Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Laporan Kasus
Identitas Pasien
Nama: An. B Umur : 11 tahun Jenis Kelamin : laki - laki Pekerjaan Suku : Jawa Alamat : kertaharja 06/02, Kramat, Tegal Ruangan: Poli Anak Tanggal masuk rs : : Agama : Islam
Umur
40 tahun
38 tahun
Pekerjan
Pegawai swasta
Ibu Tangga
Rumah
Pendidikan
SMA
SMA
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara auto dan alloanamnesis kepada pasien dan ayahnya di poli anak RSU kardinah pada tanggal 3 Mei 2013 pukul 10.00 WIB
Keluhan Utama
Sesak
Riwayat Pasien
K Antenatal Ibu Tidak Melahirkan Bayi Ayah laki care memiliki pasien - laki anak tidak lahir masalah pertama ingat langsung kesehatan berat secara menangis, lahir spontan selama dan panjang gerak di kehamilan bidan, aktif. badan bayi BAB lahir cukup dan BAK bulan kurang dari 24
Riwayat Imunisasi
VAKSIN BCG DPT/ DT POLIO CAMPA K HEPATI TIS B 0 bulan 1 bulan 4 bulan 6 bulan 0 bulan 10 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan 1 bulan 2 bulan DASAR (umur) 4 bulan 6 bulan ULANGAN (umur) -
Kesan : Imunisasi dasar lengkap dan selalu mengikuti jadwal imunisasi yang tertera pada KMS
Riwayat keluarga
No usia Jenis Kelamin Hidup Lahir Mati Abortus Mati Keterang an
11 tahun
Laki - laki
Hidup
sakit
10 tahun
Perempua n
Hidup
Sehat
Corak reproduk si
Silsilah Keluarga
Pasien
Perempuan
Laki-laki
Kesan : tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan seperti pasien.
Pemeriksaan Fisik
Dilakukan tanggal 3 Mei2013, pukul 10.00 wib di ruang tunggu poli anak
Kepala Normochepali, ukuran lingkar kepala 55 cm, rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan. Mata Mata cekung (-/-), palpebra oedem (-/-), sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), katarak kongenital (-/-), glaukoma kongenital (-/-) Hidung Nafas cuping hidung (+/+), bentuk normal, sekret (-/-), septum deviasi (-) Telinga Normotia, discharge (-/-) Mulut Sianosis (-), trismus (-), stomatitis (-), bercak-bercak putih pada lidah dan mukosa (-), bibir kering (-), labioschizis (-), palatoschizis (-) Tenggorok Faring tidak hiperemis, T1-T1, tonsil hiperemis (-), detritus (-), granulasi (-). Leher Pendek, pergerakan baik, tumor(-), tanda trauma (-), pembesaran KGB (-)
Status Generalis
Ekstremitas
Deformitas Akral dingin
Tonus oedem
Pemeriksaan Khusus
Data Antopometri Anak laki-laki usia : 11 tahun
Berat badan : 23 kg Panjang badan : 126 cm Pemeriksaan Status Gizi BB/U : 23/37 x 100% = 62% (rendah) TB/U : 126/144 x 100% = 87,5% (tinggi kurang ) BB/TB : 23/27 x 100% = 85,17% (gizi kurang) Kesan : Berat badan rendah, tinggi kurang dan gizi kurang
Deskripsi: CTR < 50% Tampak kalsifiksasi pada daerah hilus, corakan bronkovaskuler normal Kesan: Bekas TB
Perjalanan Penyakit
3 Mei 2013 S: Sesak nafas, batuk, dan demam O: KU: compos mentis, tampak sakit sedang, Sesak nafas (+), tanda dehidrasi (-). TD: Tidak dilakukan pemeriksaan HR: 144 x/mnt S : 37,40C RR :40 x/ menit Kepala: mesocephaly, rambut distribusi merata, hitam tidak mudah tercabut Mata : Konjungtiva pucat -/-, SI-/-, Cekung -/Hidung : nafas cuping hidung (+/+) Mulut: bibir tidak tampak kering Tenggorokan: faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1, tidak hiperemis, tidak ada detritus dan granulasi Thoraks : Cor/ S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo/ gerak nafas simetris kanan dan kiri, SN vesikuler +/+, Ronkhi -/- , Wh +/+, hantaran +/+, Retraksi subcostal (+) dan intercostal (+) Abdomen : datar, supel, Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, thympani, Bising usus (+) 2x/menit, turgor kulit baik. Genitalia: Laki - laki, Testis menggantung,rugae kasar, OUE tidak tampak hiperemis Ekstremitas superior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik Ekstremitas inferior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik A: Asma episodik jarang Gizi kurang P: Rawat jalan, Nebulisasi dengan Combiven (Ipratropium bromide 0,52mg, salbutamol sulfate 3,01); Cefixime syr 2 x cth; ambroxol 15 mg, salbutamol 1,5 mg, m.prednisolon 2 mg sacch as pulv 3 x 1
Asma Diagnosis Panas, Status Banding episodik Gizi batuk, Kurang sesak jarang nafas
Penatalaksanaan
Rawat
Program
Saran
Tinjauan Pustaka
ASMA
ASM A
Gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya.
Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari.
Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.
Etiologi
Secara etiologis asma adalah penyakit yang heterogen, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti genetik (atopik, hipereaktivitas bronkus, jenis kelamin, dan ras) dan faktorfaktor lingkungan (infeksi virus, pajanan dari pekerjaan, rokok, alergen, dan lain-lain). Interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan saling berhubungan
Bakat yang diturunkan Asma Atopi / Alergi Hipereaktifitas bronkus Faktor yang memotifikasi penyakit genetik
Pengaruh lingkungan Alergen Infeksi pernapasan Asap rokok/polusi udara Diet Status ekonomi
Manifestasi Klinis Asma (Perubahan ireversibel pd struktur dan fungsi jalan napas)
Faktor pejamu
Prediposisi genetik Atopi Hiperesponsif jalan napas Jenis kelamin Ras/etnik
Faktor lingkungan - Mempengaruhi berkembangnya asma pada individu dengan predisposisi asma
Alergen di dalam ruangan Mite domestik Alergen binatang Alergen kecoa Jamur (fungi, molds, yeasts) Alergen di luar ruangan Tepung sari bunga Jamur (fungi, molds, yeasts) Bahan di lingkungan kerja Asap rokok Perokok aktif Perokok pasif
Polusi udara - Polusi udara di luar ruangan - Polusi udara di dalam ruangan Infeksi pernapasan Hipotesis higiene Infeksi parasit Status sosioekonomi Besar keluarga Diet dan obat Obesiti
Gambar 4. Hubungan antara inflamasi akut, inflamasi kronik dan airway remodeling dengan gejala klinis
Inflamasi Akut
Inflamasi Kronik
Airway Remodeling
Diagnosis
Etiologi? klinis tidak khas Berat penyakit bervariasi Gejala episodik bervariasi
Under diagnose d
Anamnesa Pemeriksaan fisik Faal paru Lain-lain: uji provokasi bronkus & tes alergi
Diagnos is
Gejala : Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu Respons terhadap pemberian bronkodilator Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit : Riwayat keluarga (atopi) Riwayat alergi / atopi Penyakit lain yang memberatkan Perkembangan penyakit dan pengobatan
Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pemeriksaan fisik dapat normal. Kelainan pemeriksaan fisik yang paling sering ditemukan adalah mengi pada auskultasi.
Spirometri
Manfaat pemeriksaan spirometri dalam diagnosis asma : Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1/ KVP < 75% atau VEP1< 80% nilai prediksi. Reversibiliti, yaitu perbaikan VEP1 15% secara spontan, atau setelah inhalasi bronkodilator (uji bronkodilator), atau setelah pemberian bronkodilator oral 10-14 hari, atau setelah pemberian kortikosteroid (inhalasi/ oral) 2 minggu. Reversibiliti ini dapat membantu diagnosis asma Menilai derajat berat asma
Komplikasi
Status Asmatikus Pneumothorax Kor Pulmonale(
Parameter klinis, kebutuhan obat, dan faal paru Frekuensi serangan Lama serangan
>1x/bulan >1x/minggu
sering Hampir sepanjang tahun, tidak ada periode bebas serangan Biasanya berat Gejala siang dan malam Sangat terganggu Tidak pernah normal Perlu
Intensitas serangan Diantara serangan Tidur dan aktifitas Pemeriksaan fisik diluar serangan Obat pengendali
Tidak perlu
Penatalaksanaan
Pengobatannon-medikamentosa Penyuluhan Menghindari faktor pencetus Pengendali emosi Pemakaian oksigen
Medikamentosa
Pengontrol (Controllers)
Kortikosteroid inhalasi Kortikosteroid sistemik Sodium kromoglikat Nedokromil sodium Metilsantin Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi Agonis beta-2 kerja lama, oral Leukotrien modifiers Antihistamin generasi ke dua (antagonis -H1)
Pelega (Reliever) Agonis beta2 kerja singkat Kortikosteroid sistemik. (Steroid sistemik digunakan sebagai obat pelega bila penggunaan bronkodilator yang lain sudah optimal tetapi hasil belum tercapai, penggunaannya dikombinasikan dengan bronkodilator lain). Antikolinergik Aminofillin Adrenalin
Dosis rendah
Dosis medium
Dosis tinggi
Faal paru (mendekati) normal Variasi diurnal APE < 20% APE (mendekati) normal
Daftar Pustaka
Nastiti N Rahajoe, dkk. RESPIROLOGI ANAK. 2010. Jakarta : UKK Pulmonologi IDAI : 228-240 Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, Prof. dr. Hood Alsagaff, Airlangga University Press, 2002 Hay WW, Levin JM, Sondheimer MJ, Deterding RR. Current Pediatric Diagnosis and Treatment. 17th ed. New York : McGraw-Hill; 2005. Green T, Tanz RR, Franklin W, Pediatrics just the facts.New York : McGraw-Hill;2005. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga,Jilid kedua. Penerbit Media Aesculapius fakultas kedokteran Universitas Indonesia,2001hal 472-479 Barus FA, Yunus F, Wiyono WH. Imunoterapi pada Asma Alergi.Jurnal Cermin Kedokteran. 2003: 141. 39. Global Initiative for Asthma , update December 2011. Available at : http://www.ginasthma.org/uploads/users/files/GINA_Report_2011.pdf Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta. 2004. Danusantoso, Halim. Asthma. Dalam : Ilmu Penyakit Paru. 2000. Jakarta : Hipokrates Ratnawati. J Respir Indones. 2011;31(4):172-5. Available at : http://jurnalrespirologi.org/wp-content/uploads/2012/06/jri-2011-31-4-172.pdf KONSENSUS ASMA. Jakart. 2003. Available at : http://www.klikpdpi.com/konsensus/asma/asma.html Asma Bronkiale. Available at : http://medicastore.com/neo_napacin/asma_bronkial.htm Price SA, Wilson LM. Gangguan Alergi Umum (Diperantai IgE). Dalam :Buku Patofisiologi volume 1. Jakarta. 2006 Rahmawati I, Yunus F, Wiyono WH. Patogenesis dan Patofisiologi Asma.Jurnal Cermin Kedokteran. 2003; 141. 8-9. MorrisMJ.Asthma.[updated2011June13;cited2011June29].Availableat : http://emedicine.medscape.com/article/296301-overview#showall
Terimakasih