Você está na página 1de 4

Alkena dan Derajat Ketidakjenuhannya Alkena adalah senyawa hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap dua pada atom

karbon-karbonnya (C=C). Ikatan rangkap ini yang menyebabkan alkena menjadi senyawa yang tidak jenuh. Rumus molekul dari suatu senyawa alkena adalah CnH2n. Sebagai contoh adalah etena (C2H4) dan propena (C3H6).

Berdasarkan teori tolakan pasangan elektron valensi (Valence Shell Electron Pair Repulsion, VSEPR), dapat diketahui ikatan antar karbon membentuk sudut sekitar 120, walaupun nyatanya tidak selalu tepat demikian. Pada gambar di atas, etena mempunyai sudut ikatan sebesar 121,7, sedangkan sudut ikatan pada propena adalah 124,7. Besarnya sudut ikatan ini dipengaruhi oleh besarnya gugus yang terikat oleh atom karbon yang mempunyai ikatan rangkap. Sudut akan semakin besar jika gugus yang diikat juga semakin besar. Derajat Ketidakjenuhan Alkena Adanya ikatan rangkap pada alkena membuat senyawa ini menjadi tidak jenuh dan juga membuat alkena mempunyai atom hydrogen lebih sedikit dari alkana. Ikatan rangkap dalam molekul alkena berhubungan dengan hilangnya dua atom hydrogen dari suatu alkena. Pengetahuan ini yang digunakan untuk menghitung derajat ketidakjenuhan atau jumlah ikatan rangkap dalam suatu molekul. Contoh, suatu senyawa memiliki rumus molekul C6H10, karena C6 jenuh (heksana) memiliki rumus C6H14 dan senyawa tersebut memiliki 2 pasang atom hydrogen lebih sedikit dibandingkan dengan heksana, maka dapat dikatakan bahwa derajat ketidakjenuhan dari senyawa tersebut adalah dua. Kemungkinan

senyawa tersebut memiliki 2 ikatan rangkap, atau 1 ikatan rangkap dengan 1 cincin, atau 2 cincin, atau 1 ikatan rangkap tiga. Contoh lain, senyawa A memiliki rumus C8H8. Senyawa ini bereaksi cepat dengan KMnO4 menghasilkan CO2 dan asam karboksilat B (C7H6O2). Namun, senyawa A ini hanya bereaksi dengan 1 Molar ekivalen H2 pada hidrogenasi katalis Palladium. Pada hidrogenasi yang berada pada pengurangan cincin aromatic, 4 ekivalen dari H2 diambil dan dihasilkan hidrokarbon C (C6H16) Dari soal diatas dapat diketahui bahwa senyawa A memiliki struktur siklik aromatic karena memiliki cincin dan memiliki cabang gugus alkena. Senyawa A (C8H8) Senyawa A + 1 H2
KMnO4 Pd

CO2 + asam karboksilat aromatik (C7H6O2) salah satu ikatan rangkap putus (ikatan yang putus adalah pada gugus cabang alkena)

Senyawa A + 4 H2

pengurangan cincin aromatis

Dari keterangan diatas, dapat diketahui bahwa senyawa A adalah stirena. Senyawa A : stirena (IUPAC: feniletena) Senyawa B : asam benzoate (IUPAC: asam benzenakarboksilat) Senyawa C : etilsikloheksana. Senyawa Organohalogen Atom-atom dapat dianggap sebagai pengganti hydrogen, jadi senyawa C4H6Br2 ekuivalen dengan senyawa C4H8 dan memiliki derajat ketidakjenuhan sama dengan satu.

Senyawa Organooksigen Karena oksigen dapat membentuk dua ikatan maka oksigen dapat diabaikan dalam perhitungan derajat ketidakjenuhan. Contohnya C6H8O ekuivalen dengan C5H8 dan memiliki derajat ketidakjenuhan sama dengan dua.

Senyawa Organonitrogen Atom N dapat membentuk tiga ikatan dan karenanya senyawa organonitrogen kelebihan satu atom hydrogen dibanding biasanya. Contoh C5H9N ekuivalen dengan C5H8 dan memiliki derajat ketidakjenuhan sama dengan dua.

Pembentukan Alkena 1. Reduksi Alkuna dengan menggunakan katalis Lindlar (logam palladium halus yang diendapkan pada CaCO3 dan kemudian dideaktivasi dengan perlakuan asetat dan quinon).

2. Dehidrohalogenasi Haloalkana

3. Dehidrasi Alkohol Dehidrasi biasanya terjadi dengan memperlakukan alkohol dalam asam kuat. Contohnya, 1-metilsikloheksena dibentuk ketika 1-

metilsikloheksanol dihangatkan dengan larutan asam sulfat dalam pelarut tetrahidrofuran.

4. Cracking Pemecahan molekul hidrokarbon dalam jumlah besar menjadi hidrokarbon lebih kecil menggunakan suhu tinggi.

C15H32 2 C2H4 + C3H6 + C8H18


5. Dehalogenasi dihalida visinal Dihalida visinal terdehalogenasi membentuk alkena dengan adanya zink pada larutan alkoholis pada suhu tinggi.

Você também pode gostar