Você está na página 1de 22

1

Strategi Pencapaian Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) Tahun 2014 di Provinsi Sumatera Barat
Riza Andesca Putra Dibawah bimbingan Dr. Ir. H. Jafrinur, MSP dan Dr. Ir. Khasrad, M.Si Abstrak Penelitian ini bertujuan : 1) Mengetahui kondisi objektif pembangunan peternakan sapi di Provinsi Sumatera Barat saat ini, 2) Mengetahui perkiraan pencapaian target Provinsi Sumatera Barat dalam rangka Swasembada Daging Sapi Tahun 2014 dan 3) Merumuskan strategi yang tepat untuk mewujudkan PSDS 2014 di Provinsi Sumatera Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi eksisting pembangunan peternakan sapi Sumatera Barat, meliputi : produksi dan konsumsi daging sapi mengalami peningkatan rata-rata 5,64% dan 4,04% per tahun pada 2005-2009. Pada tahun-tahun tersebut laju pertumbuhan populasi sebesar 4,13% per tahun dengan populasi sapi pada tahun 2009 sebesar 492.772 ekor. Sementara perkiraan pencapaian target sumetera barat dalam swasembada daging sapi tahun 2014 yaitu produksi daging sapi di Sumatera Barat pada tahun 2014 diperkirakan sebesar 24.105.834 kg pada skenario Ia, 18.452.308 kg pada skenario Ib dan pada skenario II sebesar 13.727.142 kg. Jumlah konsumsi daging sapi pada tahun 2014 diperkirakan sebesar 15.684.882 kg. Artinya produksi daging sapi skenario Ia dan skenario Ib diperkirakan mampu memenuhi permintaan daging sapi Sumatera Barat tahun 2014. Sementara pada skenario II Sumatera Barat mengalami kekurangan sapi untuk memenuhi kebutuhan sendiri yaitu pada tahun 2014 minus 1.957.740 kg atau 11.264 ekor sapi. Perkiraan pencapaian target populasi sapi Sumatera Barat tahun 2014 pada skenario I, mampu dicapai 95,3%. Sementara pada skenario II pencapaian target diperkirakan sebesar 92,5%. Dari analisis SWOT yang dilakukan, ada empat strategi alternatif yang dirumuskan yaitu Strategi SO, ST, WO, WT. Namun strategi yang cocok untuk Sumatera Barat adalah Strategi SO (pertumbuhan). Kata kunci : Strategi, Swasembada, Sumatera Barat

I. PENDAHULUAN Pertambahan jumlah penduduk, meningkatnya kesejahteraan dan

pendidikan masyarakat Indonesia, mengakibatkan permintaan akan produk peternakan semakin bertambah. Hal ini disebabkan karena masyarakat semakin sadar dan peduli terhadap pemenuhan kebutuhan proteinnya. Dalam pemenuhan kebutuhan protein tersebut, daging sapi adalah salah satu produk penyuplai terbesar. Menurut data Ditjen Peternakan (2010), 20,4% kebutuhan daging nasional dipenuhi dari daging sapi. Namun disayangkan 30% diantaranya berasal dari impor luar negeri. Oleh karena itu pemerintah menetapkan Program Swasembada Daging Sapi Tahun 2014 (PSDS-2014). Program ini merupakan lanjutan dari Program Swasembada Daging 2005 dan Program Percepatan Swasembada Daging Sapi (P2SDS) 2010 yang sampai sekarang belum berhasil dicapai. Untuk Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) 2014 ini, Provinsi Sumatera Barat ditetapkan sebagai salah satu dari 20 Provinsi yang diprioritaskan yang termasuk pada Kelompok II yaitu daerah prioritas pengembangan IB dan Intensifikasi Kawin Alam (InKA) secara bersamaan. Di Sumatera Barat pada 2005-2009, populasi sapi selalu mengalami peningkatan setiap tahun. Menurut data Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat, 2010, terjadi peningkatan rata-rata populasi sapi sebesar 4,13% per tahun yaitu 419.352 ekor tahun 2005 menjadi 492.772 ekor pada tahun 2009. Jumlah akseptor IB pada tahun 2009 adalah 66.280 ekor dengan peningkatan rata-rata setiap tahun 8,2% pada 2005-2009 dengan tingkat kelahiran 49,68%. Namun peningkatan rata-rata ini belum menjamin ketersediaan sapi siap potong atau

daging untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Sumatera Barat seiring dengan peningkatan pendapatan per kapita dan pertambahan jumlah penduduk yang meningkat pesat. Sebagai daerah penyuplai ternak sapi dan daging untuk wilayah Indonesia bagian barat, Provinsi Sumatera Barat juga diharapkan memberikan kontribusi terhadap penambahan populasi sapi nasional. Untuk mewujudkan harapan tersebut, perlu dilakukan kajian tentang kondisi pembangunan peternakan sapi di Sumatera Barat saat ini dan disiapkan strategi-strategi yang sistemetis. Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Strategi Pencapaian Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) Tahun 2014 di Provinsi Sumatera Barat. Tujuan penelitian ini, adalah : 1) Mengetahui kondisi objektif pembangunan peternakan sapi di Provinsi Sumatera Barat saat ini, 2) Mengetahui perkiraan pencapaian target Provinsi Sumatera Barat dalam rangka Swasembada Daging Sapi Tahun 2014 dan 3) Merumuskan strategi yang tepat untuk mewujudkan PSDS 2014 di Provinsi Sumatera Barat. II. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Sumatera Barat yaitu di Dinas Peternakan Sumatera Barat, instansi yang terkait dan stakeholder peternakan sapi di Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Agam dan Kabupaten Padang Pariaman. Daerah ini merupakan empat dari enam kawasan unggulan ternak sapi potong di Sumatera Barat (Jafrinur dan Muharja, 2010). Penelitian berlangsung mulai 20 April sampai 25 Mei 2011.

Data yang digunakan adalah data Time Series (deret waktu), mulai dari tahun 2005 sampai dengan 2009. Khusus untuk responden peternak, penentuan sampel penelitian ini menggunakan metode Snowball Sampling, dimana para responden diperoleh berdasarkan informasi yang didapat dari responden sebelumnya secara berantai hingga mencukupi jumlah responden yang ditetapkan sebanyak 169 orang yang tersebar di empat kabupaten yang sudah ditetapkan. B. Variabel Penelitian Untuk dapat menjawab tujuan penelitian, maka variabel yang dapat diukur adalah sebagai berikut : 1. Kondisi pembangunan peternakan Sumatera Barat saat ini : a. Produksi dan konsumsi daging sapi b. Populasi sapi : perkembangan populasi sapi lima tahun terakhir 2. Perkiraan pencapaian target Sumatera Barat daging Sapi Tahun 2014 yaitu tentang: a. Perkiraan pencapaian target produksi dan konsumsi daging sapi b. Perkiraan pencapaian target populasi sapi tahun 2014 3. Analisis Strategi untuk mewujudkan target yang ingin dicapai C. Analisis Data 1. Variabel pertama akan dianalisa secara deskriptif yaitu untuk produksi dan konsumsi daging, populasi. 2. Variabel kedua Untuk menghitung proyeksi populasi sapi dan produksi daging (skenario Ia) tahun 2014 maka digunakan model pertumbuhan linier sebagai berikut : dalam rangka Swasembada

P = Po (1+r)t (Compound Interest, Supranto, 1986), dimana : P = Populasi/produksi

Po = populasi/produksi pada tahun dasar r t = angka pertumbuhan = jangka waktu

Pada skenario Ib produksi daging dihitung berdasarkan sapi siap potong yaitu populasi sapi jantan dewasa yang sudah dikurangi pemacek ditambah betina afkir (Ditjen Peternakan, 2010). Skenario II menggunakan data hasil sensus sapi/kerbau tahun 2011. Untuk menghitung perkiraan konsumsi daging sapi digunakan model (Aziz,1986) : Cd = Co (1+ n.g)t. Pt Dimana : Cd = Konsumsi daging pada tahun tertentu (kg) Co = Konsumsi daging per kapita pada tahun dasar (kg) n = Elastisitas daging terhadap pendapatan g = Tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita(%) t = Jumlah tahun ke tahun dasar (time lag) dalam tahun Pt = Jumlah penduduk pada tahun tertentu (jiwa) 3. Untuk merumuskan strategi pada variabel ketiga akan digunakan Analisis SWOT (Strengs, Weakness, Oppurtunity, Threats) (Rangkuti,2006). Sebelum melakukan Analisis SWOT, perlu dilakukan perumusan faktor strategi internal (Internal Strategic Factor Analysis Summary , IFAS) dan faktor strategi eksternal (Eksternal Strategic Factor Analysis Summary, EFAS). Faktor-

faktor strategis (eksternal dan internal) sebagaimana yang telah digambarkan pada tabel IFAS dan EFAS tersebut ditransfer ke dalam matrik SWOT. Berdasarkan pendekatan tersebut dapat timbul beberapa kemungkinan alternatif strategi yaitu : SO, ST, WO, dan WT. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Derah Penelitian Provinsi Sumatera Barat mempunyai posisi yang strategis dalam pengembangan usaha peternakan. Sejumlah alasan menyertainya, seperti letak geografis, kondisi alam dan kebiasaan masyarakat dalam beternak. Ditambah lagi peternakan sapi potong merupakan salah satu komoditas unggulan Sumatera Barat yang berasal dari sub sektor peternakan. B. Kondisi Eksisting Pembangunan Peternakan Sapi di Sumatera Barat Kondisi eksisting pembangunan peternakan sapi dapat dilihat dari perkembangan produksi dan konsumsi daging sapi, populasi sapi, akseptor dan kelahiran ternak, ternak masuk dan keluar. 1. Produksi dan Konsumsi Daging Sapi Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat tahun 2010, produksi daging sapi mengalami peningkatan ratarata sebesar 5,64% per tahun, yaitu 14.715.643 kg pada tahun 2005 meningkat menjadi 18.322.309 kg pada tahun 2009. Selengkapnya pada tabel 6 dibawah ini :

Tabel 1. Produksi Daging Sapi di Sumatera Barat Tahun 2005-2009 Produksi Pertumbuhan (kg) (%) 2005 14.715.643 2006 15.561.671 5,75 2007 16.367.892 5,18 2008 17.609.374 7,58 2009 18.322.309 4,05 Rataan per tahun 5,64 Sumber : Dinas Peternakan Sumatera Barat, 2010 Sementara konsumsi masyarakat Sumatera Barat akan daging sapi juga mengalami peningkatan sebesar 4,05% rata-rata per tahun yaitu 8.947.058 kg pada tahun 2005 menjadi 10.465.999 pada tahun 2009 dengan konsumsi daging 7,55 kg per kapita per tahun dan khusus untuk daging sapi sebesar 2,19 kg per kapita per tahun. Tabel 2. Konsumsi Daging Sapi Sumatera Barat 2005-2009 Konsumsi Pertumbuhan (kg) (%) 2005 8.947.058 2006 8.861.874 (0,95) 2007 9.339.524 5,39 2008 10.037.417 7,47 2009 10.465.999 4,27 Rataan per tahun 4,05 Sumber : Dinas Peternakan Sumatera Barat, 2010 Tabel diatas menunjukan bahwa produksi daging sapi lebih besar dari konsumsi masyarakat. Data ini dapat diartikan bahwa Sumatera Barat sudah mampu memenuhi kebutuhannya akan daging sapi sehingga kelebihan dari produksi tersebut sudah di pasarkan keluar provinsi seperti Provinsi Riau, Kepulauan Riau dan Jambi. Tahun Tahun

2. Populasi Sapi Dalam lima tahun terakhir, populasi sapi di Sumatera Barat mengalami peningkatan yaitu 419.352 ekor tahun 2005 menjadi 492.772 ekor tahun 2009. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3. Populasi Sapi Potong Sumatera Barat 2000-2009 Selisih Populasi (ekor) (ekor) 2005 419.352 21.289 2006 440.641 5.832 2007 446.473 23.386 2008 469.859 22.913 2009 492.772 Rataan per tahun Sumber : Dinas Peternakan Sumatera Barat,2010 Tahun Pertumbuhan (%) 5,08 1,32 5,24 4,88 4,13

Dari tabel diatas tergambarkan bahwa rata-rata pertumbuhan populasi sapi pada 2005-2009 adalah 4,13% per tahun. Sebagai daerah kawasan sumber bibit dan provinsi prioritas untuk mensukseskan Program Swasembada Daging Sapi tahun 2014, angka ini termasuk kecil. Departemen Pertanian menetapkan target rata-rata pertumbuhan populasi sapi adalah sebesar 12,48% per tahun. si pada 2005-2009. C. Perkiraan Pencapaian Target Sumatera Barat Dalam Swasembada Daging Sapi Tahun 2014 1. Perkiraan Produksi dan Konsumsi Daging Sapi a. Perkiraan Produksi Daging Sapi 1. Skenario Ia Perkiraan produksi daging pada skenario Ia menggunakan model pertumbuhan linier, didapatkan perkiraan produksi daging sapi di Sumatera Barat tahun 2010-2014, sebagai berikut :

Tabel 4. Perkiraan Produksi Daging Sapi Sumatera Barat Skenario Ia Tahun 2010- 2014 Tahun Produksi (kg) 2010 19.355.687 2011 20.447.348 2012 21.600.578 2013 22.818.851 2014 24.105.834 Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2011 Produksi (ekor) 111.368 117.649 124.284 131.294 138.699

Tabel diatas menjelaskan bahwa terjadi peningkatan produksi daging sapi pada tahun 2010 sebesar 19.355.687 kg menjadi 24.105.834 kg pada tahun 2014. Angka-angka ini didapatkan berdasarkan laju pertumbuhan produksi daging sapi yaitu sebesar 5,64% dengan produksi pada tahun dasar (2009) sebesar 18.322.309 kg. 2. Skenario Ib Perkiraan produksi daging pada skenario Ib berdasarkan pada populasi sapi siap potong. Sapi yang akan dipotong adalah sapi jantan dewasa yang sudah dikurangi sapi pemacek ditambahkan dengan sapi betina afkir (Direktorat Jenderal Peternakan, 2010). Populasi sapi jantan dewasa adalah 12,22% dari total populasi. Sementara sapi pemacek perbandingan idealnya 1:20. Betina afkir didapatkan dari 1/7 betina dewasa dimana betina dewasa populasinya sebesar 42,14% dari total populasi. Populasi yang digunakan adalah berdasarkan laju pertumbuhan populasi sebesar 4,13%. Berdasarkan ketentuan tersebut didapatkan jumlah sapi siap potong, seperti pada tabel dibawah ini :

10

Tabel 5. Perkiraan Produksi Daging Sapi Sumatera Barat Skenario Ib Tahun 2010- 2014
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Populasi 513.123 534.315 556.382 579.361 603.289 jantan dewasa 62.704 65.293 67.990 70.798 73.722 jantan pemacek 3.135 3.265 3.399 3.540 3.686 jantan siap potong 59.568 62.029 64.590 67.258 70.036 betina afkir 30.769 32.030 33.344 34.711 36.134 sapi siap potong 90.337 94.059 97.934 101.969 106.170 produksi daging (kg) 15.700.653 16.347.394 17.021.005 17.722.216 18.452.308

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2011

Dari tabel diatas dijelaskan, produksi daging sapi pada skenario Ib tahun 2014 adalah sebesar 18.452.308 kg. 3. Skenario II Perkiraan produksi daging pada skenario II berdasarkan pada populasi sapi siap potong dengan data populasi terbaru yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik yang bekerjasama dengan Dinas Peternakan Sumatera Barat. Data ini merupakan hasil Sensus Sapi/Kerbau 2011 yang menemukan bahwa populasi sapi Sumatera Barat pada tahun 2011 adalah sebesar 326.898 ekor. Dengan asumsi laju pertumbuhan populasi sapi sebesar 4,13% per tahun, maka didapatkan perkiraan produksi daging sapi sebagai berikut : Tabel 6. Perkiraan Produksi Daging Sapi Sumatera Barat Skenario II Tahun 2011- 2014 Tahun Produksi (kg) Produksi (ekor) 2011 12.162.453 69.980 2012 12.663.226 72.861 2013 13.184.460 75.860 2014 13.727.142 78.982 Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2011

11

Dari tabel diatas terlihat bahwa produksi daging sapi pada skenario II pada tahun 2014 adalah sebesar 13.727.142 kg atau 78.982 ekor sapi siap potong. 3. Perbandingan Produksi Daging Sapi Skenario Ia, Ib dan Skenario II Berdasarkan hitungan diatas maka dapat dibandingkan perkiraan produksi daging sapi model Skenario Ia, Ib dan Skenario II, sebagai berikut : Tabel 7. Perbandingan Perkiraan Produksi Daging Sapi Skenario I dengan Skenario II Skenario Ia Skenario Ib Produksi (kg) Produksi (kg) 2010 19.355.687 15.700.653 2011 20.447.348 16.347.394 2012 21.600.578 17.021.005 2013 22.818.851 17.722.216 2014 24.105.834 18.452.308 Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2011 Tahun Skenario II Produksi (kg) 12.162.453 12.663.226 13.184.460 13.727.142

Dari tabel diatas terlihat bahwa perkiraan produksi daging sapi pada sekenario Ia lebih besar dari pada perkiraan produksi daging sapi pada skenario Ib. Artinya ada indikasi produksi daging sapi yang selama ini ada di Sumatera Barat, tidak hanya berasal dari sapi yang boleh dipotong, tetapi juga berasal dari sapi yang dilarang seperti betina produktif, muda atau anak. Produksi daging pada skenario II jelas lebih rendah dari pada skenario Ia dan Ib karena data populasi pada skenario I lebih besar dari skenario II. b. Perkiraan Konsumsi Daging Sapi Dengan menggunakan model yang dikemukakan dalam metodologi penelitian, maka terlebih dahulu perlu diketahui konsumsi daging sapi per kapita pada tahun dasar, pertumbuhan pendapatan per kapita, elastisitas permintaan daging terhadap pendapatan, serta perkiraan jumlah penduduk Sumatera Barat.

12

Setelah dilakukan pengumpulan data, didapatkan konsumsi daging sapi per kapita sebesar 2,2 kg pada tahun 2009 (Dinas Peternakan, 2010). Pertumbuhan pendapatan per kapita adalah 5,74% (BPS, 2010). Elastisitas permintaan daging terhadap pendapatan sebesar 1,15% (Jafrinur, 2006). Sementara jumlah penduduk dapat diperkiraankan sebagai berikut : Tabel 8. Perkiraan Jumlah Penduduk Sumatera Barat 2010-2014 Tahun Jumlah Penduduk 2010 4.899.910 2011 4.972.918 2012 5.047.015 2013 5.122.215 2014 5.198.536 Sumber : BPS, 2010 diolah Pertumbuhan (%) 1,49 1,49 1,49 1,49

Setelah mengetahui beberapa variabel diatas, perkiraan konsumsi daging sapi dapat dihitung. Hasil perhitungannya adalah : Tabel 9. Perkiraan Konsumsi Daging Sapi Sumatera Barat Tahun 2010-2014 Tahun Konsumsi (kg) 2010 11.441.319 2011 12.380.192 2012 13.396.109 2013 14.495.392 2014 15.684.882 Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2011 Konsumsi (ekor) 65.830 71.232 77.078 83.403 90.247

Dari tabel diatas tergambar bahwa terjadi peningkatan konsumsi daging sapi tiap tahunnya yaitu 11.441.319 kg atau 65.830 ekor pada tahun 2010 menjadi 15.684.882 atau 90.247 ekor pada tahun 2014. Hal tersebut diakibatkan oleh pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya pendapatan per kapita Sumatera Barat tiap tahun yang berbanding lurus dengan permintaan akan daging sapi.

13

c. Perkiraan Produksi Daging Konsumsi 1. Perkiraan Produksi Daging skenario Ia dikurang konsumsi Berdasarkan perkiraan produksi sekenario Ia dan konsumsi daging sapi di Provinsi Sumatera Barat diatas, dapat kita ketahui gap (selisih) antara produksi dan konsumsi. Sebagaimana tertera pada tabel dibawah ini : Tabel 10. Gap (selisih) Produksi skenario Ia dan Konsumsi Daging Sapi di Sumatera Barat 2010-2014 Tahun Produksi (kg) Konsumsi (kg) 2010 19.355.687 11.441.319 2011 20.447.348 12.380.192 2012 21.600.578 13.396.109 2013 22.818.851 14.495.392 2014 24.105.834 15.684.882 Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2011 Gap (kg) 7.914.368 8.067.156 8.204.469 8.323.459 8.420.952 Gap (ekor) 45.537 46.416 47.206 47.891 48.452

Tabel diatas menjelaskan bahwa produksi daging pada skenario Ia dengan menggunakan pertumbuhan rata-rata sebesar 5,64% tiap tahun, akan menjadikan Sumatera Barat surplus daging pada tahun 2010 sebesar 7.914.368 kg dan 8.420.952 kg pada tahun 2014. 2. Perkiraan Produksi Daging skenario Ib dikurang konsumsi Berdasarkan perkiraan produksi pada skenario Ib dan konsumsi daging sapi di Provinsi Sumatera Barat diatas, dapat kita ketahui gap (selisih) antara produksi dan konsumsi. Sebagaimana tertera pada tabel dibawah ini : Tabel 11. Gap (selisih) Produksi pada skenario Ib dan Konsumsi Daging Sapi di Sumatera Barat 2010-2014 Tahun Produksi (kg) Konsumsi (kg) Gap (kg) Gap (ekor) 2010 15.700.653 11.441.319 4.259.334 24.507 2011 16.347.394 12.380.192 3.967.202 22.826 2012 17.021.005 13.396.109 2013 17.722.216 14.495.392 2014 18.452.308 15.684.882 Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2011 3.624.896 3.226.824 2.767.426 20.857 18.566 15.923

14

Dari tabel diatas dapat diambil informasi bahwa perkiraan produksi daging pada skenario Ib yang berdasarkan pada populasi sapi siap potong mampu surplus pada tahun 2010 sebesar 4.259.334 kg. Namun angka surplus daging tersebut turun pada tahun 2014 menjadi 2.767.426 kg. Hal ini disebabkan oleh laju pertumbuhan populasi sebesar 4,13% per tahun lebih kecil dari pada laju peningkatan pendapatan per kapita dan pertambahan jumlah penduduk Sumatera Barat. 3. Perkiraan Produksi Daging skenario II dikurang konsumsi Berdasarkan perkiraan produksi pada skenario II dan konsumsi daging sapi di Provinsi Sumatera Barat diatas, dapat kita ketahui gap (selisih) antara produksi dan konsumsi. Sebagaimana tertera pada tabel dibawah ini : Tabel 12. Gap (selisih) Produksi pada skenario II dan Konsumsi Daging Sapi di Sumatera Barat 2011-2014 Tahun Produksi (kg) Konsumsi (kg) 2011 12.162.453 12.380.192 2012 12.663.226 13.396.109 2013 13.184.460 14.495.392 2014 13.727.142 15.684.882 Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2011 Gap (kg) (217.740) (732.884) (1.310.932) (1.957.740) Gap (ekor) (1.253) (4.217) (7.543) (11.264)

Tabel diatas menjelaskan bahwa, dengan data populasi pada skenario II mengakibatkan Sumatera Barat mengalami kekurangan sapi untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Pada tahun 2011 minus sebesar 217.740 kg atau 1.253 ekor sapi. Sementara pada tahun 2014 minus bertambah besar menjadi 1.957.740 kg atau 11.264 ekor sapi. 2. Perkiraan Pencapaian Target Populasi Sapi Tahun 2014 a. Skenario I

15

Berdasarkan hasil perhitungan perkiraan produksi dikurang konsumsi daging sapi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa dengan pertumbuhan populasi sapi rata-rata 4,13% per tahun dengan populasi sebesar 492.772 ekor pada tahun 2009, Provinsi Sumatera Barat telah mampu memenuhi kebutuhan konsumsi domestik bahkan telah berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan daging Provinsi lain. Namun sebagai salah satu daerah prioritas dalam

mensukseskan Program Swasemabada Daging Sapi (PSDS) tahun 2014, Provinsi Sumatera Barat dibebankan target untuk menyuplai kebutuhan daging/sapi nasional. Berikut gambaran perkiraan pencapain Provinsi Sumatera Barat dalam mensukseskan PSDS tahun 2014 : Tabel 13. Perkiraan Pencapaian Target Populasi Sapi Sumatera Barat tahun 2010-2014 (ekor) skenario I
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Perkiraan GapThd Populasi Perkiraan Perkiraan Kontribusi Target Produksi Konsumsi Nasional Nasional 513.123 90.337 65.830 25.009 (502) 534.315 94.059 71.232 30.064 (7.238) 556.382 97.934 77.078 35.166 (14.309) 579.361 101.969 83.403 40.419 (21.853) 603.289 106.170 90.247 45.999 (30.076) Target Populasi 513.625 541.553 570.691 601.214 633.365 Pencapaian (%) 99,9 98,7 97,5 96,4 95,3

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2011

Berdasarkan tabel perkiraan pencapaian target populasi sapi Sumatera Barat tahun 2010-2014 (ekor) skenario I diatas, diperkirakan Sumatera Barat berhasil 99,9% memenuhi target populasi yang ditetapkan Direktorat Jenderal Peternakan pada tahun 2010. Sementara pada tahun 2014 persentase keberhasilan Sumatera Barat dalam memenuhi target yang ditetapkan adalah 95,3%.

16

b. Skenario II Pada skenario II, perhitungan perkiraan pencapaian populasi sapi di Sumatera Barat pada tahun 2014 menggunakan data populasi terbaru yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik yang bekerjasama dengan Dinas Peternakan Sumatera Barat. Data ini merupakan hasil Sensus Sapi/Kerbau 2011 yang menemukan bahwa populasi sapi Sumatera Barat pada tahun 2011 adalah sebesar 326.898 ekor. Dengan asumsi laju pertumbuhan populasi sapi sebesar 4,13% per tahun, maka didapatkan perkiraan populasi sapi dan perkiraan pencapaian target Sumatera Barat dalam mensukseskan PSDS 2014, sebagai berikut : Tabel 14. Perkiraan Pencapaian Target Populasi Sapi Sumatera Barat tahun 2011-2014 (ekor) skenario II
Tahun 2011 2012 2013 2014 Populasi 326.898 340.399 354.457 369.096 Produksi 69.980 72.861 75.860 78.982 Konsumsi 71.232 77.078 83.403 90.247 Gap Thd Kebutuhan Sumbar (1.253) (4.217) (7.543) (11.264) Kontribusi Nasional 30.064 35.166 40.419 45.999 Gap Thd Target Nasional (31.317) (39.383) (47.962) (57.263) Target Populasi 334.136 354.708 376.310 399.172 Pencapaian (%) 97,8 96,0 94,2 92,5

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2011

Dari tabel diatas terlihat bahwa dengan populasi sapi 326.898 ekor tahun 2011 pada skenario II, tidak mampu memenuhi kebutuhan daging Sumatera Barat. Dengan populasi tersebut mengalami minus sapi sebanyak 1.253 ekor. Dengan asumsi pertumbuhan populasi 4,13% per tahun, pada tahun 2014 kekurangan sapi Sumatera Barat bertambah menjadi 11.264 ekor. Ditambah lagi dengan target kontribusi provinsi terhadap pertambahan populasi sapi nasional, mengakibatkan Sumatera Barat masih belum mampu memenuhi target yang sudah ditetapkan. Untuk mengatasi hal tersebut, laju pertumbuhan populasi harus ditingkatkan.

17

Namun secara keseluruhan pada tahun 2011, Sumatera Barat diperkirakan mampu memenuhi target sebesar 97,8% atau kurang 31.317 ekor sapi. Sementara pada tahun 2014 diperkirakan pencapaian targetnya menurun menjadi 92,5% atau kekurangan sapi sebesar 57.263 ekor dari target. D. Perumusan Strategi Untuk merumuskan strategi dilakukan analisis SWOT (strengs, weakness, oppurtunity, threats). Analisis ini dilakukan dengan terlebih dahulu merumuskan faktor strategi internal (Internal Strategic Factor Analysis Summary , IFAS) dan faktor strategi eksternal (Eksternal Strategic Factor Analysis Summary , EFAS). Berdasarkan tata cara yang dijelaskan pada metodologi penelitian, maka didapatkan faktor strategi internal (IFAS) seperti pada tabel berikut : Tabel 15. Faktor Strategi Internal (IFAS) Faktor-Faktor Strategi Internal KEKUATAN : Dukungan pemerintah daerah SDM berusia produktif dan berpendidikan layak Kondisi alam Ketersediaan pakan ternak Bobot Rating Bobot Rating 0,10 0,05 0,15 0,20 3 3 4 4 0,30 0,15 0,60 0,80 1,85 2 1 2 1 0,10 0,15 0,20 0,20 0,65 1,20 X Komentar

Sub Total KELEMAHAN 0,05 Sarana belum memadai 0,15 Usaha tradisional 0,10 Sistem tataniaga tidak adil 0,20 Pemotongan betina produktif Sub Total 1,0 Total Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2011

Faktor strategi ekternal (EFAS)nya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

18

Tabel 16. Faktor Strategi Enternal (EFAS) Faktor-Faktor Strategi Eksternal PELUANG : Potensi pasar provinsi dan negara tetangga Kawasan prioritas dalam PSDS 2014 Image Sumbar sebagai kawasan peternakan sapi Konsumsi dan jumlah penduduk selalu meningkat Sub Total Bobot Rating Bobot Rating 0,15 0,10 0,10 0,20 4 3 3 4 0,60 0,30 0,30 0,80 2,60 2 2 1 1 0,20 0,10 0,15 0,15 0,60 2,00 X Komentar

ANCAMAN : Program/kegiatan tidak 0,10 0,05 sustainable Daging/sapi masuk keluar tidak 0,15 terawasi Sinergitas lintas SKPD dan 0,15 instansi departemen rendah Daging/sapi dari luar lebih murah Sub Total 1,0 Total Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2011

Dari Faktor Strategi Internal (IFAS) pembangunan peternakan sapi di Sumatera Barat diatas, didapatkan nilai tertimbang kekuatan lebih besar dari pada kelemahan. Sementara pada faktor strategi eksternal (EFAS), nilai tertimbang peluang lebih besar dari ancaman. Artinya posisi pembangunan peternakan sapi Sumatera Barat terletak pada kuadran I, karena kedua selisih nilai tertimbang adalah positif, yakni 1,20 dan 2,00. Pemerintah daerah Sumatera Barat seyogyanya mengimplementasikan strategi pertumbuhan (g row). Secara visual dapat dilihat pada gambar berikut :

19

Gambar 1 : Posisi Peternakan Sumatera Barat dalam SWOT Peluang 2 Kelemahan 1 1 Kekuatan 2

Ancaman Kedua faktor-faktor strategi diatas dimasukan kedalam matriks SWOT sehingga bisa dirumuskan strategi. Selengkapnya pada diagram di bawah ini : Gambar 2 : Matriks SWOT
IFAS KEKUATAN : Dukungan pemerintah daerah SDM berusia produktif dan berpendidikan layak Kondisi alam Ketersediaan pakan ternak dan wilayah Strategi SO/Pertumbuhan Meningkatkan populasi Menambah akseptor IB dan meningkatkan kelahiran ternak Membangun dan memperluas jaringan pemasaran luar daerah Meningkatkan kualitas dan kompetensi SDM Pemanfaatan lahan secara optimal Strategi ST/Diversifikasi Membangun jaringan komunikasi yang baik lintas SKPD dan instansi departemen Pengawasan sapi masuk dan keluar Mengelola program/ kegiatan secara efektif dan berkesinambungan Meningkatkan efisiensi produksi KELEMAHAN Sarana (puskeswan) belum memadai Usaha tradisional Sistem tataniaga tidak adil Pemotongan betina produktif Strategi WO/Penyehatan Melengkapi sarana pembangunan peternakan (Puskeswan) Meningkatkan skala usaha peternak menjadi skala bisnis Menciptakan sistem pemasaran yang saling menguntungkan Penyelamatan betina produktif

EFAS PELUANG : Potensi pasar provinsi dan negara tetangga Kawasan prioritas dalam PSDS 2014 Image Sumbar sebagai kawasan peternakan sapi Konsumsi dan jumlah penduduk selalu meningkat ANCAMAN : Program/kegiatan tidak sustainable Daging/sapi masuk keluar tidak terawasi Sinergitas lintas SKPD dan instansi departemen rendah Daging/sapi dari luar lebih murah

Strategi WT/Bertahan Mengoptimalkan kinerja sarana peternakan yang ada Meningkatkan kerjasama antar instansi dan SKPD Mengoptimalkan peran stakeholder peternakan

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2011

20

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kondisi eksisting pembangunan peternakan sapi Sumatera Barat, meliputi : Produksi dan konsumsi daging sapi mengalami peningkatan rata-rata 5,64% dan 4,04% per tahun pada 2005-2009. Pada tahun-tahun tersebut laju pertumbuhan populasi sebesar 4,13% per tahun dengan populasi sapi pada tahun 2009 sebesar 492.772 ekor. 2. Perkiraan Pencapaian Target Sumetera Barat Dalam Swasembada Daging Sapi Tahun 2014 Produksi daging sapi di Sumatera Barat pada tahun 2014 diperkirakan sebesar 24.105.834 kg pada skenario Ia, 18.452.308 kg pada skenario Ib dan pada skenario II sebesar 13.727.142 kg. Jumlah konsumsi daging sapi pada tahun 2014 diperkirakan sebesar 15.684.882 kg. Artinya produksi daging sapi skenario Ia dan skenario Ib diperkirakan mampu memenuhi permintaan daging sapi Sumatera Barat tahun 2014. Sementara pada skenario II Sumatera Barat mengalami kekurangan sapi untuk memenuhi kebutuhan sendiri yaitu pada tahun 2014 minus 1.957.740 kg atau 11.264 ekor sapi dan minus 57.263 ekor terhadap target nasional. Perkiraan pencapaian target populasi sapi Sumatera Barat tahun 2014 pada skenario I, mampu dicapai 95,3%. Sementara pada skenario II pencapaian target diperkirakan sebesar 92,5%.

21

3. Strategi untuk mencapai swasembada daging sapi tahun 2014 Dari analisis SWOT yang dilakukan, ada empat strategi alternatif yang dirumuskan yaitu Strategi SO, ST, WO, WT. Namun strategi yang cocok untuk Sumatera Barat adalah Strategi SO (pertumbuhan), yaitu : (a) Meningkatkan populasi (b) Menambah akseptor IB dan meningkatkan kelahiran ternak (c) Membangun dan memperluas jaringan pemasaran luar daerah (d) Meningkatkan kualitas dan kompetensi SDM (e) Pemanfaatan lahan secara optimal. B. Saran 1. Perlu dihasilkan kebijakan-kebijakan berkelanjutan yang mampu

menciptakan produk hasil peternakan yang berdaya saing di pasar. 2. Peralatan dan perlengkapan serta jumlah unit Puskeswan perlu ditingkatkan untuk mendukung produksi dan produktifitas ternak sapi. 3. Pendistribusian petugas IB perlu dilakukan secara proporsional 4. Segera terapkan strategi SO DAFTAR PUSTAKA Aziz, Asaduddin, 1986. Perkiraan Produksi dan Konsumsi Daging Sapi di Propinsi Jambi tahun 1986-1994. Karangan Ilmiah Program Perencanaan Nasional. LPEM-FEUI. Jakarta. Badan Pusat Statistik Sumatera Barat. 2010. Sumatera Barat Dalam Angka. BPS Sumbar. Padang. Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat. 2003. Program Pembangunan Peternakan. Dalam situs www.google.co.id/usahaternak/sapi.php? diakses 29-03-2009 ; 13:15. Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat. 2008. Program Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi Tahun 2010. Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat. Padang

22

Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat. 2010. Data Base Peternakan Propinsi Sumatra Barat Tahun 1999-2009. Padang http://matakuliah.files.wordpress.com/2007/09/te-mik-2.pdf. Penawaran. Diakses 22-09-2011 ; 21:00. Permintaan dan

Jafrinur. 1999. Perkiraan Konsumsi Daging Sapi dan Kerbau di Sumatera Barat Tahun 2000-2004. Lembaga Penelitian Universitas Andalas. Padang. . 2006. Perilaku Konsumen Rumahtangga dalam Mengkonsumsi Daging (Kasus Propinsi Sumatera Barat). Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran. Bandung. Jafrinur dan Muharja,F. 2010. Analisis dan Penetapan Kawasan Peternakan di Sumatera Barat (Sebuah Tinjauan Dalam Perspektif Ekonomi). Universitas Andalas. Padang Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal Peternakan, 2010. Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014. Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta. Kuntjoro, S.U. 1984. Permintaan Bahan Pangan Penting di Indonesia. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Manual Kesmavet, 1993. Pedoman Pembinaan Kesmavet. Direktorat Bina Kesehatan Hewan Direktorat Jendral Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta. Menteri Pertanian RI. 2010. Pedoman Umum Program Swasembada Daging Sapi 2014. Menteri Pertanian Republik Indonesia. Jakarta. Muzani, A. 2008, Percepatan pencapaian swasembada daging sapi (P2SDS). Penyuluhan Balai Pengkaji Teknologi Pertanian. Kupang Rangkuti. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Soedjana, T.D. 1996. Perkembangan Konsumsi Daging dan Telur Ayam di Indonesia. Majalah Pangan No. 29 Vol. III. Suryana, A. 2003. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Ketahanan Pangan. BPFE. Yogyakarta.

Você também pode gostar