Você está na página 1de 50

IDENTIFIKASI FAKTOR BAHAYA DI TEMPAT KERJA

Tugas Makalah A. PENDAHULUAN Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan kerugian kepada : 1) manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan, 2) properti termasuk peratan kerja dan mesin-mesin, 3) lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan, 4) kualitas produk barang dan jasa, 5) nama baik perusahaan. fakta mengenai ergonomi dan K3 internasional atau secara global:

ILO memperkirakan bahwa tiap tahun sekitar 24 juta orang meninggal karena kecelakaan dan penyakit di lingkungan kerja termasuk didalamnya 360.000 kecelakaan fatal dan diperkirakan 1,95 juta disebabkan oleh penyakit fatal yang timbul di ligkungan kerja.

Hal tersebut berarti bahwa pada akhir tahun hampir 1 juta pekerja akan mengalami kecelakaan kerja dan sekitar 5.500 pekerja meninggal akibat kecelakaan atau penyakit di lingkungan kerja.

Dalam sudut pandang ekonomi, 4% atau senilai USD 1,25 Trilyun dari Global Gross Domestic Prodct (GDP) dialokasikan untuk biaya dari kehilangan waktu kerja akibat kecelakaan dan penyakit di lingkungan kerja, kompensasi untuk para pekerja, terhentinya produksi, dan biaya-biaya pengobatan pekerja.

Potensi bahaya kecelakaan kerja diperkirakan menyebabkan 651.000 angka kematian, terutama di negara-negara berkembang. Bahkan angka tersebut mungkin dapat lebih besar lagi jika sistem pelaporan dan notifikasi nya lebih baik.

Data dari sejumlah negara-negara Industri menunjukkan bahwa para pekerja konstruksi memiliki potensi meninggal akibat kecelakaan kerja 3 sampai 4 kali lebih besar.

Penyakit paru paru yang terjangkit pada para pekerja di perusahaan minyak & gas, pertambangan, dan perusahaan perusahaan sejenis, sebagai akibat paparan asbestos, batu bara dan silica, masih menjadi perhatian di negara negara maju dan berkembang. Bahkan kematian akibat kecelakaan kerja dari paparan asbestos saja sudah mencapai angka 100.000 dan selalu bertambah setiap tahunnya.

Data ILO menyebutkan ada 1 juta orang di Asia yang meninggal karena penyakit akibat kerja. "Apa yang terjadi di Asia sekarang adalah yang kami sebut pembunuhan massal sunyi," kata seorang narasumber.

B. IDENTIFIKASI BAHAYA Langkah pertama manajemen risiko kesehatan di tempat kerja adalah identifikasi atau pengenalan bahaya kesehatan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi faktor risiko kesehatan yang dapat tergolong fisik, kimia, biologi, ergonomik, dan psikologi yang terpajan pada pekerja. Untuk dapat menemukan faktor risiko ini diperlukan pengamatan terhadap proses dan simpul kegiatan produksi, bahan baku yang digunakan, bahan atau barang yang dihasilkan termasuk hasil samping proses produksi, serta limbah yang terbentuk proses produksi. Pada kasus terkait dengan bahan kimia, maka diperlukan: pemilikan material safety data sheets (MSDS) untuk setiap bahan kimia yang digunakan, pengelompokan bahan kimia menurut jenis bahan aktif yang terkandung, mengidentifikasi bahan pelarut yang digunakan, dan bahan inert yang menyertai, termasuk efek toksiknya. Ketika ditemukan dua atau lebih faktor risiko secara simultan, sangat mungkin berinteraksi dan menjadi lebih berbahaya atau mungkin juga menjadi kurang berbahaya. Sebagai contoh, lingkungan kerja yang bising dan secara bersamaan terdapat pajanan toluen, maka ketulian akibat bising akan lebih mudah terjadi. Penilaian Pajanan Proses penilaian pajanan merupakan bentuk evaluasi kualitatif dan kuantitatif terhadap pola pajanan kelompok pekerja yang bekerja di tempat dan pekerjaan tertentu dengan jenis pajanan risiko kesehatan yang sama. Kelompok itu dikenal juga dengan similar exposure group (kelompok pekerja dengan pajanan yang sama). Penilaian pajanan harus memenuhi

tingkat akurasi yang adekuat dengan tidak hanya mengukur konsentrasi atau intensitas pajanan, tetapi juga faktor lain. Pengukuran dan pemantauan konsentrasi dan intensitas secara kuantitatif saja tidak cukup, karena pengaruhnya terhadap kesehatan dipengaruhi oleh faktor lain itu. Faktor tersebut perlu dipertimbangkan untuk menilai potensial faktor risiko (bahaya/hazards) yang dapat menjadi nyata dalam situasi tertentu. Risiko adalah probabilitas suatu bahaya menjadi nyata, yang ditentukan oleh frekuensi dan durasi pajanan, aktivitas kerja, serta upaya yang telah dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian tingkat pajanan. Termasuk yang perlu diperhatikan juga adalah perilaku bekerja, higiene perorangan, serta kebiasaan selama bekerja yang dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan. Karakterisasi Risiko Tujuan langkah karakterisasi risiko adalah mengevaluasi besaran (magnitude) risiko kesehatan pada pekerja. Dalam hal ini adalah perpaduan keparahan gangguan kesehatan yang mungkin timbul termasuk daya toksisitas bila ada efek toksik, dengan kemungkinan gangguan kesehatan atau efek toksik dapat terjadi sebagai konsekuensi pajanan bahaya potensial. Karakterisasi risiko dimulai dengan mengintegrasikan informasi tentang bahaya yang teridentifikasi (efek gangguan/toksisitas spesifik) dengan perkiraan atau pengukuran intensitas/konsentrasi pajanan bahaya dan status kesehatan pekerja. Penilaian Risiko Rincian langkah umum yang biasanya dilaksanakan dalam penilaian risiko meliputi : 1. Menentukan personil penilai Penilai risiko dapat berasal dari intern perusahaan atau dibantu oleh petugas lain diluar perusahaan yang berkompeten baik dalam pengetahuan, kewenangan maupun kemampuan lainnya yang berkaitan. Tergantung dari kebutuhan, pada tempat kerja yang luas, personil penilai dapat merupakan suatu tim yang terdiri dari beberapa orang. 2. Menentukan obyek/bagian yang akan dinilai Obyek atau bagian yang akan dinilai dapat dibedakan menurut bagian / departemen, jenis pekerjaan, proses produksi dan sebagainya. Penentuan obyek ini sangat membantu dalam sistematika kerja penilai. 3. Kunjungan / Inspeksi tempat kerja

Kegiatan ini dapat dimulai melalui suatu walk through survey / Inspection yang bersifat umum sampai kepada inspeksi yang lebih detail. Dalam kegiatan ini prinsip utamanya adalah melihat, mendengar dan mencatat semua keadaan di tempat kerja baik mengenai bagian kegiatan, proses, bahan, jumlah pekerja, kondisi lingkungan, cara kerja, teknologi pengendalian, alat pelindung diri dan hal lain yang terkait. 4. Identifikasi potensi bahaya Berbagai cara dapat dilakukan guna mengidentifikasi potensi bahaya di tempat kerja, misalnya melalui : inspeksi / survei tempat kerja rutin, informasi mengenai data keelakaan kerja dan penyakit, absensi, laporan dari (panitia pengawas Kesehatan dan Keselamatan Kerja) P2K3, supervisor atau keluhan pekerja, lembar data keselamatan bahan (material safety data sheet) dan lain sebagainya. Selanjutnya diperlukan analisis dan penilaian terhadap potensi bahaya tersebut untuk memprediksi langkah atau tindakan selanjutnya terutama pada kemungkinan potensi bahaya tersebut menjadi suatu risiko. 5. Mencari informasi / data potensi bahaya Upaya ini dapat dilakukan misalnya melalui kepustakaan, mempelajari MSDS, petunjuk teknis, standar, pengalaman atau informasi lain yang relevan. 6. Analisis Risiko Dalam kegiatan ini, semua jenis resiko, akibat yang bisa terjadi, tingkat keparahan, frekuensi kejadian, cara pencegahannya, atau rencana tindakan untuk mengatasi risiko tersebut dibahas secara rinci dan dicatat selengkap mungkin. Ketidaksempurnaan dapat juga terjadi, namun melalui upaya sitematik, perbaikan senantiasa akan diperoleh. 7. Evaluasi risiko Memprediksi tingkat risiko melalui evaluasi yang akurat merupakan langkah yang sangat menentukan dalam rangkaian penilaian risiko. Kualifikasi dan kuantifikasi risiko, dikembangkan dalam proses tersebut. Konsultasi dan nasehat dari para ahli seringkali dibutuhkan pada tahap analisis dan evaluasi risiko. 8. Menentukan langkah pengendalian Apabila dari hasil evaluasi menunjukan adanya risiko membahayakan bagi kelangsungan kerja maupun kesehatan dan keselamatan pekerja perlu ditentukan langkah pengendalian yang dipilih dari berbagai cara seperti : Apabila dari hasil evaluasi menunjukan adanya risiko membahayakan bagi kelangsungan kerja maupun kesehatan dan keselamatan pekerja perlu

ditentukan

langkah

pengendalian

yang

dipilih

dari

berbagai

cara

seperti

a. Memilih teknologi pengendalian seperti eliminasi, substitusi, isolasi, engineering control, pengendalian administratif, pelindung peralatan/mesin atau pelindung diri.

b. Menyusun program pelatihan guna meningkatka pengetahuan dan pemahaman berkaitan dengan risiko, c. Menentukan upaya monitoring terhadap lingkungan / tempat kerja. d. Menentukan perlu atau tidaknya survailans kesehatan kerja melalui pengujian kesehatan berkala, pemantauan biomedik, audiometri dan lain-lain.

e. Menyelenggarakan prosedur tanggap darurat / emergensi dan pertolongan pertama sesuai dengan kebutuhan. 9. Menyusun pencatatan / pelaporan Seluruh kegiatan yang dilakukan dalam penilaian risiko harus dicatat dan disusun sebagai bahan pelaporan secara tertulis. Format yang digunakan dapatdisusun sesuai dengan kondisi yang ada. 10. Mengkaji ulang penelitian Pengkajian ulang perlu senantiasa dilakukan dalam periode tertentu atau bila terdapat perubahan dalam proses produksi, kemajuan teknologi, pengembangan informasi terbaru dan sebagainya, guna perbaikan berkelanjutan penilaian risiko tersebut. C. FAKTOR/ POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA Untuk menghindari dan meminimalkan kemungkinan terjadinya potensi bahaya di tempat kerja, Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui

pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upayaupaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yagmungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain : 1) faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri; 2) faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik produk antara maupun hasil akhir; 3) faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis. Potensi bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut :

1. Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi. a) Radiasi Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven), komputer, dan lain-lain. Selain benda-benda tersebut ada sumber-sumber radiasi yang bersifat unsur alamiah dan berada di udara, di dalam air atau berada di dalam lapisan bumi. Beberapa di antaranya adalah Uranium dan Thorium di dalam lapisan bumi; Karbon dan Radon di udara serta Tritium dan Deuterium yang ada di dalam air. Secara garis besar radiasi digolongkan ke dalam radiasi pengion dan radiasi non-pengion. Radiasi Pengion Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi (terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi. Yang termasuk dalam jenis radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron. Setiap jenis radiasi memiliki karakteristik khusus. Yang termasuk radiasi pengion adalah partikel alfa (), partikel beta (), sinar gamma (), sinar-X, partikel neutron. Radiasi Non Pengion Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non-pengion tersebut berada di sekeliling kehidupan kita. Yang termasuk dalam jenis radiasi non-pengion antara lain adalah gelombang radio (yang membawa informasi dan hiburan melalui radio dan televisi); gelombang mikro (yang digunakan dalam microwave oven dan transmisi seluler handphone); sinar inframerah (yang memberikan energi dalam bentuk panas); cahaya tampak (yang bisa kita lihat); sinar ultraviolet (yang dipancarkan matahari). Ada dua macam sifat radiasi yang dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan sumber radiasi pada suatu tempat atau bahan, yaitu sebagai berikut :

Radiasi tidak dapat dideteksi oleh indra manusia, sehingga untuk mengenalinya diperlukan suatu alat bantu pendeteksi yang disebut dengan detektor radiasi. Ada beberapa jenis detektor

yang secara spesifik mempunyai kemampuan untuk melacak keberadaan jenis radiasi tertentu yaitu detektor alpha, detektor gamma, detektor neutron, dll.

Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang dilaluinya melalui proses ionisasi, eksitasi dan lain-lain. Dengan menggunakan sifat-sifat tersebut kemudian digunakan sebagai dasar untuk membuat detektor radiasi. Pengaruh radiasi terhadap manusia Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic. Sel genetic adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel somatic adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh. Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas efek genetik dan efek somatik. Efek genetik atau efek pewarisan adalah efek yang dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi. Sebaliknya efek somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi. Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat bervariasi sehingga dapat dibedakan atas efek segera dan efek tertunda. Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu dalam waktu singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi (rontoknya rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah sel darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai mingguan pasca iradiasi. Sedangkan efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu yang lama (bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi, seperti katarak dan kanker.

Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek radiasi dibedakan atas efek deterministik dan efek stokastik. Efek deterministik adalah efek yang disebabkan karena kematian sel akibat paparan radiasi, sedangkan efek stokastik adalah efek yang terjadi sebagai akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sel. Efek Deterministi (efek non stokastik) Efek ini terjadi karena adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan mendekati dosis ambang,

kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah nol. Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%. Efek Stokastik Dosis radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel tetapi mengubah sel Sel yang mengalami modifikasi atau sel yang berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses modifikasi atau transformasi sel ini disebut efek stokastik yang terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan muncul setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis paparan, semakin besar peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker. Paparan radiasi dosis rendah dapat menigkatkan resiko kanker dan efek pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu populasi, namun tidak secara serta merta terkait dengan paparan individu.

Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak. Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit. Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker. Contoh : Radiasi ultraviolet : pengelasan, Radiasi Inframerah : furnacesn/ tungku pembakaran, Laser : komunikasi, pembedahan . Prinsip dasar yang harus dipatuhi dalam penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan Dalam penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan ada ketentuan yang harus dipatuhi untuk mencegah penerimaan dosis yang tidak seharusnya terhadap seseorang. Ada 3 prinsip yang telah direkomendasikan oleh International Commission Radiological Protection (ICRP) untuk dipatuhi, yaitu :

1.

Justifikasi, Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya harus didasarkan pada azaz manfaat. Suatu kegiatan yang mencakup paparan atau potensi paparan hanya disetujui jika

kegiatan itu akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi individu atau masyarakat dibandingkan dengan kerugian atau bahaya yang timbul terhadap kesehatan. 2. Limitasi, Dosis ekivalen yang diterima pekerja radiasi atau masyarakat tidak boleh melalmpaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan. Batas dosis bagi pekerja radiasi dimaksudkan untuk mencegah munculnya efek deterministik (non stokastik) dan mengurangi peluang terjadinya efek stokastik. 3. Optimasi, Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya (as low as reasonably achieveable - ALARA), dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus direncanakan dan sumber radiasi harus dirancang dan dioperasikan untuk menjamin agar paparan radiasi yang terjadi dapat ditekan serendahrendahnya. b) Kebisingan Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun yang merusak kesehatan, saat ini kebisingan merupakan salah satu penyebab penyakit lingkungan (Slamet, 2006). Sedangkan kebisingan sering digunakan sebagai istilah untuk menyatakan suara yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh kegiatan manusia atau aktifitas- aktifitas alam (Schilling, 1981). Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun suatu populasi. Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi bunyi, distribusi frekuensi, dan lama pajanan.

Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi, turunnya konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu job performance tenaga kerja.

Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka waktu tertentu dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis.

Tuli permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di klaim . Contoh : Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll. Kualitas bunyi ditentukan oleh 2 hal yakni frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik yang disebut hertz (Hz), yaitu jumlah gelombang-gelombang yang sampai di telinga setiap detiknya. Biasanya suatu kebisingan terdiri dari campuran

sejumlah gelombang dari berbagai macam frekuensi. Sedangkan intensitas atau arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut desibel ( DB ). Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi maka bising dibagi dalam 3 kategori: 1) Occupational noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan) yaitu bising yang

disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, misal bising dari mesin ketik. 2) Audible noise (bising pendengaran) yaitu bising yang disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31,5 . 8.000 Hz. 3) Impuls noise (Impact noise = bising impulsif) yaitu bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak, misal pukulan palu, ledakan meriam, tembakan bedil. Selanjutnya dengan ukuran intensitas bunyi atau desibel ini dapat ditentukan apakah bunyi itu bising atau tidak. Dari ukuran-ukuran ini dapat diklasifikasikan seberapa jauh bunyi-bunyi di sekitar kita dapat diterima / dikehendaki atau tidak dikehendaki / bising. Skala Intensitas Desibel Batas Dengar Tertinggi

Jenis Bunyi Halilintar Meriam Mesin uap Jalan yang ramai Pluit Kantor gaduh Radio Rumah gaduh Kantor pada umumnya Rumah tenang Kantor perorangan Sangat tenang , Suara daun jatuh, Tetesan air Tabel Skala Intensitas Kebisingan

120 DB 110 DB 100 DB 90 DB 80 DB 70 DB 60 Db 50 DB 40 DB 30 DB 20 DB 10 DB

Menurut SK Dirjen P2M dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan RI Nomor 70-1/PD.03.04.Lp, (Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Kebisingan yang

Berhubungan dengan Kesehatan Tahun 1992), tingkat kebisingan diuraikan sebagai berikut:

1) Tingkat kebisingan sinambung setara (Equivalent Continuous Noise Level =Leq) adalah tingkat kebisingan terus menerus (=steady noise) dalam ukuran dBA, berisi energi yang sama dengan energi kebisingan terputus-putus dalam satu periode atau interval waktu pengukuran. 2) Tingkat kebisingan yang dianjurkan dan maksimum yang diperbolehkan adalah rata-rata nilai modus dari tingkat kebisingan pada siang, petang dan malam hari. 3) Tingkat ambien kebisingan (=Background noise level) atau tingkat latar belakang kebisingan adalah rata-rata tingkat suara minimum dalam keadaan tanpa gangguan kebisingan pada tempat dan saat pengukuran dilakukan, jika diambil nilainya dari distribusi statistik adalah 95% atau L-95. Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan kerusakan pada indera pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah diatas 60 dB. Oleh sebab itu para karyawan yang bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat) telinga guna mencegah gangguan pendengaran. Disamping itu kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi. Dengan suasana yang bising memaksa pekerja berteriak didalam berkomunikasi dengan pekerja lain. Kadang-kadang teriakan atau pembicaraan yang keras ini dapat menimbulkan salah komunikasi (miss communication) atau salah persepsi terhadap orang lain. Oleh karena sudah biasa berbicara keras di lingkungan kerja sebagai akibat lingkungan kerja yang bising ini maka kadang-kadang di tengah-tengah keluarga juga terbiasa berbicara keras. Bisa jadi timbul salah persepsi di kalangan keluarga karena dipersepsikan sebagai sikap marah. Lebih jauh kebisingan yang terus-menerus dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi pekerja yang akibatnya pekerja cenderung berbuat kesalahan dan akhirnya menurunkan produktivitas kerja.

Kebisingan terutama yang berasal dari alat-alat bantu kerja atau mesin dapat dikendalikan antara lain dengan menempatkan peredam pada sumber getaran atau memodifikasi mesin untuk mengurangi bising. Penggunaan proteksi dengan sumbatan telinga dapat mengurangi kebisingan sekitar 20-25 dB.

Tetapi penggunaan penutup telinga ini pada umumnya tidak disenangi oleh pekerja karena

terasa risih adanya benda asing di telinganya. Untuk itu penyuluhan terhadap mereka agar menyadari pentingnya tutup telinga bagi kesehatannya dan akhirnya mau memakainya. c) Penerangan / Pencahayaan ( Illuminasi ) Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja. Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan penglihatan orang didalam suatu lingkungan kerja maka faktor besar-kecilnya objek atau umur pekerja juga mempengaruhi. Pekerja di suatu pabrik arloji misalnya objek yang dikerjakan sangat kecil maka intensitas penerangan relatif harus lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas penerangan di pabrik mobil. Demikian juga umur pekerja dimana makin tua umur seseorang, daya penglihatannya semakin berkurang. Orang yang sudah tua dalam menangkap objek yang dikerjakan memerlukan penerangan yang lebih tinggi daripada orang yang lebih muda.

Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk mendekatkan matanya ke objek guna mmeperbesar ukuran benda. Hal ini akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi penglihatan rangkap atau kabur. Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.

Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat kerja.Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan lampu-lampu tersendiri. Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing tenaga kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak diberikan tugas di malam hari.

Disamping akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti diuraikan diatas, penerangan / pencahayaan baik kurang maupun cukup kadang-kadang juga menimbulkan masalah apabila pengaturannya kurang baik yakni silau. Silau juga menjadi beban tambahan bagi pekerja maka harus dilakukan pengaturan atau dicegah.Pencegahan silau dapat dilakukan antara lain : a. Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya neon. Lampu neon kurang

menyebabkan silau dibandingkan lampu biasa. b. Menempatkan sumber-sumber cahaya / penerangan tidak langsung sedemikian mengenai bidang rupa yang sehingga mengkilap.

c. Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka jendela yang langsung d. Penggunaan memasukkan alat-alat pelapis bidang sinar yang tidak matahari. mengkilap.

e. Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak terhalang oleh bayangan suatu benda. Dalam ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi bayangan-bayangan.

Penerangan yang silau buruk (kurang maupun silau) di lingkungan kerja akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut :

Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja. Kelemahan mental Kerusakan alat penglihatan (mata). Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata. Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka dalam mendirikan bangunan tempat kerja (pabrik, kantor, sekolahan, dan sebagainya) sebaiknya mempertimbangkan ketentuanketentuan antara lain sebagai berikut :

Jarak antara gedung dan abngunan-bangunan lain tidak mengganggu masuknya cahaya matahari ke tempat kerja, Jendela-jendela dan lubang angin untuk masuknya cahaya matahari harus cukup,

seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas bangunan, Apabila cahaya matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja, harus diganti

dengan penerangan lampu yang cukup, Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas (tidak

melebihi 32 derajat celsius), Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan bayangbayang yang mengganggu kerja, Sumber cahaya harus menghasilkan daya penerangan yang tetap dan menyebar

serta tidak berkedip-kedip .Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah,

sakit kepala, berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan. Keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat kerja, produktivitas, mengurangi kesalahan, meningkatkan housekeeping, kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi kecelakaan kerja.

d) Getaran

Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti: frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau intermitten.

Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan powered tool berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai Raynauds phenomenon atau vibratio ninduced white fingers(VWF).

Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang.

Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain saws. Efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang mengenai tubuh:

3 . 9 Hz : Akan timbul resonansi pada dada dan perut. 6 . 10 Hz : Dengan intensitas 0,6 gram, tekanan darah, denyut jantung, pemakaian O2 dan volume perdenyut sedikit berubah. Pada intensitas 1,2 gram terlihat banyak perubahan sistem peredaran darah.

10 Hz : Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan beresonansi. 13 . 15 Hz : Tenggorokan akan mengalami resonansi. < 20 Hz : Tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini otot menjadi lemah, rasa tidak enak dan kurang ada perhatian.

2. Potensi bahaya kimia, yaitu potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya acun bahan (toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh. Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh dapat melalui:
o o o

Pernapasan ( inhalation ), Kulit (skin absorption ) Tertelan ( ingestion )

Racun dapat menyebabkan efek yang bersifat akut,kronis atau kedua-duanya.

Adapun potensi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh bahan kimia adalah a) Korosi

Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum terkena.

Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.

b) Iritasi

Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema ( bengkak )

Contoh :
o o

Kulit : asam, basa,pelarut, minyak . Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine ,bromine, ozone.

c) Reaksi Alergi

Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit atau organ pernapasan

Contoh :
o

Kulit : colophony ( rosin), formaldehyde, logam seperti chromium atau nickel, epoxy hardeners, turpentine.

Pernapasan : isocyanates, fibre-reactive dyes, formaldehyde, nickel.

d) Asfiksiasi

Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang mengencerkan atmosfer yang ada, misalnya pada kapal, silo, atau tambang bawah tanah. Konsentrasi oksigen pada udara normal tidak boleh kurang dari 19,5% volume udara.

Asfiksian kimia mencegah transport oksigen dan oksigenasi normal pada darah atau mencegah oksigenasi normal pada kulit.

Contoh :
o o

Asfiksian sederhana : methane, ethane, hydrogen, helium Asfiksian kimia : carbon monoxide, nitrobenzene, hydrogen cyanide, hidrogen sulphide

e) Kanker

Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah terbukti pada manusia. Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas sudah terbukti menyebabkan kanker pada hewan .

Contoh : Terbukti karsinogen pada manusia : benzene ( leukaemia); vinylchloride ( liver

angiosarcoma) ; 2-naphthylamine, benzidine (kanker kandung kemih ); asbestos (kanker paru-paru , mesothelioma);
o

Kemungkinan karsinogen pada manusia : formaldehyde, carbon tetrachloride, dichromates, beryllium

f) Efek Reproduksi

Bahan-bahan beracun mempengaruhi fungsi reproduksi dan seksual dari seorang manusia.

Perkembangan bahan-bahan racun adalah faktor yang dapat memberikan pengaruh negatif pada keturunan orang yang terpapar, sebagai contoh :aborsi spontan.

Contoh :
o

Manganese, carbondisulphide, monomethyl dan ethyl ethers dari ethylene glycol, mercury. Organic mercury compounds, carbonmonoxide, lead, thalidomide, pelarut.

g) Racun Sistemik

Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ atau sistem tubuh. Contoh :
o o o o o

Otak : pelarut, lead, mercury, manganese Sistem syaraf peripheral : n-hexane, lead, arsenic, carbon disulphide Sistem pembentukan darah : benzene, ethylene glycol ethers Ginjal : cadmium, lead, mercury, chlorinated hydrocarbons Paru-paru : silica, asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis )

3. Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu, misalnya : TBC, Hepatitis A/B, Aids,dll maupun yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi. Dimana pun Anda bekerja dan apa pun bidang pekerjaan Anda, faktor biologi merupakan salah satu bahaya yang kemungkinan ditemukan ditempat kerja. Maksudnya faktor biologi eksternal yang mengancam kesehatan diri kita saat bekerja. Namun demikian seringkali luput dari perhatian, sehingga bahaya dari faktor ini tidak dikenal, dikontrol, diantisipasi dan cenderung diabaikan sampai suatu ketika menjadi keadaan yang sulit diperbaiki. Faktor biologi ditempat kerja umumnya dalam bentuk mikro organisma sebagai berikut : a) Bakteri Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus), lengkung dan batang (basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi yang buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan kontak dengan hewan atau orang yang

terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri : anthrax, tbc, lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan sebagainya. b) Virus Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 - 300 nano meter. Virus tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang khas. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus : influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan sebagainya. c) Jamur Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih komplek karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati dan hidup dari organisme atau hewan lain. d) Mikroorganisme penyebab penyakit di tempat kerja Beberapa literatur telah menguraikan infeksi akibat organisme yang mungkin ditemukan di tempat kerja, diantaranya : Daerah pertanian Llingkungan pertanian yang cenderung berupa tanah membuat pekerja dapat terinfeksi oleh mikroorganisme seperti : Tetanus, Leptospirosis, cacing, Asma bronkhiale atau keracunan Mycotoxins yang merupakan hasil metabolisme jamur.

Di lingkungan berdebu (Pertambangan atau pabrik) Di tempat kerja seperti ini, mikroorganisme yang mungkin ditemukan adalah bakteri penyebab penyakit saluran napas, seperti : Tbc, Bronchitis dan Infeksi saluran pernapasan lainnya seperti Pneumonia. Daerah peternakan terutama yang mengolah kulit hewan serta produk-produk dari hewan Penyakit-penyakit yang mungkin ditemukan di peternakan seperti ini misalnya : Anthrax yang penularannya melalui bakteri yang tertelan atau terhirup, Brucellosis, Infeksi Salmonella. Di Laboratorium Para pekerja di laboratorium mempunyai risiko yang besar terinfeksi, terutama untuk laboratorium yang menangani organisme atau bahan-bahan yang megandung organisme pathogen Di Perkantoran : terutama yang menggunakan pendingin tanpa ventilasi alami Para pekerja di perkantoran seperti itu dapat berisiko mengidap penyakit seperti : Humidifier fever yaitu suatu penyakit pada saluran pernapasan dan alergi yang disebabkan organisme

yang hidup pada air yang terdapat pada system pendingin, Legionnaire disease penyakit yang juga berhubungan dengan sistem pendingin dan akan lebih berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut.

Cara penularan kedalam tubuh manusia Banyak dari mikroorganisme ini dapat menyebabkan penyakit hanya setelah masuk kedalam tubuh manusia dan cara masuknya kedalam tubuh, yaitu : 1. Melalui saluran pernapasan 2. Melalui mulut (makanan dan minuman) 3. Melalui kulit apabila terluka

Mengontrol bahaya dari faktor biologi Faktor biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat dihindari dengan pencegahan antara lain dengan : 1. Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular lewat debu yang mengandung organism patogen 2. Mengkarantina hewan yang terinfeksi dan vaksinasi 3. Imunisasi bagi pekerja yang berisiko tertular penyakit di tempat kerja 4. Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak datu kali setiap bulan 5. Membuat sistem pembersihan yang memungkinkan terbunuhnya mikroorganisme yang patogen pada system pendingin. Dengan mengenal bahaya dari faktor biologi dan bagaimana mengotrol dan mencegah penularannya diharapkan efek yang merugikan dapat dihindari. 4. Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin. Pembebanan Kerja Fisik

Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu memperhatikan kondisi iklim, sosial ekonomi dan derajat kesehatan.

Pembebanan tidak melebihi 30 40% dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam jangka waktu 8 jam sehari.

Berdasarkan hasil beberapa observasi, beban untuk tenaga Indonesia adalah 40 kg. Bila mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih dari sekali maka beban maksimum tersebut harus disesuaikan.

Oleh karena penetapan kemampuan kerja maksimum sangat sulit, parameter praktis yang digunakan adalah pengukuran denyut nadi yang diusahakan tidak melebihi 30-40 permenit di atas denyut nadi sebelum bekerja.

5. Potensi bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja. Stress

Stress adalah tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan atasnya. Manakala tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan, maka hal ini dinamakan stress.

Gangguan emosional yang di timbulkan : cemas, gelisah, gangguan kepribadian, penyimpangan seksual, ketagihan alkohol dan psikotropika.

Penyakit-penyakit psikosomatis antara lain : jantung koroner, tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, luka usus besar, gangguan pernapasan, asma bronkial, penyakit kulit seperti eksim,dll.

6. Potensi bahaya dari proses produksi, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang sangat bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan serta jenis kegiatan yang dilakukan. Potensi bahaya keselamatan terdapat pada alat/mesin, serta bahan yang digunakan dalam proses produksi, seperti forklift (tertabrak), gancu (tertusuk), pallet (tertimpa), dan bahan baku (tertimpa, terjatuh dari tumpukan bahan baku), feed additive (kerusakan mata akibat terkena debu feed additive), cutter, mesin bubut/las (kerusakan mata akibat terpercik geram, lecet akibat terkena part panas, dan kerusakan paru-paru akibat terhirup debu las), luka bakar akibat kebocoran gas, terjepit part, semburan panas dari blow down otomatis, kebakaran, dan peledakan.

DAFTAR PUSTAKA Bung okles. 2008. Pengenalan Bahaya Di Lingkungan Kerja http://okleqs.wordpress.com/2008/05/23/pengenalan-bahaya-di-lingkungan-kerja/. Diakses 08 November 2011 Posted: Mei 23, 2008 in IDENTIFIKASI BAHAYA. http://okleqs.wordpress.com/category/identifikasi-bahaya/ Diakses 08 November 2011

Rusli Mustar.2008. Pengaruh Kebisingan Dan Getaran Terhadap Perubahan Tekanan Darah Masyarakat Yang Tinggal Di Pinggiran Rel Kereta Api Lingkungan Xiv Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Medan Denai Tahun 2008.Managemen Kesehatan Lingkungan Industri.USU. Sumatera Utara. Aria Gusti. 7 Januari 2011 Manajemen Risiko dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja. http://ariagusti.wordpress.com/2011/01/07/manajemen-risiko-dalam-keselamatan-dankesehatan-kerja/ Diakses 17 Desember 2011 http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2016489-radiasi-pengertian-jenis-jenisdan/#ixzz1fpWSbEW8

Tugas individu Mata Kuliah : Kesehatan dan keselamatan Kerja (K3)

IDENTIFIKASI FAKTOR BAHAYA DI TEMPAT KERJA

OLEH

NUR KAMRI NIM : 11B08057

PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2011

KATA PENGANTAR
Bissmilahirrahmanirrahim..

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga makalah Identifikasi factor bahaya di tempat kerja dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Identifikasi factor bahaya di tempat kerja merupakan suatu kegiatan dalam rangka mengenali factor bahaya seperti bahaya fisik, kima, fisika, fisiologis, psikologis maupun bahaya biologis. Dengan mengetahu factor bahaya tersebut, maka memungkinkan dilakukan pencegahan agar tidak terjadi hal yang buruk pada pekerja. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, masih terdapat kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaannya.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI A. PENDAHULUAN B. IDENTIFIKASI BAHAYA C. FAKTOR BAHAYA DI TEMPAT KERJA 1. Potensi Bahaya Fisik 2. Potensi Bahaya Kimia 3. Potensi Bahaya Biologis 4. Potensi Bahaya Fisiologis 5. Potensi Bahaya Psikososial 6. Potensi bahaya Proses Produksi DAFTAR PUSTAKA 6 18 20 23 24 24 25 1 2

MAKALAH BAHAYA FISIK DI LINGKUNGAN KERJA DAN DAMPAKNYA BAGI KESEHATAN DAN ERGONOMI DAN FAAL KERJA
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan.Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan

produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang

mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik. Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka.Sasaran penelitian ergonomi ialahmanusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk fitting the job to the worker, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya. Ruang lingkup ergonomik sangat luas aspeknya. 1.2 Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui dan memahami bahaya fisik dilingkungan kerja dan dampaknya terhadap kesehatan. 2. Mahsiswa memahami dan mampu menjelaskan ergonomic dan faal kerja. 3. Mahasiswa mampu menjelaskan pentingnya ergonomic dan faal kerja. BAB II PEMBAHASAN A. BAHAYA FISIK DILINGKUMGAN TEMPAT KERJA DAN DAMPAKNYA BAGI KESEHATAN 1. Pengertian Tempat Kerja Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya.

Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut

2. Potensi Bahaya Di Tempat Kerja Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja., Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. a. Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan kerugian kepada: 1) manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan, 2) properti termasuk peratan kerja dan mesin-mesin. 3) lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan, 4) kualitas produk barang dan jasa. 5) nama baik perusahaan. b. Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yagmungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain : 1) faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri. 2) faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik produk antara maupun hasil akhir. 3) faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis. c. Potensi bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut 1. Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguangangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar

kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi. 2. Potensi bahaya kimia, yaitu potesni bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas, uap.asap; daya acun bahan (toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh. 3. Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu, misalnya : TBC, Hepatitis A/B, Aids,dll maupun yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi. 4. Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin. 5. Potensi bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja. 6. Potensi bahaya dari proses produksi, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang sangat bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan serta 3. Sifat Bahaya Dilingkungan Kerja a. Bahaya yang Bersifat Fisik

Bahaya ini seperti ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin bising kurang penerangan getaranyang berlebihanradiasi dan sebagainya, Keadaan tempat kerja yang terlalu panas mengakibatkan karyawna cepat lelahm karena kehilangan cairan dan gamram, Bila panas dai lingkngan ini berlebihan suhu tubuh akan meningkat yang menimbulkan gangguan keseatan, pada keadaan berat sudu tubuh sangat tinggi yang mengakibatkan pingsan sampai kematian, keadaaan a yang terlalu dingin juga akan menyebabkan karyawan sering sakit sehingga akan menurunkan daya tahan tubuhnya. Kebisingan mengganggu kosentrasi, komunikasi dan kemampuan berfikir, Kebisingan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan penuruanan sifat pernmanen, niali ambang bataks kebisingan adalah 85 dB untuk karyawan yang bekerja 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Pencahayaan penting untuk efisiensi kerja. Pencahayaan yang kurang memadai atau menyilaukan akan melelahkan mata, kelelahan mata akan menimbulkan rasa kantuk dan hal ini berbahaya bila karyawan mengoperasikan mesin-mesin berbahaya sehingga dapat menyenabaan keseakaan, untuk pengatuarn intesitas pencahaan telah diatur dalam peraturan mendteri perburuan no 7 tahun 1964. Getaran yang berlebihan menyebabka berbahai penyakit pada pembuluh daram syarafm sendir dan tulang punggung, Sedang radiasi panas akan menyebabkan suhu tuuh meningkat dan akibatnya sama dengan ruang kerja yang panas, selain itu terdapat berbagai radiasi seperti radiasi dari bahan radiokatf, radiasi sinar dan riasi gelombang mikro yang dapat menimbulkan berbagai penyakit pada karyawan. 4. Macam-Macam Bahaya Fisik a. Kebisingan Bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan seharihari, termasuk di tempat kerja.Bahkan bunyi yang kita tangkap melalui telinga kita merupakan bagian dari kerja misalnya bunyi telepon, bunyi mesin ketik / komputer, mesin cetak, dan sebagainya.Namun sering bunyi-bunyi tersebut meskipun merupakan bagian dari kerja kita tetapi tidak kita inginkan, misalnya teriakan orang, bunyi mesin diesel yang melebihi ambang batas pendengaran, dan sebagainya.Bunyi yang tidak kita inginkan atau kehendaki inilah yang sering disebut bising atau kebisingan. Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun suatu populasi.

Kualitas

bunyi

ditentukan

oleh

hal

yakni

frekuensi

dan

intensitasnya.Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik yang disebut hertz (Hz), yaitu jumlah gelombang-gelombang yang sampai di telinga setiap

detiknya.Biasanya suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang dari berbagai macam frekuensi. Sedangkan intensitas atau arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut desibel ( DB ). Selanjutnya dengan ukuran intensitas bunyi atau desibel ini dapat ditentukan apakah bunyi itu bising atau tidak.Dari ukuran-ukuran ini dapat diklasifikasikan seberapa jauh bunyibunyi di sekitar kita dapat diterima / dikehendaki atau tidak dikehendaki / bising. Skala Intensitas KebisinganSkala Intensitas Desibel Batas Dengar Tertinggi no Sumber Skala DB batas dengar tertinggi 120 DB 110 DB 100 DB 90 DB 80 DB 70 DB 60 DB 50 DB 40 DB 30 DB 20 DB 10 DB

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Halilintar Meriam Mesin Uap Jalan yang ramai Pluit Kantor Gaduh Radio Rumah Gaduh Kantor pada umumnya Rumah Tenang Kantor perorangan Sangat tenang , Suara daun jatuh, Tetesan air

Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi bunyi, distribusi frekuensi,dan lama pajanan. Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi, turunnya konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu job performance tenaga kerja.Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka waktu tertentu dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis. Tuli permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di klaim .Contoh : Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll. Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan

kerusakan pada indera pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil penelitian

diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah diatas 60 dB.Oleh sebab itu para karyawan yang bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat) telinga guna mencegah gangguan pendengaran.Disamping itu kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi. Dengan suasana yang bising memaksa pekerja berteriak didalam berkomunikasi dengan pekerja lain. Kadang-kadang teriakan atau pembicaraan yang keras ini dapat menimbulkan salah komunikasi (miss communication) atau salah persepsi terhadap orang lain. Oleh karena sudah biasa berbicara keras di lingkungan kerja sebagai akibat lingkungan kerja yang bising ini maka kadang-kadang di tengah-tengah keluarga juga terbiasa berbicara keras.Bisa jadi timbul salah persepsi di kalangan keluarga karena dipersepsikan sebagai sikap marah.Lebih jauh kebisingan yang terus-menerus dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi pekerja yang akibatnya pekerja cenderung berbuat kesalahan dan akhirnya menurunkan produktivitas kerja. Kebisingan terutama yang berasal dari alat-alat bantu kerja atau mesin dapat dikendalikan antara lain dengan menempatkan peredam pada sumber getaran atau memodifikasi mesin untuk mengurangi bising. Penggunaan proteksi dengan sumbatan telinga dapat mengurangi kebisingan sekitar 20-25 dB.Tetapi penggunaan penutup telinga ini pada umumnya tidak disenangi oleh pekerja karena terasa risih adanya benda asing di telinganya.Untuk itu penyuluhan terhadap mereka agar menyadari pentingnya tutup telinga bagi kesehatannya dan akhirnya mau memakainya. b. Getaran Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti: frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau intermitten. Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan powered tool berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai Raynauds phenomenon atau vibration-induced white fingers(VWF). Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang

belakang.Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain saws.

c.

Radiasi Non Mengion

Radiasi non mengion antara lain : radiasi ultraviolet, visible radiation, inframerah, laser, medan elektromagnetik (microwave dan frekuensi radio) . 1. Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak. 2. Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit. 3. Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker. Contoh : Radiasi ultraviolet : pengelasan. Radiasi Inframerah : furnacesn/ tungku pembakaran Laser : komunikasi, pembedahan

d. Pencahayaan atau Penerangan ( Illuminasi ) Tujuan pencahayaan : 1. Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam melaksanakan pekerjaan 2. Memberi lingkungan kerja yang aman Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah, sakit kepala, berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan. Keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat kerja, produktivitas, mengurangi kesalahan, meningkatkan housekeeping, kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi kecelakaan kerja. Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja. Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan penglihatan orang didalam suatu lingkungan kerja maka faktor besar-kecilnya objek atau umur pekerja juga mempengaruhi.Pekerja di suatu pabrik arloji misalnya objek yang dikerjakan sangat kecil maka intensitas penerangan relatif harus lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas penerangan di pabrik mobil.Demikian juga umur pekerja dimana makin tua umur seseorang, daya penglihatannya semakin berkurang.Orang yang sudah tua dalam menangkap objek yang dikerjakan memerlukan penerangan yang lebih tinggi daripada orang yang lebih muda. Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya

kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk mendekatkan matanya ke objek guna mmeperbesar ukuran benda. Hal ini akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi penglihatan rangkap atau kabur. Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut : Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan. Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat kerja. Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan lampulampu tersendiri. Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing tenaga kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak diberikan tugas di malam hari.Disamping akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti diuraikan diatas, penerangan / pencahayaan baik kurang maupun cukup kadang-kadang juga menimbulkan masalah apabila pengaturannya kurang baik yakni silau. Silau juga menjadi beban tambahan bagi pekerja maka harus dilakukan pengaturan atau dicegah. Pencegahan silau dapat dilakukan antara lain : a. Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya neon. Lampu neon kurang menyebabkan silau dibandingkan lampu biasa. b. Menempatkan sumber-sumber cahaya / penerangan sedemikian rupa sehingga tidak langsung mengenai bidang yang mengkilap. c. Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka jendela yang langsung memasukkan sinar matahari d. Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap. e. Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak terhalang oleh bayangan suatu benda. Dalam ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi bayangan-bayangan. Penerangan yang silau buruk (kurang maupun silau) di lingkungan kerja akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut : Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja. Kelemahan mental Kerusakan alat penglihatan (mata). Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka dalam mendirikan bangunan tempat kerja (pabrik, kantor, sekolahan, dan sebagainya) sebaiknya mempertimbangkan ketentuan-ketentuan antara lain sebagai berikut : Jarak antara gedung dan abngunan-bangunan lain tidak mengganggu masuknya cahaya matahari ke tempat kerja. Jendela-jendela dan lubang angin untuk masuknya cahaya matahari harus cukup, seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas bangunan. Apabila cahaya matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja, harus diganti dengan penerangan lampu yang cukup. Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas (tidak melebihi 32 derajat celsius). Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan bayang-bayang yang mengganggu kerja. Sumber cahaya harus menghasilkan daya penerangan yang tetap dan menyebar serta tidak berkedip-kedip. e. Bau-Bauan Yang dimaksud bau-bauan dalam kaitannya dengan kesehatan kerja Yang dimaksud bau-bauan dalam kaitannya dengan kesehatan kerja adalah bau-bauan yang tidak enak di lingkungan kerja dan mengganggu kenyamanan kerja.Selanjutnya baubauan ini dapat mengganggu kesehatan dan produktivitas kerja.Bau-bauan sebenarnya merupakan jenis pencemaran udara yang tidak hanya mengganggu penciuman tetapi juga dari segi higiene pada umumnya. Cara pengukuran bau-bauan yang dapat mengklasifikasikan derajat gangguan kesehatan belum ada sehingga pengukurannya masih bersifat objektif.Hal ini disebabkan karena seseorang yang mencium bau tertentu dan merasa tidak biasa dengan bau tersebut, apabila sudah lama atau biasa mencium bau aneh tersebut maka akhirnya menjadi terbiasa dan tidak mencium bau yang aneh tersebut. Orang yang bekerja di lingkungan yang berbau bensin atau oli, mula-mula merasakan bau tersebut tetapi lama-kelamaan tidak akan merasakan bau tersebut meskipun bau tersebut tetap di lingkungan kerja itu. Hal ini disebut penyesuaian penciuman.Dalam kaitannya dengan kesehatan kerja atau dalam lingkungan kerja, perlu dibedakan antara penyesuaian penciuman dan kelelahan penciuman.Dikatakan penyesuaian penciuman apabila indera penciuman menjadi kurang peka setelah dirangsang oleh bau-bauan secara terus-menerus, seperti contoh pekerja tersebut diatas.

Sedangkan kelelahan penciuman adalah apabila seseorang tidak mampu mencium kadar bau yang normal setelah mencium kadar bau yang lebih besar. Misalnya orang tidak mencium bau bunga setelah mencium bau yang kuat dari bangkai binatang.Ketajaman penciuman seseorang dipengaruhi oleh faktor psikologis sewaktu-waktu, misalnya emosi, tegangan, ingatan, dan sebagainya. Orang yang sedang mengalami ketegangan psikologis atau stress, ia tidak dapat mencium bau-bauan yang aneh, yang dapat dicium oleh orang yang tidak dalam keadaan tegang. Disamping itu penciuman juga dapat dipengaruhi oleh kelembaban udara.Pada kelembaban antara 40-70 % tidak mempengaruhi penciuman tetapi dibawah atau diatas kelembaban itu dapat mempengaruhi penciuman. Pengendalian bau-bauan di lingkungan kerja dapat dilakukan antara lain : 1. Pembakaran terhadap sumber bau-bauan misalnya pembakaran butil alkohol menjadi butarat dan asam butarat. 2. Proses menutupi yang didasarkan atas kerja antagonistis diantara zat-zat yang berbau. Kadar zat tersebut saling menetralkan bau masing-masing. Misalnya bau karet dapat ditutupi atau ditiadakan dengan paraffin. 3. Absorbsi (penyerapan), misalnya penggunaan air dapat menyerap bau-bauan yang tidak enak. 4. Penambahan bau-bauan kepada udara yang berbau untuk mengubah zat yang berbau menjadi netral (tidak berbau). Misalnya menggunakan pengharum ruangan. 5. Alat pendingin ruangan (air conditioning) disamping untuk menyejukkan ruangan juga sebagai cara deodorisasi (menghilangkan bau-bauan yang tidak enak) di tempat kerja. B. ERGONOMI DAN FAAL KERJA 1. Tingkat Beban Kerja Jantung merupakan alat yang sangat penting bagi bekerja.Alat tsersebut merupakan pompa darah kepada otot-otot, sehingga zat yang diperlukan dapat diberikan kepada dan zat-zat sampah dapat diambil dari otot.Jantung bekerja diluar kemauan dan memiliki kemampuan-kemampuan secara khusus.A1at itu memompa darah arteri ke jaringan-jaringan, termasuk otot dan darah vena ke paru-paru.Suatu denyut jantung merupakan suatu volume denyutan (stroke volume) darah arteri.Dengan sejumlah denyutan tiap menitnya, maka jantung memompakan sejumlah darah arteri yang cukup untuk keperluan bekerja.Dengan kegiatan tubuh yang meningkat, jantung harus memompakan darah lebih banyak, berarti jumlah denyutan bertambah.Denyutan jantung dapat diukur dari denyutan nadi.Dengan bekerja, mula-

mula nadi bertambah, tetapi kemudian menetap sesuai dengan kebutuhan dan setelah berhenti bekerja, nadi berangsur kembali kepada normal.Jantung yang baik sanggup rneningkatkan jumlah denyutannya dan normal kembaIi sesudah kegiatan dihentikan. Jumlah denyutan jantung merupakan petunjuk besar-kecilnya beban kerja. Pada pekerjaan sangat ringan denyut jantung adalah kurang dari 75, pekerjaan ringan diantara 75 - 100, agak berat 100 - 125, berat 125 - 150, sangat berat 150 - 175 dan luar biasa berat lebih dari 175/menit.Maksimum denyut nadi orang muda adalah 200/menit, sedangkan mereka yang berusia 40 tahun keatas 170/menit. Jantung yang sehat dalam 15 menit sesudah kerja akan bekerja normal kembali seperti sebelumnya. Denyut jantung masih dipengaruhi oleh keadaan cuaca kerja, reaksi psikis dan psikologis, keadaan sakit dan lain-lain. Salah satu keperluan utarna otot untuk pekerjaannya adalah zat asam, yang dibawa oleh darah arteri kepada otot untuk pembakaran zat dan menghasilkan energi.Maka dari itu, jumlah O2 yang dipergunakan oleh tubuh untuk bekerja merupakan salah satu petunjuk pula dari beban kerja.Sebagaimana diketahui O2 diambil oleh kapiler darah didalam paru-paru, kemudian masuk da1am darah balik dari paru-paru yang kaya zat asam. Maka keadaan dari paru-pam dan alat pernafasan akan berpengaruh pula kepada pengembalian O2 ini oleh tubuh. Untuk bekerja perlu energi hasil pembakaran.Semakin berat bekerja, semakin besar tenaga yang diperlukan.Dalam hubungan ini jumlah kalori merupakan juga petunjuk besarnya beban pekerjaan.TimbuInya panas dari tubuh sejalan dengan kenaikan suhu badan, terutama suhu rectal, dan usaha-usaha tubuh untuk mengeluarkan panas akibat metabolisme.Sebagai akibat terakhir ini, kecepatan penguapan lewat keringat juga merupakan indikator beban fisiologis dari

badan.Namun indikator-indikator ini masih dipengaruhi pula oleh keadaan cuaca kerja. Beban kerja fisiologis dapat didekati dan banyaknya O2 yang digunakan tubuh, jumlah kalori yang dibutuhkan, denyutan jantung suhu netral dan kecepatan penguapan lewat berkeringat.Beban kerja ini menentukan berapa lama seseorang dapat bekerja sesuai dengan kapasitas kerjanya.Makin besar beban, makin pendek waktu seseorang dapat bekerja tanpa kelelahan atau gangguan. Hati dan otot adalah tempat penimbunan bahan bakar (gIikogen). Dalam keadaan otot kekurangan bahan bakar, penimbunan dari hati akan dimobilisir ke otot. Usus adalah tempat penyerapan dari bahan-bahan bakar ini.

Ginjal tidak kalah pentingnya, oleh karena merupakan alat pertukaran zat bagi bahan-bahan terlarut.Ginjal sangat baik terutama diperlukan pada pekerjaan dengan cuaca kerja panas. Selain faktor beban kerja dan pera1atan di dalam tubuh, faktor waktu dan factor-fakttor lingkungan sangat berpengaruh kepada faa1 kerja.Waktu mungkin da1am lamanya, tetapi juga dalam periodisitasnya.lamanya bekerja tergantung dari kemampuan seorang tenaga kerja, beban kerja dan lingkungan. Sedangkan periodisi tas ada1ah sehubungan dengan irama-irama biologis, yaitu perubahan-perubahan faa1 yang datang dan hilang secara bergelombang. Periodisitas demikian banyak dipelajari da1am I/mu Kronobiologi atau Bioperiodisitas.

2. Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Pada berbagai negara digunakan istilah yang berbeda, seperti

"Arbeitswissenschaft" di Jerman, "Bioteknologi" di negara-negara Skandinavia; "Human Engineering", "Human Factors Engineering" atau "Personnel Research" di Amerika Utara. Ergonomi adalah pengetrapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu tehnik dan tehnologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap pekerjaannya, yang manfaat dari padanya diukur dengan efftisiensi dan kesejah teraan kerja. Ergonomi merupakan pertemuan dari berbagai lapangan iImu seperti antropologi, biometrika, faa1 kerja, higene perusahaan dan kesehatan kerja, perencanaan kerja, riset terpakai, dan cybernetika. Namun kekhususan utamanya

ada1ahperencanaan dari cara bekerja yang lebih baik meliputi tata kerja dan peralatannya.Dalam ha1 ini, diperlukan kerja-sama diantara peneliti dan tehnisi serta ahlitentang pemakaian alat-alat dengan pengukuran, pencatatan dan pengujiannya. Perbaikan kondisi-kondisi kerja buruk dan tanpa perencanaan biasanya maha1, maka usaha sebaiknya dimulai dari perencanaan oleh suatu team ergonomi yang memungkinkan proses, mesin-mesin dan hasil produksi yang memenuhi persyaratan. Ergonomi dapat diterapkan pada semua tingkatan dari lokal sampai kepada nasiona1.Secara lokal dapat dimulai dengan inisiatif dokter perusahaan, kepala personalia, pengusaha, dan lain-lain yang mencoba upaya sendiri atau dengan memanggil penasehat dari luar.Pelayanan dapat diberikan oleh lembaga.lembaga

khusus atau universitas. Oleh Pemerintah, pengetrapan ergonomi dapat dibina melalui peraturan-peraturan, standard-standard, dan spesifikasi resmi. Program ergonomi meliputi penentuan problematik, percobaan untuk

peme.cahan, pengetrapan hasil percobaan dan pembuktian effektivitas. Da1am praktek, sering pendekatan mela1ui "trial dan error". Penentuan problematik dilakukandengan melihat gejala-gejala seperti absenteisme, ganti-ganti kerja dan lainlain yang rnungkin merupakan akibat dari beban kerja yang berlebihan, organisasi kerja yang tidak baik, kesulitan melakukan latihan kerja,sebagai pencerminan buruknya design peralatan dan cara kerja. Kemudian diadakan ana1isa pekerjaan, pera1atan dan bahan, yang meliputi juga"time and motion study", observasi langsung atau te1emetris dari parameter fisiologi, analisa bahaya-bahaya, proses produksi, model-model dan lain-lain. Atas dasar penemuan, diadakan usaha-usaha perbaikan, yang hasilnya tercermin. Ergonomi mempunyai peranan penting dalam industrialisasi. Mekanisasi dan automasi tidak saja terjadi pada industri, tetapi juga pada pertanian dan pekerjaan administrasi, maka timbullah permasalahan sebagai berikut: Ergonomi dapat mengurangi beban kerja.Dengan eva1uasi fisiologis, psikologis atau cara-cara tak langsung, beban kerja dapat diukur dan dianjurkan rnodefikasi yang sesuai diantara kapasitas kerja dengan beban kerja dan beban tambahan.Tujuan utamanya adalah untuk menjamin kesehatan kerja, tetapi dengan itu produktivitas juga ditingkatkan.Dalam evaluasi kapasitas dan isi kerja, perhatian terutama perlu diberikan kepada kegiatan fisik.yaitu intensitas, tempo, Jam kerja dan waktu istirahat, pengaruh keadaan lingkungan (kelembaban, suhu, gerakan udara, kebisingan, penerangan, warna, debu dan lain-Iain). data biologis (modefikasi makan dan minum, pemulihan sesudah tidur dan istirahat, perubahan kapasitas kerja oleh karena usia) dan kekhususan-kekhususan pekerjaan (misal getaran mekanis, kerja malam, kerja bergilir). Tambahan pula, per1u diperhatikan keadaankeadaan setempat seperti iklim dan keadaan gizi, di daerah panas atau pegunungan.di laut, pada ketinggian tinggi atau di bawah tanah. Di negara berkembang, soal iklim dan gizi adalah faktor penting. Suatu lapangan penting dalam ergonomi adalah gerakan dan sikap badan.yang berpengaruh kepada pemakaian energi dan fungsi sensorimotoris. Ilmu tentang gerakan dan sikap badan disebut biomekanika. Seorang tenaga kerja dikatakan sesuai dengan pekerjaannya ditinjau dari sudut biomekanika, apabila sikap tubuhnya baik, tenaga kerja dilatih dalam ketrampilan kerja dengan metoda-metoda kinetika

(gerakan-gerakan), tempat duduk adalah nikmat pegangan-pegangan mesin dan alat mudah dicapai, serta latihan fisik dilaksanakan waktu kerja atau melalui akitivitas oleh raga. Bagian semakin penting dari banyak pekerjaan adalah persepsi dan penafsiran dari tanda-tanda yang memerlukann pengambilan keputusan dan selanjutnya reaksi Dengan ergonomi, kecepatan persepsi dan pengambilan keputusan dapat

dipermudah.tekanan mental, kelelahan, gangguan kewaspadaan, gangguan-gangguan faal, Dan kesalahan-kesalahan dapat dicegah sehingga produktivitas dapal dipelihara. Faktor penting dalam pendirian ada1ah ambang rasa, kewaspadaan, pembedaan dan penafsiran.HaI ini dapat berfungsi secara baik, apabi1a tanda-tanda diatur memenuhi ketentuan-ketentuan tertentu.Caranya, pertama-tama, dengan mempela.jari bentuk dan penempatan tanda-tanda, penyajian kwalitas (skala) dan sifat-sifat dari tanda (optik, akustik atau perabaan). Kedua ada1ah mempelajari kwalitas dan kwantitas dari tanda-tanda da1am hubungan kemampuan tenaga kerja untuk menafsirkan dan mengingat tanda tersebut.Mungkin diperlukan modefikasi pengolahan data secara mekanis atau elektronis, agar pekerja lebih mudah melakukan pekerjaannya.Sebagai jawaban terhadap suatu tanda, pekerja harus melaksanakan gerakan-gerakan, yang.perlu diatur, agar pegangan-pegangan diletakkan secara baik, yaitu'mudah dicapai.dalam arah yang tepat dan sesuai dengan gaya yang diperlukan. Ergonomi dapat digunakan dalarn menelaah sistem manusia dan produksi yang kompleks. Dapat ditentukan tugas-tugas apa yang diberikan kepada tenaga kerja dan yang mana kepada mesin.

3. Ergometri Ergometri adalah ilrnu untuk rnengukur kerja. Biasanya ada dua hal yang ditentukan : Dalam tubuh, ketika bekerja.tenaga kimia dirubah menjadi tenaga mekanik dan panas. Untuk hal ini diperIukan O2 sebagai bahan pembakar.Maka dari itu, banyaknya O2 yang dipakai menjadi petunjuk pemakaian tenaga. Cara menentukan pemakaian tenaga dengan pengukuran O2 adalah disebut cara tidak langsung sebenarnya ada usaha secara langsung dengan dasar kalorimeter, tetapi cara ini hanya dapat dikerjakan di laboralorium yang sangat khusus. Dari pemakaian 02 jumlah kalori dihitung dengan dasar persamaan satu liler oksigen = 4,7 - 5,0 kilokal/menit.

Untuk menentukan pemakaian tenaga pada pekerjaan sehari-hari, perlu dilakukan inventarisasi dari kegiatan seluruh hari.yang meliputi tidur, duduk, berjalan, bekerja, dan sebagainya dan berapa lamarya dari kegiatan-kegiatan itu. Untuk tiap-tiap kegiatan, kemudian diukur pemakaian O2 atau digunakan table-tabel tertentu.Yang biasanya ditentukan secara pengukuran adalah pengerahan tenaga selama bekerja.Sehingga perlu cara-cara pengukuran O2 waktu bekerja. Cara-cara dan alat-alat yang dipakai adalah : Hasil pengukuran pengeluaran tenaga menurut kegiatan-kegiatan disajikan dalam data data atau tabel-tabel.Data-data ini jangan dianggap sebagai suatu ketetapan fisik, oleh karena data itu merupakan harga rata-rata secara statistik dari variabel biologis.Tidak terdapat nilai normal yang tungga1, oleh karena variabilitas manusia sangat besar. Angka-angka tentang pemakaian tenaga ditentukan oleh populasi yang diselidiki, usia dan pekerjaan. Kemampuan fisik maksimum terutama diukur dari kemampuan

jantung.Sebenarnya pengukuran kemampuan otot-otot pada umumnya dapat juga memberikan derajat ketelitian tinggi. Pemakaian O2 meningkat dengan besamya tenaga dari tubuh yang harus dikeluarkan, tetapi peningkatan ini ada maksimumnya, yaitu sesudah zat asam jenuh didarah.Penggunaan O2 maksimum inl menentukan kapasitas aerobik dari tubuh. Kenyataannya sesudah kadar ini dicapai, tubuh masih juga dapat bekerja dengan tenaga yang lebih besar ,untuk waktu yang tidak lama, yaitu dengan metabolisme secara anaerobik (=tanpa O2). Pengukuran kapasitas aerobic ini sulit dan berbahaya terutama menghadapi orang dengan usia lanjut dan menderita insufflensi koroner. Maka dipakailah cara evaluasi tidak langsung dari kapasitas aerobik sebagai berikut : Kapasitas aerobik dihitung dari usia, berat badan dan Denyutan jantung untuk suatu kegiatan submaksimal. Sebagai kegiatan bagi uji fisik adalah:Kapasitas aerobik dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pada pekerjaan yang sifatnya mengangkat berat badan (seperti uji naik turun bangku), tenaga yang dibutuhkan proporsionil dengan berat badan, maka O2 yang dipakai sebaiknya dinyatakan dalam cm3/kg berat badan.Tidak demikian halnya pada pekerjaan yang harus memindahkan bebas luar, dalam hal ini lebih baik dinyatakan nilai absolutnya. Denyutan jantung berkurang menurut usia, hal ini

mempengaruhi penafsiran kemampuan aerobik dalam pekerjaan submaksimal dan nilai yang ditemukan dan monogram Astrand perlu dikoreksi:

Usia dalam Tahun 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69

Denyutan Jantung maksimum permenit 195 189 182 170 162

Faktor Koreksi astrand 1,00 0,87 0,78 0,71 0,65

Kapasitas aerobik maksimum dari orang laki-laki berkurang secara tingkat demi tingkat dari usia 25 - 30 tahun dan pada usia 70 tahun nilainya hanya setengah dari yang berusia 20 tahun. Pada wanita, puncaknya ditemukan pada pubertas, tetapi penurunan terjadi kemudian pada menopause.Kapasitas aerobic rata-rata perkilogram berat badan wanita muda adalah 70% dari pada laki-laki muda. Pada semua masyarakat, kemampuan aerobik maksimun menunjukkan perbedaan individuil.Tertinggi ditemukan pada olahragawan terutama pelari cepat.Pekerjaan berefek tidak sebesar olahraga terhadap kapasitas aerobik; Pekerjaanpekerjaan terpenting misalnya pemotong kayu.Dalam masyarakat industri, aktivitas olahraga waktu luang berefek lebih besar dari pada pekerjaan. Jika seseorang mulai berlatih, denyut jantungnya pada waktu istirahat dan kegiatan submaksimal akan menurun beberapa waktu sebagai tanda habituasi. Latihan yang berat dan lama menyebabkan kenaik.an kemampuan aerobik kira-kira 10%. Jika tenaga kerja dikerjakan untuk pekerjaan-pekerjaan berat, uji fungsi kardiovaskuler dapat dipergunakan untuk menentukan kesanggupan tenaga kerja dalam pekerjaannya.Dari pengalaman, jika pekerjaan dilakukan dengan 35 - 50% kapasitas aerobik maksirnum.tidaklah terjadi kelelahan atau keluhan. Dengan menggunakan denyutan jantung sebagai indicator, maka sebaiknya denyutan jantung para pekerja tidak melebihi 120/menit.

4. Automasi Istilah automasi pertama-tama dimajukan oleh Harder dari Ford Motor Company. Mula-mula konsep automasi Detroit adalah seni penggunaan alat-alat mekanik untuk mengerjakan potongan bahan pekerjaan ke atau dari alat, melanjutkan dalam proses seterusnya, memisahkan sisa-sisa dari proses dan melakukannya secara berurutan menurut waktu sesuai dengan proses produksi, sehingga sebagian atau keseluruhan dari proses dapat dikendalikan dengan cara pijit tombol pada tempat strategis. Sesudah itu Diebold mendefinisikan automasi sebagai penggunaan mesin untuk menjalankan mesin. Defenisi-defenisi di atas terlalu menonjolkan aspek produktivitas dan teknologi, sehingga elemen manusia terlupakan. Maka dari itu, automasi harus diartikan suatu Sistem yang meliputi alat-alat mekanik, peralatan kerja lain dan manusia yang diperlukan untuk mengerjakan bahan atau keterangan menjadi suatu produk barang atau jasa yang dikehendaki. Pertimbangan pertama automasi adalah pengoptimalan produksi oleh manusia dan atau mesin. Yang menentukan tingkat automasi adalah perbandingan kwalitatif dan kwantitatif diantara upaya manusia yang diberikan kepada proses produksi (= input) dan hasil obyektif dari proses (output) serta pengaruh lingkungan terhadap hubungan manusia dan proses. Demikian pula hubungan di antara manusia dan mesin mengenai kemampuan dan limitasi masing-masing merupakan suatu faktor yang perlu diperhatikan.

5. Beda Manusia Dan Mesin Mekanisasi adalah penggantian manusia sebagai sumber tenaga atau sebagai alat untuk memberikan keterangan dalam pengaturan tenaga.Mekanisasi adalah satu bagian dari automasi. Terdapat empat tingkat dalam perkembangan automasi, yaitu dari kerja tangan sampai kepada automasi penuh.Tingkat-tingkat itu adalah Salah satu alasan automasi adalah kecilnya kekuatan manusia dibandingkan dengan sumber-sumber tenaga lainnya.Selanjutnya dibuat satu daftar perbedaan antara manusia dan mesin.Keduaduanya dapat saling melengkapi dengan sebaik-baiknya. Perbedaan Manusia Dan Mesin

MESIN Kecepatan Tenaga Luar biasa baik

MANUSIA Kelambatan 1 detik

Dapat diatur dengan baik- 2 kekuatan kuda (KK) baik: besar, menetap dan untuk 10 detik; 0,5 KK dapat standar dibuat kekuatan untuk dan beberapa 0,2 KK detik; untuk

pekerjaan terus menerus sehari Keseragaman Cocok untuk pekerjaan- Tidak dapat dipercaya.

pekerjaan rutin, berulang Perlu dimonitor dengan dan perlu ketetapan Kegiatan jamak Ingatan Banyak saluran mesin Satu saluran

Terbaik untuk memproduksi Segala macam dengan sesuatu yang ditentukan dan pendekatan dari berbagai bersifat jangka pendek penyimpanan sudut. Baik untuk

menentukan dasar-dasar pikiran dan strategi

Berfikir Hitung menghitung

Deduktif baik

Induktif baik dan sangat

Cepat dan tepat, tetapi tak Lambat memiliki kemampuan untuk mungkin koreksi

melakukan

kesalahan, tetapi cukup kemampuan koreksi untuk

Pendirian

Dapat

menjadi

indera Menerima

rangsangan-

penambah, kemampuan

seperti rangsangan dari berbagai menangkap energy dan mengolahnya bersama-sama, misalnya mata menentukan relative, warna. gerakan Baik sekaligus lokasi dan untuk pola, dapat

gelombang mengionisasi

menentukan misalnya

menentukan tanda pada kebisingan yang besar Dapat dibuat tidak peka Dipengaruhi oleh panas, terhadap rangsangan luar rangsangan- dingin, kegaduhan dan getaran (yang melewati batas tertentu) Reaksi terhadap beban yang Kerusakan tiba-tiba melebihi kemampuan Kepintaran Tidak ada Dapat menyesuaikan Degradasi

sesuatu yang tak terduga. Dapat meramalkan Kecakapan manipulasi Khusus Sangat besar

Manusia terbatas dalam hal kecepatan dan ketelitian.Selain itu, kecepatan kerja yang lebih besar selalu disertai penurunan ketelitian.Dalam hal inilah automasi memegang peranan sangat penting.

6. Kelelahan Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan, dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa ahli membedakan/membaginya sebagai berikut : Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula.Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup. Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tibatiba dan berat gejalanya. Kelelahan ini adalah bentuk yang umum.Kemungkinan merupakan sejenis mekanisme melarikan diri dari kenyataan pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja. Pemeriksaan kelelahan :Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada kelopak mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada serabut otot secara elektrik dan sebagainya. Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada

hubungannya dengan masalah ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan. Kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh.Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum.Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyerinyang terdapat pada otot.Kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja, yang sebabnya adalah persyaratan dan psikis.Adalah suatu pengalaman yang dikenal oleh umum, bahwa kelelahan yang terus menerus setiap hari berakibat keadaan kelelahan yang kronis.Perasaan lelah tidak saja terjadi sesudah bekerja sore hari, tetapi juga selama bekerja, bahkan kadang-kadang sebelumnya.Perasaan lesu tampak sebagai suatu gejala.Gejala-gejala psikis adalah perbuatan-perbuatan antisosial dan tak cocok dengan sekitarnya, depresi, kurangnya tenaga beserta kehilangan inisiatif.Tanda-tanda psikis ini sering disertai kelainan-kelainan psi1cosomatis seperti sakit kepala, vertigo, gangguan-gangguan fungsi paru-paru dan jantung.kehilangan nafsu makan, gangguan pencernaan, tidak dapat tidur, dan lain-lain. Kelelahan kronis demikian disebut kelelahan klinis.Oleh karenanya terjadi kecendrungan meningkatnya adalah absenteisme untuk terutama mangkir lebih kerja banyak jangka atau

pendek.Sebabnya

kebutuhan

beristirahat

meningkatnya angka sakit.Kelelahan klinis terutama terjadi pada mereka yang mengalami konflik-konflik mental atau kesulitan-kesulitan psikologis.Skap negatif terhadap kerja, perasaan terhadap atasan atau lingkungan kerja memungkinkan faktor penting dalam sebab ataupun akibat. Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukan kepada keadaan umum dan lingkungan fisik di tempat kerja. Misalnya, banyak hal dapat dicapai dengan pengaturan jam kerja, pemberian kesempatan istirahat yang tepat, kamarkamar istirahat, masa-masa libur dan rekreasi, dan lain-lain.Pengetrapan ergonomi dalam hal pengadaan tempat duduk, meja dan bangku-bangku kerja sangat membantu. Demikian pula organisasi proses produksi yang tepat Selanjutnya, usahausaha perlu ditujukan kepada kebisingan, tekanan panas, pengudaraan dan penerangan yang baik. Monotoni dan tegangan dapat dikurangi dengan penggunaan warna serta dekorasi pada lingkungan kerja, musik di tempat kerja dan waktu-waktu istirahat untuk latihan-latihan fisik bagi pekerja yang bekerja sambil duduk.Seleksi dan latihan

dari pekerja, lebih-lebih supervisi dan penatalaksanaannya juga memegang peranan penting.

7. Waktu Kerja Waktu kerja bagi seseorang menentukan effisiensi dan produktivitasnya.Segi-segi terpenting bagi persoalan waktu kerja meliputi Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6-8 jam.Sisanya (16-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-

lain.Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai effisiensi yang tinggi, bahkan biasanya terlihat penurunan produktivitas serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan.Dalam seminggu, seseorang biasanya dapat bekerja dengan naik selama 40-50 jam.Lebih dari itu, terlihat kecendrungan tumbuhnya hal-hal yang negatif.Makin panjang waktu kerja, makin besar kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diingini. Jumlah 40 jam kerja seminggu ini dapat dibuat 5 atau 6 hari kerja tergantung kepada berbagai faktor. Jika diteliti suatu pekerjaan yang biasa, tidak terlalu ringan atau berat, produktivitas mulai menurun sesudah 4 jam bekerja. Keadaan ini terutama sejalan dengan menurunnya kadar gula di dalam darah. Untuk hal ini, perlu istirahat dan kesempatan untuk makan yang meninggikan kembali kadar bahan bakar di dalam tubuh. Maka dari itu, istirahat setengah jam sesudah 4 jam kerja terus menerus sangat penting artinya. Pekerjaan berat ditandai dengan pengerahan tenaga yang besar dalam waktu relatif lebih pendek. Otot-otot susunan kardiovaskuler, paru-paru, dan lain-lain harus bekerja sangat berat. Maka dari itu, beban demikian tidak bias secara terus-menerus dilakukan melainkan perlu istirahat-istirahat pendek setiap selesai suatu tugas. Inilah yang dinamakan organisasi kerja yang baik, yaitu selalu diberikan kesempatan kepada tubuh untuk pulih kembali setelah memikul suatu beban pekerjaan. Sebagai misal, sesudah memikul beban 50 kg sejauh 10 meter, kepad tenaga kerja sebaiknya diberi kesempatan beberapa menit untuk istirahat. Untuk rnenentukan lamanya seorang tenaga kerja bekerja dengan suatu tingkat pengerahan tenaga, dipergunakan kenyataan, bahwa pengerahan tenaga maksimal dengan seluruh kapasitas aerobik dapat berlangsung hanya 4 menit, pengarah tenaga dengan 1/3 x kapasitas aerobik dapat berlangsung 480 menit, Dalam soal periode kerja

siang atau malam, sangat menarik adalah kerja bergilir, terutama kerja malam. Sehubungan dengan kerja malam ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut Sebagai jalan keluar dalam memecahkan persoalan kerja malam pada si~tim regu ini adalah Tanpa perhatian yang sebaik-baiknya kerja malam hanya akan menghasilkan tingkat produktivitas yang rendah sekali.

8.

Faal Kerja Ilmu tentang faal yang di khususkan untuk manusia yang bekerja disebut faal kerja.Secara faal, bekerja adalah hasil kerjasama dalam koordinasi yang

sebaikbaiknya dari dria (mata, telinga, peraba, perasa dan lain-lain), otak dan susunan saraf-saraf di pusat dan perifer, serta otot-otot. Selanjutnya untuk petukaran zat yang diperlukan dan harus dibuang masih diperlukan peredaran darah ked an dari otototot. Dalam hal ini, jantung, paru-paru.hati, usus, dan lain-lainnya menunjang kelancaran proses pekerjaan. Mula.mula koordinasi indera, susunan syaraf, otot.dan alat-alat lain berjalan secara sukar dan masih harus disertai upaya-upaya yang diperlukan. Kenyataan ini terlihat pada seorang tenaga kerja baru yang sedang menjalani latihan.Lambat laun gerakan menjadi suatu ref1eks, sehingga bekerja menjadi automatis.Semakin cepat sifat refleks dan automatis tersebut yang disertai semakin baik koordinasi serta hasil kerja, semakin tinggi pulalah ketrampilan seseorang. Otot-otot adalah salah satu organ yang terpenting terutama untuk pekerjaan fisik.Otot bekerja dengan jalan kontraksi dan melemas.Kekuatan ditentukan oleh jumlah yang besar serat-seratnya, daya kontraksi dan cepatnya berkontraksi.Sebelum kontraksi (mengerut), darah diantara serat-serat otot atau di luar pembuluh-pembuluh ototnya terjepit, sehingga peredaran darah, jadi juga pertukaran zat terganggu dan hal demikian menjadi sebab kelelahan otot.Maka dari itu, kerutan yang selalu diselingi pelemasan, disebut kontraksi dinamis, sangat tepat bagi bekerjanya otot-otot. Pekerjaan-pekerjaan demikian misalnya mengayuh pedal, sepeda, memutar.roda, memukul lonceng, mencangkul dan lain.lain. Kerja terus-menerus dari suatu otot, sekalipun bersifat dinarnik, selalu diikuti dengan kelelahan, yang perlu istirahat untuk pemulihan.Atas dasar kenyataan itu, waktu istirahat dalam kerja atau sesudah kerja sangat penting. Kelelahan otot secara fisik antara lain akibat zat-zat sisa metabolisme seperti asam laktat, C02, dan sebagainya. Namun kelelahan, sesuai dengan mekanisme kerja, tidak saja ditentukan oleh keadaan ototnya sendiri, melainkan terdapat

komponen mental psikologis yang sering-sering juga besar pengaruhnya. Otot-otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan dari padanya, bertambah panjangnya waktu later kontraksi dan waktu melemas, berkurangnya koordinasi, serta otot gemetar (tremor). Otot dan tulang merupakan dua alat yang sangat penting dalam bekerja.Kerutan dan pelemasan otot dipindahkan kepada tulang menjadi gerakan-gerakan fleksi, abduksi, rotasi, supinasi dan lain.lain.Demikian pentingnya kedua alat ini sebagai suatu kesatuan, maka berkembanglah ilmu biomekanik,yaitu ilmu tentang gerakan otot dan tulang, yang dengan pengetrapannya diharapkan, agar dengan tenaga sekecil-kecilnya dapat dicapai hasil kerja sebesar-besarnya.Biomekanika memberikan pengetahuanpengetahuan tentang gerakan-gerakan dan kekuatan pada penggunaan leher dan kepala, tulang belakang, lengan, tangan, kaki, jari-jari dan sebagainya. Otot dan tulang merupakan faktor-faktor terpenting bagi ukuran-ukuran tubuh, ukuran tinggi dan besar dari tubuh ataupun bagian-bagiannya.Ukuran-ukuran ini menentukan pula kemampuan fisik tenaga kerja.Peralatan kerja dan mesin perlu serasi dengan ukuran-ukuran demikian untuk hasil kerja sebesar-besarnya.Maka

berkembanglah ilrnu yang disebut Antropometri, yaitu ilmu tentang ukuran-ukuran tubuh, baik dalam keadaan statis, ataupun dinamis. Yang sangat penting bagi pekerjaan adalah ukuran-ukuran, Tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, depan dan panjang lengan, Tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, tinggi lutut, jarak lekuk lutut-garis punggung, jarak lekuk lutut telapak kaki.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera.Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang

bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya.

B. Saran Setelah pembaca membaca makalah ini diharapkan dapat mengerti tentang pentingnya ergonomic dan dampaknya terhadap faal kerja,

DAFTAR FUSTAKA Silalahi, B. N. B. 1991. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.PT Pustaka Binaman Presindo. Jakarta. Sumamur PK. 1993. Hygiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja.Cetakan ke-9.CV Haj i Hasagung. Jakarta. http://silviasigit.blogspot.com/2010/10/1-lingkungan-kerja-fisik-dan-non-fisik.html http://id.shvoong.com/business-management/management/2134354-lingkungan-kerjafisik/ http://masteran.blogspot.com/2009/05/lingkungan-fisik-kerja.html http://okleqs.wordpress.com/2008/05/23/pengenalan-bahaya-di-lingkungan-kerja/ http://mia.staff.uns.ac.id/2011/07/11/tempat-kerja-potensi-bahaya/ http://mily.wordpress.com/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3/ http://akhlisnurse.blogspot.com/2012/01/bahaya-kimia.html

Você também pode gostar