Você está na página 1de 29

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012.

FK UGM ,Yogyakarta

ANATOMI
Batasan Kata anatomi yang dalam bahasa Inggeris anatomie (Middle English) yang kemudian menjadi anatomy (Modern English) berasal dari istilah Latin anatomia, yang diturunkan dari istilah Yunani anatom. Anatomi berdasarkan istilah aslinya (Yunani: anatom) adalah paduan dari kata-kata ana- yang berarti ke atas; dan tom, dari kata temnein, yang berarti mengiris atau memotong. Dengan demikian berdasarkan istilah aslinya (Yunani), arti kata anatomi adalah dimaksudkan sebagai: - memotong atau mengiris untuk kemudian dibawa ke atas. - memotong atau meniris-iris untuk ditampilkan ke atas atau ke permukaan Istilah tersebut terlahir karena proses pembelajaran anatomi pada saat itu (dan masih diikuti sampai saat ini) adalah dengan cara deseksi atau memotong atau mengiris organ tubuh, untuk diangkat dan dipelajari di permukaan. Lebih lanjut, sebutan anatomi tersebut juga diartikan secara filosofis, yang berarti : - suatu cara pendekatan yang mampu memotong, mengiris, mengurai sampai detil, tetapi yang kemudian juga mampu mengangkat ke permukaan, mampu memaparkannya, mampu menunjukkannya, secara obyektif - suatu cara pendekatan yang mampu mengurai, mampu membuat analisa, tetapi juga mampu menunjukkan bukti uraiannya atau analisanya tersebut secara obyektif - secara ringkas dapat pula disebut ilmu urai obyektif, atau ilmu analisa obyektif Jadi, sesungguhnya sebutan anatomi tidaklah dimaksudkan hanya untuk bidang keilmuan kedokteran saja, tetapi dapat pula diterapkan kepada bidang-bidang keilmuan yang lain. Oleh karena itu dapat pula dikenal istilah-istilah : anatomi budaya, anatomi geografi, anatomi sosial, anatomi politik, dsb . Yang penting, asal cara pendekatannya secara analitis dan obyektif maka sebutan anatomi dapat dipakai. Pada bidang keilmuan kedokteran, sebutan anatomi tanpa keterangan lain, adalah dimaksudkan sebagai anatomi tubuh manusia. Analogi dengan hal ini adalah sebutan anatomi pada bidang keilmuan peternakan (dan keilmuan lain yang mempergunakan hewan sebagai bahan pembelajarannya) berarti anatomi tubuh hewan (anatomi hewan), serta sebutan anatomi pada bidang-bidang keilmuan pertanian (dan keilmuan lain yang mempergunakan tanam-tanaman sebagai bahan pembelajarannya), berarti anatomi tubuh tanaman (anatomi tumbuh-tumbuhan)

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

Anatomi Tubuh Manusia Ilmu anatomi tubuh manusia adalah bidang ilmu yang mempelajari tubuh manusia beserta bagian-bagiannya secara morfologis. Dalam bidang kedokteran, ilmu anatomi menjadi ilmu dasar yang penting bagi para mahasiswanya, agar dapat memiliki pengetahuan morfologis yang baik perihal tubuh manusia dan bagian-bagiannya, sehingga dapat berguna bagi kepentingan penegakan diagnosa penyakit di saat belajar ilmu klinik di kelak kemudian harinya. Bagaimanapun, ilmu anatomi juga diperlukan oleh bidang-bidang profesi lain, yang memerlukan pengetahuan memadai perihal morfologi, sifat-sifat dan fungsi tubuh manusia beserta bagian-bagiannya. Dalam bidang kedokteran, cara pendekatan dan sebutan yang timbul dalam upaya pengkajian tubuh manusia sampai kepada bagian-bagiannya dapat bermacam-macam sesuai tujuan dan keperluan bidang kajiannya. Sebutan anatomi deseksi (desection anatomy) timbul karena untuk mengurai tubuh menjadi bagian-bagian yang dikaji memerlukan pemotongan-pemotongan atau pengirisan-pengirisan, agar mendapatkan bagian tubuh yang ingin dikajinya. Sebutan makro- atau mikro-anatomi muncul bergantung kepada bentuk morfologi organ atau bagian tubuh yang ingin dikajinya. atau Anatomi makroskopis (makro-anatomi) bila pengamatan organ masih dapat dengan indera mata tanpa bantuan alat pembesar, ataukah anatomi mikroskopis (mikroanatomi), bila sudah harus mempergunakan alat bantu mikroskop dalam upaya mempelajari bagian-bagian tubuh yang ingin dikajinya. Sebutan anatomi regional diterapkan, apabila cara kajiannya dilakukan secara tahap demi tahap atas dasar regio per regio (daerah per daerah) dari permukaan tubuh. Sebutan anatomi topografi diterapkan apabila seseorang harus memperbandingkan kedudukan atau posisi organ yang satu dengan yang lain, atau kedudukan organ terhadap kedudukan baku (patokan baku) tertentu. Anatomi sistematik apabila cara pembahasannya berdasarkan atas klasifikasi sistem per sistem. Anatomi fungsional (anatomi fisiologi) apabila di samping membahas morfologi tubuh beserta bagian-bagiannya, disertai pula dengan pembahasan kepada fungsi atau fisiologinya. Anatomi klinik apabila kajian-kajian morfologis terhadap tubuh dan bagian-bagiannya disertai pula dengan pembahasanpembahasan kasus-kasus klinik yang terkait dengan materi anatomis yang tengah dibahas. Anatomi terapan apabila kajian-kajian morfologis terhadap tubuh dan bagianbagiannya disertai pula dengan pembahasan-pembahasan pada kemungkinan penerapannya kepada bidang-bidang pekerjaan tertentu, atau kepada kemungkinankemungkinan penyesuaian, atau pembuatan instrumen-instrumen praktis tertentu. Ilmu anatomi tubuh manusia adalah ilmu urai obyektif perihal tubuh manusia beserta bagian-bagiannya. Seseorang yang ingin mengetahui bagian-bagian tubuh secara lebih detil perlu melakukan tindakan pengirisan atau pemotongan tubuh ( desection, deseksi), menjadi bagian-bagian lebih detil yang ingin dipelajarinya. Oleh sebab itu, dalam sejarah ilmu anatomi tubuh manusia, sempat pula dikenal sinonimnya sebagai ilmu deseksi tubuh manusia atau yang kemudian lazim disebut sebagai ilmu deseksi saja.

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

Bila cara-cara deseksi tersebut mempergunakan pisau bedah anatomis ( scalpel anatomis), maka hasil paling detil potongan atau irisan bagian-bagian tubuh yang dipelajari masih sebatas pada organ-organ atau bagian-bagian tubuh yang dapat diindera oleh mata telanjang (tanpa bantuan alat pembesar). Dalam hal ini ilmu deseksi masih berurusan dengan bagian-bagian tubuh yang bersifat makroskopis, sehingga ilmu deseksi pada dasarnya adalah juga anatomi makroskopis, atau makro-anatomi (Lihat di atas). Oleh karena makro-anatomi mempelajari tubuh manusia secara utuh (menyeluruh), maka seringkali disebut pula sebagai gross-anatomy. Bila deseksi masih menghendaki hasil yang lebih detil, maka pisau bedah anatomis (scalpel anatomis) masih kurang memadai. Orang perlu mempergunakan alat potong yang dapat memberikan hasil lebih detil, yang dikenal sebagai microtome (mikrotom). Hasilnya sudah tidak dapat diindera oleh mata telanjang, tetapi sudah harus dengan bantuan alat pembesar atau microscope (mikroskop). Dengan demikian ilmu anatomi (tubuh manusia) di sini dikenal sebagai anatomi mikroskopis atau mikro-anatomi (Lihat di atas). Dalam hal ini ilmu deseksi sudah dapat mempelajari bagian-bagian tubuh sampai kepada tingkat jaringan tubuh, bahkan sampai pada tingkat seluler. Mikro-anatomi yang mengkaji jaringan tubuh kemudian lazim disebut histologi (histology, ilmu jaringan), dan bila melakukan kajian khusus perihal sel-sel tubuh disebut sitologi (cytology, ilmu perihal sel-sel tubuh ). Cara-cara pendekatan anatomis di dalam mempelajari bagian-bagian penting tubuh manusia terus mengalami kemajuan seiring dengan kemajuan teknologi peradaban manusia. Maka mikro-anatomi-pun semakin berkembang, dengan peralatan yang semakin canggih pula Salah satu contohnya adalah mikro-anatomi yang kemudian banyak mempergunakan sarana mikroskop electron, sehingga mampu pula menampilkan gambaran-gambaran morfologis bagian-bagian penting tubuh manusia yang lebih detil dari sekedar tingkat sel, yakni sampai pada tingkat molekul yang menjadi komponen penting penyusun dinding (membran), plasma dan inti sel. Berangkat dari cara-cara kajian semacam ini maka berkembang pula ilmu anatomi pada tingkat molekul, yang lazim dikenal sebagai anatomi bio-molekuler. Yang menarik adalah apa yang dikatakan Adisewoyo (1982) yang menyatakan bahwa, bila ingin menjadi seorang anatom (pemikir secara anatomis), maka orang tersebut tidak boleh menyerah hanya oleh keterbatasan kemampuan kerja alat bantunya. Seorang anatom tidak boleh berhenti memperoleh jawab akan sesuatu masalah, apabila pisau pengurainya sudah tidak lagi mampu membantunya. Mengapa? Karena manusia masih memiliki otak. Menurutnya, otak adalah pisau pengurai terakhir bagi seorang anatom, apabila alat-alat canggih macam apapun sudah tidak lagi mampu mengatasi permasalahan yang ingin diuraikannya. Yang perlu senantiasa diingat adalah, seorang anatom harus pula senantiasa mampu membuktikan obyektivitas dari apa yang telah sanggup diuraikannya. Adisewoyo (1982) sependapat dengan penulis, bahwa hanya pandai mengurai saja, atau hanya pandai memapar saja, dia bukanlah seorang anatom. Hanya pandai mengurai akan berrisiko menjadi tukang debat yang susah dipercayai kebenarannya, hanya pandai memapar cenderung menjadi tukang atau pekerja yang tinggal terima perintah atasannya (Adisewoyo & Rismanto, 1982). 3

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

Klasifikasi Klasifikasi adalah sebuah proses membagi sesuatu menjadi klas-klas tertentu. Klas di sini diartikan sebagai suatu kelompok yang memiliki kesamaan karakter tertentu. Klasifikasi anatomis diartikan sebagai proses membagi sesuatu menjadi klas-klas yang memiliki karakter-karakter anatomis tertentu. Manusia, oleh banyak ahli telah diakui sebagai organisme paling kompleks di jagad raya ini. Sebagaimana pula dikatakan oleh Young et al (2000), tubuh manusia tersusun oleh bermilyar komponen mikroskopis yang masing-masing memiliki identitas, ciri dan fungsi tersendiri, tetapi yang mampu pula bekerja secara bersama secara sistematis guna membangun suatu kesatuan fungsi, yakni fungsi kehidupan manusia itu sendiri secara utuh. Dengan demikian tubuh manusia dapat dipandang sebagai suatu kesatuan struktur dan fungsi yang terbangun oleh bermilyar struktur-struktur kecil. Strukturstruktur kecil tersebut oleh banyak ahli (antara lain oleh Young et al, 2000) kemudian lazim dibedakan menjadi 4 tingkatan yang masing-masing memiliki otoritas struktur dan fungsi tersendiri sesuai kapasitasnya, yakni: sel, jaringan, organ, dan sistem. Sel lebih lanjut dipandang sebagai unit atau kesatuan struktur dan fungsional terkecil dalam kehidupan biologis, termasuk kehidupan biologis manusia. Contohnya adalah: sel epitel, sel mesotel, sel jaringan ikat, sel tulang, sel otot, dan sel saraf. Jaringan adalah sekumpulan dari sel-sel dengan struktur dan fungsi yang sama. Contohnya adalah: jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan tulang, jaringan otot, dan jaringan saraf (Perhatikan bahwa nama-nama jaringan lazim mengikuti nama-nama selnya). Organ adalah bentuk morfologis tertentu yang tersusun atas beberapa jaringan guna melaksanakan suatu fungsi biologis spesifik tertentu. Contohnya adalah hepar (liver, hati) yang tersusun atas jaringan-jaringan epitel (yang menjadi komponen utama organ hati), jaringan ikat (yang membangun selubung dan penunjang organ hati), sel otot polos (yang membangun dinding pembuluh darah hati), dan jaringan mesotel (yang membangun selubung hati atau peritoneum yang membungkus hati). Kesemua jaringan tersebut telah membangun suatu struktur tertentu yang disebut hati, yang telah membangun suatu kesatuan fungsi tertentu, yakni metabolisme dan detoksikasi sarisari makanan yang diterimanya dari intestinum tenue (usus halus). Morfologi dan fungsi organ hati adalah sudah sedemikian spesifik, yang tidak dijumpai, tidak dapat dilakukan atau tidak dapat digantikan oleh organ-organ yang lain. Demikian pula pada contoh organ-organ yang lain seperti ventriculus (gaster, lambung), pancreas (pankreas), ren (ginjal), lien (limpa), dan sebagainya. Organ-organ tersebut juga tersusun atas berbagai jenis jaringan, akan tetapi kemudian telah membangun satu kesatuan bentuk dan fungsi tertentu, yang tidak dapat dilakukan atau digantikan oleh organ-organ yang lain. Lebih lanjut sebutan organ sering pula dikatakan sebagai alat.

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

Sedang sistem adalah sebutan untuk serangkaian organ-organ yang membangun suatu kesatuan fungsi tertentu. Sebagai contoh adalah systema digestoria (sistem digesti, sistem pencernaan). Walau sistem ini tersusun oleh rangkaian organ-organ berbeda bentuk dan telah pula memiliki fungsi-fungsi spesifik tertentu (yang tidak dapat tergantikan oleh organ lain), tetapi mereka secara bersama-sama terhimpun di dalam suatu kerjasama dalam melaksanakan fungsi tertentu, yakni fungsi digesti (penernaan dan penyerapan makanan). Organ-organ semenjak dari cavitas oris (rongga mulut) sampai dengan colon (kolon, usus tebal) telah terbentuk dan berfungsi sedemikian spesifik, akan tetapi secara bersama mereka terhimpun di dalam suatu kesatuan fungsional, yakni dalam hal mencerna dan kemudian menyerap sari-sari makanan yang telah dicernanya. Demikian pula contoh-contoh sistem yang lain semisal systema respiratoria (sistem respirasi), yang tersusun atas serangkaian organ-organ berbeda bentuk dan fungsi spesifiknya semenjak dari cavitas nasi (rongga hidung) sampai dengan alveolus; atau systema uropoetica (sistem perkemihan) yang tersusun atas organ-organ yang berbeda bentuk dan fungsi spesifiknya dari ren (ginjal) sampai urethra (uretra); atau systema genitalia (sistem genital, sistem perkelaminan) yang tersusun atas organ-organ dengan bentuk dan fungsi spesifik semenjak dari testis (testis, zakar) sampai urethra (uretra) pada laki-laki; atau semenjak dari ovarium (ovarium, indung telur) sampai vulva (vulva, liang sanggama) pada wanita; atau systema nervosum (sistem saraf), yang tersusun atas organ-organ dengan bentuk dan fungsi spesifik semenjak dari encephalon (otak) sampai ke ujung-ujung akhiran saraf; dan sebagainya. Young et al (2000) menyebutkan 10 jenis sistem di dalam tubuh manusia, yakni: 1. Sistem skelet 2. Sistem muskuler 3. Sistem saraf 4. Sistem endokrin 5. Sistem kardiovaskuler 6. Sistem limfatik 7. Sistem respirasi 8. Sistem digestif 9. Sistem urinari, dan 10. Sistema reproduksi Perlu diingat bahwa klasifikasi bagian-bagian tubuh berdasarkan sistem adalah klasifikasi yang menempatkan fungsi organ sebagai faktor kajian penting. Klasifikasi sistemik tidak hanya melihat kepada serangkaian struktural organ-organ, akan tetapi juga sudah mempertimbangkan fungsi dari organ-organnya sebagai tema kajiannya. Klasifikasi sistemik adalah cara pendekatan yang selain mempertimbangkan segi morfologis (anatomis)-nya, mempertimbangkan pula segi-segi fungsional atau fisiologisnya. Dengan kata lain, pengkajian bagian-bagian tubuh secara sistemik, adalah cara pengkajian yang bersifat morfo-funsional atau anatomi-fungsional.

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

Cara pengkajian bagian-bagian tubuh manusia secara sistemik, atau secara anatomifungsional, adalah penting dan lebih banyak dipergunakan pada kalangan-kalangan pemerhati dan pengkaji keilmuan: fisiologi, farmakologi, kedokteran klinis, kedokteran praktis, dan bidang-bidang keilmuan yang menyangkut bagian tubuh atau organ-organ tubuh manusia, akan tetapi tidak terlalu menempatkan segi morfologi (anatomi murni)nya sebagai faktor yang terutama untuk dijadikan bahan kajian. Tentu saja para ahli-ahli anatomi klasik tidak terbiasa mempergunakan cara-cara pendekatan semacam ini. Mereka dapat saja sesekali menyebutkan serangkaian organ yang sama fungsinya sebagai suatu sistem, akan tetapi mereka tidak menyebutkannya secara eksplisit sebagai suatu klasifikasi atau sistematika yang baku. Grays Anatomy yang dapat dipandang sebagai buku acuan utama ilmu anatomi tubuh manusia, baik sejak edisiedisi awalnya sampai dengan edisi-edisi Davies & Coupland (1972), Goss (1973), Williams et al (1995) sampai edisi terbaru dari Drake et al (2010) tidak pernah menyatakan secara tegas perihal pembagian organ-organ di dalam suatu klasifikasi sistemik. Buku-buku anatomi lain yang juga banyak dipakai sebagai acuan pembelajaran ilmu anatomi tubuh manusia, semisal dari Moore (1992), juga dari Saladin (2008) juga tidak menyatakan secara tegas perihal klasifikasi secara sistemik perihal bagian-bagian tubuh manusia itu. Hanya beberapa sistem saja yang biasa disebutkan, seperti sitem kardiovaskuler, sistem limfatik, sistem saraf, sistem respirasi, sistem digesti dan sistem urogenital Sedangkan bagian-bagian tubuh seperti tulang (kerangka), persendian, otot, organ-organ sensorik, kulit, kelenjar dan lain-lain cenderung disebutkannya di dalam kelompok organ-organ. Klasifikasi anatomis klasik cenderung diberikan secara organologis, sedang yang untuk kepentingan pembelajaran diseksi para mahasiswa, dan juga yang diperlukan untuk kepentingan klinik praktis pada bidang kedokteran pembedahan, lebih banyak dikelompokkan secara regional (Lihat Tabel 2) Atas dasar fakta tersebut, penulis mengusulkan suatu sistematika tubuh manusia yang relatif lebih lengkap dan lebih mendekati definisi dari sistem itu sendiri. Adapun klasifikasi sistem (sistematika) tersebut adalah sebagai Tabel 1 di bawah ini: Tabel 1. Sistematika Organ-organ Tubuh Manusia
(Rismanto, 2006, unpublished)
1) 2) 3) 4) 5) S Integumentalia S Connectiva S Skeletalia S Muscularia S Nervosa 6) 7) 8) 9) 10) S Cardiovascularia S Lymphatica S Digestoria S Respiratoria S Uropoetica 11) 12) 13) 14) 15) S Genitalia S Glandularia S Sensoria S Membranosa S Cavitalia

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

Tabel 2.
Klasifikasi Materi Kajian Bagian-bagian Tubuh Manusia Secara Anatomis Menurut Beberapa Penulis *Davies & Saladin *Drake et *Goss Moore *Williams et Coupland 2008 1992 1973 a 1972 2010 l
Histology Embryology Introduction Embryology The Thorax The 1995 Introduction The Study of Human Anatomy The Body

Cells & T i s s u e s

Cytology

Back

Osteology Syndesmolog

Surface & Topographical Anatomy Osteology

The Pelvis & Perineum

Embryology & Development Neonatal Anatomy & G r o w t h Integumental System Skeletal System

Histology Human Development

Thorax Abdomen

The Back

Angiology Neurology Organs of the Sense & the Skin Splanchnolo

Joints & Ligaments Muscles & Fasciae The Heart The Arteries The Veins The Lymphatic System The Central Nervous System The Peripheral Nervous System The Organs of the Sense The Integument The Respiratory System The Digestive System

The Lower Limb The Upper Limb The Head The Neck The Cranial Nerves

The Integumentary System Bone Tissue

Pelvis & Perineum Lower

Muscle Nervous System Haemolymphoid System Cardiovascular System Respiratory System Alimentary System Urinary System Reproductive System Endocrine System Surface A n a t o m y

The Axial Skeleton The Appendicular Skeleton Joints The Muscular System The Axial Musculature The Appendicular Musculature Nervous Tissue The Spinal Cord & Spinal Nerves The Brain & Cranial Nerves The Autonomic Nervous System & Visceral Reflexes

Upper Head &

The Urogenital System The Endocrine Glands

Sense Organs The Endocrine System

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta
The CirculatorySystem (CS) I The CS II: Heart The CS III: Blood

Vessels
The Lymphatic System & Immunity The Respiratory System The Digestive System The Urinary System The Reproductive

System
*Para

editor yang telah menyempurnakan dan mengembangkan buku acuan ilmu Anatomi Kklasik, Grays Anatomi

SISTEM INTEGUMENTUM (Systema Integumentalia, Sistem Kulit) Batasan


Integumen berasal dari kata integument (bahasa Latin) yang berarti pembungkus. Dalam bidang ilmu biologi, integumen diartikan sebagai pembungkus badan. Pembungkus badan adalah kulit, oleh karena itu dalam bidang biologi integumen lebih sering diartikan sebagai kulit. Istilah yang tepat untuk kulit itu sendiri sebenarnya adalah dermis (dari istilah Latin derma), atau cutis (istilah Yunani). Tetapi lebih lanjut yang diartikan sebagai kulit adalah cutis dan dermis lebih diartikan sebagai lapisan internal dari cutis. Seperti diketahui, kulit atau cutis dibedakan atas 2 lapisan, yakni dermis (lapisan internal yang terbentuk oleh jaringan ikat) dan epidermis (lapisan eksternal yang terbentuk oleh sel-sel epitel).

Sistem integumen dan cakupannya


Bahasan secara anatomis perihal kulit tubuh manusia, apalagi bila secara fisiologis dan klinis, hampir selalu disertai dengan bahasan perihal jaringan lain yang terdapat atau erat kaitan struktur dan fungsinya bersama kulit. Oleh sebab itu, bahasan perihal kulit lebih sering masuk di dalam ranah sistem dari pada sekedar ranah organ atau jaringan. Oleh sebab itu pula, sebutan integumen bagi kulit lebih sering dipakai dari pada sebutan cutis. Karena cutis adalah nama organis untuk kulit, sedang integumen adalah sebutan untuk kulit yang lebih bersifat sistemik. Lebih lanjut kajian anatomis sistem integumen tersebut akan meliputi: A. Kulit sebagai pembungkus tubuh B. Tunica mucosa (tunika mukosa, selaput lendir)

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

C. Kulit (cutis, kutis) sebagai organ dan jaringan D. Organ atau jaringan yang terdapat di dalam kulit yang meliputi organ-organ kelenjar, jaringan otot polos, jaringan lemak, vasa darah, vasa dan nodus limfatikus permukaan, serabut-serabut saraf, dan organ-organ reseptor E. Fungsi kulit sebagai media jaringan reseptor F. Perkembangan kulit

A. Kulit Sebagai Pembungkus Tubuh Cutis (kulit)


Tanpa keterangan lebih lanjut, cutis (kulit) dimaksudkan sebagai jaringan epithelial yang menempati permukaan luar tubuh makhluk hidup, dan berlaku sebagai pembungkus serta pelindungnya. Cutis (kulit) sebagai pembungkus tubuh ini kemudian memiliki fungsi sebagai pelindung organ-organ dalam tubuh terhadap: 1) 2) 3) 4) Perubahan suhu lingkungan Sengatan langsung sinar ultra violet Invasi debu dan kuman-kuman penyakit dari luar Kemungkinan lesi (perlukaan) akibat pergeseran dengan benda-benda sekitar

Selain itu kulit juga berperan penting sebagai: 1) media organ-organ reseptor untuk panas, dingin, taktil (rabaan) dan tekanan 2) media ekskresi, karena pada kulit juga ditempati organ-organ kelenjar ekskretorik, yakni kelenjar keringat (glandula sudorifera), kelenjar minyak atau sebum (glandula sebacea), kelenjar air mata atau lacrima (glandula lacrimalis) 3) sebagai media absorbsi terutama terhadap air 4) sebagai penghasil pigmen kulit (melanin), karena pada lapisan basal (stratum basale, lapisan dasar) kulit ada sel-sel penghasil pigmen yang dikenal sebagai melanocytus (melanosit, sel-sel melanin) 5) penghasil vitamin D 6) jaringan ikat bawah kulit (subcutis, subkutis)-nya sebagai tempat penimbunan cadangan lemak Secara umum, kulit sebagai pelapis permukaan tubuh dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yakni: a) kulit yang menempati permukaan dorsal tubuh (cutis dorsalis) yang ditandai dengan warna kulit yang lebih gelap (hyperpigmented) karena lebih banyak mengandung pigmen dan ditumbuhi bulu-bulu b) kulit yang menempati permukaan ventral tubuh (cutis ventralis) yang ditandai dengan warna kulit yang lebih terang karena kurang mengandung pigmen (hypopigmented) dan tidak berbulu

B. Tunica mucosa (tunika mukosa, selaput lendir)


9

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

Tunica mucosa dapat pula dipandang sebagai kulit, yang berfungsi sebagai pelapis permukaan rongga atau saluran dalam tubuh (misal rongga mulut sampai anus, rongga hidung dan saluran pernafasan, rongga telinga tengah dan dalam, saluran-saluran kemih dan saluran-saluran kelamin). Perbedaan antara kulit (cutis) dengan tunika mukosa (selaput lendir, tunica mucosa) adalah, bahwa kulit secara embriologis berasal ectodermal (ektodermal) sedang tunika mukosa secara embriologis berasal endodermal. Kulit menempati permukaan luar tubuh, sedang tunika mukosa menjadi pelapis permukaan saluran atau rongga-rongga dari organ-organ dalam. Kulit kurang sensitif atau cepat adaptasi terhadap rangsang (stimulus) sedang tunika mukosa bersifat sensitif terhadap rangsang. Kulit diinervasi serabut-serabut saraf aferen somatik, sedang tunika mukosa diinervasi serabut-serabut saraf aferen viseral (serabut saraf aferen otonom). Kulit dilumasi oleh zat minyak atau sebum yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar minyak (gandula sebacea) sedang tunika mukosa dilumasi oleh cairan-cairan serosa, seromukosa atau cairan mukosa (zat-zat lendir encer. agak kental dan kental) yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar serosa, seromukosa dan mukosa yang terdapat pada masing-masing stratum basalenya. Kulit menghasilkan pigmen, sedang tunika mukosa tidak menghasilkan pigmen. Kulit ditumbuhi bulu-bulu badan, sedang tunika mukosa tidak. Kulit relatif lebih tebal, tidak transparan dan berwarna sesuai pigmen yang dikandungnya, sedang tunika mukosa relatif tipis, transparan dan berwarna kemerahan. Warna kemerahan pada tunika mukosa bukan karena pigmen merah yang dihasilkannya sendiri, tetapi dari pigmen merah ( hemosiderin) selsel darah yang melalui pembuluh-pembuluh kapiler di bawahnya.

Tabel 3.
Perbedaan kulit dengan tunika mukosa Kulit (cutis, kutis) Ectodermal Permukaan luar tubuh Relatif tebal Sebum Gld Sebacea Tumbuh Ada Melanin Sesuai warna melanin Aferen somatik Kurang, cepat adaptasi Disadari Taktil, tekanan, suhu Informasi persepsi Tunika mukosa (tunica mucosa, selaput lendir) Endodermal Permukaan rongga visera Relatif tipis Cairan serosa/seromukosa/mukosa Gld serosa/seromukosa/mukosa Tidak tumbuh Tidak ada Hemosiderin Kemerahan Aferen viseral (otonom) Selalu tinggi, tidak pernah adaptasi Tidak disadari Tidak disadari Refleks

Embriologis Topografi Konsistensi Pelumas Kelenjar pelumas Bulu badan Kelenjar pigmen Gambaran pigmen Warna Inervasi Sensitifitas Sensasi Jenis sensasi Fungsi sensasi

Cutis sebagai tunika mukosa


Perlu diperhatikan, bahwa kulit yang menempati daerah-daerah perbatasan dengan rongga atau saluran badan tertentu (misal yang berbatasan dengan rongga mulut, rongga hidung, rongga mata, liang telinga, anus dan saluran uretra) akan turut menjadi pelapis permukaan rongga atau saluran tersebut. Kulit di sini menjadi lebih tipis, lebih transparan, lebih kemerahan,

10

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

dan lebih sensitif, sehingga mirip dengan gambaran selaput lendir (tunica mucosa, tunika mukosa) pada umumnya. Oleh karena itu namanya juga sering diawali dengan sebutan tunica mucosa. Kulit-kulit tersebut adalah: 1) tunica mucosa palpebralis (selaput lendir palpebra), yaitu kulit yang melapisi permukaan dalam kelopak mata (palpebra) 2) conjunctiva palpebralis (lipatan kulit di antara kelopak dengan bola mata) 3) tunica mucosa 2/3 bagian luar cavitas nasalis (rongga hidung) 4) tunica mucosa 2/3 bagian luar cavitas oris (rongga mulut), meliputi selaput lendir bagian dalam labia oris (bibir), gingiva (gusi, isit), lingua (lidah), permukaan dalam bucca (pipi), dan permukaan anterior palatum (langit-langit rongga mulut) 5) tunica mucosa liang telinga luar (meatus acusticus externus) 6) tunica mucosa bagian luar membrana tympani (selaput pendengaran) 7) tunica mucosa sekitar 3 cm bagian eksternal anus 8) tunica mucosa 2/3 yang bagian eksternal urethra 9) tunica mucosa vulva dan 2/3 bagian eksternal vagina

C. Kulit Sebagai Organ & Jaringan


a) Kulit sebagai organ
Sampai saat ini sangat kurang bila tidak boleh dikatakan tidak ada buku-buku atau informasi ilmiah anatomis yang memerikan secara tegas dan jelas perihal kulit sebagai organ. Pada umumnya hanya disebutkan kulit sebagai jaringan, atau dibahas dalam ranah sistemik sebagai integumen. Dalam pembahasan secara sistemikpun, tidak pernah disebutkan, organ-organ kulit yang mana yang menjadi anggotanya. Apabila karena alasan bahwa kulit sudah menjadi bagian dari organ-organ tertentu, misal bagian dari kelopak mata, hidung, telinga, tangan, kaki, dsb, adalah bukan alasan yang tepat. Sebab menurut IANC (International Anatomical Nomenclature Committee) tahun 1989 dalam buku Nomina Anatomica edisi ke-6 juga banyak disebutkan keberadaan organ-organ kecil yang terdapat di dalam organ, bahkan di dalam jaringan tertentu. Misal organum olfactorium (organ olfaktus, organ penghidu) yaitu organ resptor untuk rangsang bau yang terdapat di bawah lapisan selaput lendir atap rongga hidung; organum gustatorium (organ gustus, organ pengecap) yaitu organ reseptor untuk rangsang kecap yang terdapat di sela-sela sel-sel epitel permukaan lidah; organum spirale (organum Corti, organ Corti, organ pendengar) yaitu organ reseptor pendengaran yang terdapat pada selaput lendir dalam rongga cochlea (koklea, rumah siput, bagian dari system pendengaran di dalam rongga telinga dalam), organum subfornicale dan organum subcomissurale yang berupa kelompok sel-sel saraf otak di bawah bangunanbangunan otak yang lain yakni fornix (forniks, bagian dari rhinencephalon) dan commissural (serabut-serabut saraf penghubung otak kanan dan kiri) ; dan lain-lain. Bahkan di masa pertumbuhan, email gigi juga dipandang sebagai organ, yakni organum enamelum.

11

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

Dari sudut pandang definisi hakekat organ adalah suatu kesatuan dari beberapa jaringan yang memiliki struktur, sifat dan fungsi tersendiri. Maka atas dasar alasan-alasan tersebut, kulit yang terbentang di permukaan tubuh dapat pula dipandang sebagai suatu sistem (sistem integumen) yang tersusun dari beberapa organ kulit. Adapun kulit yaqng dapat dipandang sebagai organ tersebut adalah Cutis dorsalis (kulit punggung) yang meliputi cutis dorsalis cervicalis (kulit punggung leher, kulit tengkuk), cutis dorsalis corporis (kulit punggung badan, meliputi punggung daerah dada dan daerah pinggang), cutis dorsalis membri superioris (kulit punggung anggota badan atas, dari deltoid atau pundak sampai manus atau tangan) dan cutis dorsalis membri inferioris (kulit punggung anggota badan bawah dari glutea atau pantat sampai pes atau kaki). Karakteristik dari kulit punggung adalah banyak mengandung pigmen melanin dan berbulu. Cutis capitis (kulit kepala), adalah kulit yang melapisi permukaan luar kepala, yang ditandai dengan rambut-rambut kepala (pili capitis). Selain rambut yang memiliki ciri tersendiri, kulit di sini juga banyak menghasilkan sebum (ketombe). NB: cutis capitis pada dasarnya termasuk cutis dorsalis. Karena ciri pertumbuhan rambutnya yang menonjol, maka dipisahkan secara tersendiri. Cutis ventralis, adalah kulit yang menempati permukaan ventral dari kepala, leher. badan dan anggota badan. Karakteristik umum dari kulit-kulit di sini adalah kurang mengandung pigmen (hipopigmented). Cutis ventralis meliputi: Cutis facialis (kulit wajah), adalah kulit yang melapisi wajah (facium, facia); meliputi kulit dahi (cutis frontalis), kulit kelopak mata (cutis palpebralis), kulit permukaan hidung (cutis nasalis), kulit permukaan daun telinga (auricula, pinna) ( cutis auricularis), kulit permukaan luar bucca (pipi) (cutis buccalis), kulit luar labia oris (bibir mulut) (cutis labialis oris) dan kulit dagu (mentum) (cutis mentalis). Sifat khusus kulit-kulit di wajah adalah, sensiti berubah warna (menjadi kemerahan atau pucat) yang erat kaitannya dengan perubahan emosi seseorang. Selain itu juga sensitif memproduksi lemak yang sebumnya sering tampak menonjol sebagai acne (jerawat). Tanda lain yang menonjol dari cutis facialis adalah, pada daerah-daerah perbatasannya ditumbuhi rambut yang morfologinya juga memiliki cirri tersendiri, misal perbatasan antara cutis frontalis dengan cutis palpebralis ditumbuhi bulu alis (supercilia), perbatasan antara cutis palpebralis dengan tunica mucosa palpebralis ditumbuhi bulu mata (cilia), perbatasan antara cutis nasalis dengan cutis labialis superior ditumbuhi kumis (vibrissae), perbatasan antara cutis mentalis dengan cutis cervicalis ditumbuhi jambang (barbae), perbatasan antara cutis auricularis dengan tunica mucosa auricularis externa (tunica mucosa meatus acusticus externus) ditumbuhi rambut halus telinga (lanugo auricularis). NB: 1) Vibrissae dan barbae hanya tumbuh subur pada kaum maskulin. Pada kaum feminin tidak tumbuh, atau hanya berupa rambut-rambut halus terutama di perbatasan antara hidung dan bibir atas (lanugo labialis) 2) Cutis labialis oris selain mengandung pigmen paling banyak dibanding bagian-bagian cutis facialis yang lain, juga menunjukkan gambaran garis-garis vertical yang khas dan juga mengandung resptor-reseptor taktil dan tekanan yang relatif padat. Cutis cervicalis (kulit leher), adalah kulit yang melapisi permukaan anterior dan lateral leher. Sifat khususnya lebih mirip dengan kulit wajah dalam hal pertumbuhan acne dan perubahan warna kulit akibat gejolak emosi, walau sedikit kurang sensitif. Cutis pectoralis (kulit dada), adalah kulit permukaan anterior (ventral) dan lateral dada yang hipopigmented. Karakteristik cutis pectoralis adalah kaya dengan galndulae sudoriferae (tunggal: glandula sudorifera, kelenjar keringat). Selain itu juga ada sepasang kiri dan kanan glandula mammilaris, yang tumbuh subur semenjak masa pubertas pada kaum feminin, sedang pada kaum maskulin tidak mengalami

12

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

pertumbuhan dan hanya menyisakan papilla mammae (puting susu)-nya saja, Pada populasi maskulin (laki-laki) dari ras tertentu juga dapat ditumbuhi rambut ( pili pectorales). Cutis axillaris (kulit ketiak), adalah kulit yang menempati daerah ketiak. Karakteristik cutis axillaris adalah ditumbuhi rambut ketiak (pili axillares , hirci), yang morfologinya berbeda antara hirci pada kaum maskulin dan hirci pada kaum feminin. Selain itu, cutis axillaris memiliki glandulae sebaceae (kelenjar-kelenjar sebum) yang sebumnya beraroma khas (banyak mengandung gas amoniak). Cutis abdominalis (kulit perut), adalah kulit yang melapisi permukaan ventral dan lateral perut. Karakteristiknya adalah banyak ditempati jaringan lemak pada jaringan subcutisnya. Pada kaum feminin sensitif dengan perubahan kadar hormon di saat hamil, sehingga dapat muncul tanda-tandanya berupa striae gravidarum (garis-garis tanda kehamilan). Cutis pubicus (kulit pubis), adalah kulit yang menutup daerah pubis. Karakteristiknya ada pertumbuhan rambut (pubes) dengan morfologi berbeda di antara kaum maskulin dan feminin, semenjak masa pubertas. Cutis ingiunalis (kulit lipat paha), adalah kulit pada permukaan inguinum (lipat paha). Tanda karakteristiknya adalah hiperpigmented (kaya pigmen) dan memiliki glandulae sebaceae beraroma khas, yang berbeda di antara kaum maskulin dan feminin. Cutis genitalis (kulit genital) adalah kulit pada organa genitalia externa (alat-alat kelamin luar) baik masculinum (laki-laki) maupun femininum (perempuan). Pada laki-laki meliputi cutis scroti, cutis penis dan cutis glandis penis (kulit-kulit skrotum, batang penis dan glans atau kepala penis); pada wanita meliputi cutis labialis majoris, cutis labialis minoris dan cutis glandis clitoridis (kulit-kulit labium majus, labium minus dan glans atau kepala klitoris). Karakteristik cutis scroti dan cutis labialis majoris adalah mirip cutis pubicus yakni pertumbuhan rambut genital (pubes) semenjak masa pubertas yang berbeda antara laki dan perempuan; karakteristik cutis penis, cutis glandis penis, cutis labialis minoris dan cutis glandis clitoridis adalah kaya mengandung reseptor-reseptor aferen somatik untuk aktifitas seksual. Oleh karena itu kulit-kulit daerah ini menjadi sensitif terhadap rangsang yang menimbulkan respons seksual. Reseptor-reseptor tersebut terutama terkonsentrasi di daerah glans, baik glans penis maupun glans clitoridis, sehingga kulit di sini adalah kuit yang paling sensitif terhadap rangsang yang menimbulkan aktifitas seksual. NB: pada wanita, kulit atau tunika mukosa pada liang vagina, lubang vagina dan vagina bagian luar (vulva, introitus vaginae dan pars externalis/distalis vagina atau kira-kira 1/3 vagina yang bagian luar) memiliki sifat yang sama dengan cutis labialis minoris. Cutis palmaris (kulit telapak tangan), adalah kulit hipopigmented yang menutup daerah telapak tangan dan permukaan ventral jari-jari tangan. Karakteristiknya adalah kaya akan reseptor aferen somatik untuk taktil dan tekanan, dan memiliki garis-garis tangan dan jari yang khas untuk setiap individu. Garis-garis pada bagian ventral telapak tangan biasa disebut rajah tangan dan yang di bagian ventral ujung jari disebut sidik jari. Karakteristiknya berperan penting di dalam bidang forensik (kedokteran kehakiman), sebagai tanda pengenal individu. Cutis plantaris (kulit telapak kaki), adalah kulit hipopigmented yang menutup daerah telapak kaki dan permukaan ventral jari-jari kaki. Karakteristiknya mirip dengan cutis palmaris, hanya saja pada cutis plantaris lapisan jaringannya lebih tebal, dan reseptor aferen somatik untuk taktil dan tekanan konsentrasinya relative lebih padat. Rajah kaki dan sidik jari kakinya juga khas bagi tiap individu.

13

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

b) Kulit sebagai jaringan


Kulit sebagai jaringan, atau kulit bila dipelajari dari aspek atau sudut pandang jaringan, atau kulit bila dipelajari secara lapis demi lapis jaringannya, pada prinsipnya meliputi 2 jaringan utama: 1) Epidermis, merupakan rangkaian sel-sel epitel yang terdapat di permukaan tubuh 2) Dermis, merupakan rangkaian sel-sel jaringan ikat yang terdapat internal dari epidermis

Gambar 1. Kulit sebagai jaringan

Epidermis
Adalah jaringan bagian dari kulit yang terdapat di permukaan tubuh dan terbentuk oleh rangkaian sel-sel epitel. Epidermis terbentuk oleh susunan dari berlapis-lapis sel-sel epitel. Lapisan-lapisan epitel itu dari luar ke dalam adalah: 1) 2) 3) 4) 5) stratum corneum (stratum korneum, lapisan tanduk) stratum lucidum (stratum lusidum) stratum granulosum stratum spinosum stratum basale

14

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

Gambar 2. Lapisan-lapisan kulit Stratum korneum atau lapisan tanduk adalah lapisan paling luar epidermis yang langsung berhubungan dengan dunia luar, yang tersusun oleh beberapa lapis sel-sel pipih yang tidak berinti. Sejumlah sel di permukaan lapisan ini setiap hari mengelupas dan tergantikan dengan yang baru. Stratum basale adalah lapisan paling dalam epidermis yang langsung berhubungan dengan dermis, yang tersusun oleh selapis sel-sel epitel yang umumnya berbentuk kolumner dengan gambaran inti yang tegas. Sel-sel stratum basale mengalami regenerasi setiap 24 jam, dengan sel-sel lamanya membentuk sel-sel transisi (sel-sel peralihan) yang menempati lapisan epidermis di antara stratum basale dengan stratum korneum. Sel-sel transisi tersebut kemudian membentuk stratum spinosum, stratum granulosum dan stratum lucidum, berturut-turut dari dalam keluar. Sehubungan dengan sifat aktif regenerasinya itu. sel-sel stratum basale sering disebut lapisan germinatif dari epidermis. Selain itu, pada lapisan ini terdapat pula sel-sel epitel yang aktif menghasilkan protein (keratin) dan sel-sel epitel yang aktif menghasilkan pigmen (melanin). Sel-sel tersebut adalah sel-sel keratin (keratinocytus, keratinosit) dan sel-sel melanin (melanocytus, melanosit).

Jenis-jenis epitel
Sel epitel (sel pelapis) adalah jenis sel tubuh yang berlaku sebagai pelapis permukaan, sehingga sel ini memiliki karakteristik selalu terdapat di permukaan tubuh, apakah itu permukaan tubuh yang langsung berhubungan dengan dunia luar, atau permukaan tubuh yang tidak secara langsung berhubugan dengan dunia luar (misal rongga saluran-saluran pencernaan, saluran pernafasan, saluran kemih dan saluran kelamin). Sel-sel epitel sebagai

15

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

pelapis rongga atau saluran yang tidak secara langsung berhubungan dengan dunia luar lazim disebut sel endotel. Dengan demikian dapat pula dikatakan, sel-sel epitel adalah sel-sel pelapis kulit dan tunika mukosa rongga-rongga yang berbatasan dengan dunia luar, sedang sel-sel endotel adalah selsel pelapis tunika mukosa dari organ-organ visera. Sel-sel epitel penyusun epidermis kulit pada umumnya berbentuk pipih dan tersusun secara berlapis (epithelium squamosum complex), sedang sel-sel endotel sebagai pelapis tunika mukosa visera pada umumnya selapis dan dapat berbentuk pipih ( epithelium squamosum simplex), kuboid (epithelium cuboideum) atau silinder (epithelium cylindricum) (Lihat gambar 3)

Gambar 3. Macam-macam epitel

Perlu diketahui bahwa di dalam tubuh terdapat pula sistem rongga atau saluran yang tidak berhubungan dengan dunia luar. Sistem-sistem itu adalah: sistem kardiovaskuler (systema cardiovascularia), pembuluh limfe (vasa lymphatica), rongga selubung otak (cavitas meningealis), rongga pleura (cavitas pleuralis), rongga pericardium (cavitas pericardii), rongga peritoneum (cavitas peritonei) dan rongga sendi (cavitas articulare). Permukaan dari sstemsistem rongga dan saluran tersebut juga dilapisi oleh suatu jenis sel-sel epiteloid (sel-sel menyerupai, atau yang berbentuk seperti epitel). Sel-sel epiteloid dimaksud dikenal sebagai selsel mesothelium atau mesotel. Embriologis sel-sel mesotel adalah mesodermal. Bentuk dan susunannya selalu pipih dan selapis (squamosum simplex)

16

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

Gambar 4. Mesotel

Berikut adalah ringkasan perihal perbedaan antara epitel, endotel dan mesotel.

Tabel 4.
Perbedaan antara epitel, endotel dan mesotel
Embriologis Morfologi Topografi Relasi luar tubuh Epitel Ectodermal Berlapis, pipih Di luar tubuh Langsung Endotel Endodermal Selapis, dapat pipih, kuboid atau silinder Di dalam tubuh Tidak langsung Mesotel Mesodermal Selapis, pipih Di dalam tubuh Tidak ada

Dermis
Dermis adalah lapisan jaringan ikat padat di bawah epidermis. Dibedakan menjadi lamina papilaris yang langsung berhubungan dengan epidermis dan lamina retikularis yang lebih dalam, lebih tebal dan lebih padat. Pada lapisan dermis terdapat organ atau bangunan dari organ lain, misal Folikel rambut Cabang-cabang terminal saraf M arector pilorum terutama saraf somatik aferen Folikel kelenjar-kelenjar Cabang-cabang terminal Organ-organ reseptor kulit vasa darah dan limfe

17

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

Gambar 5. Dermis

D) Organ Atau Jaringan Di Dalam Kulit


Pada lapisan epidermis, praktis tidak dijumpai organ atau jaringan lain selain lapisan-lapisan epitel epidermis itu sendiri dari stratum korneum sampai stratum basale. Jaringan lain yang masih mungkin ada hanyalah epitel-epitel saluran ekskretorik kelenjar-kelenjar, atau jaringan pangkal batang rambut (bulu). Organ atau jaringan lain yang terdapat di dalam kulit, yang meliputi organ-organ kelenjar, jaringan otot polos, jaringan lemak, vasa darah, vasa dan nodus limfatikus permukaan, serabutserabut saraf, dan organ-organ reseptor, terdapat di dalam lapisan dermis (Gambar 5 & 6).

Gambar 6. Organ-organ yang terdapat dalam dermis.

18

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

E) Kulit Sebagai Media Reseptor


Untuk memahami kulit sebagai media untuk reseptor, perlu dipahami terlebih dahulu garis besar lintasan impuls dari Organ Reseptor (OR) menuju Sistem Saraf Pusat (SSP), demikian pula yang dari SSP menuju Organ Efektor (OE) (Lihat Diagram 1)

Diagram 1 Keterangan Diagram 1:


OE OR E1 E2 A1 A2 SST SSP = Organ Efektor, pada umumnya adalah jaringan otot = Organ Reseptor, misal yang terdapat pada kulit, mata, telinga, hidung dan permukaan lidah = serabut eferen untuk lintasan perintah gerakan yang disadari dari otak = serabut eferen untuk lintasan gerakan reflex dari medulla spinalis (MS) = serabut afferent untuk lintasan impuls yang tidak direspons reflex, tetapi yang langsung menuju otak = serabut afferent untuk lintasan impuls yang direspons reflex oleh MS = Sistem Saraf Tepi, adalah jaringan atau organ-organ saraf yang terdapat di luar otak (encephalon, ensefalon) dan Medulla Spinalis (MS) = Sistem Saraf Pusat, adalah jaringan atau organ-organ saraf di dalam otak (encephalon, ensefalon) dan Medulla Spinalis (MS)

Otak adalah Pusat Tertinggi dari sistem saraf, yang dapat pula disebut sebagai Pusat Interpretasi, Pusat Integrasi, Pusat Koordinasi, Pusat Memori, dsb. MS (Medulla Spinalis) adalah Pusat Terendah atau Pusat Refleks dari sistem saraf. Neuron-neuron pada otak mampu melakukan fungsi-fungsi interpretasi, integrasi, koordinasi, serta memori terhadap impuls-impuls yang datang padanya; sedang neuron-neuron pada MS tidak mampu melakukannya, selain hanya menghantarkannya ke otak, atau meresponnya sebagai mekanisme refleks bersama neuron-neuron saraf tepinya. Pada diagram di atas, apabila MS melakukan fungsi penghantaran impuls ke otak, maka jalur perjalanan impulsnya adalah: OR A1 MS tractus ascenderen otak, sedang bila menjalankan fungsi reflex jalur impulsnya adalah: OR A2 MS E2 - OE Organ Reseptor adalah organ yang terbentuk dari bagian ujung perifer dendrit saraf sensoris bersama sebagian jaringan dari organ penerima stimulus, yang berfungsi mengubah stimulus menjadi impuls-impuls sensoris tertentu. Organ Efektor (OE) adalah organ yang terbentuk dari bagian ujung perifer neurit saraf motoris bersama sebagian jaringan dari organ gerak (otot), yang berfungsi mengubah impuls-impuls motoris menjadi kontraksi otot.

19

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

Atas dasar diagram tersebut di atas, maka kedudukan kulit adalah sebagai Organ Penerima Stimulus. Stimulus (rangsang) yang dapat diterima kulit dapat berupa: taktil, tekanan dan suhu (hangat maupun dingin). Adapun reseptor-reseptor yang bekerja pada kulit adalah Akhiran Folikel Rambut (gerakan rambut, taktil halus, Gambar 7), korpuskulum Meissneri (getaran 2040 Hz, taktil, Gambar 8, korpuskulum Pacini (getaran 150-300 Hz, taktil kasar, Gambar 9), korpuskulum Ruffini (tekanan pada dermis kulit berrambut maupun tak berrambut, Gambar 10), korpuskulum Krause (tekanan pada dermis kulit bibir, lidah dan genital, Gambar 11), korpuskulum atau sel-sel Merkel (tekanan pada dermis kulit tak berrambut, Gambar 12), Akhiran Saraf Bebas (Serabut C Tak-bermielin untuk suhu hangat dan Serabut A-delta Bermielin untuk suhu dingin, Gambar 13),

Gambar 7. Akhiran Folikel Rambut, A-beta, merespons gerakan rambut (taktil halus, hembusan)

Gambar 8. Korpuskulum Meissneri, A-beta, merespons getaran 20-40 Hz (taktil)

Gambar 9. Korpuskulum Pacini, A-beta, getaran 150-300 Hz (taktil kasar), pada lapisan dalam dermis kulit berrambut maupun yang tak berrambut

20

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

Gambar 10. Korpuskulum atau Akhiran Ruffini, A-beta, tekanan pada kulit, pada dermis kulit berambut maupun yang tak berrambut

Gambar 12. Sel-sel Merkel, A-beta, tekanan pada kulit tak berrambut

Gambar 13. Akhiran Saraf Bebas, A-delta bermielin (untuk suhu dingin) & C tak bermielin (untuk suhu hangat)

21

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

Sifat Serabut Saraf Sensoris (Afferent)


Serabut-serabut saraf sensoris atau serabut-serabut saraf afferent adalah sebutan untuk serabut-serabut saraf yang membawa impuls dari organ-organ tubuh menuju sistem saraf pusat (SSP). Secara anatomi-fungsional, sifat-sifat serabut saraf sensoris (afferent) tersebut dapat dibedakan menjadi: Serabut-serabut saraf General Somatic Afferent (GSA), yang berasal dari kulit, Serabut-serabut saraf Special Somatic Afferent (SSA), yang berasal dari retina,pada mata dan organ Corti pada telinga dalam (Auris Interna), Proprioceptive Somatic (PS) yang berasal dari jaringan ikat yang terdapat pada subkutis, ligamentum, tendo, selubung-selubung otot dan tulang, Proprioceptive Visceral (PV) yang berasal dari jaringan ikat yang menyelubungi organ-organ dalam (viscera) General Visceral Afferent (GVA) yang berasal dari tunika mukosa organ dalam (viscera), Special Visceral Afferent (SVA) yang berasal dari organon gustus (organ pengecap) pada permukaan lidah dan organon olfactus (organ pembau, pencium, penghidu) pada tunika mukosa atap rongga hidung (Lihat Diagram 2)
NB: Sertabut kinaesthesi adalah modifikasi dari serabut proprioceptive somatic (PS) yang berasal dari selubung sendi

Diagram 2

22

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

Saraf, Ganglion dan Pusat Sensoris


Serabut-serabut saraf GSA dari kulit, mempunyai badan-badan sel saraf yang masih menjadi bagian dari sistem saraf tepi (SST), dan yang sudah terdapat di dalam sistem saraf pusat (SSP). Badan-badan sel saraf yang menjadi bagian dari SST disebut ganglion, sedang yang menjadi bagian dari SSP disebut nucleus.

Saraf
Kulit tubuh manusia diinervasi (dipersarafi) oleh: N Trigeminus (nervus cranialis V) untuk kulit daerah kepala, dan Nn Spinales (dari Nn Cervicales sampai Nn Sacrales) untuk kulit seluruh tubuh selain daerah kepala) Ganglion Yang dari N Trigeminus adalah Ganglion Semilunare (kanan-kiri), yang dari Nn Spinales adalah Ganglia Spinalia (Ganglia Intervertebralia) dari cervical 1 sampai dengan sacral 5 (kanan-kiri) Pusat Refleks Yang dari N Trigeminus adalah Nucleus Sensibilis N Trigemini (kanan-kiri), yang dari Nn Spinales adalah Nucleus Dorsalis Nervi Spinales C1-S5 (kanan-kiri) Pusat Transisi (Modulasi) Pada Thalamus Opticus (untuk GSA seluruh tubuh) Pusat Interpretasi Pada Gyrus Centralis Posterior (GCP) pada Lobus Parietalis Otak (untuk GSA seluruh tubuh) Lebih lanjut, untuk sistem sensoris yang termasuk dalam pancaindera, nama-nama serabut saraf, ganglion serta pusat-pusatnya dapat dirangkum dalam Tabel 5 berikut ini:

23

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

Tabel 5.
Saraf, Ganglion dan Pusat Sensoris untuk serabut-serabut saraf yang termasuk Pancaindera
Nervus yang diikuti N Trigeminus (N cranialis V) Nn Spinales (MS C1-S5) N opticus (N cranialis II) N cochlearis (N cranialisVIII) N olfactorius (N cranialis I) N facialis (N cranialis VII) N glossopharyngeus (N cranialis IX) Sifat Nervus GSA GSA SSA SSA SVA SVA SVA Nama ganglion Ganglion Semilunare Ganglia Spinalia (MS C1-S5) Sel-sel konus & basilus Ganglion cochleare Sel-sel olfactus Ganglion geniculatum Ganglion superius Lokasi Ganglion Impressio trigemini pada ujung os petrosus Foramina Intervertebralia C1-S5 Retina pada mata Cochlea pada Auris Interna Area Olfactoria pada atap rongga hidung Pars petrosa tympanica Foramen jugulare Pusat Transisi Thalamus Opticus Thalamus Opticus Corpus Geniculatum Laterale Corpus Geniculatum Mediale Bulbus Olfactorius Nucleus Gustatorius Superius Nucleus Gustatorius Inferius Pusat Interpretasi GCP pada Lobus Parietalis GCP pada Lobus Parietalis Area Striata Lobus Occipitalis Gyrus Transversus Lobus Temporalis Uncus Gyrus Longus Insula Cerebri Gyrus Longus Insula Cerebri

F) Perkembangan Kulit
Embrio trilaminaris
Secara embriologis (pada masa embrio), kulit berasal dari ectoderma (lapisan ektoderm) untuk epidermis dan derivate-derivatnya, dan mesoderma (lapisan mesoderm) untuk dermisnya.

Gambar 14.
Embrio trilaminaris dengan lapisan-lapisan ectoderm, mesoderm, dan endoderm

24

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

Gambar 15. Perkembangan kulit

Derivat epidermis
Sebagai derivat atau bentuk turunan dari epidermis misal adalah kuku (unguis), rambut (pilus), sel-sel epitel kelenjar pada kelenjar-kelenjar keringat (glandula sudorifera), kelenjar sebum atau minyak (glandula sebacea), kelenjar susu (glandula mammaria), kelenjar air mata atau lacrima (glandula lacrimalis), kelenjar parotis (glandula parotis), kelenjar submaksilaris (glandula submaxillaris). Selain itu kornea (cornea) pada mata, email gigi (enamel, enamelum), organ-organ reseptor pada kulit, maupun yang di daerah mata (retina, organ sensor visus), telinga (organ Corti sebagai organ sensor auditus dan organ vestibuler sebagai organ sensor keseimbangan), hidung (organ olfaktus, organ sensor penghidu) dan lidah (organ gustus, organ sensor pengecap) adalah juga organ-organ yang dipandang sebagai derivat dari epidermis.

Gambar 16. Perkembangan kuku

25

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

Gambar 17. Diagram penampang gigi

Gambar 18. Perkembangan gigi

26

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

Gambar 19. Perkembangan rambut, kelenjar keringat dan kelenjar minyak pada kulit

Gambar 20. Perkembangan kelenjar mamma

27

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

Gambar 21. Perkembangan retina

Gambar 22. Perkembangan telinga bagian dalam. Perhatikan lapisan ectoderm yang tenggelam dan yang kelak menjadi bagian sistem sensor pada telinga bagian dalam (organ kokhlear dan organ vestibuler)

28

J Rismanto 2012 Pengantar Anatomi & Sistem Integumentum: Kuliah Ilmu Gizi 14 September 2012. FK UGM ,Yogyakarta

Gambar 23. Perkembangan sistem saraf

REFERENCES
Adisewoyo, Soewasono & J Rismanto 1982 Diskusi Perihal Hakekat Istilah Anatomi ( Private Consultation, Unpublished) Davies, DV & RE Coupland 1972 Grays Anatomy, 34th Edition. Longman Group Ltd, London Drake, RL, W Vogl & AWM Mitchell 2004 Grays Anatomy for Students 1 st Edition. Elsevier Inc studentconsult.help@elsevier.com Drake, RL, W Vogl & AWM Mitchell 2010 Grays Anatomy for Students 2 nd Edition. Churchill Livingstone (Elsevier), Philadelphia Goss, Charles Mayo 1959 Grays Anatomy: Anatomy of the Human Body, 27 th Edition. Lea & Febiger, Philadelphia Goss, Charles Mayo 1973 Grays Anatomy: Anatomy of the Human Body, 29 th American Edition. Lea & Febiger, Philadelphia Jones et al (Eds) 1953 New Gould Medical Dictionary 1st Ed. The Blackiston Company, Inc. New York, Toronto, 1953 p 60, 1066 Moore, Keith L 1992 Anatomy: Clinically Oriented, 3th Edition. Williams & Wilkins, Baltimore Rismanto, J 2005 Division of the Nervous System:The morphologically and the morphofunctionally Konas XI & PIN PAAI 2005, FK UBM, Yogyakarta Rismanto, J 2006 Sistematika Organ-organ Tubuh Manusia. FK UGM, Yogyakarta ( Unpublished) Saladin, Kenneth S 2008 Human Anatomy, 2nd Edition. McGraw Hill, New York Williams, Peter L, LH banister, MM Berry, P Collins, M Dyson, JE Dussek & MWJ Ferguson 1995 Grays Anatomy: The Anatomical Basis of Medicine and Surgery 38th Edition. Churchill Livingstone, New York Young, JL, A Fritz, M Adamo, G Liu, K Thoburn, J Kres, & S Roffers 2000 SEER's Web-based Training Modules. seertraining@imsweb.com Dll

29

Você também pode gostar