Você está na página 1de 30

PENGENALAN PT.

GGP (Great Giant Pineapple) DAN PT GGLC (Great Giant Livestock) DI TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH (Laporan Fieldtrip Bidik Misi)

Oleh Heny Susanti 1014121109

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2013

I.

PENDAHULUAN

Pelaksanaan pendidikan di dalam kampus dititikberatkan pada pengembangan kreativitas, pembekalan dasar keahlian dan pengembangan wawasan keilmuan akademik. Field trip merupakan kegiatan kunjungan lapang yang biasanya dilakukan untuk memperdalam pengetahuan tentang hal-hal yang terkait dengan materi perkuliahan. Kunjungan lapang dalam hal ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana kegiatan pertanian yang ada dilapangan. Field trip merupakan bagian dari kegiatan yang berhubungan dengan akademik dan mendukung proses belajar mahasiswa penerima Bidik Misi Fakultas Pertanian. Kegiatan ini bertujuan agar mahasiswa tidak hanya mendapat pembelajaran dari kampus saja tetapi juga didapatkan dari pengalaman di luar kampus sebagai penyempurnaan materi perkuliahan. Selain mendapatkan materi dikampus, mahasiswa juga diharapkan dapat belajar dari kondisi dilapangan. Dalam kesempatan ini kami berkunjung ke perusahaan yang cukup besar yaitu PT. Great Giant Pineapple (GGP) dan PT Great Giant Livestock (GGLC) Lampung Tengah. PT GGP merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dan pengalengan nanas. PT. GGP adalah perusahaan nanas kaleng terbesar no 3 di dunia. Semua produknya di ekspor ke seluruh dunia. Produk olahan nanas merupakan salah satu dari lima komoditas unggulan provinsi lampung selain lada, kopi, udang beku, dan tapioca (BPS , 1999). Sedangkan PT GGLC yaitu perusahaan yang bergerak di bidang penggemukan sapi. Dari perusahaan yang bergerak di bidang pertanian maka semakin menambah ilmu pengetahuan yang sangat berkaitan dengan disiplin ilmu yang kami pelajari. Dengan adanya kegiatan seperti ini mahasiswa dapat mempelajari, memperoleh informasi serta pengalaman tentang teknik budidaya tanaman buah nanas,

teknologi mutakhir dari budidaya tanamannya, management pengelolaan kebun buah serta strategi pemasaran hasil panen buah yang diterapkan dilapangan. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari dilakukannya kunjungan ini adalah sebagai berikut : 1. Mahasiswa mengetahui bagaimana teknik budidaya tanaman buah nanas di lapang. 2. Mahasiswa mengetahui bagaimana teknik penggemukan sapi 3. Meningkatkan keterampilan serta wawasan mahasiswa terhadap kegiatan pertanian di lapangan. 4. Mahasiswa mengetahui bagaimana management suatu perusahaan PT.GGP dan GGLC Lampung.

II. II.1 Profil PT Great Giant Pineapple

ISI

PT.GGP terletak di Desa Terbanggi Besar, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Secara geografis PT.GGP berada di koordinat 404907 LS dan 10501313 BT dengan ketinggian 46 dpl sehingga PT.GGP termasuk daerah tropis. PT.GGP sangat mengutamakan kepuasan konsumen maka dari itu semua proses pengelolaan buah nanas segar di lakukan dengan sangat cermat dan higienis, di dalam perkebunan PT.GGP. Dalam proses pengalengan nanas segar di lakukan dengan sangat teliti, bahkan dapat di pastikan tidak ada satu kotoran pun yang ikut masuk ke dalam kaleng nanas, hal tersebut di lakukan agar konsumen mendapatkan kepuasan yang maximal. Misi dan Visi PT. GGP Menjadi Mitra Pilihan dan Terpercaya dalam buah olahan yang bermutu di Seluruh Dunia. PT.GGP memiliki areal seluas 32.000 hektar dan luas efektif tanaman nanas 20.000 hektar. Sedangkan sisa lahan yang lainnya di gunakan untuk membudidayakan tanaman pisang, singkong, bambu dan sebagainya. Hal tersebut dilakukan untuk menambah penghasilan dari PT.GGP dan juga dapat menambah kesejahteraan karyawan PT.GGP. Keadaan sosial ekonomi masyarakat di daerah sekitar perkebunan dapat di katakana cukup bervariasi di mana tingkat pendidikan terendah yang di peroleh masyarakat sekitar adalah tingkat Sekolah Dasar (SD), sedangkan pendidikan tertinggi yang di peroleh masyarakat sekitar adalah tingkat Strata Dua (S2), dan di tingkat pendapatan perkapita juga memiliki perbedaan yang sangat jauh untuk pendapatan perkapita tertinggi sebesar Rp 5.900.000,- dan untuk pendapatan perkapita terendah sebesar Rp 700.000,-. Namun meskipun perbedaan yang sangat jauh di tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakat sekitar tidak membuat adanya jenjang sosial di antara mereka.

Jenis usaha yang mereka jalani yaitu menjadi karyawan di perkebunan nanas Perusahaan sekitar 13.806 tenaga kerja, yang terdiri dari 3.370 karyawan tetap dan sekitar 10.436 karyawan harian, dimana 257 orang diantaranya berpendidikan sarjana (S1-S2) dan Diploma (data per juli 2007). Dengan jumlah pekerja laki-laki sebesar 4312 orang dan jumlah pekerja perempuan sebesar 2676 orang. Dari jumlah karyawan tersebut ada yang bekerja menjadi karyawan bulanan tetap dan karyawan harian tetap dengan nama serikat pekerja SPSA (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia). Buah nanas yang dipanen dari kebun akan diproses menjadi beberapa produk olahan nanas. Setiap 1 ton buah nanas bisa di proses menjadi 23% nanas kaleng 40% juice/concentrate, 1,8% mill juice dan sisanya ampas. Dalam operasional produksinya PT.GGP mengacu pada beberapa standard mutu internasional yang berlaku di berbagai negara seperti: 1. SGF dari Asosiation For The Protection Of The Fruit Juice Industry 2. Quality Grade Conform to US FDA Standard 3. Quality Grade Conform to EO AIJIN,Eropa 4. Japan Agricultural Standard Di samping itu perusahaan juga menerapkan beberapa sistem managemen seperti Manufacturing Pratice, Food Safety Program, Total Productive Maintenance, Six Sigma dan sebagainya dalam porses produksi sehingga mendukung kualitas produk yang di hasilkan. PT.GGP banyak meraih sertifikat system managemen mutu yang di antaranya adalah Sertifikat ISO dari Lloyd Register Quality Assurance, United Kingdom (1907) Sertifikat SMKS (Sistem Management Keselamatan dan Kesehatan kerja) dari Sucofindo (1999) Sertifikat HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) dari Lloyd Register Quality Assurance, United kingdom (2001) Sertifikat SA 8000 (social accountability) dari Bureau Veritas Quality Assurance (2001) Sertifikat ISO 14001, versi 2004 Tentang Pengelolaan Lingkungan Tahun 2006

Penghargaan yang telah di raih PT.Great Giant Pineaple 1. Asian Management Award 2. Indonesian Export Award 3. Best Employer Award 4. Penghargaan Bendera emas SMKS dari pemerintah RI (2000) 5. Kategori Superior dari United States Departement Of Agriculture (2001) 6. Kategori Exellence dari SGS Eropa (2002) 7. Penghargaan Yasa Ayodha Adinugraha sebagai Perusahaan PMA berprestasi Tahun 2002
2.1.1 Teknik budidaya nanas Komoditas yang Diusahakan Jenis

Jenis komoditi tanaman perkebunan yang dibudidayakan adalah tanaman nanas.


Varietas

Berdasarkan habitat tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis golongan nanas, yaitu : Cayenne (daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen (daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daun panjang kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar) dan Abacaxi (daun panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida). Varietas kultivar nanas yang ditanam di perusahaan ini adalah golongan Smooth cayene. varietas ini dipilih karena memiliki beberapa kelebihan yaitu buah yang dihasilkan tidak berduri, memiliki kandungan air yang banyak, buahnya cepat masak, dan buah berbentuk silinder sehingga pada saat diolah kedalam kaleng, tidak banyak buah yang terbuang. Smooth cayenne merupakan klon yang paling luas penanamannya di dunia. Kultivar ini merupakan kelompok yang heterozigot. Ukuran daunnya bisa mencapai 100 cm dengan lebar 6.5 cm. Bagian atas daun terdapat bintik-bintik warna merah sedangkan bagian bawahnya berwarna putih keperakan. Kultivar

smooth cayennne daun nenas Smooth cayenne tidak berduri. Durinya hanya terletak dibagian ujung daun.. buah berbentuk silinder dengan bobot antara 2.3-2.5 kg , berwarna kuning pucat hingga kuning (Veirheij dan Coronel, 1997). Smooth cayenne memiliki beberapa kekurangan jika dikonsumsi segar antara lain tingkat keasaman yang tinggi, asam ascorbat yang rendah, dan rasanya yang kurang enak. Ada dua karakteristik dari Smooth cayenne yang tak diinginkan apabila dijual sebagai buah konsumsi segar yaitu buah tidak menjadi masak atau memperbaiki kualitas rasa setelah pemanenan dan kematangan buah yang sulit dipahami dari perubahan warna kulit buah (Mohammed, 2004). Smooth cayenne peka terhadap banayak serangan hama dan penyakit serta mudah terjadi pencoklatan pada daging buah. Smooth cayenne mudah terkena penyakit layu mealybug. Serangan kutu putih (mealybug) pada kultivar Smooth cayenne merupakan penyakit pada nenas yang paling luas penyebarannya dan juga salah satu penyakit yang paling merugikan. Berdasarkan standart operasional nenas untuk jenis Smooth cayenne, jika di kelaskan berdasarkan parameter diameter buah dibagi menjadi empat kelas yaitu, untuk standar A 13 cm, standar B = 11- 12.9 cm, standar C = 10-10.9 cm dan standar D 10 cm. Sementara jika mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) No 10-2166-1992, ukuran buah nenas untuk Mutu I adalah seragam dengan ukuran diameter minimal 9.5 cm dan Mutu II yang kurang seragam dan diameter 9.5 cm (Deptan, 2004). Ukuran buah di PT Great Giant Pineapple menggunakan standar dari perusahaan mereka sendiri, Menyesuaikan dengan mesin yang dimiliki Tahun Tanam PT GGP didirikan pada tanggal 14 Mei 1979. Awal berdirinya perseroan yang bergerak di bidang perkebunan dan pengalengan nenas ini dipelopori PT Umas Jaya Farm. Pada awal berdirinya, budidaya nenas sempat ditunda karena pabrik nenas yang rencananya didirikan di Way Halim sedangkan kebunnya sendiri di

lokasikan di Terbanggi Besar. Kini PT Great Giant Pineapple berada bersama perusahaan agroindustri lainnya seperti PT Nusantara Trofical Fruit, PT Great Giant Livestock, dibawah naungan PT Sewu Segar Group. Sebelum fokus di bidang budidaya nenas, perusahaan ini pernah mencoba menanam komoditas lain seperti papermin, singkong, semangka dan jagung. Tetapi dengan masih banyaknya permasalahan yang tidak dapat diatasi secara maksimal serta kondisi pasar yang kurang mendukung, akhirnya komoditas dialihkan kepada buah nenas. Awal tahun 1979 penanaman nenas dimulai dengan menggunakan Varietas Smooth cayenne. Pada tahun 1983-1984 PT GPP memulai pembangunan pabrik pengolahan nenas. Operasional Perkebunan terintegrasi penuh dengan pabrik pengalengan yang berada di tengah lokasi perkebunan. PT GGP mendorong untuk pengembangan dan peningkatan mutu varietas nenas secara berkelanjutan melalui budidaya nenas yang intensif. Selama lebih dari 20 tahun, PT Great Giant Pineapple telah mengembangkan industri nenas untuk mencapai kualitas produk yang sempurna. PT GGP telah menjadi pemimpin produsen nenas di Indonesia. Sistem Jarak Tanam Sistem penanaman yang sering digunakan dalam budidya nenas ada dua macam yaitu single row dan double row. Namun pada PT. GGP ini sistem penanaman yang dipakai ialah Single row yang menggunakan jarak tanam antar barisnya sebesar 55 cm dan jarak tanam dalam barisnya 25 cm. Kedalaman tanam sekitar 14cm. Setelah menanam bibit nenas, tanah di sekitar bibit sebaiknya dipadatkan agar bibit berdiri kokoh sehingga perakaran jadi lebih baik.
Pembibitan dan Penanaman

Produksi yang baik dimulai dengan pemilihan bibit yang berkualitas. Berikut yang termasuk kegiatan pembibitan dan penanaman adalah :
Sumber Bibit

Bibit yang digunakan di PT GGP adalah bibit yang berasal dari tanaman sebelumnya yang telah selesai dipanen. Berdasarkan asalnya, bibit dibedakan menjadi tiga yaitu sucker, crown dan macro section. Bibit sucker diperoleh dari

tanaman yang sudah dipanen yang dibiarkan selama 4 bulan agar muncul anakan. Setelah tumbuh, anakan dari tanaman nenas dipotong dan dikumpulkan
berdasarkan kelas bibit. Bibit dari anakan inilah yang disebut bibit sucker. Bibit

crown adalah bibit yang berasal dari mahkota. Ketika proses panen berlangsung, buah dan mahkota langsung dipisahkan. Mahkota dikumpulkan dipingggir plot dan kemudian dilakukan seleksi berdasarkan kelas bibit kemudian menjadi bibit crown. Macro section adalah bibit yang berasal dari tunas yang tumbuh di batang yang dipotong-potong kemudian ditumbuhkan di pembibitan, setelah 3-5 bulan dilakukan pengkelasan bibit dan siap ditanam di lapang.
Seleksi Bibit

Bibit dari lokasi panen dibedakan menjadi 3 yaitu besar, sedang dan kecil. Bibit sucker dibedakan ukurannya berdasarkan diameter bonggol, dan pembagiannya adalah ukuran besar 4.2-5 cm, sedang 3.5-4.2 cm dan kecil 2.5-3.5 cm. Untuk jenis crown dibedakan berdasarkan panjang bibit dan pembagiannya adalah crown besar (3) 25-33 cm, crown sedang (4) 18-24 cm, crown kecil (5) 15- 17 cm, dan crown kecil (6) 12-14 cm (keterangan: angka sesudah ukuran bibit menunjukan kelas bibit). Untuk macro section dibedakan berdasarkan panjang bibit seperti pada bibit crown. Setelah dibedakan berdasarkan ukuran bibit, bibit kemudian di bedakan menjadi kelas bibit. Pembagian kelas bibit berdasarkan ukuran bibit dan diberikan kode. Dengan adanya pengkelasan bibit, maka dimungkinkan pada satu kebun ditanam jenis bibit yang berbeda tetapi masih dalam satu kelas yang sama. Bibit yang telah dikelaskan kemudian dibawa ke pool dipping untuk dilakukan seleksi dan pengkelasan kembali sebelum di lakukan proses dipping. Seleksi yang dilakukan hanya sebatas pengecekan ulang hasil pengkelasan dilapang dengan mengambil beberapa contoh dari bibit yang akan di dipping. Dipping Bibit

Dipping adalah proses pemberian insektisida, fungisida dan bakterisida pada bibit yang akan ditanam dengan cara dicelupkan pada kolam yang berisi larutan insiktisida, fungisida dan bakterisida yang terdapat di mesin dipping. Seluruh Bibit baik dari Crown, sucker maupun macro section sebelum dibawa ke lokasi

tanam, terlebih dahulu bibit di dipping (dicelupkan) pada larutan insektisida, fungisida dan bakterisida untuk melindungi bibit dari serangan hama mealybug dan cendawan (Pythopthora serta Thilaviopsis). Tanam

Setelah bibit didipping, bibit ditransport ke lokasi tanam untuk ditanam. Kegiatan tanam dilakukan secara manual dengan jarak tanam yang telah ditentukan.
LCC (Legume Cover Crops)

Legume Cover Crops pada tanaman nanas adalah coro pedang, kacang kedelai, sorgum dan jagung. Adapun manfaat tanaman penutup tanah/legume cover crops (LCC) adalah sebagai berikut: a. Menekan pertumbuhan gulma, sehingga dapat menghemat biaya pengendalian gulma saat masih tanaman belum menghasilkan b. Meningkatkan kandungan bahan organik tanah c. Memperbaiki kondisi fisik tanah yaitu aerasi dan menjaga kelembaban tanah d. Mencegah dan mengurangi erosi permukaan tanah e. Mengikat (fiksasi) unsur hara Nitrogen dari udara, dengan demikian memperkaya tanah dengan senyawa Nitrogen f. Menekan pertumbuhan hama dan penyakit tertentu g. Diantara tanaman penutup tersebut jagung memiliki kandungan bahan organik penyubur tanaman nanas yang paling banyak.
Bangunan Konservasi

Pembuatan Guludan

Tanah yang telah melalui beberapa proses dan siap digunakan, maka tahap selanjutnya adalah pembuatan guludan. Pembuatan guludan digunakan sebagai tempat penanaman. Alat yang digunakan yaitu Disk Ridger. Saluran Drainase

Saluran air harus segera dibuat untuk beberapa keperluan diantaranya yaitu sebagai alat penampungan air ketika terjadi kelebihan air terutama di musim hujan karena tanaman nenas tidak toleran terhadap genangan dan juga cadangan air ketika memasuki musim kemarau.
2.1.2 Pemeliharaan Pemupukan

Kegiatan pemupukan pada tanaman nanas dilakukan dengan cara aplikasi manual (aplikasi ditugal/pada pangkal bawah tanaman) yang menggunakan pupuk komposit (urea, TSP dan Kiserit) dan pemupukan dengan menggunakan foliar spray (pupuk daun dengan menggunakan unit Boom Spraying Cameco. Adapun pupuk foliar yang digunakan yaitu pupuk yang dapat larut di air seperti urea, K2SO4, MgSO4, FeSO4, ZnSO4, serta Borax Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 2-3 bulan dengan pupuk buatan. Pemupukan susulan berikutnya diulang tiap 3-4 bulan sekali sampai tanaman berbunga dan berbuah. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan adalah: Pupuk NPK tablet (Pamafert) Bentuk pupuk berupa tablet, berat 4 gram setiap tablet. Dosis anjuran satu tablet tiap tanaman. Pupuk tunggal berupa campuran ZA, TSP, atau SP-36 dan KCl Dosis anjuran 1: ZA 100 kg + TSP atau SP-36 60 kg + KCl 50 kg per hektar. Pupuk susulan diulang setiap 4 bulan sekali dengan dosis yang sama. Dosis anjuran 2: mulai umur 3 bulan setelah tanam dipupuk dengan ZA 125 kg atau urea 62,5 kg + TSP atau SP-36 75 kg/ha. Irigasi

Sekalipun tanaman nanas tahan terhadap iklim kering, namun untuk pertumbuhan tanaman yang optimal diperlukan air yang cukup. Pengairan /penyiraman dilakukan 1-2 kali dalam seminggu atau tergantung keadaan cuaca. Tanaman nanas dewasa masih perlu pengairan untuk merangsang pembungaan dan pembuahan secara optimal. Pengairan dilakukan 2 minggu sekali.

Tanah yang terlalu kering dapat menyebabkan pertumbuhan nanas kerdil dan buahnya kecil-kecil. Waktu pengairan yang paling baik adalah sore dan pagi hari. Air diperoleh dengan cara menyedot dari sungai/lebung/bendungan yang dekat dengan tanaman lalu disiram dengan menggunakan alat siram. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Observasi di lapang didapatkan bahwa OPT yang paling mempengaruhi terhadap pertumbuhan tanaman nanas yaitu gulma dan penyakit. Gulma yang tumbuh di sekitar tanaman nanas didominasi oleh gulma jenis rumput-rumputan, tetapi jenis gulma teki dan gulma berdaun lebar juga sangat banyak menyerang. Berdasarkan pengamatan di lapang menunjukkan bahwa beberapa kebun dengan tingkat serangan yang cukup parah seperti pertumbuhan gulma yang merata, melebihi tinggi tanaman utama atau menutupi tajuk nenas membuat pertumbuhan tanaman terganggu bahkan buah yang dihasilkan cenderung kecil, karena pertumbuhan tanaman nanas tidak optimal akibat dari adanya persaingan cahaya, nutrisi dan udara. Tidak hanya menjadi pesaing bagi tanaman utama, gulma juga dapat menjadi vektor penyakit dan virus dan gulma menyebabkan kehilangan hasil 21-42 %. Beberapa gulma yang menyerang yaitu Panicum maximum, Paspalum conjugatum, Cyperus rotundus, Erechtites valerianifolia, Hyptis rhomboidea, Fassiflora foetida serangan penyakit juga mempengaruhi ukuran buah karena pertumbuhan tanaman yang terganggu sehingga metabolisme tanaman tidak optimal. Penyakit yang banyak menyerang di kebun nanas milik PT Great Giant Pineapple diantaranya layu mealybug, erwinia, dan phytoptora. Penyakit yang sangat mempengaruhi ukuran buah yaitu penyakit layu mealybug. Ciri khas tanaman layu mealybug adalah warna daun memerah, daun melengkung kebawah, layu mulai
dari ujungnya. Kegiatan pengendalian jasad pengganggu yang berupa tanaman dan

rumput baik yang berdaun lebar maupun yang berdaun sempit yang menjadi pesaing tanaman nanas yang dibudidayakan meliputi Pre- emergence. Baik

sebelum maupun setelah tanam, kegiatan aplikasi post-emergence (booster herbisida) maupun aktivitas manual weding yang dilakukan dengan mencabut gulma yang sudah tumbuh dan sulit dikendalikan dengan bahan herbisida.

2.1.3 Panen, pasca panen dan pemasaran

Panen

Panen buah nanas dilakukan setelah nanas berumur 12-24 bulan, tergantung dari jenis bibit yang digunakan. Bibit yang berasal dari mahkota bunga berbuah pada umur 24 bulan, hingga panen buah setelah berumur 24 bulan. Tanaman yang berasal dari tunas batang dipanen setelah umur 18 bulan, sedangkan tunas akar setelah berumur 12 bulan. Ciri-ciri buah nanas yang siap dipanen: a. b. c. d. e. Mahkota buah terbuka. Tangkai ubah mengkerut. Mata buah lebih mendatar, besar dan bentuknya bulat. Warna bagian dasar buah kuning. Timbul aroma nanas yang harum dan khas. Kriteria Panen

Pemanenan buah nanas ini tergolong sangat lama dan membutuhkan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan perkebunan lainnya. Perkebunan besar ini memiliki kriteria pemanenan ada dua jenis :
1. Buah masak belum pada waktunya.

Terkadang dari sekian banyak lahan yang ditanami nanas ada bagian lahan atau tanaman yang buah nanasnya sudah masak. Sehingga mau tidak mau para pekerja harus memanen buah yang lebih dahulu masak. Otomatis karena pemasakan yang tidak merata menyebabkan biaya yang dikeluarkan lebih banyak lagi.
2. Buah masak serempak dan seragam

Keserempakan dan keseragaman pemasakan buah ini telah direncanakan sebelumnya oleh manager pengelola usaha masing-masing lahan . Hal ini memudahkan dalam pemanenan karena dengan keserempakan buah yang telah masak ini dapat mengurangi biaya dibandingkan dengan pemanenan buah nanas yang masak belum waktunya.

Cara Panen

Tata cara panen buah nanas: memilih buah nanas yang menunjukkan tanda-tanda siap panen. Pangkal tangkai buah dipotong secara mendatar/miring dengan pisau tajam dan steril. Pemanenan dilakukan secara hati-hati agar tidak rusak dan memar. Cara pemanenan ini pun ada dua jenis yaitu Secara manual Dengan menggunakan tenaga para pekerja, mereka mengumpulkan nanas yang akan dipanen dan setelah dikumpulkan kemudian di masukkan ke dalam truk mobil pengangkutan dan di bawa ke pabrik pengolahan. Secara mekanis Dengan menggunakan alat. Alat disini digunakan untuk pemilahan nanas. Sehingga dengan menggunakan alat ini dapat dilakukan pemanenan dalam jumlah yang besar. Periode panen

Tanaman nanas dipanen setelah berumur 12-24 bulan. Pemanenan buah nanas dilakukan bertahap sampai tiga kali. Panen pertama sekitar 25%, kedua 50%, dan ketiga 25% dari jumlah yang ada. Tanaman yang sudah berumur 4-5 tahun perlu diremajakan karena pertumbuhannya lambat dan buahnya kecil. Cara peremajaan adalah membongkar seluruh tanaman nanas untuk diganti dengan bibit yang baru. Penyiapan lahan sampai penanaman dilakukan seperti cara bercocok tanam pada lahan yang baru. Prakiraan Produksi

Potensi produksi per hektar pada tanaman nanas yang dibudidayakan intensif dapat mencapai 38-75 ton/hektar. Pada umumnya rata-rata 20 ton/hektar, tergantung jenis nanas dan sistem tanam.
Pasca panen

Buah nanas termasuk komoditi buah yang mudah rusak, susut dan cepat busuk. Oleh karena itu, setelah panen memerlukan penanganan pascapanen yang memadai. 1. Pengumpulan Setelah panen dilakukan pengumpulan buah ditempat penampungan hasil atau gudang sortasi. 2. Penyortiran dan Penggolongan Sortasi dimulai dengan memisahkan buah yang rusak, memar, busuk, atau mentah secara tersendiri dari buah yang bagus dan normal. Klasifikasi buah berdasarkan bentuk dan ukuran yang seragam, jenis maupun tingkat kematangannya 3. Penyimpanan Penyimpanan dilakukan jika harga turun, sehingga untuk menunggu harga naik maka dilakukan penyimpanan. Buah nanas biasanya disimpan dalam peti kemas dalam ruangan dingin yang suhunya sekitar 5 derajat C. 4. Pengemasan dan Pengangkutan Kegiatan pengemasan dimulai dengan mengeluarkan buah nanas dari lemari pemeraman, lalu dipilih (sortasi) berdasarkan tingkat kerusakannya agar seragam. Kemudian buah nanas dibungkus dengan kertas pembungkus lalu dikemas dalam keranjang bambu atau peti kayu atau dos karton bergelombang. Ukuran wadah pengemasan 60 x 30 x 30 cm yang diberi lubang ventilasi. Proses pengangkutan dimulai dengan memasukkan peti kemas secara teratur pada alat pengangkutan, buah nanas diangkut dan dipasarkan ke tempat pemasaran.
Pemasaran

Setelah pemanenan buah nanas dari lahan perkebunan maka buah nanas dingkut dan dibawa ke pabrik untuk tahap selanjutnya yaitu pengolahan. Sebelum tahap pemasaran diperlukan proses pengolahan karena dalam pemasaran produk yang dipasarkan dalam bentuk pengalengan. Produk yang dipasarkan bukan berupa buah segar tapi melainkan buah yang dikemas dalam pengalengan. Bentuk bentuk kemasan pengalengan:

Nanas koktil Yaitu produk nanas yang dipotong kecil-kecil. Produk ini dibuat jika nanas yang apabila ukuran nanas tidak sesuai dengan ukuran pengalengan yang ada. Nanas bulat lingkaran Yaitu nanas yang dproduksi dan diolah dalm bentuk lingkaran dan ditengahnya berlubang. Pemasaran hasil pengalengan nanas ini dikirimkan bukan ke daerah local, tetapi pasaran pengalengan buah nanas ini hingga ke daratan Eropa, seperti Amerika, dan Eropa. Dan di daratan Asia seperti Malaysia dan Singapura. Serta di dataran Afrika. Penjualan ini dilakukan berdasarkan pemesanan konsumen di berbagai daratan. Sehingga sudah adanya taken kontrak atau perjanjian sebelum produk di dalam kemasan ini dipasarkan kesana.

II.2

Profil PT Great Giant Livestock

Perseroan Terbatas Great Giant Livestock Company (PT GGLC) merupakan salah satu feedlotter di Indonesia yang memanfaatkan limbah kulit nanas sebagai bahan pakan pokok dalam penggemukan sapi potong. Hal ini bermula dari pemikiran untuk memanfaatkan limbah kulit nanas yang dihasilkan dari proses pengalengan nanas oleh PT Great Giant Peneapple Company (PT GGPC) yang mencapai 80 sampai 100 ton/hari. Berdasarkan hal tersebut, maka pada tahun 1987 didirikan Divisi Penggemukan Sapi Potong (Cattle Project) yang secara manajerial saat itu masih dibawah PT GGPC. Divisi ini kemudian melakukan uji coba (Feedlot Project) penggemukan sapi jenis peranakan ongol (PO) dan bali dengan limbah kulit nana sebagai pakan utamanya. Ternyata hasil dari uji coba ini dapat meningkatkan pertumbuhan berat badan sapi secara signifikan, sehingga usaha penggemukan sapi potong semakin ditingkatkan dengan mengimpor sapi bakalan dari Australia. Lokasi penggemukan sapi potong PT GGLC terletak di areal PT GGPC yang berlokasi di KM 77 Jl. Trans Sumatara Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Perusahaan ini merupakan grup dari PT Gunung Sewu yang berkantor (pusat) di Chase Plaza Tower Jl. Jendral Sudirman Jakarta. Luas areal yang dimiliki PT GGLC 100 ha. yang berada di daerah pertanian dengan ketinggian 25 50 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 23 33 o C setiap tahunnya dan kelembaban udara 89 % sepanjang tahun serta curah hujan rata-rata 2800 mm/tahun. Perkembangan penggemukan sapi potong terus mengalami peningkatan, sehingga pada akhir tahun 1989 total sapi yang dipelihara sudah mencapai 922 ekor. Pemimpin perusahaan pada tanggal 6 Maret 1990 memutuskan, untuk Divisi Penggemukan Sapi Potong yang selama ini merupakan salah satu bagian dari PT GGPC dipisahkan dan menjadi badan hukum sendiri dengan nama PT Great Giant Livestock Company (PT GGLC). Produk utama PT GGLC adalah ternak sapi potong, selain itu PT GGLC juga memanfaatkan hasil turunan dari penggemukan

sapi berupa pengolahan limbah padat yang diolah menjadi pupuk organik siap pakai. Produk organik ini dijual kepada masyarakat umum (petani) di daerah Lampung, disamping itu juga dimanfaatkan untuk penyuburan tanah di areal perusahan yang tergabung dalam grup Gunung Sewu. Selain produk turunan dari penggemukan sapi, pada tahun 1999 PT GGLC juga melakukan diversifikasi usaha yang masih terkait dengan pakan yaitu pengeringan kulit nanas. Hasil pengeringan kulit nanas ini selain dikonsumsi sendiri oleh PT GGLC juga diekspor ke negara Jepang. PT GGLC juga memiliki Program Kemitraan Plasma Inti Rakyat (PIR), dimana PT GGLC sebagai inti dan peternak kecil sebagai plasma yang mencakup 60 km dari lokasi perusahaan.
II.2.1 Produksi Ternak Sapi Potong PT GGLC

Sapi bakalan yang digemukan di PT GGLC sebagian besar adalah jenis sapi Brahman Cross yang di impor dari Australia. Hal ini dikarenakan potensi bakalan sapi lokal tidak mencukupi dalam jumlah banyak dan tidak sesuai dengan target produksi perusahaan, selain itu sapi jenis ini memiliki produktivitas yang tinggi dan lebih mudah beradaptasi karena suhu udara atau cuaca di Indonesia tidak jauh berbeda dengan cuaca negara asalnya yaitu Australia. Jenis sapi lain yang juga digemukkan oleh PT GGLC adalah jenis sapi peranakan ongol (PO), penggemukan sapi jenis ini dilakukan melalui program kemitraan PIR. Usaha yang dilakukan oleh PT GGLC merupakan penggemukan sapi potong dengan pola intensif. Fattening periode atau masa penggemukan yang dilakukan oleh PT GGLC adalah 90 hari dengan tiga fase, yaitu (1) fase adaptasi (1-15 hari) dimana sapi harus menyesuaikan diri terhadap pakan kulit nanas, (2) fase growing (16-60 hari), dan (3) fase finishing (60-90 hari). Kandang
Bangunan kandang yang digunakan adalah kandang permanen yang memiliki kapasitas tampung 3m2/ekor dengan bobot badan sapi rata-rata 300 kg/ekor. Atap bangunan kandang adalah sistem terbuka, tujuannya adalah menjaga sirkulasi udara, pemberian atap dilakukan hanya untuk melindungi tempat pakan agar tidak kehujanan. Lantai kandang dibuat miring dengan kemiringan rata-rata 10 o dengan tujuan untuk memudahkan cleaning (pembersihan lantai kandang). Lantai kandang pada musim kemarau dialasi ampas tebu (bagas) dan dilakukan cleaning 7-10 hari

sekali, namun pada musim penghujan lantai kandang tidak dialasi bagas dan dilakukan cleaning manual setiap hari. Tujuan dari pemberian bagas pada lantai kandang adalah untuk mencegah resiko patah kaki pada sapi. Lantai tempat pakan dibuat agak miring untuk memudahkan sapi makan, sedangkan untuk tempat minum diberikan pelampung di atasnya dengan tujuan untuk mencegah agar air tidak meluap dan juga agar bak air minum tidak kosong. Perawatan kandang dilakukan antara lain dengan cara membersihkan dan menguras bak minum setiap hari. Pengelompokan populasi sapi dalam kandang

dikelompokkan menurut berat badan sapi menjadi tiga kelompok yaitu: (1) kecil (250-300 kg/ekor), (2) sedang (301-450 kg/ekor), dan (3) besar (451-600 kg/ekor), selain itu juga dikelompokkan menurut jenis sapi yaitu sapi pejantan afkir, jantan, betina dan betina afkir. Pengelompokkan menurut berat badan sapi dimaksudkan agar tidak terjadi persaingan dalam mengkonsumsi pakan. Pengelompokan juga dimaksudkan agar tidak terjadi kesulitan dalam seleksi sapi selama proses penjualan. Pakan

Ransum atau pakan yang diberikan terdiri dari kulit nanas sebagai bahan pakan utama dan juga terdiri dari konsentrat dan rumput segar atau rumput gajah (Pennisetum purpureum). Jumlah komposisi ransum yang diberikan berbeda setiap hari, dan disesuaikan pada setiap fasenya. Komposisi pemberian ransum pada ternak sapi potong. Kulit nanas yang diberikan harus difermentasi terlebih dahulu minimal selama tujuh hari . Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kadar tingkat keasaman atau part of hidrogen (Ph) yang semula hanya 4 diharapkan mampu mendekati Ph netral yaitu 5-6. Selain ketiga bahan pakan tersebut juga diberikan kulit nanas kering untuk merangsang sapi agar mau makan dan juga diberikan bungkil kedelai untuk sapi fase adaptasi dengan tujuan untuk meningkatkan kandungan protein dan pemberian kapur agar pakan tidak mudah tengik. Pemberian pakan dilakukan lima kali dalam sehari yaitu pada pukul 06.30; 10.00; 13.00; 16.00; 19.00 WIB dengan persentase masing-masing 20%. Pengadukan ransum dilakukan di dalam weagon (truk pengaduk pakan) dan

jumlah pemberian per hari disesuaikan dengan umur penggemukan. Konsumsi ransum paling tinggi adalah pada fase growing. Untuk mengontrol kebutuhan pakan, maka dilakukan penimbangan terhadap pakan sisa, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat palatabilitas pakan dan kondisi sapi. Pemasaran

Saluran pemasaran menunjukkan bagaimana arus komoditi mengalir dari tangan produsen (PT GGLC) sampai ke tangan konsumen. Berdasarkan cakupan wilayah, pendistribusian ternak sapi potong PT GGLC meliputi Pulau Jawa dan Sumatra. Pendistribusian ternak sapi potong PT GGLC di Pulau Jawa meliputi wilayah Bogor dan DKI Jakarta. Pendistribusian ternak sapi potong PT GGLC di Pulau Sumatra meliputi wilayah Bandar Jaya, Bandar Lampung, Medan, Palembang dan Pekan Baru. Fungsi-Fungsi Pemasaran

Fungsi pemasaran dilakukan baik oleh produsen maupun lembaga pemasaran yang terlibat dalam sistem pemasaran ternak sapi potong PT GGLC. Fungsi pemasaran dilakukan dalam proses penyampaian ternak sapi potong dari produsen sampai ke konsumen yang meliputi fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Fungsi pemasaran yang dilakukan tidak selalu sama, baik dalam cakupan wilayah maupun lembaga pemasaran yang terlibat. Fungsi pemasaran yang dilakukan sesuai dengan nilai kegunaan yaitu waktu, bentuk, tempat, dan kepemilikan yang diberikan terhadap komoditi ternak sapi potong hingga sampai ke tangan konsumen.

III. III.1 Kesimpulan

PENUTUP

Adapun kesimpulan dari Fieldtrip ini adalah : 1. Perusahaan GGP (Great Giant Pineapple) dan PT GGLC (Great Giant Livestock) merupakan perusahaan besar yang bergerak di bidang pertanian. 2. Managemen yang baik dengan tersistematis menjadikan kedua perusahaan ini baik dari karyawan terbawah hingga atasan memiliki peranan masingmasing yang mendukung. 3. Dari hasil Fieldtrip ini didapatkan banyak sekali pengetahuan khususnya kami dengan disiplin ilmu pertanian serta pengalaman softskill yang sangat berharga. 3.1 Saran Adapun saran yang dapat kami berikan terkait dengan fieldtrip kali ini adalah : 1. Sebaiknya kegiatan fieldtrip tidak berakhir pada kesempatan ini saja tetapi akan ada fieldtrip selanjutnya dengan objek tujuan yang berbeda sebagai wadah penambahan wawasan serta pengalaman lapangan. 2. Kegiatan fieldtrip sebaiknya bukan hanya untuk satu jurusan saja tetapi merupakan penggabungan dari beberapa disiplin ilmu dari setiap jurusan agar fieldtrip dapat lebih efisien baik dalam hal waktu dan biaya. 3. Kegiatan fieldtrip sangat penting untuk meningkatkan kreativitas dan menambah wawasan mengenai mata kuliah tertentu sehingga sebaiknya kegiatan fieldtrip mendapat dukungan dan perhatian yang lebih dari pihak universitas sehingga frekuensi fieldtrip dapat ditingkatkan

LAMPIRAN

Mahasiswa mengunjungi langsung ke area perkebunan nanas serta mendengarkan pejelasan dari pihak PT GGPC terkait budidaya nanas

Terdapat beberapa nanas yang terjadi penyimpangan dalam pertumbuhannya dan inilah yang menjadikan menariknya diskusi kami

Kunjungan kami ke Ternak sapi milik PT GGLC, terlihat bahwa petugas kandang sedang menjelaskan terkait ternak sapinya khususnya dalam penggemukan sapi

Pada perusahaan ini pula memiliki managemen dalam pengolahan limbah yang baik salah satunya limbah padat ( pupuk organik) seperti terlihat pada gambar

Hasil uji coba pupuk organik pada tanaman sawi dan jagung yang diterpkan di dekat kandang

Você também pode gostar