Você está na página 1de 15

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah Belajar tuntas (mastery learning) merupakan salah satu inovasi pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi serta usaha belajar siswa guna mencapai ketuntasan dalam belajar (Ischak & Warji, 1987 : 6). Tujuan utama diterapkan prinsip mastery learning ini adalah agar tujuan instruksional yang hendak dicapai dapat tercapai secara optimal. Namun dalam pembelajaran, khususnya matematika tidak jarang terdapat siswa yang belum dapat mencapai ketuntasan dalam belajar sebagaimana yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena setiap siswa mempunyai karakteristik beragam dalam memahami materi pembelajaran di kelas. Belum tercapainya ketuntasan belajar pada sebagian siswa merupakan gejala bahwa siswa tersebut mengalami kesulitan belajar. Berdasarkan wawancara dengan pembimbing mata pelajaran matematika, diketahui siswa sering mengalami kesulitan dalam mempelajari materi pemfaktoran bentuk aljabar. Agar dapat membantu siswa secara tepat perlu diidentifikasi terlebih dahulu kesulitan yang dialami siswa, kemudian dianalisis dan dirumuskan pemecahannya, untuk mengidentifikasi kesulitan tersebut dapat digunakan tes diagnostik. Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi siswa, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Hasil tes ini memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum dipahami dan yang telah dipahami (Mardapi, 2007 : 69). Dari analisis kesulitan ini, diharapkan dapat diketahui kelemahan-kelemahan siswa pada saat mempelajari materi pemfaktoran bentuk aljabar serta faktor penyebab kesulitan tersebut. Selanjutnya dicari alternatif pemecahan kesulitan yaitu dengan melakukan pembelajaran remedial. Pembelajaran remedial merupakan kelanjutan dari pembelajaran biasa atau regular di kelas. Hanya saja, siswa yang masuk dalam kelompok ini adalah siswa yang belum tuntas belajar (Arifin, 2009 : 304). Pembelajaran remedial dimulai dari identifikasi kebutuhan siswa yang menjadi sasaran remedial. Kebutuhan siswa ini dapat diketahui

dari analisis kesulitan belajar dalam memahami materi tertentu. Kemudian dari hasil analisis tersebut direncanakan dan disusun kegiatan pembelajaran remedial yang dikhususkan untuk dapat mengatasi kesulitan belajar siswa. Diagnosis kesulitan belajar dan pembelajaran remedial merupakan usaha untuk membantu dalam mengatasi kesulitan belajar siswa. Kesulitan belajar yang dihadapi siswa harus diatasi agar siswa yang mengalami kesulitan belajar mempunyai pemahaman atau kemampuan yang sama dengan siswa lainnya pada materi pemfaktoran bentuk aljabar.

B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permaslahan yang ada dapat dirumuskan diantaranya: 1. Kesulitan belajar apa sajakah yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal pemfaktoran bentuk aljabar? 2. Faktor apa sajakah yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa? 3. Bagaimana alternatif pemecahan hasil diagnosis belajar siswa?

C. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini yakni sebagai berikut: 1. Mengetahui kesalahan apa sajakah yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal pemfaktoran bentuk aljabar 2. Mengetahui faktor penyebab kesulitan belajar siswa

3. Mengetahui bagaimana pengaruh pemebelajaran remedial dalam membantu mengatasi kesulitan belajar sisawa ketika mengerjakan soal pemfaktoran aljabar.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Instrumen Penelitian Faktorkanlah!


1.

2.

3.

4.

Kunci Jawaban:
1.

2.

3.

4.

B. Penentuan subjek penelitian Berdasarkan pengamatan selama proses bimbingan belajar, peneliti menemukan beberapa diagnosis kesulitan atau kesalahan belajar siswa dalam menyelesaikan persoalan pemfaktoran aljabar masih ada yang belum memenuhi target. Dari kegiatan tersebut, maka subjek penelitian ini adalah siswa yang berada dilevel I setingkat dengan SMP kelas VIII pada topik pemfaktoran bentuk aljabar Dari 24 siswa, peneliti memilih 3 siswa sebagai subjek penelitian. Penentuan 3 siswa tersebut diasumsikan kemampuan siswa yang tinggi (R1), sedang (R2), dan rendah (R3), hal tersebut dilihat dari tingkatan level. 3 siswa tersebut diantaranya Auliya, Aristo dan Eki.

C. Jawaban siswa dan analisis kesalahan

Hasil tes tertulis Responden 1 (R1) Auliya

Abalisis kesalahan jawaban R1 Dari hasil analisis kesulitan siswa yang terlihat dari kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan soal pemfaktoran bentuk aljabar,didiagnosis sebagai berikut:

1. Pada soal no.6 Auliya masih kesulitan dalam memfaktorkan bentuk

aljabar, pada faktorisasi Karena dari waktu yang diberikan Auliya paling terakhir mengumpulkan. 2. Pada soal no.12 Auliya kurang teliti dalam menyelesaikan soal, tanda positif negatifnya dapa dilihat pada jawaban no 1 dan 2

Hasil tes Responden 2 R2 (Aristo)

Analisis kesalahan jawaban R2

Dari hasil analisis kesulitan siswa yang terlihat dari kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan soal pemfaktoran bentuk aljabar,didiagnosis sebagai berikut: 1. Pada no. 7 Aristo sudah paham pemfaktoran dapat dilhat pada jawaban no 6, tetapi kurang cermat dalam meletakkan angka jawaban 2. Pada soal no. 12 dan 13 Aristo tergesa-gesa ketika mengerjakan, tanpa melakukan pemeriksaan kembali

Hasil tes responden 3 (R3) Eki

Analisis kesalahan jawaban R3 Dari hasil analisis kesulitan siswa yang terlihat dari kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan soal pemfaktoran bentuk aljabar,didiagnosis sebagai berikut: 1. Eki sudah faham konsep pemfaktoran tetapi bingung mana yang hasil perkalian mana yang hasil penjumlahan 2. Eki ragu-ragu dalam dan kurang cermat dalam melihat tanda, dspst dilihat pada jawan no 7 dan 12

D. Hasil wawancara dan analisis 1. Petikan wawancara dengan R1 P : Ya, apa kamu masih kesulitan dimateri pemfaktoran? menjadi hasil perkalian dan bilangan mana yang menjadi hasil jumlah. P : Coba dari soal ini perkalian? R1 : Ehhhmmm 27 Miss, eh salah 28. P P : Benar? yakin 28? : Yang benar (-28) Auliya.. Lain kali harus lebih teliti lagi! R1 : Eh 27 Miss R1 : Iya Miss.. Analisis hasil wawancara dengan R1 Berdasarkan wawancara dan analisa hasil tes yang telah diberikan, Auliya sebenarnya paham materi pemfaktoran. Pada materi ini Auliya kurang teliti dan kurang cermat dalam meletakkan ngka-angka yang menjadi jawaban. Hal tersebut diperkuat dari hasil wawancara yang menyatakan Auliya masih sering lupa angka mana yang menjadi hasil penjumlahan dan angka yang menjadi hasil perkalian. Ketelitian Auliya dalam melihat tanda positif negatif juga masih kurang. mana yang menjadi hasil R1 : Tidak Miss, hanya saya terkadang sering lupa bilangan mana yang

2. Petikan wawancara dengan R2 P : Toto, apa kamu masih kesulitan dimateri pemfaktoran?senang dengat matematika materi ini? R2 : Iya Miss senang,tapi menentukan angka-angkanya yang susah,,,gak bias cepat. P : Coba dari soal ini perkalian? R2 : (-28) Miss P : Yakin (-28)?! R2 : Iya Miss Analisis hasil wawancara dengan R2 Hasil wawancara diatas memperkuat diagnosis sebelumnya yakni Aristo kesulitan menentukan angka-angka yang menjadi faktor dengan cepat dan tepat. Dari hasil wawancara juga diperoleh informasi Aristo sebenarnya paham materi ini dan senang dengan materi pemfaktoran, karena pada saat mengerjakan Aristo serius dan ketika diwawancara juga antusias. Dalam pengerjaan Aristo bagus baik sikap belajar ataupun kemandirian, namun Aristo terlalu tergesa-gesa tanpa melakukan pemeriksaan kembali apakah sudah tepat jawaban tersebut. Karena dalam analisa hasil tes Aristo banyak salah karena terbalik menuliskan jawaban hal tersebut mungkin dikarenakan Aristo tidak melihat tanda sebelumnya atau karena tergesa-gesa. Hal tersebut diperkuat dari hasil wawancara yang menyatakan bahwa Aristo tidak bias cepat dalam menentukan angka-angka yang menjadi faktor. Permasalahan Aristo masih tidak jauh dari responden sebelumnya yakni kurang cermat dalam meletakkan jawaban dan kurang peka dalam melihat tanda positif dan negatif. mana yang menjadi hasil

3. Petikan wawancara dengan R3 P : Eki, apa kamu masih kesulitan dimateri pemfaktoran? R3 : Tidak Miss P : Coba dari soal ini perkalian dan penjumlahan? R3 : Perkalian (-28) dan penjumlahan (-27). P : Bagus, lalu kenapa kog masih ada yang salah? R3 : Kurang teliti Miss. Analisis hasil wawancara dengan R3 Wawancara di atas sedikit berbanding terbalik dengan diagnosis sebelumnya dari hasil tes. Sebelumnya didiagnosis Eki belum faham materi ini dan masih bingung dengan angka yang menjadi hasil perkalian dan angka yang menjadi hasil penjumlahan. Dari hasil wawancara terungkap informasi bahwa Eki ternyata faham dan tepar menjawab angkaangka yang menjadi hasil perkalian dan penjumlahan. Informasi yang didapat dari wawancara yang dilakukan yakni Eki masih kurang teliti dalam menuliskan jawaban sehingga kurang cermat dalam melihat tanda positif dan negatif. Hal tersebut diperkuat dari hasil tes yang dilakukan dalam lembar jawaban Eki kurang teliti. E. Pembahasan hasil analisis Identifikasi penyebab kesahan atau kesulitan belajar dilakukan dengan wawancara pembimbing dan siswa. Wawancara ini dilakukan untuk melengkapi jawaba dalam mengetahui faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar yang dialami siswa. Siswa yang diwawancarai sebanyak 3 orang. Pemilihan siswa siswa yang diwawancarai dengan ketentuan yaitu siswa-siswa tersebut nilainya dalam mengerjakan materi pemfaktoran awal terendah. Siswa-siswa yang memperoleh nilai tes awal terendah berarti siswa-siswa tersebut mengalami kesulitan belajar yang lebih banyak dibandingkan dengan siswa lainnya. Dari hasil wawancara dapat diketahui: mana yang menjadi hasil

1.

Penyebab kesulitan belajar siswa yang berasal dari dalam diri siswa/internal yaitu kebiasaan belajar siswa yang masih kurang dalam mempelajari materi pemfaktoran bentuk aljabar; masih kurangnya penguasaan materi prasyarat seperti materi faktorisasi bentuk aljabar, operasi hitung bentuk aljabar dan operasi hitung bilangan bulat. Ketelitian dan kecermatan siswa dalam materi ini juga sangat dibutuhkan, banyak soal yang dalam pengerjaannya masih banyak yang salah karena kurang teliti. Hal tersebut didukung dengan siswa tidak melakukan pemeriksaan ketika menyelesaikan suatu permasalahan.

2.

Penyebab kesulitan belajar siswa yang berasal dari luar/eksternal yaitu situasi pembelajaran di kelas seperti suasana pembelajaran yang ramai sehingga siswa kurang dapat berkonsentrasi ketika mengerjakan.

F. Alternatif Pemecahan Pemecahan kesulitan belajar dilakukan melalui pembelajaran remedial yang dilaksanakan berdasarkan analisis kesulitan dan faktor penyebab kesulitan yang telah dilakukan sebelumnya. Pembelajaran remedial dilakukan satu kali pertemuan untuk pengulangan materi yang lebih menekankan pada kesalahan kesalahan yang dialami siswa serta pemberian contoh soal yang berkaitan dengan materi pemfaktoran bentuk aljabar. Pembelajaran ini dilaksanakan diluar hari kelas, hal tersebut harus didukung oleh kemauan siswa itu sendiri untuk bisa mengerjakan dan menyelesaikan pemasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan materi pemfaktoran. Pemberian pekerjaan terkait dengan materi tersebut juga dapat dilakukan untuk lebih meningkatkan ketangkasan siswa dalam memahami dan menyelesaikan soal-soal, dengan pembiasaan pengerjaan dirumah.

BAB III

KESIMPULAN
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dari hasil tes awal yang juga sebagai tes diagnostik dapat diketahui letak kesulitan yang dialami siswa dalam mengerjakan soal pemfaktoran bentuk aljabar. Kesulitan belajar yang dialami ini didasarkan pada kesalahan-kesalahan ketika siswa mengerjakan soal pemfaktoran bentuk aljabar. Kesulitan belajar yang dialami siswa terletak pada kesalahan dalam memahami materi pemfaktoran bentuk aljabar; serta kurangnya penguasaan materi prasyarat seperti materi faktorisasi bentuk aljabar, operasi hitung bentuk aljabar, maupun operasi hitung bilangan bulat. Selain karena faktor internal, terdapat juga penyebab kesulitan belajar yang berasal dari faktor eksternal siswa yaitu disebabkan karena situasi pembelajaran matematika yang kurang mendukung, seperti kelas ramai sehingga siswa kurang dapat berkonsentrasi ketika mengerjakan. Pembelajaran remedial adalah salah satu cara untuk membantu mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa. Untuk mengetahui pengaruh dari pembelajaran remedial yaitu dengan memberikan tes remedial. Kemajuan belajar siswa sesudah mengikuti pembelajaran remedial dapat dilakukan dengan membandingkan hasil tes awal dan hasil tes remedial. Dari hasil tersebut terlihat siswa mengalami kemajuan belajar serta siswa cukup dapat mengatasi kesulitannya dalam materi pemfaktoran bentuk aljabar. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka diberikan beberapa saran, diantaranya : 1. Perlunya menganalisis pekerjaan siswa untuk mengetahui kesulitan yang dialaminya dalam mengerjakan soal matematika. Dari hasil analisis ini, kemudian mengatasinya sehingga siswa tidak mengulangi kesulitan tersebut. 2. Hasil dari tes awal yang juga sebagai tes diagnostik dapat digunakan sebagai umpan balik (feed back) baik bagi guru maupun siswa. Dengan diketahui kesulitan maupun faktor penyebabnya maka akan lebih mudah bagi guru untuk mengatasi kesulitan

tersebut melalui perbaikan terhadap sistem pembelajaran, sedangkan bagi siswa agar dapat mengatasi kesulitan belajarnya. 3. Guru perlu memberikan motivasi bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar, bahwa kesulitan yang dialaminya tersebut dapat diatasi asalkan ada kemauan untuk mengatasinya. 4. Perlu diadakan pembelajaran remedial bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar sebagai cara untuk mengatasi kesulitan belajar yang mereka alami.

DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Entang, M. 1984. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial. Jakarta : Depdikbud. Ischak & Warji. 1987. Program Remedial dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta : Liberty

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESEIKAN SOAL PEMFAKTORAN DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

MAKALAH Makuliah: Problematika Pembelajaran Matematika Dosen Pengampu: Dr. Budi Usodo, M.Pd.

Oleh : ARUM DWI RAHMAWATI NIM: S 851302017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Você também pode gostar