

Dalam tabel, maka akan kita dapatkan,

f = 30 Hz lambda dangkal 0,008

f = 15 Hz 0,015

lambda dalam sudut datang (derajat) sin (b) sudut bias (derajat)

0,013

0,02

30

43

0,81279657 0,90962567 54,37 65,45

Percobaan 2 Membuktikan hukum pemantulan Dari hasil percobaan dan pengamatan ketika prak tikum di dapatkan data sebagai berikut,

Sudut datang (derajat) 46

Sudut pantul 46

Dari data yang didapat diatas terlihat bahwa besarnya sudut datang sama dengan besarnya sudut pantul, hal ini berarti bahwa hukum refleksi atau hukum pemantulan berlaku.

ANALISA
Dari praktikum yang dilakukan ini, ada beberapa hal yang dapat diambil sebagai kesimpulan tentang sifat pembiasan dan pemantulan gelombang, yang dalam hal ini yang digunakan adalah gelombang air. Dari prosedur percobaan pertama tentang menentukan kecepatan gelombang harmonik, didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa kecepatan gelombang spheris air memiliki kecepatan berbeda setiap perbedaan frekuensinya, semakin tinggi frekuensinya, semakin tinggi pula kecepatan rambat suatu gelombang tersebut.Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi suatu gelombang berbanding lurus dengan besarnya frekuensi dan juga besarnya panjang gelombang. Dari prosedur percobaan kedua ada beberapa hal yang dapat dijadikan kesimpulan, yang pertama adalah bahwa dalam pembiasan gelombang air berlaku hukum snellius, dan dari

hukum snellius inilah kita dapat mencari besarnya sudut bias suatu gelombang berbekalkan data tentang panjang gelombang di air dangkal ataupun di air dalam, dari percobaan juga dapat kita amati bahwa panjang gelombang air dalam lebih besar dibanding di air yang dangkal, dan yang terakhir adalah dalam pemantulan gelombang spheris air berlaku hukum refleksi (pemantulan) yaitu besarnya sudut datang sama dengan besarnya sudut pantul.

BAB V KESIMPULAN & SARAN


Dari percobaan yang telah dilakukan, kita menjadi mengetahui bahwa kecepatan rambat suatu gelombang itu berbanding lurus dengan panjang gelombang dan juga besar frekuensi gelombang, sebagaimana yang telah dirumuskan sebagai berikut: v= .f Ket:

v=kecepatan penjalaran gelombang(m/s) =panjang gelombang(m) f=frekuensi(Hz)

Sebagai salah satu bagian dari gelombang pada umumnya, gelombang air-pun dapat mengalami peristiwa pembiasan dan pemantulan, dan juga memenuhi hukum-hukum dasar dari peristiwa tersebut, seperti hukum snellius pada pembiasan gelombang, dan juga hukum pemantulan gelombang (refleksi) pada peristiwa pemantulan gelombang.

DAFTAR PUSTAKA

Halliday, Resnick.Fisika Jilid 1.1983.Jakarta : Erlangga

Giancolli, Douglas.Fisika Jilid 2.2001.Jakarta : Erlangga

Você também pode gostar