Você está na página 1de 27

AUDIT KECURANGAN

Kecurangan
Institute of Internal Auditors dalam statement of Internal auditing standard mendefinisikan Kecurangan (fraud)

sebagai :
Serangkaian ketidak beresan dan tindakan ilegal yang

bercirikan penipuan yang disengaja. Kecurangan dapat dilakukan untuk kepentingan atau atas beban kerugian perusahaan yang dilakukan orang didalam maupun luar perusahaan.

Tindak Kecurangan
Faktor utama tindak kecurangan adalah Manusia. Dalam Banyak kejadian menunjukkan bahwa bukan sekedar

adanya kesempatan untuk melakukan kecurangan, karena tidak sedikit pelakunya justru menciptakan peluang tsb. Pelaku tindak Kecurangan dapat dikelompokkan : White Collar Crime : Kecurangan yang dilakukan oleh mereka yang berada dalam struktur jabatan yang memiliki kewenangan strategis, well educated, skillful , expertise .
Blue Collar Crime : Kecurangan yang dilakukan oleh mereka

yang berada dilevel bawah, clerical, admin, frontliners yang biasa berinteraksi dengan pihak luar.

White collar crime & Blue collar crime


Pelaku white collar crime pada hakikatnya menyalah gunakan wewenang (abused of authority/power) yang umumnya berupa kekuasaan yang relatif besar yang diperoleh berdasarkan tingkat kepercayaan atasan terhadap kompetensi atau track record sebelumnya. Dengan kekuasaan yang besar para pelaku cendrung sengaja menciptakan/membuka peluang untuk tindak kecurangan.
Blue Collar crime, dilakukan oleh personil yang tidak memiliki

otoritas strategis dalam struktur, kerapkali dilakukan dalam situasi yang tidak dirancang sebelumnya. Mereka melihat kesempatan untuk melakukan kecurangan dengan menyiasati/mengelabui kelemahan sistem yang berjalan.

Modus Operandi Tindak Kecurangan


Penyalahgunaan Kepercayaan/Kekuasaan

(Abused of authority/power) : Penyebab utama : Kepercayaan atau kekuasaan yang relatif besar yang dimiliki pelaku, Ukuran besar disini berbanding terbalik dengan tingkat pengawasan terhadap aktivitas si pelaku. Penyalah gunaan ini bisa dilakukan secara individu maupun kolektif.

Modus Operandi Tindak Kecurangan


Penyalahgunaan Anggaran

(Abused of budget) :
Merupakan salah satu bentuk white collar crime, karena menyangkut otoritas exclusive yang dimiliki pelaku dalam hal pembuatan dan pengendalian budget. Dalam banyak kasus korupsi bernilai besar modus operandinya selalu terkait dengan penggelembung budget.

Modus Operandi Tindak Kecurangan


Penyalah gunanaan transaksi keuangan

(Abused of Financial Transactions) :


Transaksi Keuangan : adalah semua transaksi

bisnis yang mempengaruhi perubahan nilai aset atau laba rugi perusahaan. Semua transaksi keuangan menjadi obyek kecurangan karena sudah pasti mendatangkan keuntungan bagi pelakunya. Adapun transaksi keuangan yang dimaksud adalah Transaksi Pengeluaran beban-beban (expenses) yang tidak wajar.

Modus Operandi Tindak Kecurangan


Pengelabuan Inventory : dilakukan oleh personil yang

menangani fisik dan administrasi persediaan perusahaan, dengan modus :

Pengambilan barang untuk dikonsumsi sendiri, dijual diluar dengan menyalah gunakan kepercayaan yang diberikan atasan dan lemahnya sistem pengendalian intern. Menyiasati selisih kurang pada barang kolian dengan cara menyumpal ruang pada isi kemasan dengan potongan kertas atau barang dengan berat yang sama. Mutasi (pengeluaran ) barang fiktif.

Modus Operandi Tindak Kecurangan


Pengelabuan biaya dan transaski pembelian , dengan

modus :
Mengajukan klaim reimbursement dengan kwitansi fiktif

atas transaksi sebenarnya tidak ada, mark up nilai transaksi, menyiasati keabsahan bukti transaksi seperti mengeluarkan dokumen palsu, meniru tanda tagan penjabat dan stempel resmi, mengcopy kwitansi. Klaim ganda melalui jalur yang berbeda. Membuat saldo kewajiban pembayaran via otoritas jurnal, seperti mengeluarkan invoice fiktif . Pembelian tidak sesuai Sistem dan prosedur operasi.

Modus Operandi Tindak Kecurangan


Pengelabuan Pengakuan Pendapatan:

(Abused of Revenue Recognition) :


Penggerusan Pendapatan : Membatalkan beberapa transaksi yang suadah

terjadi( Sering dijumpai pada industri ritel yang memiliki jumlah transaksi yang banyak)
Menunda penyetoran hasil penagihan piutang untuk digunakan sementara waktu

dan melaporkan hasil deal penjualan dibawah nilai yang sebenarnya.


Pendapatan fiktif : dalam rangka memenuhi target penjualan (untuk mengejar

bonus/incentive fee) dibuat transaksi yang melebihi stock yang ada serta melakukan strategi penjualan dibawah harga yang ditetapkan.
Piutang Fiktif : Membuat saldo piutang fiktif yang selanjutnya ditagih kepada

pihak tertagih.
Write off piutang kepada pihak tertentu dengan kompensasi/imbalan dari pihak

tertagih.

Modus Operandi Tindak Kecurangan


Pengelabuan kas dan setara kas :
Pengambilan uang tunai via petty cash untuk digunakan

sementara waktu memanfaatkan kecerobohan penyimpinan fisik uang tunai, meyisati pencatatam mutasi dalam buku petty cash, Pemakaian kas bon untuk jangka waktu yang lamadan menunda pertanggung jawabannya. Membuka Cek/BG dengan memalsukan tanda tangan pejabat yang berwenangdan stempel perusahaan, menambahkan nilai fiktif pada tansaksi pembayaran dengan cek/BG. Menyiasati idle cash dalam bentuk deposito, dengan cara mengambil keuntungan dari bunga yang tidak di roll over hingga pengalihan dana deposito menjadi atas nama pribadi . Menyiasti penarikan plafond kredit dari bank untuk kepentingan pribadi.

Modus Operandi Tindak Kecurangan


Pengelabuan Jurnal akuntansi :
Mebukukan pengeluaran, pendapatan atau transaksi cash

basis lainnya ke pos lain dalam rangka menyembunyikan transaksi, menghindarkan overbudget, mengalihkan sementara waktu selama dilakukan audit. Melakukan koreksi dengan cara membalik saldo suatu perkiraan, mengalihkan sebagian saldo ke perkiraan lainnya yang mengakibatkan inkonsistensi. Membuat perkiraan untuk menyembunyikan transaksi tertentu, seperti untuk membukukan biaya fiktif, mengklopkan jurnal kas/bank, pengelabuhan pendapatan dan pajak. Membuat pembukuan ganda untuk tujuan window dressing laporan kepada pemegang saham , perpajakan atau untuk kepentingan pribadi.

Deteksi Kecurangan
Upaya mendapatkan indikasi awal yang cukup mengenai tindak

kecurangan sekaligus mempersempit ruang gerak pelaku kecurangan. Faktor-faktor penyebab cepat.lambatnya deteksi kecurangan :
Deteksi kecurangan yang CEPAT
Deteksi kecurangan yang LAMBAT

Kenampuan Pelaku
Kapasitas auditor

Efektifitas Informan

Pelaku tidak cermat menutupi fakta kecurangan Auditor jeli dalam menfokuskan audit pada critcal rsik point. Informan berada diseketiar Pelaku dan percaya pada komitmen auditor

Pelaku mampu menyiasati data sistem, termasuk sistem pengawasan. Auditor Kurang mampu mengembangkan indikasi awal untuk masuk ke prakatek pelaku. Informan diluar area praktek pelaku

Audit berbasis Risiko untuk Deteksi Kecurangan


Mapping (pemetaan) : Identifikasi titik kritis risiko terjadinya

tindak kecurangan. Peta risiko dapat dibuat melalui kriteria keuangaj, masukan dari berbagai pihak hingga historis kasus kecurangan yang pernah terjadi. Observing (observasi) : untuk mendalamai semua titik risiko berdasarkan situasi aktual di lapangan. Hal ini termasuk mewawancarai para pihak yang terkait guna mengetahui berbagai kendala/masalah yang sebenarnya serta ekspektasi para pelaksana di lapangan. Verifikasi transaksi dan analisa data : untuk mempertegas kesimpulan bahwa tindak kecurangan mungkin ada atau rawan terjadi. Hasil dari verfikasi dan kecurangan akan menyempurnakan hasil pemetaan dan obesrvasi untuk menyimpulkan adanya /tidaknya tindak kecurangan.

Audit berbasis Risiko untuk Deteksi Kecurangan


3 (tiga) Audit object yang bisa menjadi materi uji awal untuk

menggambarkan berbagai titik kritis risiko yaitu :

1. Transparansi sistem:
Sistem kerja yang tidak transparan merrupakan peluang emas bagi pelaku kecurangan. Kecurangan dengan cara menyiasati sistem justru dimungkinkan karena pelaku adalah orang dalam dan melibatkan orang yang memiliki otoritas atas sistem tsb. Sistem yang tidak transparan menutup kesempatan bagi banyak orang untuk melakukan pengawasan dan memberikan masukan terhadap sistem yang berjalan.

Audit berbasis Risiko untuk Deteksi Kecurangan


Pelaku kecurangan banyak bermain pada lingkup sistem (unit kerja) yang dianggap basah yang dapat menghasilkan Keuntungan pribadi baik langsung maupun tidak langsung, seperti : Pembelian barang/jasa Pengeluaran uang (kas/bank) dan biaya-biaya rutin Pengeluaran berbasis project/event. Penagihan kewajiban dari pelanggan khususnya yang kurang lancar atau bad debt. Pengeluaran aset fisik (persediaan atau aktiva tetap)

Audit berbasis Risiko untuk Deteksi Kecurangan


2. Konsentrasi Aset dan biaya : Pelaku kecurangan banyak mengincar berbagai
pos aset dan biaya/anggaran yang likuid, namun tidak jarang perusahaan kurang menyadari hal tsb. Pada aset dan biaya pelaku sudah memasang target terlebih dahulu sebelum beraksi. Apa yang membuat pos-pos ini menjadi rentan kecurangan? Adanya konsentrasi (tumpukan) nilai yang besar. Konsentrasi aset/biaya yang besar ini dapat dijabarkan dalam beberapa pengertian berikut : * Jumlah Fisik aset yang terlalu banyak memberi kemudahan untuk melakukan pegambilan tanpa dapat segera diketahui. * Alokasi anggran biaya yang besar sehingga terbuka peluang untuk melakukan manipulasi (markup) biaya. * Nilai barang yang terlalu tinggi yang bila berhasil memiliki dan menjualnya dibawah harga pasar tetap bisa memberi keuntungan yang fantastis

Audit berbasis Risiko untuk Deteksi Kecurangan


3. Integritas SDM dan Keseimbangan organisasi : Kasus kecurangan, apapun alasan rasional yang dikemukakan para pelaku, dapat dikatakan bahwa mereka punya masalah integritas. Salah satu faktor eksternal yang sangat mempengaruhi pelaku kecurangan adalah lingkungan organisasi kerja. Audit berbasis risiko dalam konteks mendeteksi kecurangan juga harus mampu mengidentfikasi aspek non tehnis dari manausia yang mempengaruhi permasalahan tehnis.

Audit Intelligence untuk Deteksi Kecurangan


Mengungkap tidak kecuarngan tidak bisa hanya pasif

menunggu adanya delik aduan (whistle blower, surat kaleng dsb) Demikian pula halnya bagi tiem audit mustahil bisa tuntas membongkar kecurangan dengan hanya mengandalkan metode tehnik audit dan verfikasi serta analisa. Untuk itu penting membangun suatu stretegi audit intelligence secara tepat dan hati-hati sebagai suatu Secret Operation diluar jalur audit resmi. Pada hakikatnya audit intelligence bukanlah aktivitas spionase yang dilakukan internal perusahaan, tetapi dapat didefiniksikan sebagai berikut :

Audit Intelligence untuk Deteksi Kecurangan


Audit Intelligence adalah suatu strategi atau

upaya yang berkesinambungan membangun suatu jaringan informasi aktual bagi internal auditor dalam rangka menunjang aktivitas audit berbasis risiko, khususnya untuk mengantisipasi risiko yang berdampak negatif terhadap organisasi serta usaha melakukan cegah tangkal atas praktek tindak kecurangan.

Audit Intelligence untuk Deteksi Kecurangan


Audit interlligence mencakuo aktivitas-aktivitas sebagai berikut :
Menjalin komonikasi informal dengan pihak-pihak

internal tertentu Membuka berbagai media komunikasi untuk menerima input dari berbagai pihak. Melakukan aktivitas spionase dengan sasaran pihak luar perusahaan dalam rangka penugasan audit investigasi.

Audit Intelligence untuk Deteksi Kecurangan


Komunikasi Informal Audit dengan pihak internal :

Auditor harus menyampaikan audit findings plus rekomendasi dengan penuh kesungguhan agar dapat ditangkap urgensi dan impilikasinya. Dalam konteks membangun jaringan informasi yang tentunya bersifat Confidential komunikasi intensif perlu dikembangkan dengan orang-orang tertentu pada berbagai unit kerja yang dianggap berpotensi menyimpan masalah. Untuk itu perlu dibangun kriteria dikedua belah pihak, yaitu para komunikator di tim audit dengan orang-orang yang dianggap layak untuk didekati. Kriteria yang dimaksud adalah sama-sama harus menaruh respect & trust satu dengan lainnya.

Audit Intelligence untuk Deteksi Kecurangan


Media Audit untuk menerima Masukan/Pengaduan :

strategi media audit centre ini meruoakan pelengkap dari pengembangan komunikasi informal. Jika komunikasi informal hanya menjangkau kalangan yang sangat terbatasm penyediaan media pengaduan akan memberikan akses yang lebih luas namun tetap harus menjaga kerahasiaan identitas para nara sumber beserta materi yang disampaikan . Strategi ini dapat dilakukan via email, contact call (call centre) hingga blog khusus (website).

Audit Intelligence untuk Deteksi Kecurangan


Indikasi awal dan audit Investigasi :
Indikasi awal dapat diperoleh via delik aduan

(whistle blower) maupun dari upaya internal auditor melakukan pendeteksian melalui sinergi risk based audit dan audit intelligence. Yang dumaksud dengan indikasi awal adalah adanya 2 alat bukti yang sah , terdiri dari :
Saksi yang memiliki akses bukti fisik atau mengetahui langsung

bukan melalui orang lain praktek kecurangan atau terlibat langsung dalam proses tindak kecuarngan. Bukti fisik, seperti bon, kwitansi transaksi dana, tanda terima barang, dokumen otentik perusahaanm data yang dihasilkan sistem apalikasi,

Audit Intelligence untuk Deteksi Kecurangan


Dengan indikasi awal auditor dapat melakukan audit investigasi

atau langsung ke Audit Forensik. Audit investigasi : adalah bentuk audit khusus berupa rangkaian penyelidikan yang bertujuan memastikan kebenaran sutau tindak kecurangan dimana penyelidikan dilakukan berdasarkan adanya indikasi awal. Audit Forensik : adalah bentuk audit khusus berupa rangkaian pendalaman mateti tindak kecurangan untuk mengukur luas cakupan kasus dan kecukupan alat bukti dalam rangka mengarhkan kasus pada pemberian sanksi atau lebih jauh lagi bertujuan mengantisipasi bila kasus kecurangan harus dibawa ke proses litigasi (jalur hukum).

Penanganan Kasus Kecurangan


PENANGANAN KASUS PEMANTIK KETERLIBATAN AUDIT Adanya delik aduan hasil audit investigasi dari sebuah kasus.

Audit Forensik Pengungkapan Fakta

Dampak Sistemik yang memerlukan upaya korektif atau preventif yang ditangani bersama banyak pihak di internal perusahaan. Besarnya kerugian harus dihitung dan harus dipertanggung jawabkan oleh para pelaku. Adanya kesan kurangnya bukti untuk penindakan, sanksi yang menimbulkan berbagai pernyataan keberatan, kasus terpaksa harus dibawah ke meja hijau.

Mitigasi Kecurangan

Sanksi dan Litigasi

Penanganan Implikasi Kasus Kecurangan


Kebutuhan Stakeholder Internal
Modus Kecurangan Kerugian Perusahaan ? Saksi Ke Pelaku
Upaya Internal auditor Memenuhi kebutuhan

Kapan Uapaya Dilaksanakan ?


Setelah audit Forensik selesai dan rekomendasi audit dikeluarkan Selama audit Forensik berlangsung dan proses litigasi masih butuh bukti Selama audit Forensik berlangsung dan proses litigasi masih butuh bukti

Gelar Perkara Mitigasi Kerugian Rekomendasi Sanksi

Você também pode gostar