Você está na página 1de 12

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG KEBERLANGSUNGAN KEGIATAN EKONOMI DARI PINJAMAN DANA BERGULIR (Studi Kasus

: Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Kelurahan Pancoran Mas, Kota Depok) Ade Andriyani1 Tety Elida2 Beny Susanti3
1

Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Email : dejan5_adriana@yahoo.co.id 2,3 Staff Pengajar Universitas Gunadarma Email : 2tety@staff.gunadarma.ac.id 3 bsanti@staff.gunadarma.ac.id ABSTRAK

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan salah satu program nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia dalam rangka menanggulangi persoalan kemiskinan yang terjadi di masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan. Dengan masyarakat sebagai pelaku utama dalam program ini, berarti partisipasi masyarakat mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan dan keberlanjutan program P2KP tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung kegiatan ekonomi P2KP dan mengetahui indikator yang belum terpenuhi oleh masyarakat sebagai wujud partisipasinya.Pengumpulan data menggunakan kuesioner, yang disebarkan kepada 81 orang responden yang meminjam dana bergulir P2KP. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa besarnya tingkat partisipasi masyarakat Kelurahan Pancoran Mas adalah cukup aktif dengan persentase sebesar 72,89%. Dan tidak ada indikator yang belum terpenuhi oleh masyarakat Kelurahan Pancoran Mas, karena semuanya di atas rata-rata (>60%). Kata Kunci : Tingkat Partisipasi Masyarakat, P2KP PENDAHULUAN Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani, khususnya di wilayah perkotaan pinggiran. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan salah satu program nasional yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia dalam rangka menanggulangi persoalan kemiskinan yang terjadi di masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan. Upaya-upaya tersebut diletakkan dan dipercayakan kepada masyarakat (seluruh warga peserta P2KP), dengan dukungan fasilitasi dari pemerintah, pihak swasta dan organisasi masyarakat sipil lainnya.

P2KP menerapkan konsep pemberdayaan dengan menekankan pada pendekatan komunitas dan bertumpu pada pengembangan manusia, karena upaya pengentasan kemiskinan yang berkelanjutan akan dapat diwujudkan dengan lebih memberdayakan komunitas itu sendiri, khususnya komunitas di tingkat kelurahan/kecamatan. Hal tersebut dilakukan melalui penguatan kelembagaan komunitas yang disebut dengan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), dan dengan membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Penguatan kelembagaan pembangunan masyarakat dilaksanakan dengan menggunakan model pembangunan partisipatif yang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas masyarakat dan kemampuan aparat birokrasi dalam menjalankan fungsi lembaga pemerintahan yang berorientasi pada kepentingan rakyat. Dengan masyarakat sebagai pelaku utama dalam program ini, berarti partisipasi masyarakat mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan dan keberlanjutan program P2KP tersebut. Apabila masyarakat berpartisipasi aktif, maka diharapkan pada kegiatan selanjutnya masyarakat bisa melakukannya atas kemauannya sendiri dan dengan kemampuannya sendiri. Dua prinsip inilah yang menjadi inti dari konsep pemberdayaan oleh P2KP, yaitu partisipatif dan kemandirian. Sesuai dengan visi dan misi kota Depok, yang ditujukan untuk mensejahterakan warganya dengan mengembangkan perekonomian masyarakat dan dunia usaha, program P2KP telah digulirkan kepada sejumlah UKM di kota ini. Dengan adanya BKM (sebagai penghubung antara pemerintah dengan masyarakat), maka partisipasi masyarakat melalui keikutsertaan mereka sebagai anggota KSM dalam pelaksanaan pinjaman bergulir pada P2KP sangatlah diharapkan. Apabila kedua prinsip dalam P2KP (partisipatif dan kemandirian) dapat dicapai, maka akan mudah untuk mewujudkan pembangunan Kota Depok yang berkelanjutan. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya tingkat partisipasi masyarakat Kelurahan Pancoran Mas, dan mengetahui indikator yang belum terpenuhi oleh mereka, sebagai wujud partisipasi mereka terhadap keberlangsungan kegiatan ekonomi dari P2KP. TINJAUAN PUSTAKA Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) P2KP muncul akibat adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998. Sekitar 150 (50%) Daerah Tingkat II (kota/kabupaten) pada waktu itu dilaporkan juga terjadi kasus-kasus rawan gizi, angka pengangguran meningkat hingga 13,8 juta jiwa, dan semua ini sangat dirasakan dampaknya yang terjadi (terutama) diwilayah perkotaan (Kusuma,2006). P2KP adalah suatu upaya untuk meningkatkan tingkat kesejahteraaan masyarakat dengan menggunakan paradigma dan pemahaman baru, dengan lebih mengedepankan pemberdayaan masyarakat secara keseluruhan khususnya di tujukan kepada masyarakat miskin di perkotaan. Program ini mempunyai visi dan misi sebagai berikut : a) Visi P2KP : Terwujudnya masyarakat madani, yang maju, mandiri, dan sejahtera dalam lingkungan permukiman sehat, produktif dan lestari. b) Misi P2KP : Membangun masyarakat yang mampu menjalin kebersamaan dan sinergi dengan pemerintah maupun kelompok setempat dalam menanggulangi kemiskinan. Mewujudkan lingkungan yang tertata, sehat, produktif dan berkelanjutan.

Partisipasi Masyarakat Menurut Syahyuti (2005), partisipasi adalah proses tumbuhnya kesadaran terhadap kesalinghubungan di antara stakeholders yang berbeda dalam masyarakat, yaitu antara kelompok-kelompok sosial dan komunitas dengan pengambil kebijakan dan lembaga-lembaga jasa lain. Partisipasi didefinisikan sebagai proses dimana seluruh pihak dapat membentuk dan terlibat dalam seluruh inisitaif pembangunan. Maka, pembangunan yang partisipatif (participatory development) adalah proses yang melibatkan masyarakat secara aktif dalam seluruh keputusan substansial yang berkenaan dengan kehidupan mereka. Secara harfiah, partisipasi dapat diartikan sebagai ikut sertanya seseorang atau kelompok dalam suatu kegiatan tertentu. Sedangkan partisipasi warga adalah suatu bentuk keikutsertaan langsung warga dalam pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka (Suhirman,2004). Dalam Pedoman Umum P2KP, partisipasi berarti melibatkan seluruh komponen masyarakat, yang dibangun dengan menekankan pengambilan keputusan oleh warga, mulai dari tataran ide, perencanaan, pengorganisasian, pemupukan sumber daya, pelaksanaan, evaluasi dan pemeliharaan. Sedangkan yang dimaksud dengan masyarakat dalam P2KP adalah seluruh warga kelurahan peserta P2KP baik yang kaya maupun yang miskin, kaum minoritas, pendatang dan penduduk asli setempat -, yang setelah melalui proses pemberdayaan dapat menyadari dan memahami kondisi kelurahan mereka serta persoalan kemiskinan yang masih dihadapi dan sepakat perlunya mengorganisasi diri untuk menanggulangi persoalan kemiskinan tersebut secara sistematik. Penyediaan Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Yang diperbolehkan dibiayai oleh BLM dalam Pedoman Umum P2KP adalah : 1. Stimulan Keswadayaan Masyarakat (Insentif Hibah) : Kegiatan santunan sosial untuk fakir miskin, orang jompo, dan anak yatim piatu. Sebagian dana BLM harus dialokasikan untuk kegiatan santunan dan kesejahteraan lingkungan, perbaikan sekolah dasar, sosial, dan kesehatan sanitasi. Usulan kegiatan di bidang pendidikan dan kesehatan harus sesuai dengan Rencana Induk Pendidikan dan Kesehatan di kota/ kabupaten bersangkutan. Kegiatan yang sifatnya membangun kapasitas dan daya saing kelompok masyarakat (pelatihan kelompok dll). 2. Pinjaman Bergulir : Menurut H. Simanjuntak, et. al (2007), yang dikatakan dana bergulir adalah dana yang dipinjam untuk dikelola dan digulirkan kepada masyarakat pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran yang bertujuan meningkatkan ekonomi rakyat dan tujuan lainnya. Pinjaman ini ditujukan untuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang membutuhkan dana untuk kegiatan usaha produktif, dengan batas maksimal pinjaman pertama kali adalah Rp 500 ribu. Sedangkan batas maksimal pinjaman untuk tahap berikutnya adalah Rp 2 juta. Penetapan Indikator Indikator adalah karakteristik yang dapat diamati secara tidak langsung dan digunakan sebagai definisi operasional dari variabel. Dari indikator tersebut, kemudian diturunkan ke dalam tolok ukur yang diamati dan diukur secara langsung. Dalam Pedoman Umum P2KP, indikator tingkat partisipasi masyarakat terdiri dari:

Sosialisasi; yaitu dengan pemberian informasi kepada masyarakat mengenai program P2KP. 2. Focus Group Discussion (FGD); yaitu dengan melakukan diskusi mengenai persepsi masyarakat mengenai P2KP. 3. Pemetaan Swadaya (PS); dilakukan dengan melakukan pertemuan untuk merumuskan persoalan kemiskinan dan potensi yang dimiliki. 4. Pengorganisasian Masyarakat dan Pembentukan BKM; warga diminta untuk memilih dan memutuskan sendiri perlu tidaknya berorganisasi untuk menangani persoalan kemiskinan secara sistematik. 5. Perencanaan Partisipatif; yaitu serangkaian kegiatan pertemuan untuk menghasilkan rencana atau program penanggulangan kemiskinan. 6. Pengorganisasian Kelompok (KSM); dilakukan dengan melakukan serangkaian kegiatan untuk membangun KSM. 7. Penyusunan dan Pengajuan Usulan Kegiatan; dengan melakukan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh KSM difasilitasi oleh kader masyarakat dan fasilitator. 8. Penilaian Usulan Kegiatan; Unit Pengelola Keuangan (UPK) BKM menilai proposal kegiatan yang diajukan ke BKM untuk mendapatkan akses dana BLM. 9. Penetapan Prioritas Usulan Kegiatan; yang dilakukan oleh BKM dengan mengadakan rapat anggota untuk menyusun prioritas dari usulan KSM. 10. Penyaluran Dana; KSM yang usulan kegiatannya telah dinilai layak dan disetujui prioritas pendanaannya oleh BKM mendapatkan bantuan dana BLM. 11. Pendampingan dan Pengawasan; adalah mengenai kegiatan yang dilakukan pendamping masyarakat.
1.

METODE PENELITIAN Objek Penelitian Yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah anggota KSM yang memperoleh pinjaman dana bergulir P2KP pada BKM Bina Budi Mulya yang berlokasi di kelurahan Pancoran Mas, Depok. Sampel yang digunakan adalah sebanyak 81 responden, yang diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Jonathan Sarwono,2006): N n= N (d ) 2 + 1 dimana : n : Sampel d : Derajat Kebebasan (digunakan 10%) N : Populasi (sebanyak 415)

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Indikator yang digunakan dalam menentukan tingkat partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut :

Tabel 1 Tolok Ukur Partisipasi Masyarakat Terhadap P2KP


Indikator Sosialisasi P2KP kepada Masyarakat Tolok Ukur Masyarakat mencari tahu informasi mengenai P2KP. Informasi mengenai P2KP didapatkan melalui kelurahan atau RT/RW setempat. Pemberitahuan mengenai adanya P2KP bagi masyarakat dilakukan secara jelas. Kemudahan dalam permohonan pengajuan dana. Prosedur dalam mendapatkan modal usaha dari P2KP. Adanya P2KP membantu pemecahan masalah usaha yang dihadapi anggota. Dana yang digunakan sebagai modal usaha adalah milik pribadi. Tempat yang digunakan untuk berusaha adalah milik pribadi. Alat usaha yang digunakan dalam menjalankan usaha adalah milik pribadi. Peran pendampingan kelompok. Peningkatan keterampilan anggota kelompok dengan pendampingan yang diberikan. Fasilitator mudah ditemui oleh anggota KSM. Proses pencairan dana cepat. Dana yang dicairkan sesuai dengan jumlah yang diminta. Dana bergulir P2KP hanya diberikan bagi masyarakat yang memiliki usaha. Besarnya cicilan untuk pengembalian dana, sesuai dengan kemampuan anggota.

Pengorganisasian Kelompok (KSM)

Tersedianya Aset Usaha yang Dimiliki Anggota

Pendampingan oleh Fasilitator

Penyaluran Dana BLM

Kuesioner yang diberikan kepada responden, berupa pernyataan tertutup mengenai partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan P2KP di kecamatan Pancoran Mas, Depok. Setiap pernyataan yang diajukan, responden hanya perlu menjawab 1 (satu) dari pilihan jawaban yang tersedia. Butir-butir pernyataan yang diajukan mengacu pada tolok ukur yang telah ditetapkan sebelumnya. Jawaban-jawaban yang tercantum dalam kuesioner mengacu pada skala likert, di mana dari masing-masing jawaban diberi skor sebagai berikut : Tabel 2 Alternatif Jawaban Responden dan Skor Penilaian
Pilihan Jawaban Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Tidak Ada Pendapat Setuju Sangat Setuju Skor Masing-masing Pernyataan Pernyataan Pernyataan Positif Negatif 1 5 2 4 3 3 4 2 5 1

Sedangkan data berupa Laporan Auditor dan Keuangan pelaksanaan kegiatan P2KP di Pancoran Mas juga diperlukan, untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan jumlah besarnya dana yang dicairkan, serta jumlah KSM yang mengikuti P2KP.

Metode Analisis Sebelum dilakukan analisis terhadap indikator yang digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba tolok ukur yang akan digunakan dalam kuesioner. Dalam hal ini digunakan uji validitas dan reliabilitas. Untuk mempermudah dalam pengolahan data, peneliti menggunakan bantuan program SPSS 17.0 pada pengujian ini. a. Uji validitas, digunakan untuk menyampaikan sejauh mana data yang ditampung pada suatu kuesioner dapat mengukur apa yang ingin diukur (Husein Umar,2002). Menurut Azuar Juliandi (2007), data dikatakan valid apabila: r hitung pada kolom corrected item-total correlation r tabel b. Uji reliabilitas, digunakan untuk menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran relatif konsisten apabila digunakan berulang kali (Husein Umar, 2004). Menurut Azuar Juliandi (2007), data dapat dikatakan reliabel (dapat dipercaya) apabila: cronbachs alpha 0,60 Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, selanjutnya adalah menganalisis data yang telah didapatkan dengan mengggunakan model analisis deskriptif. Model analisis ini menjelaskan pernyataan responden dengan mendeskripsikannya melalui penggunaan tabel, dan pengukurannya menggunakan skala likert. Berdasarkan hal tersebut, maka jumlah skor dari seluruh responden adalah: Tabel 3 Jumlah Skor Seluruh Responden
Keterangan Maksimal Minimal Median Kuartil I Kuartil III Jumlah Skor 81 (responden) x 5 = 405 81 (responden) x 1 = 81 81 (responden) x 3 = 243 81 (responden) x 2 = 162 81 (responden) x 4 = 324

Jumlah skor tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan beberapa pendekatan (Sugiyono,2008), untuk menentukan seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat, sebagai berikut : a. Jika Kuartil III < Skor < Maksimal; artinya sangat positif (partisipasi masyarakat dinilai aktif). b. Jika Median < Skor < Kuartil III; artinya positif (partisipasi masyarakat dinilai cukup aktif). c. Jika Kuartil I < Skor < Median; artinya negatif (partisipasi masyarakat dinilai kurang aktif). d. Jika Minimal < Skor < Kuartil I; artinya sangat negatif (partisipasi masyarakat dinilai tidak aktif). Apabila dipersentasekan, maka besarnya tingkat partisipasi masyarakat dapat dihitung berdasarkan rumusan sebagai berikut :
Tingkat Partisipasi =

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Hasil uji validitas kuesioner dengan menggunakan bantuan SPSS 17.0 menunjukkan bahwa nilai dari ke-16 pertanyaan yang diajukan dengan nilai r tabel sebesar 0,361 (N=30 dan =5%) adalah valid (nilai Corrected Item-Total Correlation 0,361). Hasil ini menunjukkan bahwa kuesioner yang digunakan sungguh-sungguh dapat mengukur indikator yang memang ingin diukur dalam penelitian ini, yaitu sosialisasi P2KP kepada masyarakat, pengorganisasian kelompok (KSM), tersedianya aset usaha yang dimiliki anggota, pendampingan oleh fasilitator, dan penyaluran dana BLM. Sedangkan hasil pengujian reliabilitas kuesioner yang juga dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 17.0, menunjukkan bahwa besarnya Cronbachs (Alpha) adalah sebesar 0,773. Karena nilai alpha 0,60, maka dapat dikatakan bahwa kuesioner tersebut memiliki kapabilitas, keterpercayaan, dan ketepatan untuk digunakan dalam penelitian ini. Pengukuran Tingkat Partisipasi Masyarakat Pada bagian ini akan diukur mengenai tingkat partisipasi masyarakat berdasarkan tolok ukur yang ada pada masing-masing indikator. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan Microsoft Excel, untuk mempermudah pengolahan data. Berikut adalah penjelasannya : I. Sosialisasi P2KP kepada Masyarakat Indikator ini memiliki tiga tolok ukur, yaitu masyarakat mencari tahu sendiri informasi mengenai P2KP, informasi mengenai P2KP didapatkan melalui kelurahan atau RT/RW setempat, dan pemberitahuan mengenai adanya P2KP diberitahukan secara jelas. Berikut adalah perhitungan dari tiap tolok ukur tersebut : Tabel 4 Indikator Sosialisasi P2KP kepada Masyarakat
Tolok Ukur Masyarakat mencari informasi mengenai P2KP Informasi P2KP dari kelurahan atau RT/RW Pemberitahuan mengenai P2KP jelas Total Rata-rata Sumber : Hasil Perhitungan Kuesioner No 1. 2. 3. Skor 136 336 279 751 250,33 Median 243 243 243 243

Masyarakat diberitahukan mengenai P2KP secara terbuka, melalui RT/RW, berdasarkan surat edaran yang diperoleh dari kelurahan setempat. Hal ini didukung pula oleh hasil perhitungan tolok ukur ini, sebesar 336. Pemberitahuannya-pun dirasa cukup jelas, dengan perolehan skor yang didapatkan sebesar 279. Diketahui bahwa sebagian besar dari responden sebelumnya tidak pernah mencari informasi tentang upaya bantuan dari pemerintah tentang pengembangan usaha mereka, didukung oleh skor yang didapatkan yaitu sebesar 136. Berdasarkan keterangan di lapangan, rata-rata mereka diberitahu oleh Ketua RT/RW setempat atau petugas dari kelurahan, yang mendatangi mereka dari rumah ke rumah. Hanya sedikit dari mereka yang kemudian mencari tahu sendiri informasi mengenai P2KP. Walaupun demikian, secara keseluruhan skor yang diperoleh pada indikator ini adalah sebesar 250,33 (di atas median).

II. Pengorganisasian Kelompok (KSM) Indikator pengorganisasian kelompok (KSM) terkait dengan kegiatan proses seleksi bagi KSM dalam mendapatkan pinjaman dana bergulir. Indikator ini memiliki tiga tolok ukur, yaitu kemudahan dalam permohonan pengajuan dana, prosedur dalam mendapatkan modal usaha, dan kelompok dalam P2KP membantu pemecahan masalah yang dihadapi anggota. Berikut adalah hasil perhitungan dari tiap tolok ukur tersebut : Tabel 5 Indikator Pengorganisasian Kelompok (KSM)
Tolok Ukur Kemudahaan dalam perolehan dana Prosedur dalam mendapatkan modal usaha P2KP P2KP membantu memecahkan masalah yang dihadapi anggota Total Rata-rata Sumber : Hasil Perhitungan Kuesioner No 1. 2. 3. Skor 330 337 318 985 328,33 Median 243 243 243 243

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa dalam tatacara permohonan pengajuan dana dan prosedur mendapatkan modal usaha dari P2KP tidak menyulitkan anggota. Proses seleksi yang dilakukan oleh BKM secara umum dimulai dengan mengisi formulir permohonan, kemudian UPK memeriksa ke lapangan apakah memang yang bersangkutan mempunyai usaha atau tidak. Jika hasil temuan positif, permohonan akan di berikan dengan mempertimbangkan besar pengajuan dana dan kondisi keuangan BKM saat itu. Pernyataan tersebut didukung pula oleh skor yang didapatkan dari kedua tolok ukurnya, yaitu sebesar 330 dan 337. Sedangkan dalam memecahkan masalah, hampir semua responden berpendapat bahwa keberadaan P2KP dapat membantu memecahkan masalah modal usaha anggota KSM. Dengan adanya P2KP, mereka merasakan bahwa permasalahan kesulitan permodalan mereka dalam menjalankan usaha sudah mulai teratasi. Hal ini juga didukung oleh skor yang diperoleh yaitu sebesar 318. Dan dari keseluruhan tolok ukur ini, maka skor yang diperoleh untuk indikator pengorganisasian kelompok (KSM) ini adalah sebesar 328,33. III. Tersedianya Aset Usaha yang Dimiliki Anggota Dalam pengukuran ini, peneliti menetapkan tiga hal yang dikatakan sebagai aset usaha yang digunakan oleh anggota dalam menjalankan kegiatan usahanya. Pertama, dilihat dari modal usaha yang digunakan, kemudian tempat yang digunakan untuk menjalankan usaha, dan alat usaha yang digunakan. Wujud partisipasinya adalah dilihat dari kepemilikan mereka terhadap aset-aset usaha tersebut. Hasil perhitungan dari masing-masing tolok ukur ini adalah sebagai berikut : Tabel 6 Indikator Tersedianya Aset Usaha yang Dimiliki Anggota
Tolok Ukur Dana untuk modal usaha adalah milik pribadi Tempat untuk usaha adalah milik pribadi Alat untuk menjalankan usaha adalah milik pribadi Total Rata-rata Sumber : Hasil Perhitungan Kuesioner No 1. 2. 3. Skor 381 318 390 1089 363 Median 243 243 243 243

Tersedianya aset usaha yang dimiliki secara pribadi (tidak meminjam, menyewa, dsb), dimaksudkan untuk memperlancar usaha mereka dan tidak menghambat jalannya usaha. Dari hasil kuesioner didapatkan bahwa dari ketiga aset yang dimaksud, ketiganya menunjukkan bahwa masyarakat memiliki sendiri aset usahanya. Hal ini dapat dilihat dari perolehan tiap-tiap tolok ukur yang ada, yaitu sebesar 381,318, dan 390. Sehingga perolehan skor indikator ini sangat positif, yaitu sebesar 363. Dengan memiliki aset usaha sendiri, dirasa sangat positif untuk keberlangsungan usaha mereka dikemudian hari. IV. Pendampingan oleh Fasilitator Pada indikator ini, digunakan tiga tolok ukur yaitu peran pendampingan kelompok, peningkatan keterampilan anggota dengan keterampilan yang diberikan, dan keberadaan fasilitator. Hasil perhitungan terhadap ketiga tolok ukur tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 7 Indikator Pendampingan oleh Fasilitator
Tolok Ukur Peran pendampingan kelompok Peningkatan keterampilan anggota dengan pendampingan Fasilitator mudah ditemui oleh anggota KSM Total Rata-rata Sumber : Hasil Perhitungan Kuesioner No 1. 2. 3. Skor 255 246 231 732 244 Median 243 243 243 243

Fasilitator adalah orang yang memberikan bantuan dalam memperlancar proses komunikasi sekelompok orang, sehingga mereka dapat memahami atau memecahkan masalah bersama-sama. Sedangkan pendampingan oleh fasilitator diwujudkan dalam bentuk penugasan konsultan dan fasilitator beserta dukungan dana operasional guna mendampingi dan memberdayakan masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di kelurahan masing-masing. Jenis kegiatan pendampingan mencakup pertemuan, musyawarah, diskusi ditingkat komunitas kelurahan/desa dan kecamatan baik dalam pengambilan keputusan maupun penyebarluasan informasi serta survey swadaya, termasuk pula di dalamnya identifikasi calon penerimaan bantuan, analisis, dan penulisan laporan. Dari hasil yang diperoleh, skor yang didapatkan dari peran fasilitator dan peningkatan keterampilan melalui pendampingan hanya berkisar pada angka rata-rata, yaitu sebesar 255 dan 246. Hal ini didukung oleh skor tolok ukur keberadaan fasilitator yang hanya sebesar 231. Kehadiran fasilitator masih dirasakan kurang, dan kegiatan pelatihan yang selama ini dilakukan dirasakan belum dapat meningkatkan keterampilan anggota dari sisi administrasi maupun kemampuan mengelola usaha. Dan secara keseluruhan skor yang diperoleh untuk indikator ini sebesar 244, dan masih berkisar di atas rata-rata. V. Penyaluran Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Pada indikator ini digunakan empat tolok ukur, yaitu proses pencairan dana cepat, dana yang dicairkan sesuai dengan jumlah yang diminta, dana bergulir hanya diberikan bagi yang memiliki usaha, dan besarnya pengembalian dana sesuai dengan kemampuan anggota. Hasil perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 8 Indikator Penyaluran Dana BLM


Tolok Ukur Proses pencairan dana cepat Dana yang dicairkan sesuai dengan yang diminta Dana BLM hanya diberikan bagi yang memiliki usaha Besarnya cicilan sesuai dengan kemampuan anggota Total Rata-rata Sumber : Hasil Perhitungan Kuesioner No 1. 2. 3. 4. Skor 304 307 319 232 1162 290,5 Median 243 243 243 243 243

Sebagai bentuk bantuan dana yang diberikan, BLM ini bersifat stimulan dan sengaja disediakan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berlatih dengan mencoba melaksakan sebagian rencana kegiatan penanggulangan kemiskinan yang telah direncanakan. KSM yang dapat menerima dana bergulir adalah: a. KSM baru yang belum pernah memperoleh pembiayaan P2KP baik untuk kepentingan usaha/ ekonomi maupun untuk prasarana pisik (prioritas). b. KSM lama yang sudah melunasi pinjaman dan mempunyai catatan pengembalian yang baik dan masih membutuhkan modal untuk pengembalian lebih lanjut. c. KSM lama dimana pencairan tahap sebelumnya belum dapat memenuhi pelayanan pinjaman kepada semua anggotanya. d. Selain hal tersebut di atas, dana bergulir dapat dipergunakan untuk kepentingan pelatihan baik berupa hibah maupun berupa pinjaman, tergantung jenis, tujuan serta penerima manfaat tujuan tersebut. Hal ini diusulkan oleh KSM sesuai dengan aturan yang ada di dalam manual. Pernyataan tersebut di atas, didukung pula oleh skor yang didapatkan oleh tolok ukur no. 1-3, yaitu sebesar 304, 307 dan 319. Namun dilihat dari pengukuran terhadap keempat tolok ukur tersebut, dapat diketahui bahwa besarnya cicilan dalam pengembalian dana memiliki skor yang terendah yaitu sebesar 232. Hal ini dapat diartikan bahwa besarnya cicilan yang dibayarkan dirasa memberatkan para anggota. Walaupun demikian, skor rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 290,5, dan berada di atas rata-rata. Tingkat Partisipasi Masyarakat Dari hasil pengukuran tingkat partisipsi masyarakat yang dilakukan pada setiap tolok ukur yang ada, kita dapat mengetahui berapa skor yang diperoleh oleh masingmasing indikator. Berdasarkan hasil tersebut, kita juga dapat mengetahui seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat, dengan melihat skor keseluruhan yang diperoleh berdasarkan indikator-indikator yang ada, dengan melihat diagram berikut ini :

Gambar 4.1 Skor Indikator Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Mendukung Kegiatan Ekonomi di Kelurahan Pancoran Mas
Sumber : Pengukuran Tingkat Partisipasi Masyarakat (4.2)

Dari diagram tersebut dapat diketahui bahwa skor masing-masing indikator yang ada yaitu sosialisasi P2KP kepada masyarakat (250,33), pengorganisasian kelompok (KSM) (328,33), tersedianya aset usaha yang dimiliki anggota (363), pendampingan oleh fasilitator (244), dan penyaluran dana BLM (290,5) berada pada area di atas median (lebih dari 243). Hal ini menunjukan bahwa dari semua indikator yang ada, sudah dapat dipenuhi oleh masyarakat Kelurahan Pancoran Mas sebagai wujud partisipasi mereka dalam mendukung keberlangsungan kegiatan ekonomi P2KP. Untuk mengetahui besarnya tingkat partisipasi masyarakat, dapat dilihat dari skor keseluruhan yang diperoleh. Pada diagram tersebut terlihat bahwa skor keseluruhan yang diperoleh adalah sebesar 295,23. Skor tersebut berada diantara area median dan kuartil III, atau pada area positif. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi masyarakat Pancoran Mas dalam mendukung keberlangsungan kegiatan ekonomi dari P2KP dapat dikatakan cukup aktif. Apabila dipersentasekan, maka besarnya tingkat partisipasi adalah : Tingkat Partisipasi = = = 72,89% Hal ini menunjukan bahwa tingkat partisipasi mereka sudah cukup positif dalam mendukung keberlangsungan kegiatan ekonomi dari P2KP.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat Kelurahan Pancoran Mas dalam mendukung keberlangsungan kegiatan ekonomi dari pinjaman dana bergulir P2KP, dalam bentuk indikator-indikator yaitu sosialisasi P2KP kepada masyarakat, pengorganisasian kelompok (KSM), tersedianya aset usaha yang dimiliki anggota, pendampingan oleh fasilitator, dan penyaluran dana BLM adalah cukup aktif. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan persentase keseluruhan yang didapatkan yaitu sebesar 72,89%. Dan tidak ada indikator yang belum terpenuhi oleh masyarakat Kelurahan Pancoran Mas, kerena semuanya bernilai diatas rata-rata (>60%). Saran Apabila ada pihak lain yang ingin melakukan penelitian sejenis, maka untuk mendukung dan melanjutkan penelitian yang telah dilakukan, alangkah baiknya apabila penelitian yang anda lakukan mencakup perbandingan tingkat partisipasi masyarakat di kelurahan yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Juliandi, Azuar. 2007. Teknik Pengujian Validitas dan Reliabilitas. http://www.azuarjuliandi.com/elearning/. Agustus 2009. Kusuma, Sonny. 2006. Konsep Dasar P2KP. http://p2kp-urbanpoverty.blogspot.com/. Mei 2009. P2KP. 2004. Pedoman Umum P2KP. http://www.p2kp.org/pustakadetil.asp? mid=1&catid=1&. Mei 2009. Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu. Yogyakarta. Simanjuntak, Bintar H., et. al. 2008. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 07 : Akuntansi Dana Bergulir. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. Jakarta. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. Suhirman. 2004. Kerangka Hukum dan Kebijakan Tentang Partisipasi Warga Di Indonesia. Laporan Penelitian Independen, The Ford Foundation. Bandung. Syahyuti. 2005. Partisipasi. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Umar, Husein. 2002. Metode Riset Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Você também pode gostar