Você está na página 1de 8

1.

ANATOMI FISIOLOGI DARAH

Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma di dalam cairan yang disebut Plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Fungsi utama dari darah adalah

mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh, mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi, dan mekanisme hemostatis. Darah terdiri dari 2 komponen yaitu plasma darah yg merupakan bagian cair dari darah dan mengandung air, elektrolit, dan protein darah. Kemudian ada butir-butir darah yang terdiri atas sel darah merah dan sel darah putih. Dan ada trombosit yang merupakan butir pembeku atau platelet (Bakta, 2006).

HEMOPOESIS Hemopoesis atau hematopoesis adalah proses pembentukan darah. Tempat hemopoesis berpindah-pindah sesuai dengan umur : a. Yolk sak b. Hati dan lien c. Sum-sum tulang umur 0-3 bulan intrauterin umur 3-6 bulan intrauterin umur 4 bulan sampai dewasa

Pada orang dewasa dalam keadaan fisiologik semua hemopoesis terjadi di sumsum tulang. Sum-sum bisa berwarna merah atau kuning. Sum-sum merah merupakan tempat produksi sel darah merah aktif dan merupakan organ hemopoesis utama. Sedangkan sum-sum kuning tersusun terutama oleh lemak dan tidak aktif dalam produksi elemen darah. Dalam keadaan patologik, seperti pada mielofibrosis, hemopoesis terjadi di luar sum-sum tulang terutama di lein, disebut sebagai hemopoesis ekstramoduler.

BAHAN-BAHAN PEMBENTUK DARAH Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembentukan darah adalah asam folat dan vitamin B12 yg merupakan bahan pokok pembentuk inti sel. Besi sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, cobalt, magnesium, Cu, Zn, asam amino, dan vitamin lain seperti vitamin C, B kompleks, dan lain-lain. Sum-sum tulang yang normal merupakan bagian esensial dari hemopoesis. Apabila struktur atau fungsi sum-sum tulang terganggu maka dapat menimbulkan kelainan. Gangguan sum-sum tulang dapat terjadi karena :

a. Kegagalan produksi sel : pada anemia aplastik b. Kegagalan maturasi sel : pada sindrom mielodisplastik c. Produksi sel-sel yang tidak normal : thalasemia, hemoglobinopati, dll d. Hilangnya mekanisme regulasi yang normal seperti pada leukimia akut, penyakit mieloproliperatif, penyakit limfoproliferatif

MEKANISME REGULASI Mekanisme regulasi sangat penting dalam menentukan arah dan kuantitas pertumbuhan sel dan pelepasan sel darah merah yang matang dari sum-sum tulang ke darah tepi sehingga sum-sum tulang dapat merespon kebutuhan tubuh dengan tepat. Produksi komponen darah yang berlebihan ataupun kekurangan (defisiensi) sama-sama menimbulkan penyakit. Zat-zat yang berpengaruh dalam mekanisme regulasi adalah : a. Faktor pertumbuhan hemopoesis : trombopoetin, stem cell factor, dll b. Sitokin : misalnya IL-3, IL-4, IL-5, dll. Sitokin dan growth factor sebagian besar dibentuk oleh sel-sel darah sendiri seperti limfosit, monosit atau makrofag serta sebagian oleh sel-sel penunjang seperti fibroblast dan endotil. c. Hormon hemopoetik spesifik : erytropoetin adalah hormon yang dibentuk di ginjal khusus untuk merangsang pertumbuhan prekursor eritroid. d. Hormon non-spesifik : androgen yang berfungsi menstimulasi eritropoesis, estrogen yang berfungsi menimbulkan inhibisi eritropoesis, glukokortikoid, growth hormon dan hormon tiroid.

ERITROSIT Dalam setiap 1 mm3 darah terdapat sekitar 5 juta eritrosit atau sekitar 99%, oleh karena itu setiap pada sediaan darah yang paling banyak menonjol adalah sel-sel tersebut. Dalam keadaan normal, eritrosit manusia berbentuk bikonkaf dengan diameter sekitar 7 -8 m, tebal 2.6 m dan tebal tengah 0.8 m dan tanpa memiliki inti. Komposisi molekuler eritrosit menunjukan bahwa lebih dari separuhnya terdiri dari air (60%) dan sisanya berbentuk substansi padat. Secara keseluruhan isi eritrosit merupakan substansi koloidal yang homogen, sehingga sel ini bersifat elastis dan lunak. Eritrosit mengandung protein yang sangat penting bagi fungsinya yaitu globin yang dikonjugasikan dengan pigmen hem membentuk hemoglobin untuk mengikat oksigen yang akan diedarkan keseluruh bagian tubuh. Seperti halnya sel-sel yang lain,

eritrositpun dibatasi oleh membran plasma yang bersifat semipermeable dan berfungsi untuk mencegah agar koloid yang dikandungnya tetap berada di dalam. Dari pengamatan eritrosit banyak hal yang harus diperhatikan untuk mengungkapkan berbagai kondisi kesehatan tubuh. Misalnya tentang bentuk, ukuran, warna dan tingkat kedewasaan eritrosit dapat berbeda dari normal. Jika dalam sediaan apus darah terdapat berbagai bentuk yang abnormal dinamakan poikilosit, sedangkan selselnya cukup banyak maka keadaan tersebut dinamakan poikilositosis. Eritrosit yang berukuran kurang dari normalnya dinamakan mikrosit dan yang berukuran lebih dari normalnya dinamakan makrosit. Warna eritrosit tidak merata seluruh bagian, melainkan bagian tengah yang lebih pucat, karena bagian tengah lebih tipis daripada bagian pinggirnya. Pada keadaan normal bagian tengah tidak melebihi 1/3 dari diameternya sehingga selnya dinamakan eritrosit normokhromatik. Apabila bagian tengah yang pucat melebar disertai bagian pinggir yang kurang terwarna maka eritrosit tersebut dinamakan eritrosit hipokromatik. Sebaliknya apabila bagian tengah yang memucat menyempit selnya dimanakan eritrosit hiperkhromatik.

Produksi eritrosit (eritropoesis). Eritroblast muncul dari sel stem primitif dalam sum-sum tulang. Eritroblast adalah sel berinti yang dalam proses pematangan di sumsum-sum tulang menimbun hemoglobin dan secara bertahap kehilangan intinya dan dikenal sebagai retikulosit. Pematangan lebih lanjut menjadi eritrosit disertai dengan menghilangnya material berwarna gelap dan sedikit penyusutan ukuran. Eritrosit matang kemudian dilepaskan kedalam sirkulasi. Rata-rata rentang hidup sel darah yang bersirkulasi adalah 120 hari. Sel darah merah tua dibuang dari darah oleh sistem retikuloendotelial khususnya hati dan limpa. Sel retikulo menghasilkan pigmen yang disebut bilirubin. Besi yang dibebaskan dari hemoglobin selama pembentukan bilirubin, diangkut dalam plasma ke sum-sum tulang dalam keadaan terikat oleh protein yang dinamakan transferin yang kemudian diolah lagi untuk menghasilkan hemoglobin baru.

LEUKOSIT Leukosit adalah sel darah yang mengendung inti, disebut juga sel darah putih. Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat asingan. Didalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata 500010000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis dan apabila kurang dari 5000 dinamakan leukopeni. Sebenarnya leukosit merupakan kelompok sel dari beberapa jenis. Untuk klasifikasinya didasarkan pada morfologi inti adanya struktur khusus dalam sitoplasmanya. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih dapat dibedakan menjadi granulosit dan agranulosit. Granulosit ditentukan oleh adanya granula dalam sitoplasmanya, diameter granulosit biasanya 2-3x eritrosit. Granulosit dibagi dalam 3 sub grup yang ditandai dengan perbedaan kemampuannya mengikat warna yaitu eosinofil memiliki granula berwarna merah terang dalam sitoplasmanya, granula pada basofil berwarna biru dan netrofil yang berwarna ungu pucat dan merupakan yang paling banyak. Agranulosit atau leukosit mononuklear yaitu limfosit dan monosit adalah sel darah putih dengan inti satu lobus dan sitoplasmanya bebas granula. Limfosit berjumlah sekitar 30% dan monosit 5% dari total sel darah putih. Fungsi leukosit adalah melindungi tubuh terhadap invasi bakteri atau benda asing lainnya.

EOSINOFIL

Jumlah sel eosinofil sebesar 1-3% dari seluruh lekosit atau 150-450 buah per mm3 darah. Ukurannya berdiameter 10-15 m, sedikit lebih besar dari netrofil. Intinya biasanya hanya terdiri atas 2 lobi yang dipisahkan oleh bahan inti yang sebagai benang. Butir-butir khromatinnya tidak begitu padat kalau dibandingkan dengan inti netrofil. Eosinofil berkaitan erat dengan peristiwa alergi, karena sel-sel ini ditemukan dalam jaringan yaang mengalami reaksi alergi. Eosinofil mempunyai kemampuan melakukan fagositosis, lebih lambat tapi lebih selektif dibanding neutrofil. Eosinofil memfagositosis

komplek antigen dan antibodi, ini merupakan fungsi eosinofil untuk melakukan fagositosis selektif terhadap komplek antigen dan antibodi. Eosinofil mengandung profibrinolisin, diduga berperan mempertahankan darah dari pembekuan, khususnya bila keadaan cairnya diubah oleh proses-proses patologis.

BASOFIL

Jenis sel ini terdapat paling sedikit diantara sel granulosit yaitu sekitar 0.5%, sehingga sangat sulit diketemukan pada sediaan apus. Ukurannya sekitar 10-12 m sama besar dengan netrofil. Kurang lebih separuh dari sel dipenuhi oleh inti yang bersegmensegmen ata kadang-kadang tidak teratur. Inti satu, besar bentuk pilihan irreguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma basofil terisi granul yang lebih besar, dan seringkali granul menutupi inti, sehingga tidak mudah untuk mempelajari intinya. Granul spesifik bentuknya ireguler berwarna biru tua dan kasar tampak memenuhi sitoplasma. Granula basofil mesekresi histamin yang berguna dalam reaksi alergi. Basofil merupakan sel utama pada tempat peradangan.

NETROFIL

Di antara granulosit, netrofil merupakan merupakan jenis sel yang terbanyak yaitu sebanyak 60 70% dari jumlah seluruh leukosit atau 3000-6000 per mm3 darah normal. Pada perkembangan sel netrofil dalam sumsum tulang, terjadi perubahan bentuk intinya, sehingga dalam darah perifer selalu terdapat bentuk-bentuk yang masih dalam perkembangan. Dalam keadaan normal perbandingan tahap-tahap mempunyai harga tertentu sehingga perubahan perbandingan tersebut dapat mencerminkan kelainan. Sel

netrofil matang berbentuk bulat dengan diameter 10-12 m. Intinya berbentuk tidak bulat melainkan berlobus berjumlah 2-5 lobi bahkan dapat lebih. Makin muda jumlah lobi akan berkurang. Yang dimaksudkan dengan lobus yaitu bahan inti yang terpisah-pisah oleh bahan inti berbentuk benang. Inti terisi penuh oleh butir-butir khromatin padat sehingga sangat mengikat zat warna basa menjadi biru atau ungu. Neutrofil jarang mengandung retikulum endoplasma granuler, sedikit mitokonria, apparatus Golgi rudimenter dan sedikit granula glikogen. Neutrofil merupakan garis depan pertahanan seluler terhadap invasi jasad renik, menfagosit partikel kecil dengan aktif. Dengan adanya asam amino D oksidase dalam granula azurofilik penting dalam pengenceran dinding sel bakteri yang mengandung asam amino D. Selama proses fagositosis dibentuk peroksidase. Mielo peroksidase yang terdapat dalam neutrofil berikatan dengan peroksida dan halida bekerja pada molekul tirosin dinding sel bakteri dan menghancurkannya.

LIMFOSIT

Limfosit dalam darah berkuran sangat bervariasi sehingga pada pengamatan sediaan apus darah dibedakan menjadi : limfosit kecil (7-8 m), limfosit sedang dan limfosit besar (12 m). Jumlah limfosit menduduki nomor 2 setelah netrofil yaitu sekitar 1000-3000 per mm3 darah atau 20-30% dari seluruh leukosit. Di antara 3 jenis limfosit, limfosit kecil terdapat paling banyak. Limfosit kecil ini mempunyai inti bulat yang kadang-kadang bertakik sedikit. Intinya gelap karena khromatinnya berkelompok dan tidak nampak nukleolus. Sitoplasmanya yang sedikit tampak mengelilingi inti sebagai cincin berwarna biru muda. Kadang-kadang sitoplasmanya tidak jelas mungkin karena butir-butir azurofil yang berwarna ungu. Limfosit kecil kira-kira berjumlah 92% dari seluruh limfosit dalam darah. Limfosit mempunyai kedudukan yang penting dalam sistem imunitas tubuh, sehingga sel-sel tersebut tidak saja terdapat dalam darah, melainkan dalam jaringan khusus yang dinamakan jaringan limfoid. Berbeda dengan sel-sel leukosit yang lain,

limfosit setelah dilepaskan dari sumsum tulang belum dapat berfungsi secara penuh oleh karena hars mengalami differensiasi lebih lanjut. Apabila sudah masak sehingga mampu berperan dalam respon immunologik, maka sel-sel tersebut dinamakan sebagai sel imunokompeten. Sel limfosit imunokompeten dibedakan menjadi limfosit B dan limfosit T, walaupun dalam sediaan apus kita tidak dapat membedakannya. Limfosit T sebelumnya mengalami diferensiasi di dalam kelenjar thymus, sedangkan limfosit B dalam jaringan yang dinamakan Bursa ekivalen yang diduga keras jaringan sumsum tulang sendiri. Kedua jenis limfosit ini berbeda dalam fungsi immunologiknya. Sel-sel limfosit T bertanggung jawab terhadap reaksi immune seluler dan mempunyai reseptor permukaan yang spesifik untuk mengenal antigen asing. Sel limfosit B bertugas untuk memproduksi antibody humoral antibody response yang beredar dalam peredaran darah dan mengikat secara khusus dengan antigen asing yang menyebabkan antigen asing tersalut antibody, kompleks ini mempertinggi fagositosis, lisis sel dan sel pembunuh (killer sel atau sel K) dari organisme yang menyerang.

MONOSIT

Jenis sel agranulosit ini berjumlah sekitar 3-8% dari seluruh leukosit. Sel ini merupakan sel yang terbesar diantara sel leukosit karena diameternya sekitar 12-15 m. Bentuk inti dapat berbentuk oval, sebagai tapal kuda atau tampak seakan-akan terlipatlipat. Butir-butir khromatinnya lebih halus dan tersebar rata dari pada butir khromatin limfosit. Sitoplasma monosit terdapat relatif lebih banyak tampak berwarna biru abu-abu. Berbeda dengan limfosit, sitoplasma monosit mengandung butir-butir yang mengandung perioksidase seperti yang diketemukan dalam netrofil. Monosit mampu mengadakan gerakan dengan jalan membentuk pseudopodia sehingga dapat bermigrasi menembus kapiler untuk masuk ke dalam jaringan pengikat. Dalam jaringan pengikat monosit berbah menjadi sel makrofag atau sel-sel lain yang diklasifikasikan sebagai sel fagositik. Didalam jaringan mereka masih mempunyai

membelah diri. Selain berfungsi fagositosis makrofag dapat berperan menyampaikan antigen kepada limfosit untuk bekerjasama dalam sistem imun.

TROMBOSIT (PLATELET)

Walaupun namanya menunjukan bahwa merupakan sebuah sel, namun sebenarnya tidak memenuhi syarat sebagai sebuah sel yang utuh karena tidak memiliki inti. Oleh karena itu dinamakan keping darah. Berbentuk sebagai keping-keping sitoplasma berukuran 2-4 m lengkap dengan membran plasma yang mengelilinginya. Trombosit ini khusus terdapat dalam darah mamalia. Untuk menentkan jumlahnya, tidak begit mudah karena trombosit mempunyai kecenderungan untuk bergumpal. Diperkirakan jumlahnya sekitar 150-300ribu setiap l, sedang umurnya sekitar 8 hari. Pada sediaan apus darah, trombosit sering terdapt bergumpal . Setiap keping tampak bagian tepi yang berwarna biru muda yang dinamakan Hialomer dan bagian tengah yang berbutir-butir berwarna ungu dinamakan granulomer atau khromomer. Hialomer mempunyai tonjolan-tonjolan sehingga bentknya tidak teratur. Trombosit dibentuk oleh fragmentasi sel raksasa sum-sum tulang yang disebut megakariosit. Produksi trombosit diatur oleh trombopoetin. Trombosit berperan penting dalam mengontrol perdarahan. Apabila terjadi cedera vaskuler, trombosit mengumpul pada tempat cedera tersebut. Substansi yang dilepaskan dari granula trombosit dan sel darah lainnya menyebabkan trombosit menempel satu sama lain dan membentuk sumbatan yang sementara menghentikan perdarahan. Substansi lain dilepaskan dari trombosit untuk mengaktifasi faktor pembekuan dalam plasma darah.

Você também pode gostar