Você está na página 1de 14

LAPORAN EKSPERIMEN FISIKA II PENENTUAN KOEFISIEN SERAPAN SINAR GAMMA DAN EFISIENSI DETEKTOR GEIGER MULLER

Disusun oleh : Nama NIM : Nuril Nurhadi : M0208045

Hari/tanggal : senin/4 Mei 2011 Asisten : Nurul K.

JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Pengetahuan tentang inti isotop radioaktif dapat diperoleh dengan menganalisa partikel partikel yang dipancarkan oleh inti tersebut. Analisa ini diantaranya digunakan untuk mengetahui informasi jenis partikel radiasi, arah gerak, kecepatan, momentum atau tenaga, muatan, massa serta spin. Dengan demikian, untuk mengetahui informasi tentang partikel radiasi, diperlukan suatu eksperimen menggunakan peralatan deteksi radiasi. Namun sayangnya, semua informasi ini tidak dapat diperoleh jika hanya menggunakan satu jenis peralatan deteksi. Semua jenis peralatan deteksi partikel radiasi memiliki prinsip yang sangat mirip, yaitu pertikel radiasi memasuki detektor dan terjadilah interaksi antara partikel radiasi dengan material detektor sehingga terjadi proses eksitasi atau ionisasi molekul molekul material detektor. Apabial material detektor terbuat dari gas, maka interaksi antara semua partikel radiasi , , , serta netron dengan gas akan terjadi proses ionisasi yang menghasilkan ion positif dan elektron. Dengan demikian, diperlukan teknik untuk memisahkan dua jenis partikel tersebut dalam rentang waktu yang sangat singkat, karena apabila kedua jenis partikel ini tetap berdekatan mereka akan bergabung kembali sehingga tidak menimbulkan sinyal listrik. Peristiwa ionisasi juga dapat terjadi pada material detektor berbentuk padat atau cair. Apabila partikel radiasi berinteraksi dengan material cair atau padat tertentu misalnya phosphor, sebagian tenaga partikel yang digunakan untuk mengeksitansi atau mengionisasi akan dipancarkan kembali oleh phosphor dalam bentuk cahaya tampak atau ultraviolet. Pemilihan material detektor sangat bergantung pada jenis pertikel radiasi yang hendak dideteksi serta tujuan atau informasi yang ingin diperoleh dari pendeteksi. Partikel memiliki daya tembus yang kecil, sehingga detektor untuk partikel radiasi memiliki ukuran sangat tipis. Dengan mengingat daya tembus, detektor partikel biasanya memiliki ketebalan sekitar 0,1-1 mm sedangkan detektor memiliki ketebalan sekitar 5 cm (Suharyana et all, 2002).

1.2.TUJUAN

Pada praktikum ini bertujuan untuk: 1. Menentukan efisiensi detektor Geiger Muller 2. Menentukan koefisien detektor Geiger Muller

BAB II ISI

2.1.DASAR TEORI Pencacah Geiger, atau disebut juga Pencacah Geiger-Mller adalah sebuah alat pengukur radiasi ionisasi. Pencacah Geiger bisa digunakan untuk mendeteksi radiasi alpha dan beta. Sensornya adalah sebuah tabung Geiger-Mller, sebuah tabung yang diisi oleh gas yang akan bersifat konduktor ketika partikel atau foton radiasi menyebabkan gas (umumnya Argon) menjadi konduktif. Alat tersebut akan membesarkan sinyal dan menampilkan pada indikatornya yang bisa berupa jarum penunjuk, lampu atau bunyi klik dimana satu bunyi menandakan satu partikel. Pada kondisi tertentu, pencacah Geiger dapat digunakan untuk mendeteksi radiasi gamma, walaupun tingkat reliabilitasnya kurang. Pencacah geiger tidak bisa digunakan untuk mendeteksi neutron. Geiger counter digunakan untuk mendeteksi radiasi pengion, biasanya partikel beta dan sinar gamma, tapi model-model tertentu dapat mendeteksi partikel alfaSebuah tabung gas diisi inert (biasanya helium , neon atau argon dengan halogen ditambahkan) singkat melakukan listrik bila partikel atau foton radiasi menyebabkan gas konduktif. Tabung menguatkan ini pengaliran dengan cascade efek dan output sebuah pulsa saat ini, yang kemudian sering ditampilkan oleh jarum atau lampu dan / atau didengar klik .

Instrumen modern dapat laporan radioaktivitas beberapa kali lipat. Beberapa penghitung Geiger dapat digunakan untuk mendeteksi radiasi gamma , walaupun sensitivitas dapat lebih rendah untuk radiasi gamma energi tinggi dibandingkan dengan jenis tertentu lainnya detektor, karena kerapatan gas dalam perangkat biasanya tinggi, sehingga paling gamma energi foton tinggi untuk lulus melalui terdeteksi. foton energi yang lebih rendah lebih mudah untuk mendeteksi, dan lebih baik diserap oleh detektor. Perangkat yang lebih baik untuk mendeteksi sinar gamma adalah natrium iodida kilau counter . Sebuah variasi dari tabung Geiger digunakan untuk mengukur neutron , mana gas yang digunakan adalah boron trifluorida dan moderator plastik digunakan untuk memperlambat neutron. Hal ini menciptakan partikel alpha di dalam detektor neutron dan dengan demikian dapat dihitung. Ada beberapa macam detektor yang digunakan untuk mendeteksi zarah radiasi nuklir, salah satu diantaranya adalah yang disebut "gas filled detector" atau detektor yang diisi gas. Detektor jenis ini ada 3 macam yaitu : a. Tabung ionisasi b. Tabung proportional c. Tabung Geiger-Muller (GM.) Pada dasarnya ketiga macam jenis tabung (detektor) tersebut adalah sama, yaitu sama-sama menggunakan medium gas atau campuran gas, Prinsip alatnya adalah suatu ruang tertutup yang berisi gas dan diberi 2 buah elektroda-Dinding tabung (logam) dipakai sebagai elektroda negatif (katoda) dan kswat yang terbentang didalam pada poros tabung sebagai elektroda positip (anoda). Gambar alat tersebut adalah sebagai berikut:

Keterangan : 1= ruang berisi gas 2= anoda 3= katoda 4= sumber arus DC 5= resistance 6= pengukur pulsa Anoda mempunyai tegangan + V (positif) terhadap dinding tabung. Jika sarah radiasi nuklir masuk kedalara tabung, maka zarah. radiasi tersebut akan berinteraksi dengan medium gas sehingga akan terjadi pembebasan elektron dan ion-ion. Ion positif akan bergerak kearah dinding tabung (katoda) dengan kecepatan yang relatip lebih kecil dibanding dengan elektron-elektron yang bergerak kearah anoda dengan cepat. Kecepatan geraknya bergantung pada besarnya tegangan V. Besarnya tenaga yang diperlukan untuk pembentukan elektron-ion tergantung pada macam gas pengisi yang digunakan seperti yang tampak pada tabel berikut ini :

Geiger-Muller (G.M.) Kalau tegangan V dinaikkan lebih tinggi lagi, maka peristiwa avalans makin besar dan elektron sekunder yang terbentuk banyak sekali akibatnya anoda bisa diselubungi serta terlindung oleh muatan negatif elektron sekunder, sehingga peristiwa ionisasi akan terhenti. Karena gerak ion positif kedinding tabung (katoda) lambat, maka ion-ion ini dapat membentuk semacam lapisan pelindung positif pada permukaan dinding tabung. Keadaan yang demikian ini disebut efek muatan ruang atau "space charge effect" . Tegangan V yang menimbulkan efek muatan ruang adalah tegangan maksimum yang membatasi terkumpulnya elektron-elektron pada anoda adanya efek muatan ruang harus dihindarkan dengan cara menambah besarnya tegangan V. Penambahan tegangan V ini dengan maksud supaya terjadi pelepasan muatan (discharge) pada anoda, sehingga detektor dapat bekerja normal kembali, Pelepasan rnuatan dapat tcrjadi karena elektron mendapat tambahan tenaga kinetik akibat penambahan V.Bila tegangan V terus dinaikkan, terjadinya pelucutan elektron sekunder akan makin banyak, Pada suatu tegangan tertentu peristiwa avalans elektron sekunder tidak tergantung lagi oleh jenis zarah radiasi yang datang maupun tenaga zarah radiasi tersebut. Sifat demikian ini pertama kali diamati oleh Geiger, sehingga detektor yang bekerja atas dasar penemuan ini disebut detektor Geiger. Dalam perkembangan lebih lanjut alat tersebut disempurnakan oleh Muller sehingga secara lengkap disebut detektor Geiger-Muller atau tabung G.M. 1.2.2 METODOLOGI PENELITIAN a. Alat dan Bahan 1. Seperangkat peralatan Geiger Muller 2. 3.
137 60

Cs

Co

4. Bahan penghalang (lead dan polyethylene) 5. Penggaris 6. Mikrometer sekrup 7. Stopwatch

b. Cara Kerja 1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai. 2. Merangkai alat yang akan akan dipakai. 3. Menyambungkan alat dengan PLN. 4. Melakukan cacah latar selama 60 detik. 5. Memasang bahan radiasi di depan detektor 6. Melakukan pencacahan dengan variasi penghalang (lead dan polyethylen) selama 60 detik 7. Mencatat hasil pencacahan 8. Melakukan pencacahan dengan variasi bahan radiasi (137Cs dan masing selama 60 detik. 8. Mencatat hasil pencacahan. 9. Melakukan pencacahan dengan variasi jarak selama 60 detik. 10. Mencatat hasil pencacahan.
60

Co) masing-

1.2.3. DATA PERCOBAAN 1. Menentukan Efisiensi Detektor GM Data dengan sumber radioaktif 137Cs Aktivitas 74,65 2,5% atau Ao 74,65 2,5% T= 8,5 x Tanggal acuan 1 desember 2010 Efisiensi = No. 1 2 3 4 5 R(cm) 2 3,5 4,5 5,5 6,5 Cacah (Imp) 1627 599 427 309 252 efisiensi ( %) 3,064 0,368 0,159 0,077 0,045

Data dengan sumber radioaktif 60Co Aktivitas 85,10 2,5% atau Ao 85,10 2,5% T= 8,5 x Tanggal acuan 1 desember 2010 No. 1 2 3 4 5 R(cm) 2 3,5 4,5 5,5 6,5 Cacah (Imp) 2591 1186 859 656 545 efisiensi ( %) 4,880 0,073 0,320 0,163 0,097

2. Menentukan koefisian serapan sinar gamma 60Co dan 137Cs Data dengan sumber radioaktif 137Cs Waktu cacah : 1 menit Io : 236 Imp

No.

Tebal penghalang(m)

Cacah/dt (Imp) 89 106 126 105 92 101 106 147

Bahan Penghalang

1 2 3 4 5 6 7 8

0,0062 0,00410 0,00223 0,00145 0,00632 0,00310 0,00190 0,00090

Lead (timbal) Lead (timbal) Lead (timbal) Lead (timbal) Polyethylene (plastik) Polyethylene (plastik) Polyethylene (plastik) Polyethylene (plastik)

Data dengan sumber radioaktif 60Co

Waktu cacah : 1 menit Io : 521 Imp No. Tebal penghalang(m) 1 2 3 4 5 6 7 8 0,0062 0,00410 0,00223 0,00145 0,00632 0,00310 0,00190 0,00090

Cacah/dt (Imp) 89 106 126 105 92 101 106 147

Bahan Penghalang Lead (timbal) Lead (timbal) Lead (timbal) Lead (timbal) Polyethylene (plastik) Polyethylene (plastik) Polyethylene (plastik) Polyethylene (plastik)

Grafik Grafik hubungan efisiensi terhadap jarak dengan sumber Cs-137


4 3 efisiensi 2 1 0 -1 0 2 y = -0.6139x + 3.4438 6 R = 4 0.6762 jarak (cm) 8 Series1 Linear (Series1)

Grafik hubungan efisiensi terhadap jarak dengan sumber Co-60


6 5 4 efisiensi 3 2 1 0 -1 0 -2 2 y = -0.9314x + 5.2046 4 6 R = 0.5934 jarak (cm) 8 Series1 Linear (Series1)

Grafik Hubungan x dan ln I0 / I


160 140 120 100 cacah 80 60 40 20 0 0 0.002 0.004 JARAK (m) 0.006 0.008 y = -6819x + 131.33 R = 0.5626

Series1 Linear (Series1)

Grafik hubungan jarak terhadap cacah dengan sumber Co-60


160 140 120 Axis Title 100 80 60 40 20 0 0 0.002 0.004 Axis Title 0.006 0.008 y = -6819x + 131.33 R = 0.5626

Series1 Linear (Series1)

2.2.4. PEMBAHASAN Seperti yang tertera diatas, praktikum kali ini bertujuan untuk menghitung koefisien serapan sinar- dan menghitung efisiensi detector GM serta hal-hal yang mempengaruhi keduanya. Alat dan bahan yang digunakan adalah 1 set alat Geiger Counter beserta detektornya, 2 buah inti radioaktif (yaitu : Co-60 dan Cs-137) sebagai sumber radioaktif, 1 buah penggaris mistar untuk mengukur jarak antara detector dengan sumber radioaktif dan jari-jari detector, 4 buah panghalang yang terbuat dari lead (timbal) dengan tebal yang berbeda, dan 4 buah panghalang yang terbuat dari bahan polyethelene (plastic) yang memiliki tebal yang berbeda pula. Prinsip kerja percobaan GM ini sama seperti prinsip kerja percobaan Pencacah Statistik pada Eksperimen Fisika I, namun pada percobaan GM yang digunakan adalah sinar- yang berasal dari suatu inti radioaktif sedangkan pada percobaan Pencacah Statistik yang digunakan adalah foton (gelombang elektromagnetik) dari ruang tempat praktikum. Praktikum kali ini memiliki 2 tahap sesuai dengan tujuannya, yaitu : yang pertama adalah mencari koefisien serapan sinar- an yang kedua adalah efisiensi detector GM. Dan kedua percobaan ini dilakukan dengan variasi inti radioaktif, yaitu : inti radioaktif Co-60 dan Cs-137. Langkah awal yang dilakukan adalah menyalakan counter, kemudian meletakkan inti radioaktif di bawah detector selanjutnya praktikan langsung memulai percobaan dengan

menghitung cacah yang teramati dari counter. Untuk percobaan pertama, yaitu koefisien serapan sinar- dilakukan dengan 4 variasi tebal penghalang (x) antara detector dengan sumber radioaktif dan 2 variasi bahan penghalang yaitu lead (timbal) dan polyethelene (plastic). Waktu cacah yang digunakan dalam percobaan ini adalah selama 1 menit = 60 s. Berikutnya sebelum menghitung nilai cacahnya, praktikan terlebih dahulu menghitung nilai cacah sumber radioaktif saat belum terdapat penghalang dan nilai ini sebagai nilai I0 yang nilainya sebesar 32 dalam waktu 60 s. Kemudian percobaan dimulai hingga diperoleh 8 data. Tahap sama dilakukan pada inti radioaktif Cs-137 dan diperoleh nilai I0 sebesar 51 dalam waktu 60 s. Langkah selanjutnya setelah diperoleh data adalah membuat grafik antara ln I0/I dengan x (tebal penghalang), yang mana dari grafik ini akan diperoleh nilai koefisien serapan sinar- () yang sesuai dengan rumus berikut : I = I0 e-x ln I = ln I0 (-x) ln I/ I0 = -x ln I0/I = x y mx

dapat dilihat diatas bahwa nilai gradient (m) = nilai koefisien serapan sinar- (). Sehingga dari grafik yang dibuat, diperoleh 4 nilai . yaitu untuk Co-60 : = 53.96 (untuk penghalang lead) dan = - 122.2 (untuk penghalang polyethelene). Sedangkan untuk Cs-137, diperoleh nilai sebesar : = 76.88 (untuk lead) dan = 48.68 (untuk polyethelene) Jika dilihat dari nilai diatas dapat disimpulkan bahwa untuk penghalang lead memiliki nilai yang lebih besar dibanding dengan penghalang polyethelene, yang artinya jika diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari penghalang lead lebih aman jika digunakan untuk perlindungan dari radioaktif sebagai pelapis dari inti radioaktif tersebut. Dari data yang diperoleh juga dapat disimpulkan bahwa semakin tebal penghalangnya maka semakin kecil cacah / intensitas yang tertera pada counter, dan sebaliknya semakin tipis penghalangnya maka semakin besar cacah yang tertera pada counter. Dan tentunya nilai cacah yang diperoleh saat sebelum diberi penghalang dan setelah diberi penghalang berbeda, yaitu setelah diberi penghalang nilainya akan semakin kecil. Karena penghalang tersebut berfungsi untuk menghalangi atau mengurangi radiasi dari sumber radioaktif.

Untuk percobaan yang kedua, yaitu efisiensi detector GM yang dilakukan adalah memvariasi jarak antara detector dengan sumber radioaktif (R) . Dari percobaan ini diperoleh 5 data dari 5 variasi jarak yaitu dari jarak 5,4 x 10-2 m sampai 9,4 x 10-2 m dengan selisih 1 x 10-2 m. Selanjutnya adalah menghitung nilai efisiensi detector GM () dengan persamaan berikut : = ( cacah yang ditangkap detector . r2/cacah yang dipancarkan sumber radioaktif . 4R2) x 100% At = A0 . e-t = 0,693/T1/2 dimana, A0 : aktivitas : konstanta peluruhan T1/2: waktu paroh t : selang waktu yang digunakan r : jari-jari detector R : jarak antara detector dengan sumber radioaktif Dari percobaan ini diperoleh nilai rata-rata , untuk Co-60 rata-rata = 1,80% dan untuk Cs137 rata-rata = 0,89%. Sedangkan dari data dan perhitungan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa semakin panjang jarak antara detector dengan sumber radioaktif maka semakin semakin kecil nilai efisiensi detector (), hal ini juga dapat dilihat dari nilai cacah yang juga semakin kecil. Dan sebaliknya semakin pendek jarak antara detector dengan sumber radioaktif maka semakin besar nilai efisiensi detektornya () dan dapat pula dilihat dari nilai cacahnya yang juga semakin besar. Hal ini dikarenaka apabila jarak antara detector dengan sumber radioaktif semakin panjang sedangkan jari-jari detector sama, akan menyebabkan radiasi dari benda lain yang berupa gelombang elektromagnetik akan ikut terdeteksi oleh detector tersebut. Hal inilah yang mempengaruhi nilai efisiensi detector.

BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN 1. Efisiensi dalam hal ini berarti kuantitas yang menyatakan fraksi parikel radiasi ( dari keseluruhan partikel yang datang ke arah detektor ) yang tercacah oleh detektor. 2. Nilai Efisiensi berbanding terbalik dengan jarak, yaitu jarak antara detektor dan sumber radiasi.

DAFTAR PUSTAKA Akhadi, Mukhlis. 2007. Puslitbang Keselamatan Radiasi dan Biomedika. Badan Tenaga Nuklir Naisonal. Jakarta. Beiser, A. 1983. Konsep Fisika Modern. Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga Irwan, Dimas. 2002. Karakteristik Detektor Proporsional 4. Jurusan Fisika FMIPA UNS. Krane, K. 1992. Fisika Modern (terjemahan oleh Hans J. Wospakrik dan Sofia Niksolihin). Jakarta : Salemba, Universitan Indonesia. Price, William J.Nuclear Radiation Detection. Ilnd Edition, Mc.Graw Hill Book Corporation.New York. Tipler, Paul A. 2001b. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jilid 2. Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.

Você também pode gostar