Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
html
Faktor risiko A. Radiasi dosis tinggi : Radiasi dengan dosis sangat tinggi, seperti waktu bom atom di Jepang pada masa perang dunia ke-2 menyebabkan peningkatan insiden penyakit ini. Terapi medis yang menggunakan radiasi juga merupakan sumber radiasi dosis tinggi. Sedangkan radiasi untuk diagnostik (misalnya rontgen), dosisnya jauh lebih rendah dan tidak berhubungan dengan peningkatan kejadian leukemia. B. Pajanan terhadap zat kimia tertentu : benzene, formaldehida C. Kemoterapi : Pasien kanker jenis lain yang mendapat kemoterapi tertentu dapat menderita leukemia di kemudian hari. Misalnya kemoterapi jenis alkylating agents. Namun pemberian kemoterapi jenis tersebut tetap boleh diberikan dengan pertimbangan rasio manfaat-risikonya D. Sindrom Down : Sindrom Down dan berbagai kelainan genetik lainnya yang disebabkan oleh kelainan kromosom dapat meningkatkan risiko kanker. E. Human T-Cell Leukemia Virus-1(HTLV-1). Virus tersebut menyebabkan leukemia T-cell yang jarang ditemukan. Jenis virus lainnya yang dapat menimbulkan leukemia adalah retrovirus dan virus leukemia feline. F. Sindroma mielodisplastik : sindroma mielodisplastik adalah suatu kelainan pembentukkan sel darah yang ditandai berkurangnya kepadatan sel (hiposelularitas) pada sumsum tulang. Penyakit ini sering didefinisikan sebagai pre-leukemia. Orang dengan kelainan ini berisiko tinggi untuk berkembang menjadi leukemia. G. Merokok : risiko LLA pada usia > 60 tahun Manifestasi klinis - Anemia: mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada
1.
Anoreksia
Infeksi mulut, saluran napas atas dan bawah, selulitis, atau sepsis
- Perdarahan kulit (petechiae, atraumatic ecchymosis), perdarahan gusi, hematuria, perdarahan saluran cerna, perdarahan otak
- Leukemia sistem saraf pusat: nyeri kepala, muntah (gejala tekanan intrakranial), perubahan status mental, kelumpuhan saraf otak terutama saraf VI dan VII, kelainan neurologik fokal
- Keterlibatan organ lain: testis, retina, kulit, pleura, perikardium, tonsil. Diagnosis Pendekatan diagnosis:
1.
Anamnesis Anemia, sering demam, perdarahan, berat badan turun, anoreksia, kelemahan umum. Keluhan pembesaran kelenjar getah bening dan perut.
Pemeriksaan fisik Anemis dan tanda perdarahan : mukosa anemis, perdarahan, ulsera, angina Ludwig Pembesaran kelenjar limfe general Splenomegali, kadang hepatomegali. Pada jantung terjadi gejala akibat anemia Infeksi pada kulit, paru, tulang. 1. Pemeriksaan laboratorium: Hitung darah lengkap Apusan darah tepi
Pemeriksaan koagulasi
Kadar fibrinogen
Kimia darah
Penentuan HLA
Foto toraks atau CT Pungsi lumbal Aspisrasi dan biopsi sumsum tulang: pewarnaan sitokimia, analisis sitogenetik, analisis imunofenotip, analisis molekuler BCR-ABL Tahap-tahap diagnosis leukemia akut:
1. 2. 3.
1)
Klinis
Adanya gejala gagal sumsum tulang: anemia, perdarahan, dan infeksi, sering disertai gejala hiperkatabolik
2)
Dari kedua pemeriksaan di atas kita dapat membuat diagnosis klinis leukemia akut. Langkah berikutnya adalah menentukan jenis leukemia akut yang dihadapi
3)
Tentukan jenisnya: dengan pengecatan sitokimia ditentukan klasifikasi FAB. Jika terdapat fasilitas, lakukan:
Immunophenotyping
Gambaran laboratorium:
a)
b)
Leukosit n//, hiperleukositosis (>100.000/mm3) terjadi pada kira-kira 15% kasus Anemia normokromik-normositer (berat dan timbul cepat) dan trombositopenia (1/3 pasien mempunyai hitung leukosit < 25.000/mm3) Apusan darah tepi: khas menunjukkan adanya sel muda (mieloblast, promielosit, limfoblast, monoblast, eritroblast, atau megakariosit) yang melebihi 5% dari sel berinti pada darah tepi. Sering dijumpai pseudo Pelger-Huet Anomaly, yaitu netrofil dengan lobus sedikit (dua atau satu) yang disertai dengan hipo atau agranular. Aspirasi dan biopsi tulang
Hiperseluler dengan limfoblas yang sangat banyak Lebih dari 90% sel berinti pada LLA dewasa Tampak monoton oleh sel blast Imunofenotip (dengan sitometri arus/flow cytometry)
Sitogenetik
Biologi moleculer
Pemeriksaan lain
Klasifikasi FAB:
a) L1 Small cells with homogeneous chromatin, regular nuclear shape, small or absent nucleolus, and scanty cytoplasm; subtype represents 25-30% of adult cases b) L2 Large and heterogeneous cells, heterogeneous chromatin, irregular nuclear shape, and nucleolus often large; subtype represents 70% of cases (most common) c) L3 Large and homogeneous cells with multiple nucleoli, moderate deep blue cytoplasm, and cytoplasmic vacuolization that often overlies the nucleus (most prominent feature); subtype represents 1-2% of adult cases
Penatalaksanaan Tahapan terapi LLA: A. 1. Terapi induksi remisi tujuan: eradikasi sel leukemia yang dapat dideteksi secara morfologi dalam darah dan sumsum tulang dan kembalinya hematopoiesis normal Terapi ini biasanya terdiri dari prednison, vinkristin, dan antrasiklin (pada umumnya daunorubistin) dan juga Lasparginase 1. 2. Terapi intensifikasi atau konsolidasi Tujuan: eliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten obat. 1. 3. Profilaksis SSP Profilaksis SSP sangat penting pada pasien LLA. Sekitar 50 75% pasien LLA yang tidak mendapat terapi ini akan mengalami relaps pada SSP terdiri dari kombinasi kemoterapi intrarektal, radiasi kranial, dan pemberian sistemik obat yang mempunyai bioavalibilitas SSP yang tinggi seperti metotreksat dosis tinggi dan sitarabin dosis tinggi. 1. 4. Pemeliharaan jangka panjang Terapi ini tersiri dari 6-merkaptopurin tiap hari dan metotreksat seminggu sekali selama 2 3 tahun
1.
Protokol half dose metothrexate (Jakarta 1994) lihat Lampiran Protokol Wijaya Kusuma (WK-ALL 2000) lihat lampiran 1. Prognosis Kebanyakan pasien LLA dewasa mencapai remisi tapi tidak sembuh dengan kemoterapi saja, dan hanya 30% yang bertahan hidup lama. Kebanyakan pasien yang sembuh dengan kemoterapi adalah usia 15 20 tahun dengan faktor prognostik baik lainnya.
KOMPLIKASI
1. A. B. C. Daftar Pustaka Kematian mungkin terjadi karena infeksi (sepsis) atau perdarahan yang tidak terkontrol Komplikasi yang paling sering terjadi adalah kegagalan leukemia untuk berrespon terhadap kemoterapi. PATOGENESIS
Johnson M, Maas M, Moorhead S., Swanson, E. 2008. IOWA Outcome Project: Nursing Outcomes Classification (NOC). 4th ed. Missouri; Mosby, Inc Mc Closkey, JC., Butcher, HK., Bulechek GM. 2008. IOWA Outcome Project: Nursing Interventions Classification (NIC). 5h ed. Missouri; Mosby, Inc North American Nursing Diagnosis Association. 2010. Nursing Diagnoses : Definition & Classification 2009-2011. Philadelphia Permono, B., Ugrasena, IDG, Ratwita, M. 2006. Leukemia Limfoblastik Akut. Bag/ SMF Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya, available from www.pediatrik.com, didownload tanggal 19 Januari 2012 Nathan DB, Oski FA. Hematology of Infancy and Childhood 2 nd ed. Philadelphia : WB Saunders, 2000 : 979. Ditulis oleh: Lisa Permitasari, S.Kep