Você está na página 1de 38

Prinsip dan Terminology Dasar Sistim Refrigerasi Komponen Sistim Refrigerasi Jenis dan Sifat Refrigeran Sistim Operasi

dan Kinerja

Hukum Thermodinamika I (Hukum Kekekalan Energi):


Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan tetapi dapat diubah dari satu jenis energi ke jenis energi lainnya.

Fahrenheit Celsius

Rankine Kelvin

oF oC

= 1.8 * Celsius + 32 = (1/1.8) * (Fahrenheit 32)

Kelvin = Celsius + 273.15 Rankine = Fahrenheit + 460 Nol derajat Kelvin merupakan suhu nol absolut (-273 derajat Celsius); Pada suhu ini, para ilmuan percaya bahwa pergerakan molekul berhenti. Nol absolut = - 460 derajat Fahrenheit, jadi 0 derajat Rankine merupakan suhu absolut.

Panas merupakan salah satu bentuk energi. Panas umumnya dibentuk melalui transformasi dari bentuk energi lainnya. Panas selalu merambat dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah. Energi panas tidak dapat berpindah dari benda bersuhu rendah (dingin) ke benda bersuhu tinggi (panas) tanpa adanya intervensi eksternal.

Hukum thermodinamika II: Panas selalu berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah. Laju perpindahan panas berbanding lurus dengan perbedaan suhu antara kedua benda tersebut. Panas dapat berpindah dalam bentuk konduksi, radiasi, dan/atau conveksi.

Satuan dasar untuk pengukuran panas: US : British Thermal Unit (BTU). SI : Joule (J). 1 BTU didefenisikan sebagai jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu satu pound (lb) air sebesar 1oF. Jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg air sebesar 1C = 4,187 kJ.

Senyawa dapat berada dalam bentuk padat, cair, atau gas, tergantung pada suhu dan tekanan dimana senyawa tersebut berada. Panas dapat mengubah suhu maupun fase suatu senyawa. Panas dapat diserap dan dilepas walaupun tidak terjadi perubahan suhu.

Panas Sensibel adalah panas yang terlibat dalam perubahan suhu suatu benda atau senyawa. Panas Sensibel merupakan energi panas yang diakibatkan oleh pergerakan molekul. Panas sensibel diukur melalui suhu dan selalu menyebabkan perubahan suhu benda/senyawa yang dipanaskan atau didinginkan.

Panas Latent merupakan panas akibat pemisahan atau penggabungan molekul. Panas latent tidak dapat diukur dengan menggunakan thermometer. Perubahan panas latent dalam suatu benda/senyawa mengakibatkan perubahan fase benda/senyawa tersebut pada suhu yang konstan.

Perubahan fase suatu benda dari dari padat menjadi cair atau dari cair menjadi padat melibatkan panas latent fusi. Panas latent fusi biasa juga dikenal dengan nama panas latent pencairan (latent heat of melting), atau panas latent pembekuan (latent heat of freezing).

Dikenal dengan nama latent heat of vaporization. Perubahan fase dari cair menjadi gas atau dari gas menjadi cair melibatkan panas laten penguapan (latent heat of evaporation) Sangat efisien untuk proses perpindahan panas. Merupakan kunci untuk proses refrigerasi.

Sublimasi adalah perubahan fase secara langsung dari padat ke gas tanpa melalui fase cair. Sublimasi dapat terjadi pada beberapa jenis senyawa. Proses ini melibatkan panas laten sublimasi. Panas latent sublimati = jumlah dari panas laten fusi dan panas laten penguapan.

Jenuh adalah kondisi (suhu dan tekanan) dimana fase cair dan fase gas terjadi secara bersamaan. Pada tekanan yang tinggi, suhu jenuh juga meningkat. Dengan menurunkan tekanan, suhu jenuh akan menurun. Prinsip ini yang digunakan dalam sistim refrigerasi.

Setelah suatu fluida (zat cair) berubah secara keseluruhan menjadi gas, penambahan panas ke gas tersebut akan meningkatkan suhu gas tersebut sepanjang proses ini berlangsung pada tekanan konstan. Istilah superheated vapor digunakan untuk gas yang suhunya berada diatas titik didihnya atau suhu jenuhnya.

Sub-cooled liquid adalah fluida yang suhunya dibawah suhu jenuhnya pada tekanan tertentu. Air pada suhu dibawah titik didih (100C pada permukaan laut) merupakan fluida dalam keadaan sub cooled.

Titik didih suatu fluida tergantung pada tekanannya. Tekanan uap suatu fluida (tekanan yang diakibatkan oleh molekul-molekul yang ingin melepaskan diri dari fase cair menjadi fase gas) meningkat dengan meningkatnya suhu. Ketika tekanan uap sama dengan tekanan ekternal maka pendidihan terjadi.

Tekanan merupakan parameter yang diatur untuk mengontrol suhu sistim refrigerasi. Dalam sistim tertutup, jika tekanan refrigeran dapat dipertahankan pada suhu jenuh (titik didih), maka refrigeran tersebut akan mendidih pada suhu jenuhnya sepanjang ia dapat menyerap panas dari sekelilingnya.

Untuk tujuan praktis, gas refrigeran yang berada pada kondisi superheated dapat diasumsikan sebagai gas murni. Sifat gas murni mengikuti hubungan sbb:

P P2 V2 1 V1 T1 T2

Salah satu masalah pada sistim refrigerasi adalah bagaimana membuang panas yang telah diserap dalam ruang refrigerasi. Hal ini diatasi dengan menaikkan tekanan gas refrigerant sehingga suhu jenuh atau suhu kondensasinya lebih tinggi dari suhu udara luar atau suhu medium pendingin sehingga proses perpindahan panas efisien.

Refrigerasi adalah proses pengeluaran panas dari suatu ruang tertutup, atau dari suatu benda, untuk menurunkan suhunya. Secara sederhana, refrigerasi adalah proses pendinginan dengan memindahkan panas dari satu tempat ke tempat lain. Prinsip Dasar: Menggunakan proses penguapan refrigeran untuk menyerap panas dan proses kondensasi untuk melepaskan panas. Refrigeran yang digunakan beroperasi pada suhu yang sangat rendah yang menimbulkan suhu pembekuan didalam ruang refrigerasi.

1.

Compressor

2.

Condenser (Pipa pemindah panas diluar unit)


Katup Ekspansi (Expansion valve) Evaporator (Pipa pemindah panas didalam unit) Refrigerant

3.

4.

5.

Langkah Kerja Sistim Refrigerasi


Step 1- Udara dihembuskan melalui pipa-pipa evaporator didalam unit pendingin. Panas dari udara tersebut akan diserap oleh cairan refrigrant yang mengalir didalam pipa evaporator. Hal ini menyebabkan pernurunan suhu udara. Step 2- Refrigeran tersebut kemudian mengalir ke kondensor dimana panas dari refrigran dilepaskan ke udara pendingin diluar unit refrigerasi. Step 3- Setelah panas dilepaskan, refrigeran mengalir kembali ke evaporator dan proses berulang.

Perpindahan panas melalui Panas Latent merupakan cara sistim refrigerasi mekanis memindahkan panas. Pada saat refrigerant mengalir melalui pipa evaporator, refrigeran mendidih dan berubah menjadi fase gas akibat panas yang diserap dari udara yang kontak dengan permukaan pipa. Proses ini berlangsung hingga semua refrigeran berubah menjadi uap.

Perpindahan panas dari udara ke refrigeran mengakibatkan suhu udara turun. Proses penguapan refrigeran disebut evaporasi, jadi pipa dimana proses tersebut terjadi disebut Evaporator. Proses perpindahan panas laten pada evaporator berlangsung pada suhu dan tekanan rendah.

Refrigeran pada pipa kondenser yang berada diluar unit terkondensasi (dari gas ke cair) pada suhu yang relatif konstan. Pada saat refrigeran mengalir dalam pipa kondenser, udara pada suhu yang lebih rendah besentuhan dengan permukaan pipa dan menyerap panas dari pipa kondenser. Pada ujung pipa kondenser (outlet), semua refrigeran sudah merubah menjadi cair.

Panas latent yang dilepas mengakibatkan gas refrigeran terkondensasi menjadi cair. Proses ini disebut kondensasi dan pipa dimana proses tersebut terjadi disebut kondenser. Suhu proses kondensasi jauh lebih tinggi dibanding suhu proses penguapan (evaporation) karena tekanan pada kondenser jauh lebih tinggi.

Kompressor dan katup ekspansi pada sistim refrigerasi memungkinkan terjadinya 2 hal: o Kompressor memungkinkan kita menambah energi mekanis ke refrigeran, sehingga panas dapat dipindahkan dari objek bersuhu rendah ke objek bersuhu tinggi. o Katup ekspansi memungkinkan kita menciptakan 2 zone tekanan dalam sistim refrigrasi.

Untuk menciptakan kondisi dingin, sistim refrigerasi harus menyerap panas dari dalam ruang refrigerasi. Suhu refrigerant harus cukup rendah didalam evaporator sehingga panas dapat diserap oleh refrigeran dari dalam ruang pendingin. Suhu jenuh refrigeran dalam evaporator umumnya 20 F. Panas akan mengalir dari ruang refrigerasi dengan suhu 40 F ke refrigeran yang mengalir dalam pipa evaporator pada suhu 20 F. Untuk refrigerant R-22, kondisi jenuh pada suhu 20 F terjadi pada tekanan 43 PSIG (pound per square inch gauge).

Panas yang diserap oleh refrigeran melalui pipa evaporator pada ruang yang didinginkan harus dibuang ke lingkungan luar melalui pipa-pipa kondenser. Sistim refrigerasi harus mengkondensasi refrigeran pada suhu jenuh yang relatif tinggi untuk memungkinkan transfer panas dari refrigeran dalam pipa kondenser ke udara luar. Suhu jenuh tersebut diatur dengan mengubah tekanan refrigeran dalam pipa-pipa kondenser. Untuk refrigeran R-22, suhu jenuh pada 49 C dicapai saat tekanan sekitar 260 PSIG.

Mekanisme Kerja Sistim Pendingin

Gas refrigerant pada tekanan dan suhu rendah (sekitar 30 F) diisap kedalam kompressor (#4). Dalam kompressor gas tersebut ditekan sehingga pada saat keluar dari kompressor tekanannya naik menjadi sekitar 260 PSIG dan suhunya naik menjadi sekitar 170 F (#5). Gas refrigeran pada suhu dan tekanan tinggi tersebut dialirkan ke kondenser yang didinginkan oleh aliran udara melalui pipa-pipa kondenser (#2). Gas refrigerant tersebut melepaskan panas ke udara luar dan terkondensasi menjadi refrigerant cair bertekanan tinggi. Suhu refrigerant turun menjadi sekitar 120 F, tetapi tekanannya tetap sekitar 260 PSIG.

Refrigeran yang terkondensasi tersebut kemudian dialirkan melalui katup ekspansi (#3) dimana tekanannya diturunkan dari sekitar 260 PSIG (pada inlet) menjadi sekitar 43 PSIG (pada outlet) (#1) dan suhunya kembali turun menjadi 20 F. Refrigerant cair pada suhu 20 F menyerap panas dari udara dalam ruang refrigerasi/evaporator pada suhu 38 F. Penyerapan panas tersebut mengakibatkan refrigeran mendidih dan berubah menjadi gas pada suhu 30 F dan tekanan 43 PSIG. Dari evaporator, refrigeran diisap kedalam kompressor (#4) dan siklus berulang.

Siklus Refrigerasi

Jenis Refrigerant
Tahun 1800an - 1929 refrigeran yang umum digunakan adalah ammonia (NH3), methyl chloride (CH3Cl), dan sulfur dioxide (SO2). Ketiga jenis refrigeran ini bersifat beracun dan berbahaya bagi kesehatan. Tahun 1930 Du Pont (perusahaan Amerika Serikat) menciptakan refrigeran yang dipercaya kurang berbahaya yang dinamai Freon (chlorofluorocarbon or CFC). Beberapa jenis refrigeran berbasis CFC kemudian dikembangkan seperti R-12 (1931), R-11 (1932), R-114 (1933), dan R-113 (1934). Refrigeran berbasis hydrochlorofluorocarbon (HCFC) yang dikenal dengan nama R-22 mulai digunakan tahun 1936. Pada tahun 80an, mulai disadari bahwa CFCs berbahaya terhadap klingkungan karena dapat mengakibatkan penipisan lapisan ozone dan dapat berdampak sebagai gas rumah kaca.

Você também pode gostar