Você está na página 1de 6

DRAFT LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN

ACARA I KEDUDUKAN BIJI DALAM BUAH KAKAO

Disusun oleh : Nama NIM Golongan : NormanYudi Nugroho : 10/300757/PN/12109 : B4

LABORATORIUM MANAJEMEN DAN PRODUKSI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013

ACARA I KEDUDUKAN BIJI DALAM BUAH KAKAO

I. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ke-3 dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Ditinjau dari segi produktivitas, Indonesia masih berada di bawah produktivitas rata-rata negara lain penghasil kakao. Selama ini kakao lebih banyak diekspor dalam wujud biji kering kakao dibandingkan hasil olahannya, sehingga nilai tambahnya terhadap perekonomian sedikit Dengan melihat kondisi potensi lahan, industri kakao, pasar kakao baik dalam negeri maupun luar negeri serta membandingkannya dengan nilai perdagangan kakao Indonesia dan dunia seharusnya Indonesia dapat menguasai pasar kakao. Biji kakao merupakan salah satu komoditi perdagangan yang mempunyai peluang untuk dikembangkan dalam rangka usaha memperbesar/meningkatkan devisa negara serta penghasilan petani kakao. Produksi biji kakao Indonesia secara signifikan terus meningkat, namun mutu yang dihasilkan sangat rendah dan beragam, antara lain kurang terfermentasi, tidak cukup kering, ukuran biji tidak seragam, kadar kulit tinggi, keasaman tinggi, cita rasa sangat beragam dan tidak konsisten. Hal tersebut tercermin dari harga biji kakao Indonesia yang relatif rendah dan dikenakan potongan harga dibandingkan dengan harga produk sama dari negara produsen lain. Namun disisi lain kakao Indonesia juga mempunyai keunggulan yaitu mengandung lemak coklat dan dapat menghasilkan bubuk kakao dengan mutu yang baik. Beberapa faktor penyebab mutu kakao beragam yang dihasilkan adalah minimnya sarana pengolahan,lemahnya pengawasan mutu serta penerapan teknologi pada seluruh tahapan proses pengolahan biji kakao rakyat yang tidak berorientasi pada mutu. Kriteria mutu biji kakao yang meliputi aspek fisik, cita rasa dan kebersihan serta aspek keseragaman dan konsistensi sangat ditentukan oleh perlakuan pada setiap tahapan proses produksinya. Tahapan proses pengolahan dan spesifikasi alat dan mesin yang digunakan yang menjamin kepastian mutu harus didefinisikan secara jelas. Selain itu pengawasan dan pemantauan setiap tahapan proses harus dilakukan secara rutin agar tidak terjadi penyimpangan mutu, karena hal demikian sangat diperhatikan oleh konsumen, disebabkan biji kakao merupakan bahan baku makanan atau minuman.

B. Tujuan Mengetahui kedudukan biji dalam buah yang menghasilkan perkecambahan dan pertumbuhan bibit kakao yang terbaik.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif. Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran buah jauh lebih besar dari bunganya, dan berbentuk bulat hingga memanjang. Buah terdiri dari 5daun buah dan memiliki ruang dan di dalamnya terdapat biji. Warna buah berubah-ubah. Sewaktu muda berwarna hijau hingga ungu. Apabila masak kulit luar buah biasanya berwarna kuning. Biji terangkai pada plasenta yang tumbuh dari pangkal buah, di bagian dalam. Biji dilindungi oleh biji (aril) lunak berwarna putih. Dalam istilah pertanian disebut pulp. Endosperma biji mengandung lemak dengan kadar yang cukup tinggi. Dalam pengolahan pascapanen, pulp di fermentasi selama tiga hari lalu biji dikeringkan di bawah sinar matahari (Anonim, 2012). Bagi industri makanan dan minuman berbasis coklat, mutu biji kakao merupakan persyaratan yang sangat penting. Karena itu, produsen atau eksportir biji kakao harus memperhatikan mutu biji kakao agar posisi tawar (bargaining position) menjadi lebih baik dan keuntungan dari harga jual menjadi optimal. Bagi pengusaha, mutu berarti dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan tanpa banyak memerlukan biaya yang tinggi (Mulato dan Widyotomo, 2003). Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomis cukup baik dan peluang pasarnya masih cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan permintaan pasar dunia yang semakin meningkat dengan rata-rata 1.500.000 ton per tahun. Peluang pasar bagi komoditas ini juga semakin terbuka seiring dengan adanya kemunduran produksi yang dialami oleh negara-negara penghasil kakao lainnya(Amran, 2009) . Tanaman kakao dapat diperbanyak melalui metode perbanyakan generatif maupun vegetatif. Namun demikian, berdasarkan aspek keunggulan dan kelebihannya metode perbanyakan vegetatif lebih sering digunakan, terutama dalam perbanyakan vegetatif lebih

sering digunakan, terutama dalam perbanyakan klon-klon kakao unggul, seperti perbanyakan dengan stek. Perbanyakan secara generatif yaitu dengan menggunakan biji kakao. Pada perbanyakn generatif memiliki beberapa keuntungan, diantaranya teknik pelaksanaannya mudah, lebih murah, membentuk tajuk dan perakaran yang baik (Martade N. dan Z. Basri, 2011). Sedangkan menurut Yayock et al. (1988), perbanyakan tanaman coklat bisa dilaksanakan dengan menggunakan stek batang atau dengan menggunakan biji. Biji tanaman biasanya dihasilkan dari hasil penyerbukan buatan dari pohon induk terseleksi yang telah diketahui mampu menghasilkan biji atau tanaman superior. Tanaman kakao yang pada saat ini menghasilkan jenis tanaman yang mudah diadopsi oleh petani karena perbanyakannya relative lebih mudah yaitu jenis benih Hibrida F1 dengan indukannya dari varietas ICS 13 x Sca 6/Sca 12. Pada mutu genetic dapat dilihat asal mula atau keturunan atau persilangan dari jenis tanaman kakao yang apa. Ini dilakukan agar tanaman kakao dapat tumbuh sesuai dengan mutu yang diterapkan dan hasilnya pun sesuai (Simmons, 1976). Tanaman kakao untuk tumbuhnya memerlukan kondisi tanah yang mempunyai kandungan bahan organ yang cukup, lapisan olah yang dalam untuk membantu pertumbuhan akar, sifat fisik yang baik seperti struktur tanah yang gembur juga sistem drainase yang baik, pH tanahnya yang ideal berkisar antara 6 7. Tanah mempunyai hubungan erat dengan sistem perakaran tanaman kakao, karena perakaran tanaman kakao sangat dangkal dan hampir 80% dari akar tanaman kakao berada disekitar 15 cm dari permukaan tanah, sehingga untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik tanaman kakao menghendaki struktur tanah yang gembur agar perkembangan akar tidak terhambat (Mathius, 2005).

III.

METODE PRAKTIKUM

Praktikum acara I matakuliah Budidaya Tanaman Tahunan dengan judul Kedudukan Biji Dalam Buah Kakao ini dilaksanakan pada Kamis, 25 April 2013 di Laboratorium Manajemen dan Produksi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan adalah pisau, petridish,

timbangan, dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah buah kakao (Theobroma cacao) yang sudah masak, abu gosok, kertas saring, larutan fungisida, dan kertas label. Cara kerja praktikum yang pertama adalah buah kakao dibelah menjadi 3 bagian, biji dipisahkan yang berasal dari bagian ujung, tengah dan pangkal. Selanjutnya pulp yang menempel pada biji dibersihkan dengan menggunakan abu gosok. Setelah dibersihkan dengan air, biji sampel diambil sebanyak 25 buah, masing-masing dari bagian ujung, tengah dan pangkal. Kemudian biji ditimbang (satu per satu utnuk data bobot biji). Kemudian biji diberi larutan fungisida utnuk mencegah jamur. Biji dikecambahkan pada petridish dengan perlakuan : U = biji bagian ujung, T = biji bagian tengah, P = biji bagian pangkal. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap 3 perlakuan, dengan banyak kelompok golongan praktikum sebagai ulangannya. Persemaian dipelihara sesuai dengan kebutuhan dan diamati jumlah benih yang berkecambah setiap hari selama satu minggu. Kemudian dihitung gaya berkecambah dan indeks vigornya. Setelah itu, hasil pengamatan GB dan IV dilakukan analisis varian model satu arah (ONE-WAY ANOVA) dengan = 0,05. Bila terdapat beda nyata dilakukan uji jarak berganda Duncan dengan = 0,05. Selanjutnya dibuat grafik garis untuk GB dan IV v.s. waktu pengamatan. Berikut ini adalah rumus-rumus yang digunakan untuk mencari Gaya Berkecambah (GB), Indeks Vigor (IV), dan Coefisien varians (Cv):

Keterangan: A= jumlah biji berkecambah hari keT= hari ke-

DAFTAR PUSTAKA Amran, Arman. 2010. Pengelolaan OPT Perkebunan Kakao. Indopres, Jakarta Anonim. 2012. Theobroma cacao. <http://en.wikipedia.org/wiki/theobroma_cacao> Diakses tanggal 30 April 2013. Mathius , N. T. 2005. Perubahan fisiologi dan biokimia benih kakao akibat aesikasi. Menara Perkebunan 68 (1) : 20 24. Mertade N. dan Z. Basri. 2011. Pengaruh diameter pangkal tangkai daun pada entres terhadap pertumbuhan tunas kakao. Media Litbang Sulteng 4(1): 01-07. Simmons, J. 1976. Cocoa Production:conomic and Botanical Perspectivas. Preager Publisher, New York. Widyotomo, S., Sri-Mulato, Suharyanto, E. 2004. Pemecahan Buah dan Pemisahan Biji Kakao Secara Mekanis. Warta pusat penelitian kopi dan kakao Indonesia, Jember. Yayock, J.Y., G. Lombin and J.J. Owanubi. 1988. Crop Science and Production in Warm Climates.Macmillan Publisher, London.

Você também pode gostar