Você está na página 1de 4

I.

ANALISIS KEADAAN RUANG JENAZAH Ruang Jenazah di Rumah Sakit Bhayangkara, ukurannya berkisar antara 3 x 5 meter .Didalam ruang Jenasah tersebut terdapat satu pendingin sebagai tempat penyimpanan mayatnya. Dalam pendingin tersebut terdapat 2 tempat penyimpanabn jenazah. Jenazah tersebut dapat disimpan di ruang jenazah bergantung pada kondisinya. Apabila ditemukan jenazah yang tidak mempunyai keluarga, harus disimpan terlebih dahulu selama 3 tahun, setelah itu baru dapat dilakuakan tindakan otopsi. Untuk pelaksanaan otopsi tersebut dapat dilakukan apabila mendapatkan permintaan dari penyidik dan dengan persetujuan keluarga korban. Apabila tidak mendapat persetujuan dari keluarga korban, maka otopsi tidak dapat dilakukan, tetapi apabila otopsi tersebut bersifat harus dilakukan untuk kepentingan penyidikan tertentu dapat dilakukan tanpa persetujuan dari pihak keluarga korban. Setelah mendapatkan tugas dari penyidik untuk melakukan otopsi, jenazah akan didiamkan terlebih dahulu didalam alat pendingin yang terdapat di ruang jenazah, setelah alat untuk dilakukan otopsi telah siap, maka jenazah kan dipindahkan ke ruangan pemulasan jenazah untuk dilakukan otopsi. Apabila ditemukan jenzah tanpa identitas, hal tersebut harus diinformasikan melalui media cetak, seperti Koran. Dalam hal tersebut dicantumkan mengenai ciri-ciri dari jenazah tersebut meliputi bentuk gigi, sidik jari, bentuk rambut, kondisi ditemukannya, pakaian dan asesoris yang dipakainya. Setelah orang tersebut meninggal,aka nada prosedur pembuatan sertifikat kematian atau surat kematian. Untuk penjelasan pembuatan surat kematian akan dijelaskan nanti lebih lanjut. Berdasarkan kunjungan kemarin, kami dapat menilai bahwa ruang Jenazah di Rumah Sakit Bhayangkara masih perlu diperbaiki, dimana dalam ruangan tersebut hanya terdapat sebuah pendingin sehingga perlu untuk ditambah kedepannya.

II.

PROSEDUR PEMBUATAN SURAT KEMATIAN Guna surat kematian : 1. Sebagai bukti bahwa seseorang meninggal dunia. 2. Untuk statistik sebab kematian.

3. Dalam dunia ilmu kedokteran, dengan adanya kewajiban pengisian formulir surat kematian oleh dokter pada setiap kasus kematian, maka pada kasus kematian yang tidak wajar (pembunuhan) tidak terlanjur dikubur sebelum dilakukan pemeriksaan bedah mayat

Ada 6 formulir surat kematian : 1, Formulir A 2. Formulir B 3. Formulir M 4. Formulir I 5. Formulir CS 6. Formulir KIP Formulir A Surat keterangan pemeriksaan kematian. Diberikan kepada keluarga jenazah. Dipakai sebagai izin pemakaman bagi penduduk asli Indonesia. Dibuat oleh dokter dengan mengingat sumpah atau janji waktu menerima jabatan dan dibuat berdasarkan ordonansi surat kematian yang tercantum dalam staadblad van nederlands Indie th. 1916. Berisi identitas jenazah, tanggal dan tempat jenazah diperiksa, identitas dokter yang memeriksa yang disertai tanda tangan dokter. Formulir B Dikirim ke DKK setempat. Dibuat oleh dokter dengan mengingat sumpah waktu menerima jabatan dan dibuat atas dasar pasal 1 ordonansi pemeriksaan kematian (Stb.1916 no.612). Berisi : Identitas jenazah, Jam dan tanggal pelaporan kematian, Tempat pemeriksaan jenazah, Persangkaan sebab kematian, Tanggal dan jam pemeriksaan kematian, Identitas dokter pemeriksa dan tanda tangan

Surat kematian karena penyakit menular atau tidak (Formulir M) Formulir ini dibuat dan diberikan kepada keluarga korban, terutama bila jenazahnya akan dikubur keluar kota atau keluar negeri. Berisi : Identitas jenazah, Keterangan meninggal karena penyakit menular atau tidak karena penyakit menular, Identitas dokter, Tanda tangan dokter penyakit menular ialah penyakit-penyakit yang tercantum dalam : 1. Undang-undang no. 6 thn 1962 tentang wabah. 2. Undang-undang no. 1 thn 1962 tentang karantina laut. 3. Undang-undang no. 2 thn 1962 tentang karantina udara. Formulir kematian International (Formulir I) Formulir ini dipakai oleh dunia International setelah disyahkan oleh WHO pada tahun 1948. Hanya dibuat atau diisi pada peristiwa kematian yang ada dalam rumah sakit saja. Dalam formulir ini harus dinyatakan dengan jelas tentang rangkaian peristiwa-peristiwa sakit serta penyakit yang menjadi pokok pangkal rangkaian peristiwa-peristiwa tersebut tadi. Di isi dan ditanda tangani oleh dokter, kemudian dikirim ke Kan-Wil Dep-Kes, kemudian selanjutnya diteruskan ke Departemen Kesehatan.

Formulir pelaporan kematian untuk Catatan Sipil (Formulir CS) Dibuat berdasarkan reglemen catatan sipil pasal 71 bagi golongan eropah dan pasal 79 bagi golongan Cina dan pasal 66 bagi golongan Kristen dan pasal 47 bagi golongan asli Indonesia yang terkena reglemen catatan sipil. Berisi : Identitas jenazah (nama, jenis kelamin dan umur), Alamat serta pekerjaan jenazah, Identitas suami / isteri, Alamat dan pekerjaan suami / isteri, Nama, alamat, pekerjaan ayah

dan ibu, Nama dan tanda tangan dokter yang merawat, Nama dan tanda tangan direktur rumah sakit

Formulir izin pemakaman Formulir ini dibuat atas dasar reglemen catatan sipil, dan berlaku untuk golongan Eropah dan golongan Cina. Formulir ini hanya dibuat oleh RS Pemerintah dan Kantor Catatan Sipil.

Você também pode gostar