Você está na página 1de 45

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Hampir semua dokter pernah dipanggil ketika seseorang menderita luka. Apakah korban hidup atau mati, cedera ringan atau berat, apakah penyebab sebuah kecelakaan, pembunuhan atau bunuh diri, pemeriksaan yang dilakukan dokter tersebut mungkin memiliki kepentingan medikolegal. Tentu saja perhatian kedokteran forensik banyak terfokus pada patologi trauma yang disebabkan oleh luka itu sendiri, dan seorang dokter harus melakukan pemeriksaan yang teliti bukan hanya untuk mengobati, tapi juga untuk mengantipasi adanya komplikasi medikolegal, bahkan apabila jika muncul di kemudian hari. Hasil penemuan berdasarkan pemeriksaan yang teliti kemudian dibuat menjadi Visum et Repertum untuk kepentingan medikolegal. Bukan hanya memeriksa dan merekam dengan teliti semua penemuan dan yang didapatinya tetapi juga memberikan pendapat tentang hubungan sebab akibat, karena pemeriksaan yang menyeluruh akan menentukan proses hukum dipengadilan nanti.1 Berdasarkan data yang ada, kasus pembunuhan di Eropa lebih sering terjadi dengan senjata tajam. Di Jerman 376 kematian akibat trauma tajam yang terjadi menunjukkan bahwa 80% merupakan kasus pembunuhan, 17% bunuh diri dan 3% diantaranya adalah kecelakaan. Di rumah sakit Ulin Banjarmasin

Kalimantan Selatan dalam periode Desember 2012 sampai dengan Februari 2013, terdapat 19 kasus luka tusuk dengan 8 kasus luka tusuk pada dada, 4 kasus luka

tusuk pada perut dan leher, dan dan masing-masing 1 kasus untuk luka tusuk pada punggung, dada dengan leher, dan juga perut dengan leher. Trauma tajam adalah sebuah trauma yang diakibatkan oleh senjata atau benda benda yang memiliki tepi yang tajam atau runcing (seperti pisau, gunting dan kaca). Putusnya atau rusaknya kontinuitas jaringan karena trauma akibat alat/senjata yang bermata tajam dan atau berujung runcing pada umumnya mudah dibedakan dari luka yang disebabkan oleh benda tumpul dan dari luka tembakan senjata api. Luka akibat benda tajam sendiri dapat dibedakan atas empat yaitu luka tusuk, luka iris, luka potong dan luka akibat suatu terapi diagnostik. Padalaporan kasus ini akan dibahas lebih terperinci mengenai luka tusuk, yaitu luka yang disebabkan oleh benda tajam yang ditusukkan pada tubuh, sebuah luka yang memiliki arti yang penting berdasarkan sudut pandang forensik. Hal ini dikarenakan luka tusuk jarang terjadi akibat kecelakaan. Luka tusuk merupakan mekanisme pembunuhan utama di Britania dan di berbagai negara dengan pembatasan penggunaan senjata api yang terkontrol.1,2 B. Rumusan Masalah Masalah dalam penulisan ini yaitu mengenai gambaran kematian akibat luka tusuk di SMF Ilmu Kedokteran Kehakiman Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin. C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui gambaran kematian akibat luka tusuk di SMF Ilmu Kedokteran Kehakiman Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin. D. Manfaat Penulisan Manfaat penulisan makalah ini, antara lain : 1. Dasar pemikiran bagi dokter dengan mengetahui kematian akibat luka tusuk terutama yang berhubungan dengan aspek medikolegal sehingga dapat menambah pengetahuan dokter di bidang forensik. 2. 3. Memberikan pengetahuan dan informasi kepada masyarakat Sebagai sumber kepustakaan dan tambahan informasi untuk penulisan selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI TRAUMATOLOGI DAN LUKA TUSUK Menurut bahasa traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan atas jaringan tubuh yang masih hidup, sedang logos berarti ilmu. Traumatologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang trauma atau perlukaan, cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejas.2,3 Luka didefinisikan sebagai kerusakan pada bagian tubuh yang disebabkan oleh kekuatan mekanis. Beberapa pasal memiliki definisi tersendiri tentang luka, berdasarkan kerusakan yang terjadi. Hal ini termasuk kerusakan pada organorgan dalam. Pasal lain juga menyebutkan tentang derajat luka, tidak berdasarkan bentuknya namun berdasarkan akibatnya yang dapat membahayakan nyawa korban.Luka tusuk merupakan jejas pada tubuh yang diakibatkan oleh penusukan benda yang memiliki ujung tajam tajam pada tubuh. Benda tajam yang dimaksud seperti pisau, pedang, gunting, alat pahat, bayonet dan benda yang memiliki ujung tajam lainnya. Bahkan benda lebih tumpul seperti obeng juga dapat menyebabkan luka tusuk. Luka tusuk dapat dibedakan dengan luka iris berdasarkan panjang dan kedalaman luka. Jika dilakukan pengukuran, luka akibat tusukan memiliki kedalaman luka lebih panjang dibanding panjangnya, sebaliknya pada luka iris.2,4

Gambar 2.1.

LukaTusuk, panah biru gelap menunjukkan sisi dengan sudut lancip, sedangkan disisi yang berlawanan dengan sudut tumpul

B. ANATOMI KULIT DAN MEKANISME LUKA Sebelum membahas lebih dalam mengenai mekanisme luka, sebaiknya kita bahas lapisan tubuh dari kulit sampai ke tulang. Secara umum tubuh mempunyai lapisan- lapisan tubuh yang mempunyai fungsi untuk melindungi organ-organ yang ada di dalamnya. Tiap tiap lokasi mempunya kedalaman lapisan yang berbeda beda tergantung dari organ yang dilindungi organ vital atau tidak. Secara umum tubuh terdiri dari beberapa lapisan yaitu:5 1. Lapisan kulit : kulit merupakan lapisan terluar yang dimiliki tubuh. Dari kepala sampai telapak kaki bagian tubuh terluar dilindungi oleh kulit. Kulit berfungsi untuk mengatur suhu tubuh, membantu ekskresi dari hasil metabolism dan respirasi. Selain itu kulit juga berfungsi untuk melembabkan tubuh melalui kelenjar yang ada di bagian kulit itu sendiri.

Gambar 2.2. Anatomi kulit manusia 2. Lapisan lemak : dibawah dari lapisan kulit terdapat lapisan lemak yang berfungsi untuk penyimpanan energy yang bisa digunakan untuk

menghasilkan ATP saat tubuh kita mengalami hipoglikemia ( kadar gula darah di bawah normal). Ketebalan lapisan lemak ini tergantung dari berat badan tubuh dari seseorang. Jika seseorang tersebut mengalami kegemukan maka ketebalan lapisan lemak orang tersebut lebih tebal dari orang yang tidak mengalami kegemukan. Selain itu lapisan lemak juga bisa tipis pada orang orang dengan keadaan gizi buruk. 3. Lapisan jaringan ikat : lapisan ini berada pada bawah lapisan lemak yang berfungsi sebagai pengikat, penyokong, dan penambat berbagai macam jaringan tubuh lain, organ, dan bagian bagian tubuh yang lain.

Gambar 2.3. Tipe-tipe jaringan ikat pada tubuh 4. Lapisan otot : lapisan ini berada dibawah jaringan ikat, yang berfungsi untuk melindungi organ yang ada didalamnya, untuk kontraksi/ untuk gerak tubuh yang terdiri dari origo dan insersionya yang melekat pada tulang. 5. Organ : yaitu suatu bagian tubuh yang berada dalam rongga pada tubuh, yang mempunyai fungsi berbeda beda tergantung dari organ tersebut. 6. Tulang : yaitu lapisan terdalam dari tubuh yang berfungsi sebagai penyokong tubuh untuk bisa berdiri dan bergerak pada tulang tulang yang mempunyai persendian. Tubuh biasanya mengabsorbsi kekuatan baik dari elastisitas jaringan atau kekuatan rangka. Intensitas tekanan mengikuti hukum fisika. Hukum fisika yang terkenal dimana kekuatan = masa x kecepatan. Sebagai contoh, 1 kg batu bata ditekankan ke kepala tidak akan menyebabkan luka, namun batu bata yang sama dilemparkan ke kepala dengan kecepatan 10 m/s menyebabkan perlukaan.6

Faktor lain yang penting adalah daerah yang mendapatkan kekuatan. kekuatan dari masa dan kecepatan yang sama yang terjadi pada dareah yang lebih kecil menyebabkan pukulan yang lebih besar pada jaringan. Pada luka tusuk, semua energi kinetik terkonsentrasi pada ujung pisau sehingga terjadi perlukaaan, sementara dengan energi yang sama pada pukulan oleh karena tongkat pemukul kriket mungkin bahkan tidak menimbulkan memar. Efek dari kekuatan mekanis yang berlebih pada jaringan tubuh dan menyebabkan penekanan, penarikan, perputaran, luka iris. Kerusakan yang terjadi tergantung tidak hanya pada jenis penyebab mekanisnya tetapi juga target jaringannya. Contohnya, kekerasan penekanan pada ledakan mungkin hanya sedikit perlukaan pada otot namun dapat menyebabkan ruptur paru atau intestinal, sementara pada torsi mungkin tidaka memberikan efek pada jaringan adiposa namun menyebabkan fraktur spiral pada femur.4,6 C. KARAKTERISTIK LUKA TUSUK 1. Panjang Dan Kedalaman Luka Tusuk1,3,4 Pada luka tusuk, panjang luka pada kulit dapat sama, lebih kecil ataupun lebih besar dibandingkan dengan lebar pisau. Kebanyakan luka tusuk akan menganga bukan karena sifat benda yang masuk tetapi sebagai akibat elastisitas dari kulit. Pada bagian tertentu pada tubuh, dimana terdapat dasar berupa tulang atau serat otot, luka itu mungkin nampak berbentuk seperti kurva. Panjang luka penting diukur dengan cara merapatkan kedua tepi luka sebab itu akan mewakili lebar alat. Panjang luka di permukaan kulit tampak lebih kecil dari lebar alat, apalagi bila luka melintang terhadap otot. Bila

luka masuk dan keluar melalui alur yang sama maka lebar luka sama dengan lebar alat. Tetapi sering yang terjadi lebar luka melebihi lebar alat kerena tarikan ke samping waktu menusuk dan waktu menarik. Demikian juga bila alat/pisau yang masuk kejaringan dengan posisi yang miring. Pemakaian istilah luka penetrasi ditunjukkan untuk menjelaskan dimana dalaman luka yang diakibatkan oleh benda itu melebihi lebar luka yang tampak pada permukaan kulit. Dalamnya luka sulit ditentukan pada daerah tanpa tulang seperti di daerah abdomen oleh karena elastisitas dinding perut tersebut. Panjang saluran luka atau kedalaman luka dapat mengindikasikan panjang minimum dari senjata yang digunakan, jika bagian pangkal senjata masuk kedalam tubuh. Umumnya dalam luka lebih pendek dari panjang senjata, karena jarang ditusukan ampai ke pangkal senjata. 2. Bentuk Luka2,3 Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi bentuk luka yaitu bentuk dan ukuran senjata yang digunakan, arah dorongan, gerakan senjata pada luka, gerakan korban yang ditusuk, dan keadaan elastisitas kulit. Bentuk luka merupakan gambaran yang penting dari luka tusuk karena karena hal itu akan sangat membantu dalam membedakan berbagai jenis senjata yang mungkin telah dikumpulkan oleh polisi dan dibawa untuk diperiksa. Daerah tepi luka dapat memberikan informasi ketajaman senjata yang digunakan. Senjata yang tumpul misalnya akan membuat tepi luka mengalami abrasi. Pinggir luka dapat menunjukan bagian yang tajam (sudut lancip) dan tumpul

(sudut tumpul) dari pisau berpinggir tajam satu sisi. Pisau dengan kedua sisi tajam akan menghasilkan luka dengan dua pinggir tajam.

Gambar 2.4. Benda tajam dengan salah satu ujung tajam Bentuk luka juga tergantung seberapa banyak bagian pisau (senjata) yangmasuk ke dalam tubuh, oleh karena itu penting mengetahui berbagai kemungkinanbentuk senjata yang digunakan. Perlu diingat bahwa benda lain yang dapat menembus tubuh, seperti pahat,obeng atau gunting, akan menyebabkan perbedaan bentuk luka yang kadang-kadang berbentuk segi empat atau, yang lebih jarang, berbentuk satelit. Selain kekhususan senjata yang digunakan, sifat keelastisan kulit dan arah tusukan terhadap serabut elastis juga mempengaruhi bentuk luka. Apabila arah tusukan membentuk sudut yang tegak lurus dengan distribusi serabut elastis tubuh yang sesuai dengan Langers line. Hal ini akan menyebabkan tepi luka akan melebar dan cetakan luka tidak sesuai dengan senjata yang digunakan.

10

Gambar 2.5. Luka multipel dengan berbagai bentuk akibat efek langers line Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya adalah reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat menyebabkan lukanya menjadi tidak begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan pada saat penusukan juga akan mempengaruhi. Beberapa pola luka yang dapat ditemukan : Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian ditusukkan kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai dengan gambaran biasanya dan lebih dari satu saluran dapat ditemui pada jaringan yang lebih dalam maupun pada organ. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah satu sudut, sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan kulit seperti ekor.

11

Tusukan masuk kemudian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain, sehingga saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga lebih luas dibandingkan dengan lebar senjata yang digunakan. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan titik terdalam sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar pada bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan lebar senjata yang digunakan. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk ireguler dan besar. Harus diingat bahwa posisi tubuh korban saat ditusuk berbeda dengan pada saat autopsi. Posisi membungkuk, berputar, dan mengangkat tangan dapat disebabkan oleh senjata yang lebih pendek dibandingkan apa yang didapatkan pada saat autopsi. Manipulasi tubuh untuk memperlihatkan posisi saat ditusuk sulit atau bahkan tidak mungkin mengingat berat dan adanya kaku mayat. Poin lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya kompresi dari beberapa anggota tubuh pada saat penusukan. Pemeriksa yang sudah berpengalaman biasanya ragu-ragu untuk menentukan jenis senjata yang digunakan. Karakteristik luka tikam, dapat menerangkan tentang: 7 1. 2. 3. 4. 5. Dimensi senjata Tipe senjata Kelancipan senjata Gerakan pisau pada luka Kedalaman luka

12

6. 7.

Arah luka Banyaknya tenaga yang digunakan

Tabel 2.1. Ciri-Ciri luka tusuk pada kasus pembunuhan, bunuh diri, dan kecelakaan2 Pembunuhan Lokasi luka Jumlah luka Pakaian Luka tangkis Luka percobaan Cedera Sekunder D. OTOPSI LUKA TUSUK Pada kasus kematian akibat kekerasan, pemeriksaan terhadap luka harus dapat mengungkapkan berbagai hal tersebut di bawah ini antara lain:8 1. Penyebab luka Gambaran luka seringkali dapat memberi petunjuk mengenai bentuk benda yang mengenai tubuh, misalnya luka yang disebabkan oleh benda tumpul berbentuk bulat panjang akan meninggalkan negatif imprint oleh timbulnya marginal haemorrhage. Luka lecet tekan memberikan gambaran bentuk benda penyebab luka. 2. Arah kekerasan Pada luka lecet geser dan luka robek, arah kekerasan dapat ditentukan. Hal ini sangat membantu dalam melakukan rekonstruksi terjadinya perkara. 3. Cara terjadinya luka Sembarang Banyak Terkena Ada Tidak ada Mungkin ada Bunuh Diri Terpilih Banyak Tidak terkena Tidak ada Ada Tidak ada Kecelakaan Terpapar Tunggal/banyak Terkena Tidak ada Tidak ada Mungkin ada

13

- Luka akibat kecelakaan biasanya terdapat pada bagian tubuh yang terbuka. Bagian tubuh yang biasanya terlindung jarang mendapat luka pada suatu kecelakaan. Daerah terlindung ini misalnya daerah ketiak, sisi depan leher, lipat siku, dan lain-lain. - Luka akibat pembunuhan dapat ditemukan tersebar pada seluruh bagian tubuh. Pada korban pembunuhan yang sempat mengadakan perlawanan, dapat ditemukan luka tangkis yang biasanya terdapat pada daerah ekstensor lengan bawah atau telapak tangan.

Gambar 2.6. Ilustrasi terjadinya luka perlawanan - Pada korban bunuh diri, luka biasanya menunjukkan sifat luka percobaan (tentative wounds) yang mengelompok dan berjalan kurang lebih sejajar.

Gambar 2.7. Luka multipelyang merupakan tanda percobaan bunuh diri

4. Hubungan antara luka yang ditemukan dengan sebab mati

14

- Harus dapat dibuktikan bahwa terjadinya kematian semata-mata disebabkan oleh kekerasan yang menyebabkan luka. - Harus dapat dibuktikan bahwa luka yang ditemukan adalah benar-benar luka yang terjadi semasa korban masih hidup (luka intravital)perhatikan tanda intravitalitas luka berupa reaksi jaringan terhadap luka. - tanda intravitalitas : ditemukannya resapan darah, proses penyembuhan luka, sebukan sel radang, pemeriksaan histo-enzimatik, pemeriksaan kadar histamin bebas dan serotonin jaringan.

(a) (b) Gambar. 2.8. (a) Luka perlawanan pada tangan, (b)Luka perlawanan pada bagian extensor lengan bawah E. PERDARAHAN AKIBAT LUKA TUSUK Trauma dapat menyebabkan luka, perdarahan dan skar atau hambatan dalam fungsi organ yang dapat berakhir kepada kematian. Kehilangan volume darah dan mendadak dapat menyebabkan syok yang berakhir pada kematian. Kecepatan perdarahan yang terjadi tergantung pada ukuran dari pembuluh darah yang terpotong dan jenis perlukaan yang mengakibatkan terjadinya perdarahan. Pada arteri besar yang terpotong, akan terjadi perdarahan banyak yang sulit

15

dikontrol oleh tubuh sendiri. Apabila luka pada vena besar berupa sayatan, seperti luka yang disebabkan oleh pisau, perdarahan akan berlangsung lambat dan mungkin intermiten. Luka pada arteri besar yang disebabkan oleh tembakan akan mengakibatkan luka yang sulit untuk dihentikan oleh mekanisme penghentian darah dari dinding pembuluh darah sendiri. Hal ini sesuai dengan prinsip yang telah diketahui, yaitu perdarahan yang berasal dari arteri lebih berisiko dibandingkan perdarahan yang berasal dari vena.9,10 Hipertensi dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan cepat apabila terjadi perlukaan pada arteri. Adanya gangguan pembekuan darah juga dapat menyebabkan perdarahan yang lama. Kondisi ini terdapat pada orang-orang dengan penyakit hemofili dan gangguan pembekuan darah, serta orang-orang yang mendapat terapi antikoagulan. Pecandu alkohol biasanya tidak memiliki mekanisme pembekuan darah yang normal, sehingga cenderung memiliki perdarahan yang berisiko. Investigasi terhadap kematian yang diakibatkan oleh perdarahan memerlukan pemeriksaan lengkap seluruh tubuh untuk mencari penyakit atau kondisi lain yang turut berperan dalam menciptakan atau memperberat situasi perdarahan.11,12

Tabel 2.2.

Taksiran perdarahan dalam pada trauma beberapa bagian tubuh13

16

Regio Tubuh Taksiran kehilangan darah Brachialis Antebrachii Thorakal Abdomen Pelvis Femoralis Cruris 500 ml 250 ml 2000-3000 ml 2000-3000 ml 1500-2000 ml 1500-2000ml 1000 ml

Tabel 2.3. Klasifikasi dan perkiraan perdarahan berdasarkan tanda vital10 Variabel Sistolik (mmHg) Nadi (x/menit) Respirasi (x/menit) Status mental Darah hilang (ml) Darah hilang (%) Klas I >110 < 100 16 Anxious <750 < 15 Klas II >100 > 100 16-20 agitasi 750-1500 15-30 Klas III > 90 > 120 21-26 bingung 1500-2000 30-40 Klas IV < 90 > 140 >26 lethargi > 2000 >40

Penyebab kematian pada trauma abdomen adalah penurunan volume cairan karena perdarahan (syok hipovolemik). Secara ringkas proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :9,14

Faktor penyebab (penurunan volume cairan)

Penurunan arus balik vena

Penurunan isi sekuncup

Penurunan curah jantung

17

Penurunan perfusi jaringan Adapun tanda dan gejala dari hipovolemik syok mengarah pada berbagai sistem yaitu : 7 1. 2. 3. Sistem kardiovaskuler : takikardi, penurunan tekanan darah sistolik Kulit : dingin, lembab, pucat, sianotik Sistem Saraf Pusat : ansietas, keresahan, perubahan sensorium, penurunan tingkat kesadaran 4. 5. Sistem Renal : penurunan keluaran urine, gagal ginjal akut atau kronis Sistem Pernafasan : takipnea, peningkatan permiabilitas kapiler pulmonal (ARDS) 6. Sistem Hepatik : penurunan pembentukan faktor-faktor pembekuan, penurunan sintesis protein-protein plasma, penurunan albumin serum, penurunan kadar glukosa serum 7. Sistem Gastro Intestinal : ileus adinamik, ulcerasi, penurunan absorpsi nutrien, peningkatan masukan toksin dari lumen usus ke dalam aliran darah. F. PENYEBAB KEMATIAN LUKA TUSUK Penyebab kematian dapat terjadi segera atau langsung, tetapi perlukaan dapat juga menyebabkan kematian secara tidak langsung. Penyebab kematian langsung dapat berupa:15 1. Perdarahan luas (syok hipovolemik) dan banyak dapat terjadi di dalam rongga tubuh atau di luar rongga tubuh. Volume darah ada kira kira 7 -10 % atau 1/13 berat badan. Kehilangan 1/3 bagian dari volume darah tubuh secara tibatiba dapat menyebabkan kematian. Kehilangan darah yang demikian ini

18

mengakibatkan syok dan meninggal bila tidak dilakukan penanganan yang tepat dan cepat, sedangkan kehilangan darah secara perlahan-lahan tidak begitu membahayakan oleh karena tubuh dapat mengkompensasinya. Perdarahan di dalam rongga tubuh dapat kita jumpai pada luka tusuk yang mengenai organ organ dalam seperti jantung, paruparu, hati dan limpa. kalau dijumpai lebih dari satu luka, maka harus ditentukan yang mana yang menyebabkan kematian korban. 2. Luka pada organ vital. Bila yang terluka adalah organ vital, seperti jantung, paru, limpa, hati, ginjal, pembuluh darah besar akan menyebabkan kematian lebih cepat. Perdarahan pada kantung pericardium sebanyak 300- 400 cc telah dapat menyebabkan kematian karena terjadi tamponade jantung. Demikian juga darah sejumlah 200300 cc yang menyumbat saluran pernafasan dapat menyebabkan kematian karena asfiksia. Kematian yang timbul dalam jangka waktu yang lama, yang bukan primer oleh karena lukanya, disebut penyebab kematian secara tidak langsung. Yang termasuk hal-hal ini adalah:1 1. Inflamasi dari organorgan dalam tubuh, seperti meningitis, encephalotos, pleuritis dan peritonitis. 2. Infeksi sepsis dari luka yang dapat mengakibatkan septikemia dari lukalama yang tidak sembuh dan luka ini bisa primer ataupun sekunder. 3. Gangren atau nekrosis sebagai akibat kerusakan jaringanjaringan

danpembuluh darah.

19

4. Trombosis pada pembuluh darah vena dan emboli yang terjadi akibat immobilisasi. G. ASPEK MEDIKOLEGAL KEMATIAN LUKA TUSUK 1. ASPEK MEDIS Berdasarkan aspek medis, luka dapat ditinjau dari berbagai aspek meliputi: a. Umur luka16,17,18

Pada korban hidup, jika terjadi luka tusuk akan tampak lebih menganga, banyak perdarahan dan disetai bekuan darah. Pemeriksaan histopatologi akan tampak reaksi radang dan perubahan konsentrasi serotonin, histamin dan enzim-enzim jaringan luka. Setelah beberapa hari, akan tampak pengeluaran serum yang kemudian akan segera menutup luka tersebut dengan terbentuknya krusta. Perubahan histologi akibat terjadinya luka sebagai berikut: 30 menit sampai 4 jam terjadi pengumpulan leukosit polimorfonuklear pada luka dan terbentuknya benang-benang fibrin. 4 jam sampai 12 jam terjadi udem jaringan dan pembengkakan endotel pembuluh darah. 12 jam sampai 24 jam terjadi peningkatan jumlah makrofag dan dimulainya pembersihan jaringan mati. 24 jam sampai 72 jam terjadi peningkatan jumlah leukosit sampai maksimal sekitar 48 jam, mulainya perbaikan jaringan, munculnya fibroblast dan pembuluh darah baru mulai terbentuk untuk membentuk jaringan granulasi. 3 hari sampai 6 hari tampak epidermis mulai tumbuh.

20

10 hari sampai 15 hari tampak epidermis menipis dan mendatar. Dalam beberapa minggu sampai bulan, proses penyembuhan jaringan berlanjut sampai terbentuk jaringan granulasi secara komplit.

b. Jenis kekerasan16,17 Gambaran umum luka dapat memperkirakan jenis kekerasan yang dilakukan oleh pelaku. Pada luka akibat kekerasan tajam seperti luka tusuk, panjang luka lebih kecil dari dalamnya luka, panjang luka sama lebarnya dengan senjata maksimal yang masuk sedangkan dalamnya luka sama dengan panjang maksimum senjata yang masuk. Selain itu, panjang luka biasanya tidak mencerminkan lebar benda tajam penyebabnya, demikian pula panjang saluran luka biasanya tidak menunjukkan panjang benda tajam tersebut. Selain itu, panjang luka biasanya tidak mencerminkan lebar benda tajam penyebabnya, demikian pula panjang saluran luka biasanya tidak menunjukkan panjang benda tajam tersebut. Hal ini disebabkan oleh faktor elastisitas jaringan dan gerakan korban. Gambaran umum luka tusuk adalah tepi yang rata, berbentuk garis, tidak terdapat jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik serta keadaan sekitar luka yang tenang tidak ada luka lecet atau luka memar. Senjata tajam yang digunakan runcing atau bermata satu biasanya sudut luka tajam. Senjata tajam yang bermata dua, sudut luka tumpul dan tajam. Kulit sekitar luka akibat kekerasan benda tajam biasanya tidak menunjukkan adanya luka lecet atau luka memar, kecuali bila sebagian gagang turut membentur kulit.

21

c. Akibat luka17,18 Suatu luka tusuk sebagian besar menyebabkan kerusakan luas pada strukturstruktur yang ada dibawahnya. Kematian sering terjadi cepat akibat perdarahan atau emboli udara dimana diakibatkan oleh terbukanya vena yang ada dibawahnya. Hal ini dikarenakan pelaku kriminalitas jarang mempunyai pengetahuan biologi yang cukup untuk mengenali secara detail mengenai struktur dasar pada permukaan kulit sehingga yang bersangkutan tidak menduga bahwa organ vital yang terluka terletak dalam lapisan yang sangat dekat dengan permukaan kulit. Beberapa luka tusuk mempunyai potensi untuk menyebabkan perdarahan masif akibat luka pada organ dalam yang luas. Bahaya itu ditambah dengan kenyataan bahwa kebanyakan dari darah yang keluar dari organ atau pembuluh darah yang rusak mengisi salah satu rongga tubuh yang utama. Menurut studi di Glasgow Royal Infirmary, dada (43%) dan abdomen (13%) merupakan lokasi luka tusuk paling umum yang memerlukan tindakan pembedahan segera. Berbagai akibat yang dapat timbul akibat luka tusuk bervariasi dari ringan sampai berat tergantung dari sifat senjata yang digunakan, kedalaman senjata tersebut masuk, dan tempat penusukan. Sifat senjata dengan bentuk lebih runcing, lebih tajam pada bagian ujung dan kedua tepinya tentu akan mengakibatkan luka tusuk yang lebih serius. Lebih dalam senjata yang masuk juga akan mengakibatkan luka tusuk yang lebih serius. Tempat penusukan, seperti pada dada yang merupakan tempat organ vital paru-paru dan jantung akan mengakibatkan luka tusuk yang mengancam nyawa. Bila penusukan

22

dada sampai mengenai paru-paru maka dapat terjadi pneumotoraks atau hemotoraks. Bila penusukannya lebih ke arah lateral kiri sampai mengenai jantung maka dapat terjadi tamponade jantung.16 2. ASPEK LEGAL Dalam melakukan pemeriksaan terhadap korban hidup atau meninggal yang menderita luka akibat kekerasan, pada hakikatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan mengenai jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan/senjata atau benda yang menyebabkan luka, dan derajat luka.16 Seorang korban yang meninggal dapat disebabkan oleh pembunuhan, bunuh diri, dan kecelakaan. Pembunuhan diasosiasikan dengan pasal 185, 338, 339, 340, 342, dan 343 KUHP tergantung pada ada atau tidaknya rencana dan kepada siapa dilakukan. Bunuh diri diasosiasikan dengan pasal 345 KUHP dimana barang siapa sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk itu. 6 Seorang korban penganiayaan dengan luka ringan akan diasosiasikan dengan penganiayaan ringan sebagaimana tersebut di dalam pasal 352 KUHP, sedangkan bila ia mengalami luka yang sedang akan diasosiasikan dengan pasal 351 (1) atau 353 (1) KUHP tergantung pada ada atau tidaknya rencana. Korban dengan luka berat dapat diasosiasikan dengan pasal 351 (2), 353 (2), 354 (1), 355 (1) KUHP tergantung pada niat dan ada atau tidaknya rencana. Perlu diingat bahwa luka-luka tersebut dapat juga timbul akibat kecelakaan atau bunuh diri.4,16

23

BAB III LAPORAN KASUS

PRO-JUSTICIA

VISUM et REPERTUM
No. VER/531/IPJ/IV/2012

Berdasarkan surat permintaan penyidik, nama Nahdi: Aiptu, NRP 57110073, Jabatan: KA SPK regu I. Nomor surat: B/62/V/2012/SPK, tanggal 4 Mei 2012, maka Tim Kedokteran Forensik dibawah pimpinan Dr. IWAN AFLANIE, M.Kes, Sp.F beserta staf dari bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas

24

Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat/ Instalasi Pemulasaraan Jenazah Kedokteran Forensik RSUD Ulin pada hari Jumat, tanggal empat bulan Mei tahun dua ribu dua belas, mulai pukul lima lewat lima menit waktu Indonesia Tengah sampai pukul lima lewat lima puluh menit waktu Indonesia Tengah, melakukan pemeriksaan luar di ruang otopsi RSUD Ulin terhadap jenazah almarhum: Nama Jenis kelamin Umur Agama Pekerjaan Kebangsaan Alamat : SAIRAJI Bin H.M ARSAD (Alm)----------------------------: Laki-laki----------------------------------------------------------: 45 tahun-----------------------------------------------------------: Islam --------------------------------------------------------------: PNS----------------------------------------------------------------: Indonesia ---------------------------------------------------------: Jl. Setia RT.37 RW.04 Kel. Pemurus Dalam Kec. Selatan Kota Banjarmasin.-------------------------------------Menurut keterangan penyidik, orang tersebut telah mengalami luka-luka, yang terjadi di Jl. Setia Rt.37 (di depan SMA 13) Kel. Pemurus Dalam Kec. Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin, pada hari kamis tanggal 3 Mei 2012 sekira jam22.00. Diduga orang tersebut meninggal akibat luka tusuk pada daerah perut.---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN------------------------------

I. PEMERIKSAAN LUAR 1. Keadaan Jenazah

25

Jenazah tidak berlabel, terletak di atas meja otopsi, ditutup dengan sarung motif kotak-kotak warna abu-abu dan biru. Setelah tutup dibuka, jenazah ditutup lagi pada bagian pusat sampai paha dengan kain sarung berwarna merah coklat bermotif abstrak. Bagian belakang tubuh korban beralaskan kain sarung warna coklat keabu-abuan bermotif kotak-kotak.------------------2. Sikap Jenazah Sikap jenazah terlentang di atas meja otopsi dengan muka menghadap ke depan. Lengan atas kanan membentuk sudut 15 derajat dari sumbu tubuh. Lengan bawah kanan membentuk sudut 100 derajat dari lengan atas kanan. Tangan kanan melipat dan telapak tangan kanan menghadap ke belakang dengan jari-jari lurus. Lengan atas kiri sejajar dengan sumbu tubuh. Lengan bawah kiri membentuk 90 derajat dari lengan atas kiri. Tangan kiri melipat dan telapak tangan kiri menghadap ke belakang dengan jari-jari lurus. Tungkai kanan atas sejajar terhadap sumbu tubuh dan tungkai kanan bawah lurus sejajar sumbu tubuh. Telapak kaki kanan menghadap ke bawah dengan jari-jari lurus ke arah depan-luar. Tungkai kiri atas dan bawah lurus sejajar sumbu tubuh. Telapak kaki kiri menghadap ke bawah dengan jari-jari lurus ke arah luar.----------------------------------------------------------------------------3. Kaku Jenazah Tidak terdapat kaku jenazah---------------------------------------------------------4. Lebam Jenazah Terdapat lebam jenazah pada daerah punggung, bahu belakang, dan belakang pinggang yang hilang dengan penekanan.-------------------------------

26

5. Pembusukan Jenazah Tidak terdapat pembusukan jenazah.-----------------------------------------------6. Ukuran Jenazah Panjang badan 150 sentimeter. Lingkar dada 71 sentimeter. Lingkar 69 sentimeter------------------------------------------------------------------------------7. Kepala a. Rambut Warna rambut hitam, tidak beruban, panjang 4 sentimeter, sukar

dicabut, dalam keadaan lurus dan kering--------------------------------------b. Bagian Yang Tertutup Rambut Dan Dahi Tidak terdapat kelainan. ---------------------------------------------------------c. Mata Kanan Menutup, rambut mata kering berwarna hitam, tidak mudah dicabut, panjang 1 sentimeter. Kelopak mata luar tidak ada kelainan. Kelopak mata dalam berwarna putih. Sekitar mata warna sama dengan kulit. Pada perabaan teraba kenyal. Tidak terdapat retak tulang, selaput bening jernih, selaput putih mata berwarna putih, tirai mata berwarna coklat, manik mata berukuran 0.8 sentimeter. Bola mata utuh. Pada perabaan teraba kenyal.----------------------------------------------------------------------Mata Kiri Menutup, rambut mata kering berwarna hitam, tidak mudah dicabut, panjang 1 sentimeter. Kelopak mata luar tidak ada kelainan. Kelopak

27

mata dalam berwarna putih. Sekitar mata warna sama dengan kulit. Pada perabaan teraba kenyal. Tidak terdapat retak tulang, selaput bening jernih, selaput putih mata berwarna putih, tirai mata berwarna coklat, manik mata berukuran 0.8 sentimeter. Bola mata utuh. Pada perabaan teraba kenyal----------------------------------------------------------------------d. Hidung Dari kedua hidung tidak keluar cairan. Tidak terdapat kelaianan----------e. Mulut Dalam keadaan terbuka 1,3 sentimeter, dengan gigi tidak utuh. Terdapat gigi taring bawah sebelah kiri yang terlepas. Dari lubang mulut tidak keluar cairan. Tidak terdapat luka pada bibir atas dan bibir bawah. Lidah tidak tergigit dan tidak menjulur dengan gigi-gigi atas mengatup gigigigi bawah. -----------------------------------------------------------------------f. Dagu Terdapat adanya rambut sepanjang 1.6 sentimeter berwarna hitam dan tidak beruban. Tidak terdapat kelainan ---------------------------------------g. Pipi Tidak terdapat kelainan.---------------------------------------------------------h. Telinga Tidak terdapat kelainan.---------------------------------------------------------8. Leher Tidak terdapat kelainan.--------------------------------------------------------------9. Dada

28

Tidak kelainan.-------------------------------------------------------------

terdapat

10. Perut Pada perut sebelah kiri, terdapat sebuah luka tusuk dengan salah satu sudut tajam. Sudut tumpul luka 4 sentimeter dari sumbu tengah tubuh depan, 5 sentimeter dari garis horisontal yang sejajar pusat. Sudut tajam luka 3,5 sentimeter dari sumbu tengah tubuh depan, 10 sentimeter dari garis horisontal sejajar pusat. Tepi luka rata, berukuran panjang 9 sentimeter, lebar 1.5 sentimeter, dengan kedalaman luka menembus dinding perut. Terdapat usus yang terburai keluar dari luka. Usus yang keluar berwarna putih, berbentuk seperti bola yang keluar sepanjang 11 sentimeter, lebar 6 sentimeter, tinggi 6,5 sentimeter. Dasar luka rongga perut dengan tepi rata. Pada perabaan perut teraba kenyal, berwarna serupa dengan kulit. Pusat tampak datar.---------------------------------------------------------------------------11. Alat Kelamin Jenis kelamin Laki-laki, sudah disunat, rambut kelamin warna hitam dan tidak beruban, keriting, panjang 11 sentimeter, sukar dicabut, pada saluran kencing keluar cairan putih kental, dan tidak tampak tanda-tanda kekerasan.12. Anggota Gerak Atas a. Kanan Lengan Atas Tidak terdapat kelainan. ---------------------------------------------------------Lengan Bawah

29

Tidak terdapat kelainan. ---------------------------------------------------------Tangan Tidak terdapat kelainan. ---------------------------------------------------------b. Kiri Lengan Atas Tidak terdapat kelainan----------------------------------------------------------Lengan Bawah Tidak terdapat kelainan. ---------------------------------------------------------Tangan Pada pergelangan tangan, 4.5 sentimeter dari sumbu tengah tangan sebelah luar, sejajar garis pergelangan tangan, terdapat satu buah luka lecet tekan berbentuk titik.13. Anggota Gerak Bawah Kanan a. Kanan Paha Tidak terdapat kelainan. ---------------------------------------------------------Tungkai Bawah Tidak terdapat kelainan. ---------------------------------------------------------Kaki Tidak terdapat kelainan. ---------------------------------------------------------b. Kiri Paha Tidak terdapat kelainan-----------------------------------------------------------

30

Tungkai Bawah Tidak terdapat kelainan. ---------------------------------------------------------Kaki Tidak terdapat kelainan- ---------------------------------------------------------14. Punggung Pada punggung bagian bawah sebelah kiri, terdapat satu buah luka tusuk dengan salah satu sudut tajam. Sudut tumpul 13 sentimeter dari sumbu tubuh tengah belakang, 1 sentimeter dari garis horizontal sejajar pusat. Sudut tajam 12 sentimeter dari sumbu tengah tubuh belakang dan sejajar pusat, tepi luka rata dengan panjang 2 sentimeter, lebar 0,4 sentimeter, dasar luka rongga perut. 15. Pantat Tidak terdapat kelainan --------------------------------------------------------------16. Dubur Sekitar dubur tidak ada keluar kotoran. -------------------------------------------17. Bagian Tubuh yang lain Tidak terdapat kelainan.---------------------------------------------------------------

IV. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS Tidak dilakukan berdasarkan surat permintaan penyidik : Nomor Tanggal Kepolisian : B/62/V/2012/SPK : 4 Mei 2012 : Sektor Kota Banjarmasin Selatan

31

V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Tidak dilakukan berdasarkan surat permintaan penyidik : Nomor Tanggal Kepolisian : B/62/V/2012/SPK : 4 Mei 2012 : Sektor Kota Banjarmasin Selatan

VI. KESIMPULAN 1. Telah dilakukan pemeriksaan atas jenazah laki-laki, berusia 45 tahun, dengan panjang badan 150 sentimeter (I.6).-------------------------------------2. Terdapat luka tusuk tembus pada perut sebelah kiri bagian bawah sampai punggung bawah kiri akibat persentuhan dengan benda tajam. (I.10,

I.14).----------------------------------------------------------------------------------3. Terdapat adanya usus yang keluar dari luka pada perut sebelah kiri bagian bawah (I.10)--------------------------------------------------------------------------4. Kelainan pada poin dua menyebabkan kematian tanpa mengesampingkan sebab-sebab kematian lainnya karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam sesuai surat permintaan penyidik B/62/V/2012/SPK (I)-----------------------5. Saat kematian 30 menit sampai 2 jam sebelum pemeriksaan (I.3, I.4, I.5). PENUTUP Demikian visum et repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan dan berdasarkan Lembaran Negara no. 350 tahun 1937 serta undang-undang No.8 tahun 1981-----------------------------------------------------------

32

BAB IV PEMBAHASAN

Seorang laki-laki berusia 45 tahun, beragama islam dan beralamat di Jl. Setia RT.37 RW.04 Kel. Pemurus Dalam Kec. Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin, ditemukan meninggal dengan luka tusuk pisau pada perut kiri dengan usus terburai pada tanggal 3 Mei 2012 sekira jam 22.00 wita, dan dibawa langsung ke Instalasi Forensik RSUD Ulin Banjarmasin untuk dilakukan identifikasi dan Otopsi. Metode identifikasi yang digunakan untuk identifikasi kasus jenazah pada kasus ini adalah metode visual, pakaian dan medis. Metode visual dengan memperhatikan korban dengan cermat terutama wajahnya oleh pihak keluarga atau rekan dekatnya. Metode pakaian melalui pemeriksaan dan pencatatan atas pakaian (bahan, mode dan tulisan yang ada pada pakaian). Metode medis adalah dengan pemeriksaan fisik secara keseluruhan meliputi tinggi badan, warna tirai mata, ada tidaknya tato. Otopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi atau penemuanpenemuan tersebut, menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian. Otopsi Forensik/Medikolegal, dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga meninggal akibat suatu sebab yang tidak wajar seperti pada kasus

33

kecelakaan, pembunuhan, maupun bunuh diri. Otopsi ini dilakukan atas permintaan penyidik sehubungan dengan adanya penyidikan suatu perkara. Tujuan dari otopsi medikolegal adalah : 19 1. Untuk memastikan identitas seseorang yang tidak diketahui atau belum jelas. 2. Untuk menentukan sebab pasti kematian, mekanisme kematian, dan saat kematian. 3. Untuk mengumpulkan dan memeriksa tanda bukti untuk penentuan identitas benda penyebab dan pelaku kejahatan. 4. Membuat laporan tertulis yang objektif berdasarkan fakta dalam bentuk visum et repertum. Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan luar jenazah. Pemeriksaan ini dilaksanakan tanpa melakukan tindakan yang merusak keutuhan jaringan jenazah. Pemeriksaan dilakukan dengan teliti dan sistematik, serta kemudian dicatat secara rinci, mulai dari bungkus atau tutup jenazah, pakaian, benda-benda di sekitar jenazah, perhiasan, ciri-ciri umum identitas, tanda-tanda tanalogi, gigi-geligi, dan luka, cedera, atau kelainan yang ditemukan di seluruh bagian luar. Korban dinyatakan meninggal karena fungsi dari tiga sistem sebagai parameter kematian benar-benar tidak berfungsi lagi yaitu sistem saraf, sistem kardiovaskular dan sistem pernafasan. Di dunia kriminal, luka akibat kekerasan benda tajam biasanya disebabkan oleh pisau, golok, dan benda yang memiliki ujung lancip lainnya. Bentuk yang mengenai tubuh korban dipengaruhi oleh beberapa sifat, kedalaman masuk dan tempat luka. Pada kasus pembunuhan sering ditemukan adanya luka tusuk dengan

34

jumlah yang banyak, karena dalam membunuh seseorang tidak hanya dengan satu tusukan saja, kecuali bila korbannya sedang tidur atau dalam keadaan yang sangat lemah atau bila korban diserang secara mendadak dan yang terkena adalah organ tubuh yang vital. Luka-luka pada tubuh korban dalam kasus bunuh diri dapat ditemukan pada daerah yang dapat dijangkau seperti misalnya leher, dada (letak jantung) dan perut (letak lambung). Selain itu, akan ditemukan pula luka-luka percobaan. Pada kasus pembunuhan juga dapat dijumpai luka-luka yang menunjukkan adanya tanda-tanda perlawanan. Pada kasus ini didapatkan satu luka tusuk yang tembus hingga punggung, dan tidak didapatkan luka tusukan yang tidak dapat dijangkau. Selain itu, pada kasus ini tidak didapatkan luka-luka yang menunjukkan tanda-tanda perlawanan. Untuk memperkirakan saat kematian dapat digunakan beberapa tanda yaitu Livor mortis (lebam jenazah), Rigor mortis (kaku jenazah), Body temperature (suhu badan), degree of decomposition (derajat pembusukan), Stomach Content (isi lambung), Insect activity (aktivitas serangga).3 Lebam jenazah terjadi akibat pengumpulan darah dalam pembuluhpembuluh darah kecil, kapiler dan venula pada bagian tubuh yang terendah akibat daya gravitasi bumi. Lebam mayat mulai tampak sekitar sekitar 30 menit setelah kematian somatis dan intensitas maksimal akan tercapai dalam waktu 8 12 jam post mortal, dan jika dilakukan penekanan lebam mayat masih dapat menghilang, tetapi jika sudah lebih dari 8-12 jam lebam mayat tidak menghilang hal ini dikarenakan telah terjadi perembesan darah akibat rusaknya pembuluh darah ke dalam jaringan disekitar pembuluh darah tersebut. Pada korban terdapat lebam

35

mayat yang ditemukan pada seluruh punggung yang hilang dengan penekanan sehingga dapat diperkirakan korban meninggal sekitar 30 menit 12 jam sebelum pemeriksaan.4 Rigor mortis atau kaku jenazah terjadi akibat hilangnya ATP. ATP digunakan untuk memisahkan ikatan aktin dan myosin sehingga terjadi relaksasi otot. Namun karena pada saat kematian terjadi penurunan cadangan ATP maka ikatan antara aktin dan myosin akan menetap (menggumpal) dan terjadilah kekakuan jenazah. Rigor mortis akan mulai muncul 2 jam postmortem semakin bertambah hingga mencapai maksimal pada 12 jam postmortem. Kemudian setelah itu akan berangsur-angsur menghilang sesuai dengan kemunculannya. Pada 12 jam setelah kekakuan maksimal (24 jam postmortem) kaku jenazah sudah tidak ada lagi. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kaku jenazah adalah suhu tubuh, volume otot dan suhu lingkungan. Makin tinggi suhu tubuh makin cepat terjadi kaku jenazah. Rigor mortis diperiksa dengan cara menggerakkan sendi fleksi dan antefleksi pada seluruh persendian tubuh. Pada korban, kaku jenazah tidak ditemukan.4 Pada saat sesudah mati, terjadi proses pemindahan panas dari badan ke benda-benda di sekitar yang lebih dingin secara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi. Penurunan suhu badan dipengaruhi oleh suhu lingkungan, konstitusi tubuh dan pakaian. Bila suhu lingkungan rendah, badannya kurus dan pakaiannya tipis maka suhu badan akan menurun lebih cepat. Lama kelamaan suhu tubuh akan sama dengan suhu lingkungan. Pada korban tidak dilakukan pemeriksaan suhu tubuh.3

36

Pembusukan jenazah terjadi akibat proses degradasi jaringan karena autolisis dan kerja bakteri. Mulai muncul 24 jam postmortem, berupa warna kehijauan dimulai dari daerah sekum menyebar ke seluruh dinding perut dan berbau busuk karena terbentuk gas seperti HCN, H2S dan lain-lain. Gas yang terjadi menyebabkan pembengkakan. Akibat proses pembusukan rambut mudah dicabut, wajah membengkak, bola mata melotot, kelopak mata membengkak dan lidah terjulur. Pembusukan lebih mudah terjadi pada udara terbuka suhu lingkungan yang hangat/panas dan kelembaban tinggi. Bila penyebab

kematiannya adalah penyakit infeksi maka pembusukan berlangsung lebih cepat. Setelah terjadi pembusukan (24 jam postmortem) akan ditemukan belatung pada 36 jam kemudian. Pada tubuh korban tidak ditemukan tanda-tanda pembusukan sehingga disimpulkan kematian kurang dari 24 jam. Pada korban masih tidak terdapat aktivitas serangga.3 Pada kasus ini ditemukan korban meninggal kurang lebih enam setengah jam sebelum dilakukan pemeriksaan. Jenazah ditemukan di KM di Jl. Setia Rt.37 (di depan SMA 13) Kel. Pemurus Dalam Kec. Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin 7,200 tempat dia sekitar rumahnya. Menurut kesaksian warga dan penyidik, korban sebelum meninggal, berusaha memberitahu beberapa pemuda disekitar rumah yang mabuk untuk tidak melakukan keonaran. Sesaat setelah itu, korban langsung dikeroyok dan ditusuk dengan benda tajam pada perut sebelah kiri. Beberapa yang menemukan jasad korban segera menghubungi polisi jam 22.30 Wita, polisi segera olah TKP dan membawa jasad korban ke Instalasi Forensik RSUD Ulin Banjarmasin.

37

Tabel 4.1. Jumlah Kasus Luka Tusuk di Instalasi Forensik RSUD Ulin Banjarmasin Kalimantan Selatan Periode Desember 2012-Februari 2013 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Tanggal PL 4 Jan 2012 26 Feb 2012 25 Mar 2012 28 Apr 2012 29 Apr 2012 1 Mei 2012 1 Jun 2012 26 Jun 2012 4 Jul 2012 2 Agt 2012 5 Agt 2012 12 Agt 2012 17 Agt 2012 20 Agt 2012 14 Okt 2012 24 Okt 2012 12 Des 2012 30 Jan 2013 2 Feb 2013 Nama Marhab Asep Syarifudin Ruslan Agus Salim Umi Kalsum Saeraji Pathan Bahrudin Sahri Hidayat Kamarudin Afrianto Arja Adriansyah Selamat Ani Atak Taufik A Mahyudin Mr. X Kasus Tusuk Dada Dada Leher Dada Dada Perut Dada Dada Dada Perut Leher Perut Dada dan Leher Perut dan Leher Leher Punggung Leher Perut Dada VeR VER/468/IPJ/1/2012 VER/478/IPJ/II/2012 VER/509/IPJ/III/2012 VER/527/IPJ/IV/2012 VER/529/IPJ/IV/2012 VER/531/IPJ/IV/2012 VER/540/IPJ/V/2012 VER/553/IPJ/VI/2012 VER/564/IPJ/VII/2012 VER/566/IPJ/VIII/2012 VER/584/IPJ/VIII/2012 VER/571/IPJ/VIII/2012 VER/574/IPJ/VIII/2012 VER/575/IPJ/VIII/2012 VER/576/IPJ/VIII/2012 VER/602/X/IPJ/2012 VER/621/IPJ/XI/2012 VER/645/IPJ/II/2013 VER/646//IPJ/II/2013 PL/PD PL PL PL PL PL PL PL PL PL PL PL PL PL PL PL PL PLPD PL PL

Pada kasus ini, korban diduga mengalami kematian akibat luka tusuk pada perut sebelah kiri bawah. Korban dinyatakan meninggal akibat luka tusuk tersebut tanpa mengesampingkan sebab lain karena pada saat korban ditemukan, korban dalam keadaan menimggal akibat tusukan benda tajam pada perut sebelah kiri dengan disertai adanya usus yang terburai. Pada pemeriksaan luar pada bagian perut didapatkan sebuah luka tusuk pada perut yang tembus hingga ke punggung dengan salah satu sudut yang terbentuk adalah tumpul yang mengindindikasikan
38

bahwa korban ditusuk dengan benda tajam dengan satu sisi tajam. Luka tusuk pada korban mempunyai panjang luka 9 cm, dengan kedalaman luka menembus dinding perut disertai usus yang terburai sesuai bentuk luka. Cara kematian yaitu macam kejadian yang bertanggung jawab terhadap kematian. Secara garis besar ada 2 cara kematian korban, yaitu:4 1. Kematian yang wajar akibat suatu penyakit 2. Kematian yang tidak wajar, bukan akibat suatu penyakit, ini dapat merupakan: Pembunuhan (homicide) Bunuh diri (suicide) Kecelakaan (acident) Kasus kematian akibat luka tusuk adalah salah satu diantara banyak penyebab kematian tidak wajar dalam masyarakat. Kematian oleh karena luka tusuk kebanyakan disebabkan karena kasus penganiayaan dan pembunuhan, jarang sekali digunakan untuk bunuh diri ataupun kecelakaan. Pada korban ditemukan luka pada perut sebelah kiri, yang dapat mengindikasikan bahwa kemungkinan kasus pembunuhan ataupun bunuh diri. Kasus dapat diindikasikan sebuah kasus bunuh diri karena tidak terdapat luka sebagai tanda kekerasan ditempat lain. Tetapi berdasarkan data dari olah TKP, maka dapat disimpulkan bahwa Tn. S merupakan korban pembunuhan. Hal ini didasarkan pada luka yang tidak bersifat vital (disembarang tempat) seperti pada bunuh diri, dan korban tidak ditemukan diruangan tertutup, seperti pada kasus bunuh diri. Selain itu tidak ditemukan surat pesan yang biasa ditemukan pada kasus bunuh diri mengindikasikan pada kasus pembunuhan.

39

Sebab kematian adalah kelainan yang terjadi di dalam tubuh korban akibat sesuatu dari luar atau dalam yang menghentikan fungsi kehidupan. Sebab kematian terdiri dari :3,4 1. Penyakit : gangguan SCV, SSP, respirasi, GIT, urogenital 2. Trauma : a. mekanik : - tajam : iris, tusuk, bacok - tumpul : memar, lecet, robek, patah - senjata api (balistik) - bahan peledak/bom b. fisik : - suhu : dingin, panas - listrik/petir c. kimiawi : - asam - basa - intoksikasi Pada kasus ini, sebab kematian adalah karena trauma mekanik akibat kekerasan benda tajam, yang dibuktikan dengan adanya luka tusuk pada perut kiri bawah yang menembus rongga perut. Sebab kematian korban ini adalah akibat trauma mekanik benda tajam. Hal ini didukung dengan adanya luka tusuk terdapat di perut yang menembus punggung. Luka tusuk yang terdapat di perut dan punggung pada korban memungkinkan mengenai alat / organ dalam tubuh dan menyebabkan banyak pendarahan. Jika rongga abdomen mengalami luka tusuk, usus yang menempati sebagian besar rongga abdomen akan sangat rentan untuk

40

mengalami trauma penetrasi. Secara umum organ-organ padat berespon terhadap trauma dengan perdarahan.20 Tabel 4.2. Perbandingan Luka Tusuk pembunuhan, bunuh diri, dan kecelakaan dengan kasus Pembunuhan Lokasi luka Sembarang Jumlah luka Pakaian Luka tangkis Luka percobaan Cedera Sekunder Pada kasus ini, mekanisme kematian adalah karena perdarahan, hal ini didasarkan pada korban mengalami luka tusuk di daerah perut bagian kiri atas. Luka tusuk di daerah perut menembus dinding perut, dan diduga terjadi kerusakan organ vital di dalam rongga perut yaitu usus dan penggantunganya. Mekanisme kematian adalah gangguan/kelainan fisiologik dan atau biokimia yang bertanggung jawab terhadap timbulnya kematian. Mekanisme kematian antara lain :3,4 1. 2. 3. Mati lemas (asfiksia) Perdarahan Kerusakan organ vital
41

Bunuh Diri Terpilih Banyak Tidak terkena Tidak ada Ada Tidak ada

Kecelakaan Terpapar Tunggal/banyak Terkena Tidak ada Tidak ada Mungkin ada

Kasus Perut sebelah kiri 1 buah Terkena Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Banyak Terkena Ada Tidak ada Mungkin ada

4. 5.

Refleks vagal Emboli, dll Pada kasus ini, korban mengalami kehilangan volume darah yang banyak

dan mendadak akibat perdarahan di rongga perut sehingga menyebabkan syok yang berakhir pada kematian. Didukung juga dengan pemeriksaan luar pada telapak tangan dan kaki serta kuku jari tangan dan kaki yang pucat. Pada trauma, tubuh akan melakukan kompensasi. Sebelum terjadi penurunan tekanan darah terjadi reaksi kompensasi tubuh untuk mempertahankan perfusi jaringan organ vital. Kompensasi tersebut berupa vasokonstriksi kapiler kulit sehingga kulit menjadi pucat dan dingin, diueresis berkurang dan terjadi takikardi untuk mempertahankan curah jantung dan peredaran darah. Karena tindakan kompensasi ini, tekanan darah untuk beberapa waktu tidak menurun. Metabolisme jaringan hipoksik menghasilkan asam laktat yang menyebabkan asidosis metabolik sehingga terjadi takipnea. Bila mekanisme kompensasi untuk mempertahankan tekanan darah tidak mencukupi lagi, terjadi syok. Kegagalan kompensasi terjadi bila kehilangan cairan intravaskuler mendekati 50%. Kehilangan darah lebih dari 50% volume darah mengakibatkan kehilangan kesadaran, hilangnya denyut nadi, dan turunnya tekanan darah. Keadaan ini dianggap sebagai keadaan pra terminal, dan bila tidak dilakukan tindakan agresif maka penderita akan meninggal dalam beberapa menit.1,3,15

BAB V PENUTUP

42

Simpulan Telah dilaporkan sebuah kasus luka tusuk menembus rongga abdomen yang mengakibatkan kematian. Korban mengalami cara kematian yang tidak wajar diduga oleh karena pembunuhan. Pada pemeriksaan luar terhadap korban ditemukan penyebab kematian korban adalah karena trauma mekanik berupa benda tajam. Mekanisme kematian pada korban disebabkan karena perdarahan di rongga abdomen akibat luka tusuk yang diduga mengenai usus dan penggantung usus.

DAFTAR PUSTAKA 1. DiMaio VJ, DiMaio D. Dalam : Forensik Patology Second Edition. Washington DC : CRC Press, 2001. 2. Abdussalam HR. Forensik. Jakarta: Restu Agung, 2006.

43

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Anonymous. Roman Forensik Edisi VIII. Bagian Kedokteran Forensik. Banjarmasin : FK Unlam, 2010. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta : Bina Rupa Aksara, 1997. Kumar, Vinay, Ramzi S. Cotran dan Stanley L. Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta: EGC. Anonim.Patofisiologi Luka. 2006: (online), (Diakses tanggal 21 Februari 2013). Diambil dari http://www.freewebs.com/patofisiologi-luka/. Anonymous. Luka Tusuk. 2009: (online), (Diakses tanggal 21 Februari 2013). Diambil dari http://radit11.wordpress.com/2009/05/19/luka-tusuk/ Anonymous. Cedera Vaskular. 2010: (online), (Diakses tanggal 22 Februari 2013).Diambil dari http://www.annsilva.wordpress.com. Windi, Wuly, Sisca, Rani, Yordan Oewin,et all. Traumatologi Forensik . (online), (Diakses tanggal 22 Februari 2013). Diambil dari http://www.freewebs.com/traumatologie2/traumatologi.htm. Chadha PV. Ilmu Kedokteran Forensik dan Toksikologi. Edisi V. Jakarta : Widya Medika. 1995 Prahar, Yuri. Cedera Kepala (Head Injury). Fakultas Kedokteran Universitas Riau: Pekanbaru, 2008. Saamin S. Cedera Kepala SMF Bedah Saraf RS. Dr. M. Djamil/FKUNAND Padang, 2008. Sanusi, Atmodirono H. Buku Petunjuk Praktis Autopsi. FK UNAIR: Surabaya, 1984. Anonymous. Luka Tusuk Abdomen. 2010: (online), (Diakses tanggal 26 Februari 201#). Diambil dari http://phiphyya.blogspot.com/2010/02/lukatusuk-abdomen.html.

10. 11. 12. 13. 14.

15. Anonim. Patofisiologi Luka Tusuk. 2010: (online), Diakses tanggal 23 Februari 2013). Diambil dari http://www.freewebs.com/patofisiologi-luka/. 16. Anonim. Perlukaan pada jantung dalam : Perlukaan Pada Dada dan Abdomen. 2006: (online), Diakses tanggal 23 Februari 2013) diambil dari http://www.freewebs.com/perlukaanpadadadadan abdomen/.

44

17.

Munakata M, Itaya H, Ono Y, (2006), Cardiac Stab Injury by a Bodkin, Case Report. Ann Thorac Cardiovasc Surg, 2010: 12; 5; 365-367.

18. Limmer D, Mistovich J.J., Krost W.S. Penetrating Chest Trauma. 2010: (online), (Diakses tanggal 23 Februari 2013). Diambil dari http://www.emsresponder.com/print/Emergency--Medical Services/Penetrating-Chest-Trauma/1$2080. 19. 20.
Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Autopsi. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kedua. Media Aesculapius. Jakarta., 2000.

Anonymous. Kaku Mayat, Perkiraan Saat Mati dan Aspek Medikolegalnya. 2009: (online), (Diakses tanggal 24 Februari 2013). Diambil dari http:// www.freewebs.com.

45

Você também pode gostar

  • Presentation 1
    Presentation 1
    Documento19 páginas
    Presentation 1
    Yylfordt Granz
    Ainda não há avaliações
  • DM
    DM
    Documento17 páginas
    DM
    Yylfordt Granz
    Ainda não há avaliações
  • Analgesia Pada Persalinan
    Analgesia Pada Persalinan
    Documento5 páginas
    Analgesia Pada Persalinan
    Yylfordt Granz
    Ainda não há avaliações
  • Prose Dur
    Prose Dur
    Documento3 páginas
    Prose Dur
    Yylfordt Granz
    Ainda não há avaliações
  • Dispepsia
    Dispepsia
    Documento26 páginas
    Dispepsia
    Yylfordt Granz
    Ainda não há avaliações
  • Mega
    Mega
    Documento36 páginas
    Mega
    Yylfordt Granz
    Ainda não há avaliações
  • Referatku Wokehhh5
    Referatku Wokehhh5
    Documento27 páginas
    Referatku Wokehhh5
    Yylfordt Granz
    Ainda não há avaliações
  • BAB 4 FIXed
    BAB 4 FIXed
    Documento8 páginas
    BAB 4 FIXed
    Yylfordt Granz
    Ainda não há avaliações
  • BAB 1 FIXed
    BAB 1 FIXed
    Documento3 páginas
    BAB 1 FIXed
    Yylfordt Granz
    Ainda não há avaliações
  • Arifah 1
    Arifah 1
    Documento4 páginas
    Arifah 1
    Yylfordt Granz
    Ainda não há avaliações
  • Refrat Kala II Lama
    Refrat Kala II Lama
    Documento27 páginas
    Refrat Kala II Lama
    Yylfordt Granz
    Ainda não há avaliações
  • Bab 1 Pendahuluan
    Bab 1 Pendahuluan
    Documento21 páginas
    Bab 1 Pendahuluan
    Yudhistira Ade
    Ainda não há avaliações
  • Refrat Kala II Lama
    Refrat Kala II Lama
    Documento27 páginas
    Refrat Kala II Lama
    Yylfordt Granz
    Ainda não há avaliações
  • Konjungtivitis Kataralis Akut (Edit)
    Konjungtivitis Kataralis Akut (Edit)
    Documento36 páginas
    Konjungtivitis Kataralis Akut (Edit)
    Yylfordt Granz
    Ainda não há avaliações
  • AR
    AR
    Documento16 páginas
    AR
    Yylfordt Granz
    Ainda não há avaliações
  • Dispepsia
    Dispepsia
    Documento26 páginas
    Dispepsia
    Yylfordt Granz
    Ainda não há avaliações
  • PENDAHULUAN Lapsussssssssssssssssssssssssssssssssss 11111111111
    PENDAHULUAN Lapsussssssssssssssssssssssssssssssssss 11111111111
    Documento26 páginas
    PENDAHULUAN Lapsussssssssssssssssssssssssssssssssss 11111111111
    Yylfordt Granz
    Ainda não há avaliações
  • Mengidentifikasi Perdarahan Postpartum (HAND OUT)
    Mengidentifikasi Perdarahan Postpartum (HAND OUT)
    Documento15 páginas
    Mengidentifikasi Perdarahan Postpartum (HAND OUT)
    Al- Faruq
    Ainda não há avaliações
  • Lapsus Asfiksia
    Lapsus Asfiksia
    Documento27 páginas
    Lapsus Asfiksia
    Yylfordt Granz
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Kasus Asfiksia+Ikterik 1
    Laporan Kasus Asfiksia+Ikterik 1
    Documento28 páginas
    Laporan Kasus Asfiksia+Ikterik 1
    Yylfordt Granz
    Ainda não há avaliações
  • Plasenta Previa
    Plasenta Previa
    Documento3 páginas
    Plasenta Previa
    Fitri Martandy
    Ainda não há avaliações
  • Refrat CEC
    Refrat CEC
    Documento2 páginas
    Refrat CEC
    Yylfordt Granz
    Ainda não há avaliações
  • Poster Oke2
    Poster Oke2
    Documento3 páginas
    Poster Oke2
    Yylfordt Granz
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Kasus Asfiksia+Ikterik 1
    Laporan Kasus Asfiksia+Ikterik 1
    Documento28 páginas
    Laporan Kasus Asfiksia+Ikterik 1
    Yylfordt Granz
    Ainda não há avaliações
  • CDK 104 Osteoartritis
    CDK 104 Osteoartritis
    Documento65 páginas
    CDK 104 Osteoartritis
    revliee
    Ainda não há avaliações
  • PRESENTASI
    PRESENTASI
    Documento39 páginas
    PRESENTASI
    Yylfordt Granz
    Ainda não há avaliações
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Documento39 páginas
    Bab I Pendahuluan
    Yylfordt Granz
    Ainda não há avaliações
  • BAB II Ricky
    BAB II Ricky
    Documento5 páginas
    BAB II Ricky
    Yylfordt Granz
    Ainda não há avaliações